Asset tak berwujud menjadi salah satu pos yang diperhitungkan dalam penilaian
sebuah perusahaan. Selain itu, ketidaktepatan dalam perlakuan akuntansi terhadap
transaksi asset tak berwujud dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Pada perusahaan startup, investasi pada asset tak berwujud teknologi informasi
menjadi strategi perusahaan untuk menciptakan kegiatan operasional menjadi lebih
efektif dan efisien. Dalam PSAK 19 menyatakan asset tak berwujud (intangible
assets) adalah asset tidak lancar dan tidak berbentuk yang memberikan hak
keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak
dicakup secara terpisah dalam klasifikasi asset yang lain. Asset tak berwujud
memiliki karakteritik yaitu tingkat ketidakpastian nilai dan manfaat di kemudian hari.
Asset tak berwujud dapat berupa hak paten, hak cipta, waralaba (franchise), merek
dagang dan goodwill.
Amortisasi
PSAK 19 menyatakan amortisasi yaitu alokasi sistematis jumlah tersusutkan asset
tak berwujud selama umur manfaatnya. Untuk menetapkan besarnya biaya
amortisasi yang dibebankan setiap periode dihitung dengan memperhatikan metode
yang digunakan dalam amortisasi asset tak berwujud. Praktik akuntansi komersial
menggunakan metode garis lurus. Biaya Amortisasi = % tarif x Harga perolehan
asset tak berwujud