Anda di halaman 1dari 21

2.

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Perencanaan Pajak


Menurut DR. Drs. Mohammad Zain, Ak. (2003, p. 67), “perencanaan pajak
adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi
potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada
konsekuensi pajaknya.” Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat
mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa
yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan
penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana fiskal yang
tidak akan ditoleransi. Penghindaran pajak adalah perbuatan legal yang masih
dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, sedang penyelundupan pajak jelas-jelas
merupakan perbuatan illegal yang melanggar ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
Selain itu, Suandy (2003) mengatakan bahwa perencanaan pajak adalah
langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.
Jika tujuan dari pada tax planning adalah merekayasa agar beban pajak serendah
mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan
pembuat Undang-Undang maka tax planning di sini sama dengan tax avoidance
karena secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan
penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur
pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham
maupun untuk diinvestasikan.
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax
planning), antara lain :
a) Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak (tax
planning) ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, buat

5
Universitas Kristen Petra
Wajib Pajak merupakan risiko (tax risk) yang sangat berbahaya dan
mengancam keberhasilan perencanaan pajak (tax planning) tersebut.
b) Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak (tax planning) itu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh
(global strategy) perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek,
maka perencanaan pajak (tax planning) yang tidak masuk akal akan
memperlemah perencanaan itu sendiri.
c) Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian
(agreement), faktur (invoice) dan juga perlakuan akuntansinya (accounting
treatment).
Perencanaan pajak dilakukan dengan motivasi untuk memaksimalkan laba
setelah pajak karena pajak ikut mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu
tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis
yang cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan
peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang
berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah
mempunyai tujuan lain tertentu) dengan memanfaatkan :
a. Perbedaan tarif pajak
b. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak

2.2. Strategi Mengefisienkan Beban Pajak


Strategi mengefisienkan beban pajak (penghematan pajak) yang dilakukan
oleh perusahaan haruslah bersifat legal, supaya dapat menghindari sanksi-sanksi
pajak di kemudian hari. Secara umum penghematan pajak menganut prinsip the
least and latest, yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada
waktu terakhir yang masih diizinkan oleh undang-undang dan peraturan
perpajakan. Strategi mengefisienkan beban pajak tersebut dari berbagai literatur
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum (legal
entity) yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. Bila dilihat dari
perspektif perpajakan, terkadang pemilihan bentuk badan hukum (legal
entities) bentuk perseorangan, firma dan kongsi (partnership) adalah bentuk

6
Universitas Kristen Petra
yang lebih menguntungkan disbanding dengan Perseroan Terbatas. Pada
Perseroan Terbatas yang pemegang sahamnya perseorangan atau badan tetapi
kurang dari 25%, akan mengakibatkan pajak atas penghasilan perseroan
dikenakan dua kali yakni pada saat penghasilan diperoleh oleh pihak
perseroan dan pada saat penghasilan dibagikan sebagai dividen kepada
pemegang saham perseorangan atau badan yang memiliki saham kurang dari
25%.
2. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin dari
berbagai pengecualian, potongan atau pengurangan atas Penghasilan Kena
Pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang. Sebagai contoh jika diketahui
bahwa Penghasilan Kena Pajak (laba) perusahaan besar dan akan dikenakan
tarif pajak tinggi/tertinggi, maka sebaiknya perusahaan membelanjakan
sebagian laba perusahaan untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung
untuk perusahaan, dengan catatan tentunya biaya yang dikeluarkan adalah
biaya yang dapat dikurangkan (deductible) dalam menghitung penghasilan
kena pajak seperti biaya perbaikan kantor, biaya pemasaran dan masih banyak
biaya lainnya yang bisa dimanfaatkan. Hal ini tergantung kepada jenis usaha
dan peraturan pajak yang berlaku.
3. Mendirikan perusahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang hanya
berfungsi sebagai cost center. Dari hal tersebut dapat diperoleh manfaat
dengan cara menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan bagi beberapa
Wajib Pajak di dalam satu grup begitu juga terhadap biaya sehingga dapat
diperoleh keuntungan atas pergeseran pajak yakni menghindari tarif paling
tinggi/maksimum. Tentunya proses ini dapat dijalankan apabila sistem tarif
pajak yang berlaku progresif dan Penghasilan Kena Pajak sudah melewati
lapisan tarif yang rendah.
4. Untuk pembiayaan aset tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) di samping pembelian langsung karena jangka
waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur aset dan pembayaran leasing
dapat dibiayakan seluruhnya. Dengan demikian alokasi cost menjadi expense
akan lebih cepat.

7
Universitas Kristen Petra
5. Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan
perpajakan yang berlaku. Jika perusahaan mempunyai prediksi laba yang
cukup besar maka dapat dipakai metode penyusutan yang dipercepat (saldo
menurun) sehingga atas biaya penyusutan tersebut dapat mengurangi laba
kena pajak dan sebaliknya jika diperkirakan pada awal-awal tahun investasi
belum memberikan keuntungan atau timbul kerugian maka pilihannya adalah
menggunakan metode penyusutan yang memberikan biaya yang lebih kecil
(garis lurus) supaya biaya penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya.

2.3. Perencanaan Pajak untuk Pembiayaan Aset Tetap


Perencanaan pajak dapat digunakan untuk aset tetap yang baru akan dibeli
maupun aset tetap yang telah dimiliki. Untuk aset tetap yang baru akan dibeli
pertimbangannya adalah membeli secara langsung (tunai atau kredit) atau secara
leasing. Sedangkan untuk aset tetap yang telah dimiliki pertimbangannya adalah
mempertahankannya, melakukan revaluasi, atau dijual dan disewa guna usaha
kembali (sale and leaseback).
Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pajak untuk hal ini
antara lain :
a. Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan.
b. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan
umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
c. Apabila membeli secara kredit bank maka biaya yang dapat dibiayakan untuk
menghitung pajak penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan yang
ditentukan dari masa ekonomis dan metode penyusutan yang ditetapkan oleh
peraturan perpajakan
d. Dan biaya atas bunga dari pinjaman pada bank yang dihitung berdasarkan
suku bunga yang ditetapkan.
e. Apabila membeli secara sewa guna usaha (leasing), maka semua biaya yang
dikeluarkan untuk membayar sewa guna usaha tersebut dapat dibiayakan pada
tahun yang bersangkutan.

8
Universitas Kristen Petra
f. Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomisnya sehingga
perusahaan dapat membiayakan perolehan aset tetap lebih cepat dibandingkan
apabila menggunakan penyusutan (penyusutan yang dipercepat/accelerated
depreciation). Masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun untuk barang modal golongan I dan 3 (tiga) tahun untuk barang modal
golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan (KMK
1169/KMK.01/1991).

2.4. Aset Tetap


Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 (revisi 2007), aset
tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokkan aset yang memiliki
sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Contoh dari
kelompok aset yang terpisah :
 Tanah;
 Tanah dan bangunan;
 Mesin;
 Kapal;
 Pesawat udara;
 Kendaraan bermotor;
 Perabotan; dan
 Peralatan kantor
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap
meliputi:
a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan
lain,

9
Universitas Kristen Petra
b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset tetap siap digunakan sesuai
dengan keinginan dan maksud manajemen,
c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh
atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk
tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 26 (revisi 2008), biaya
pinjaman adalah biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan
dengan dengan peminjaman dana. Biaya pinjaman dapat meliputi :
a. Bunga cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang
b. Amortisasi diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman
c. Amortisasi biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan perolehan
pinjaman (arrangement of borrowings)
d. Beban keuangan dalam sewa pembiayaan yang diakui sesuai dengan PSAK
30: Sewa
e. Selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang
selisih kurs tersebut sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga.

2.5. Penyusutan Aset Tetap Menurut Perpajakan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 pasal 11, perlakuan
Penyusutan Aset Tetap diatur sebagai berikut :
 Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak
milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-
bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta
tersebut.
 Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan, dapat juga
dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang
dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan

10
Universitas Kristen Petra
pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat
dilakukan secara taat asas.
 Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut.
 Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan
melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta
yang bersangkutan mulai menghasilkan
 Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aset berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta
adalah setelah dilakukan penilaian kembali aset tersebut.
 Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta
berwujud ditetapkan sebagai berikut (Tabel 2.1.) :
Tabel 2.1. Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Aset Tetap

Sumber : Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008

Metode penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan ini dilakukan :


a. Dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan
bagi harta tersebut (metode garis lurus atau straight-line method); atau
b. Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menetapkan tarif penyusutan
atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method).

11
Universitas Kristen Petra
Penggunaan metode penyusutan atas harta tersebut harus dilakukan secara taat
asas. Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan
metode garis lurus. Dan Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan
metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal Wajib Pajak memilih
menggunakan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir manfaat harus
disusutkan sekaligus.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan metode penyusutan aset tetap
yang digunakan harus taat asas, yaitu sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Namun, perubahan metode penyusutan aset tetap masih dimungkinkan dengan
syarat telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. Perubahan metode
tersebut harus diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun
buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat
diterima serta akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.

2.6. Pembelian Aset Tetap secara Tunai


Salah satu cara pembiayaan untuk memperoleh aset tetap yang dapat dipakai
oleh perusahaan yaitu dengan cara pembiayaan tunai. Pembiayaan tunai ini
merupakan pembelian dengan memanfaatkan kas atau uang tunai perusahaan.
Dana modal sendiri tersebut biasanya diperoleh dari cadangan investasi
perusahaan. Pembelian secara tunai ini dilakukan dengan mempertimbangkan
saldo kas minimum perusahaan agar tidak mempengaruhi kondisi kas atau uang
tunai yang digunakan untuk biaya operasional jangka pendek.

2.7. Perlakuan Pajak atas Pembelian Tunai


Menurut Suandy (2003, p. 54), “apabila membeli secara langsung maka
jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak
adalah biaya penyusutan. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh
metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan
perpajakan. “

12
Universitas Kristen Petra
2.8. Perlakuan Pajak atas Pembelian Kredit
Menurut Suandy (2003, p. 56), “apabila pengadaan aset tetap dilakukan
dengan pembelian melalui kredit bank maka biaya yang dapat dibiayakan untuk
menghitung pajak penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan yang
ditentukan dari masa ekonomis dan metode penyusutan yang ditetapkan oleh
peraturan perpajakan.” Dan biaya atas bunga dari pinjaman pada bank yang
dihitung berdasarkan suku bunga yang ditetapkan.

2.9. Leasing
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30 (revisi 2007),
pengertian Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang
disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian
pembayaran kepada lessor. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1169/KMK.01/1991, pengertian sewa guna usaha (Leasing) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-
guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
Beberapa istilah yang sering dipakai dalam leasing :
 Barang modal adalah setiap aset tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di
atas tanah tersebut melekat aset tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta
aset dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk
menghasilkan atau meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi
barang atau jasa oleh Lessee
 Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang
telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan
sewa-guna-usaha
 Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal
dengan pembiayaan dari Lessor. Pembayaran Sewa-guna-usaha (Lease
Payment) adalah jumlah uang yang harus dibayar secara berkala oleh Lessee

13
Universitas Kristen Petra
kepada Lessor selama jangka waktu yang telah disetujui bersama sebagai
imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha
 Piutang sewa-guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh
pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha
 Harga Perolehan (Acquisition Cost) adalah harga beli barang modal yang
dilease ditambah dengan biaya langsung
 Nilai pembiayaan adalah jumlah pembiayaan untuk pengadaan barang modal
yang secara riil dikeluarkan oleh Lessor
 Angsuran Pokok Pembiayaan adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-
usaha yang diperhitungkan sebagai pelunasan atas nilai pembiayaan
 Imbalan Jasa Sewa-guna-usaha adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-
usaha yang diperhitungkan sebagai pendapatan sewa-guna-usaha bagi Lessor
 Nilai Sisa (Residual Value) adalah nilai barang modal pada akhir masa sewa-
guna-usaha yang telah disepakati oleh Lessor dengan Lessee pada awal masa
sewa-guna-usaha
 Simpanan Jaminan (Security Deposit) adalah jumlah uang yang diterima
Lessor dari Lessee pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk
kelancaran pembayaran lease
 Masa Sewa-guna-usaha (Lease Term) adalah jangka waktu sewa-guna-usaha
yang dimulai sejak diterimanya barang modal yang disewa-guna-usaha oleh
Lessee sampai dengan perjanjian sewa-guna-usaha berakhir
 Masa Sewa-guna-usaha Pertama adalah jangka waktu sewa-guna-usaha barang
modal untuk transaksi sewa-guna-usaha yang pertama kalinya
 Opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha
atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha

2.10. Keuntungan Leasing


Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana
dalam prosedur dan pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan
sebagai pembayaran alternatif tampak lebih menarik. Sebagai suatu alternatif
sumber pembiayaan modal bagi perusahaan-perusahaan, maka leasing didukung
oleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

14
Universitas Kristen Petra
1. Fleksibel, artinya struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan yaitu besarnya pembayaran atau periode lease dapat diatur
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi perusahaan.
2. Tidak diperlukan jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aset yang di lease
serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan
oleh aset yang dilease sudah merupakan jaminan bagi lease itu sendiri.
3. Capital saving, yaitu dengan melakukan leasing maka lessee dapat
mempergunakan aset tetap tanpa harus mengeluarkan dana dalam jumlah yang
besar sekaligus. Dana yang ada dapat dipergunakan untuk membiayai proyek-
proyek lain atau sebagai cadangan untuk pengeluaran-pengeluaran musiman.
4. Cepat dalam pelayanan, yaitu secara prosedur leasing lebih sederhana dan
relatif lebih cepat dalam realisasi pembiayaan bila dibandingkan dengan kredit
investasi bank, jadi tanpa prosedur yang rumit dan hal itu memberikan
kemudahan bagi para pengusaha untuk memperoleh mesin-mesin dan
peralatan yang mutakhir untuk memungkinkan dibukanya suatu bidang usaha
produksi yang baru atau untuk memodernisasi perusahaan.
(“Keuntungan dan Kerugian Leasing”, 28 Agustus 2010)

2.11. Kerugian Leasing


Leasing juga mempunyai kerugian/kelemahan antara lain sebagai berikut :
1. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal
bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini terjadi karena
sumber dana lessor pada umumnya dari bank atau lembaga keuangan bukan
bank.
2. Barang modal yang dilease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur aset lessee
untuk tujuan "Collateral Credit" dari Bank, yaitu "Trade Creditor" mungkin
akan menilai perusahaan tersebut memiliki posisi keuangan yang lemah.
3. Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah prestise antara
memiliki barang modal sendiri atau lease.
4. Resiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab yang
menuntut pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang
orang lain yang disebabkan oleh “lease property” tersebut, dan juga lessor

15
Universitas Kristen Petra
belum tentu yakin bahwa barang lease tersebut bebas dari berbagai ikatan
seperti "liens" (gadai) “preferences”, “priorities”, “charges” atau kepentingan-
kepentingan lainnya.
(“Keuntungan dan Kerugian Leasing”, 28 Agustus 2010)

2.12. Finance Lease


Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30 (revisi 2007), Sewa
pembiayaan (finance lease) adalah sewa yang mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik
pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan.
Menurut Kieso,Weigandt, dan Warfield, satu atau lebih kriteria yang harus
dipenuhi sehingga sewa guna usaha tersebut dapat digolongkan sebagai finance
lease, yaitu:
 Pemindahan kepemilikan ke lessee
 Adanya penawaran pembelian opsi
 Lease term setara dengan atau lebih besar 75% dari estimasi masa manfaat
leased property
 Present value dari minimum lease payment (tidak termasuk biaya eksekutori)
sama dengan atau lebih dari 90% dari fair value leased property.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 1169/KMK.01/1991,
Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak
opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :
a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan lessor;
b. masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk
barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan
III, dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan;
c. perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee

16
Universitas Kristen Petra
2.13. Perlakuan Pajak Atas Leasing
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 1169/KMK.01/1991,
Kegiatan sewa-guna-usaha, perlakuan atas leasing, yaitu:
 selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas
barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak
opsi untuk membeli;
Penyusutan dilakukan mulai tahun pajak digunakannya hak opsi. Khusus
untuk barang modal berupa tanah, sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008, tidak diperbolehkan untuk dilakukan
penyusutan
 setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut,
lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa
(residual value) barang modal yang bersangkutan;
 pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali
pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut dapat
digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi.
 dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan,
Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa-
guna-usaha.
 Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-
guna-usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-
usaha dengan hak opsi.

2.14. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah :
1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha;

17
Universitas Kristen Petra
3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station
wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
5. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya
tidak memenuhi ketentuan atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan
Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak;
6. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
ketentuan;
7. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
8. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
9. Perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak
sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi

18
Universitas Kristen Petra
2.15. Biaya yang Dapat Dikurangkan antara Pembelian Tunai, Kredit dan
Sewa Guna Usaha (leasing)
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari alternatif pembiayaan melalui
tunai, kredit dan leasing dapat dilihat pada tabel 2.2, sebagai berikut :

Tabel 2.2. Biaya yang Dapat Dikurangkan dari Pembelian Tunai, Kredit atau
Leasing

Biaya yang dapat


Alternatif Pembiayaan Keterangan
dikurangkan
Besarnya biaya penyusutan
ditentukan oleh masa manfaat
Pembelian secara Tunai Biaya Penyusutan (umur ekonomis) dan metode
penyusutan yang sesuai dengan
Peraturan Perpajakan.

Besarnya biaya penyusutan


ditentukan oleh masa manfaat
Pembelian secara Kredit Biaya Penyusutan (umur ekonomis) dan metode
penyusutan yang sesuai dengan
Peraturan Perpajakan.
Besarnya biaya bunga atas
pinjaman pada bank dihitung
berdasarkan suku bunga yang
dibebankan oleh kreditur terhadap
sisa kewajiban peminjam (debitur).
Biaya Bunga Pinjaman
Umumnya suku bunga atas
pinjaman jangka panjang lebih
tinggi daripada pinjaman jangka
pendek kepada peminjam yang
sama.
Biaya-biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan penyelesaian
Biaya Lain-lain administrasi kredit bank meliputi
pembayaran biaya asuransi dan
biaya notaris.
Dilanjutkan ke halaman berikutnya…

19
Universitas Kristen Petra
Lanjutan…

Biaya yang dapat


Alternatif Pembiayaan Keterangan
dikurangkan
Sewa Guna Usaha Biaya lease payment terdiri dari
Dengan Hak Opsi Lease Payment biaya pokok ditambah dengan
(Finance Lease) biaya bunga leasing .
Biaya-biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan penyelesaian
Biaya Lain-lain administrasi sewa guna usaha
meliputi pembayaran biaya
asuransi dan biaya notaris.
Setelah mengambil alih aset tetap
yang disewa guna usaha dengan
hak opsi, dasar penyusutannya
adalah nilai sisa aset tetap yang
Biaya Penyusutan bersangkutan. Besarnya biaya
penyusutan ditentukan oleh masa
manfaat (umur ekonomis) dan
metode penyusutan yang sesuai
dengan Peraturan Perpajakan.
Sumber : Suandy (2003, p. 54 )

20
Universitas Kristen Petra
2.16. Pengadaan Mesin Baru Melalui Pembelian Langsung atau Finance
Lease
2.16.1. Pengadaan Mesin Melalui Finance Lease
Langkah pertama dalam analisis ini adalah menentukan tingkat suku
bunga yang akan digunakan, yaitu :
Bunga deposito : 16%
Bunga pinjaman : 20% (digunakan sebagai discount factor)
Bunga leasing : 22%
Bunga leasing dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan-
perusahaan leasing yang menjadi sampel dalam penelitian. Tingkat bunga leasing
rata-rata adalah 10% di atas bunga pinjaman, karena sebagian besar perusahaan
leasing sumber dananya berasal dari pinjaman bank.
Setelah mengetahui tingkat suku bunga langkah berikutnya adalah
menghitung besarnya angsuran biaya leasing (lease fee) yang harus dibayar setiap
bulannya. Dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa lease term 4 tahun dan
jaminan (security deposit) sama dengan nilai opsi yaitu 10% dari nilai mesin yang
di leasing (lihat Tabel 2.3.).
Tabel 2.3.
Jadwal pembayaran lease fee dan nilai tunainya
Jaminan : Rp 100.000.000,00
Nilai leasing : Rp 900.000.000,00
Tingkat bunga : 22% p.a.
Discount factor : 20%
Jangka waktu : 4 tahun

21
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3. Jadwal Pembayaran Lease Fee dan Nilai Tunainya

Sumber : Suandy (2003, p. 56)

22
Universitas Kristen Petra
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 2.3., Total lease fee secara nominal
adalah sebesar Rp 1.361.062.562,52, sedangkan nilai tunai (present value) dengan
discount rate 20% adalah sebesar Rp 947.345.315,65. Semua lease fee ini dapat
diakui sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak.
Selain lease fee, biaya yang masih dapat dikurangkan adalah biaya
penyusutan. Setelah mengambil-alih mesin yang disewa guna usaha dengan hak
opsi, maka nilai perolehan aset (sebesar nilai opsi) dapat disusutkan oleh
perusahaan sesuai dengan metode dan umur aset bersangkutan yang telah
ditetapkan.
Berikut ini adalah perhitungan biaya penyusutan nilai opsi (Tabel 2.4.).
Tabel 2.4.
Tabel penyusutan mesin yang dibeli dengan financial lease dengan discount rate
20%
Nilai aset : Rp 100.000.000,00
Metode penyusutan : Saldo menurun
Umur aset : 8 tahun

Tabel 2.4. Penyusutan Mesin yang Dibeli Dengan Financial Lease

Sumber : Suandy (2003, p. 58)

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 dengan menggunakan tingkat bunga leasing 22% dan
discount factor 20% maka nilai perolehan keseluruhan mesin (lease fee dan nilai
opsi) adalah sebesar Rp 1.461.062.562,52 dan total nilai tunai yang dapat
dibiayakan adalah Rp 974.636.190,66.

23
Universitas Kristen Petra
2.16.2. Pengadaan Mesin dengan Pembelian Langsung
Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka
dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung besarnya
biaya penyusutan, metode yang dapat digunakan adalah metode garis lurus dan
metode saldo menurun. Untuk perhitungan dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah saldo menurun, karena berdasarkan perhitungan sebelumnya
metode saldo menurun lebih menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan umur
aset 8 tahun sesuai dengan ketentuan. Besarnya biaya per tahun penyusutan dapat
dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5.
Biaya penyusutan dan nilai tunainya
Nilai aset : Rp 1.000.000.000,00
Umur mesin : 8 tahun
Metode penyusutan : Saldo menurun
Discount rate : 20%

Tabel 2.5. Biaya Penyusutan Mesin yang Dibeli Dengan Pembelian Langsung

Sumber : Suandy (2003, p. 58)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai tunai dari akumulasi penyusutan


dengan discount rate 20% adalah Rp 565.903.584,16.

2.16.3. Perbandingan antara Leasing dengan Pembelian Langsung


Besarnya perbandingan penghematan pajak antara leasing dengan
pembelian langsung secara tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah

24
Universitas Kristen Petra
biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak.
Untuk leasing biaya yang dapat sikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya
penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian langsung adalah
sebesar biaya penyusutannya saja. Di samping dihitung berdasarkan nilai nominal
juga dihitung berdasarkan nilai tunai (Tabel 2.6).

Tabel 2.6. Perbandingan Antara Harga Perolehan dan Penghematan Pajak Antara
Pembelian Langsung Dengan Leasing

Sumber : Suandy (2003, p. 59)

Perhitungan yang dilakukan pada Tabel 4 dapat diketahui besarnya


penghematan pajak apabila tingkat bunga leasing 22% dan discount rate 20%
secara nominal adalah Rp 115.265.640,63 dan nilai tunainya adalah Rp Rp
102.183.151,62.

25
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai