LANDASAN TEORI
5
Universitas Kristen Petra
Wajib Pajak merupakan risiko (tax risk) yang sangat berbahaya dan
mengancam keberhasilan perencanaan pajak (tax planning) tersebut.
b) Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak (tax planning) itu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh
(global strategy) perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek,
maka perencanaan pajak (tax planning) yang tidak masuk akal akan
memperlemah perencanaan itu sendiri.
c) Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian
(agreement), faktur (invoice) dan juga perlakuan akuntansinya (accounting
treatment).
Perencanaan pajak dilakukan dengan motivasi untuk memaksimalkan laba
setelah pajak karena pajak ikut mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu
tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis
yang cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan
peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang
berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah
mempunyai tujuan lain tertentu) dengan memanfaatkan :
a. Perbedaan tarif pajak
b. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak
6
Universitas Kristen Petra
yang lebih menguntungkan disbanding dengan Perseroan Terbatas. Pada
Perseroan Terbatas yang pemegang sahamnya perseorangan atau badan tetapi
kurang dari 25%, akan mengakibatkan pajak atas penghasilan perseroan
dikenakan dua kali yakni pada saat penghasilan diperoleh oleh pihak
perseroan dan pada saat penghasilan dibagikan sebagai dividen kepada
pemegang saham perseorangan atau badan yang memiliki saham kurang dari
25%.
2. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin dari
berbagai pengecualian, potongan atau pengurangan atas Penghasilan Kena
Pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang. Sebagai contoh jika diketahui
bahwa Penghasilan Kena Pajak (laba) perusahaan besar dan akan dikenakan
tarif pajak tinggi/tertinggi, maka sebaiknya perusahaan membelanjakan
sebagian laba perusahaan untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung
untuk perusahaan, dengan catatan tentunya biaya yang dikeluarkan adalah
biaya yang dapat dikurangkan (deductible) dalam menghitung penghasilan
kena pajak seperti biaya perbaikan kantor, biaya pemasaran dan masih banyak
biaya lainnya yang bisa dimanfaatkan. Hal ini tergantung kepada jenis usaha
dan peraturan pajak yang berlaku.
3. Mendirikan perusahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang hanya
berfungsi sebagai cost center. Dari hal tersebut dapat diperoleh manfaat
dengan cara menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan bagi beberapa
Wajib Pajak di dalam satu grup begitu juga terhadap biaya sehingga dapat
diperoleh keuntungan atas pergeseran pajak yakni menghindari tarif paling
tinggi/maksimum. Tentunya proses ini dapat dijalankan apabila sistem tarif
pajak yang berlaku progresif dan Penghasilan Kena Pajak sudah melewati
lapisan tarif yang rendah.
4. Untuk pembiayaan aset tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) di samping pembelian langsung karena jangka
waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur aset dan pembayaran leasing
dapat dibiayakan seluruhnya. Dengan demikian alokasi cost menjadi expense
akan lebih cepat.
7
Universitas Kristen Petra
5. Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan
perpajakan yang berlaku. Jika perusahaan mempunyai prediksi laba yang
cukup besar maka dapat dipakai metode penyusutan yang dipercepat (saldo
menurun) sehingga atas biaya penyusutan tersebut dapat mengurangi laba
kena pajak dan sebaliknya jika diperkirakan pada awal-awal tahun investasi
belum memberikan keuntungan atau timbul kerugian maka pilihannya adalah
menggunakan metode penyusutan yang memberikan biaya yang lebih kecil
(garis lurus) supaya biaya penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya.
8
Universitas Kristen Petra
f. Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomisnya sehingga
perusahaan dapat membiayakan perolehan aset tetap lebih cepat dibandingkan
apabila menggunakan penyusutan (penyusutan yang dipercepat/accelerated
depreciation). Masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun untuk barang modal golongan I dan 3 (tiga) tahun untuk barang modal
golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan (KMK
1169/KMK.01/1991).
9
Universitas Kristen Petra
b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset tetap siap digunakan sesuai
dengan keinginan dan maksud manajemen,
c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh
atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk
tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 26 (revisi 2008), biaya
pinjaman adalah biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan
dengan dengan peminjaman dana. Biaya pinjaman dapat meliputi :
a. Bunga cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang
b. Amortisasi diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman
c. Amortisasi biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan perolehan
pinjaman (arrangement of borrowings)
d. Beban keuangan dalam sewa pembiayaan yang diakui sesuai dengan PSAK
30: Sewa
e. Selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang
selisih kurs tersebut sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga.
10
Universitas Kristen Petra
pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat
dilakukan secara taat asas.
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut.
Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan
melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta
yang bersangkutan mulai menghasilkan
Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aset berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta
adalah setelah dilakukan penilaian kembali aset tersebut.
Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta
berwujud ditetapkan sebagai berikut (Tabel 2.1.) :
Tabel 2.1. Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Aset Tetap
11
Universitas Kristen Petra
Penggunaan metode penyusutan atas harta tersebut harus dilakukan secara taat
asas. Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan
metode garis lurus. Dan Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan
metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal Wajib Pajak memilih
menggunakan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir manfaat harus
disusutkan sekaligus.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan metode penyusutan aset tetap
yang digunakan harus taat asas, yaitu sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Namun, perubahan metode penyusutan aset tetap masih dimungkinkan dengan
syarat telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. Perubahan metode
tersebut harus diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun
buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat
diterima serta akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.
12
Universitas Kristen Petra
2.8. Perlakuan Pajak atas Pembelian Kredit
Menurut Suandy (2003, p. 56), “apabila pengadaan aset tetap dilakukan
dengan pembelian melalui kredit bank maka biaya yang dapat dibiayakan untuk
menghitung pajak penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan yang
ditentukan dari masa ekonomis dan metode penyusutan yang ditetapkan oleh
peraturan perpajakan.” Dan biaya atas bunga dari pinjaman pada bank yang
dihitung berdasarkan suku bunga yang ditetapkan.
2.9. Leasing
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30 (revisi 2007),
pengertian Sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang
disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian
pembayaran kepada lessor. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1169/KMK.01/1991, pengertian sewa guna usaha (Leasing) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-
guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
Beberapa istilah yang sering dipakai dalam leasing :
Barang modal adalah setiap aset tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di
atas tanah tersebut melekat aset tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta
aset dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk
menghasilkan atau meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi
barang atau jasa oleh Lessee
Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang
telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan
sewa-guna-usaha
Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal
dengan pembiayaan dari Lessor. Pembayaran Sewa-guna-usaha (Lease
Payment) adalah jumlah uang yang harus dibayar secara berkala oleh Lessee
13
Universitas Kristen Petra
kepada Lessor selama jangka waktu yang telah disetujui bersama sebagai
imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha
Piutang sewa-guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh
pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha
Harga Perolehan (Acquisition Cost) adalah harga beli barang modal yang
dilease ditambah dengan biaya langsung
Nilai pembiayaan adalah jumlah pembiayaan untuk pengadaan barang modal
yang secara riil dikeluarkan oleh Lessor
Angsuran Pokok Pembiayaan adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-
usaha yang diperhitungkan sebagai pelunasan atas nilai pembiayaan
Imbalan Jasa Sewa-guna-usaha adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-
usaha yang diperhitungkan sebagai pendapatan sewa-guna-usaha bagi Lessor
Nilai Sisa (Residual Value) adalah nilai barang modal pada akhir masa sewa-
guna-usaha yang telah disepakati oleh Lessor dengan Lessee pada awal masa
sewa-guna-usaha
Simpanan Jaminan (Security Deposit) adalah jumlah uang yang diterima
Lessor dari Lessee pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk
kelancaran pembayaran lease
Masa Sewa-guna-usaha (Lease Term) adalah jangka waktu sewa-guna-usaha
yang dimulai sejak diterimanya barang modal yang disewa-guna-usaha oleh
Lessee sampai dengan perjanjian sewa-guna-usaha berakhir
Masa Sewa-guna-usaha Pertama adalah jangka waktu sewa-guna-usaha barang
modal untuk transaksi sewa-guna-usaha yang pertama kalinya
Opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha
atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha
14
Universitas Kristen Petra
1. Fleksibel, artinya struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan yaitu besarnya pembayaran atau periode lease dapat diatur
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi perusahaan.
2. Tidak diperlukan jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aset yang di lease
serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan
oleh aset yang dilease sudah merupakan jaminan bagi lease itu sendiri.
3. Capital saving, yaitu dengan melakukan leasing maka lessee dapat
mempergunakan aset tetap tanpa harus mengeluarkan dana dalam jumlah yang
besar sekaligus. Dana yang ada dapat dipergunakan untuk membiayai proyek-
proyek lain atau sebagai cadangan untuk pengeluaran-pengeluaran musiman.
4. Cepat dalam pelayanan, yaitu secara prosedur leasing lebih sederhana dan
relatif lebih cepat dalam realisasi pembiayaan bila dibandingkan dengan kredit
investasi bank, jadi tanpa prosedur yang rumit dan hal itu memberikan
kemudahan bagi para pengusaha untuk memperoleh mesin-mesin dan
peralatan yang mutakhir untuk memungkinkan dibukanya suatu bidang usaha
produksi yang baru atau untuk memodernisasi perusahaan.
(“Keuntungan dan Kerugian Leasing”, 28 Agustus 2010)
15
Universitas Kristen Petra
belum tentu yakin bahwa barang lease tersebut bebas dari berbagai ikatan
seperti "liens" (gadai) “preferences”, “priorities”, “charges” atau kepentingan-
kepentingan lainnya.
(“Keuntungan dan Kerugian Leasing”, 28 Agustus 2010)
16
Universitas Kristen Petra
2.13. Perlakuan Pajak Atas Leasing
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 1169/KMK.01/1991,
Kegiatan sewa-guna-usaha, perlakuan atas leasing, yaitu:
selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas
barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak
opsi untuk membeli;
Penyusutan dilakukan mulai tahun pajak digunakannya hak opsi. Khusus
untuk barang modal berupa tanah, sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008, tidak diperbolehkan untuk dilakukan
penyusutan
setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut,
lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa
(residual value) barang modal yang bersangkutan;
pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali
pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut dapat
digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi.
dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan,
Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa-
guna-usaha.
Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-
guna-usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-
usaha dengan hak opsi.
17
Universitas Kristen Petra
3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station
wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
5. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya
tidak memenuhi ketentuan atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan
Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak;
6. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
ketentuan;
7. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
8. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
9. Perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak
sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi
18
Universitas Kristen Petra
2.15. Biaya yang Dapat Dikurangkan antara Pembelian Tunai, Kredit dan
Sewa Guna Usaha (leasing)
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari alternatif pembiayaan melalui
tunai, kredit dan leasing dapat dilihat pada tabel 2.2, sebagai berikut :
Tabel 2.2. Biaya yang Dapat Dikurangkan dari Pembelian Tunai, Kredit atau
Leasing
19
Universitas Kristen Petra
Lanjutan…
20
Universitas Kristen Petra
2.16. Pengadaan Mesin Baru Melalui Pembelian Langsung atau Finance
Lease
2.16.1. Pengadaan Mesin Melalui Finance Lease
Langkah pertama dalam analisis ini adalah menentukan tingkat suku
bunga yang akan digunakan, yaitu :
Bunga deposito : 16%
Bunga pinjaman : 20% (digunakan sebagai discount factor)
Bunga leasing : 22%
Bunga leasing dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan-
perusahaan leasing yang menjadi sampel dalam penelitian. Tingkat bunga leasing
rata-rata adalah 10% di atas bunga pinjaman, karena sebagian besar perusahaan
leasing sumber dananya berasal dari pinjaman bank.
Setelah mengetahui tingkat suku bunga langkah berikutnya adalah
menghitung besarnya angsuran biaya leasing (lease fee) yang harus dibayar setiap
bulannya. Dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa lease term 4 tahun dan
jaminan (security deposit) sama dengan nilai opsi yaitu 10% dari nilai mesin yang
di leasing (lihat Tabel 2.3.).
Tabel 2.3.
Jadwal pembayaran lease fee dan nilai tunainya
Jaminan : Rp 100.000.000,00
Nilai leasing : Rp 900.000.000,00
Tingkat bunga : 22% p.a.
Discount factor : 20%
Jangka waktu : 4 tahun
21
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3. Jadwal Pembayaran Lease Fee dan Nilai Tunainya
22
Universitas Kristen Petra
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 2.3., Total lease fee secara nominal
adalah sebesar Rp 1.361.062.562,52, sedangkan nilai tunai (present value) dengan
discount rate 20% adalah sebesar Rp 947.345.315,65. Semua lease fee ini dapat
diakui sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak.
Selain lease fee, biaya yang masih dapat dikurangkan adalah biaya
penyusutan. Setelah mengambil-alih mesin yang disewa guna usaha dengan hak
opsi, maka nilai perolehan aset (sebesar nilai opsi) dapat disusutkan oleh
perusahaan sesuai dengan metode dan umur aset bersangkutan yang telah
ditetapkan.
Berikut ini adalah perhitungan biaya penyusutan nilai opsi (Tabel 2.4.).
Tabel 2.4.
Tabel penyusutan mesin yang dibeli dengan financial lease dengan discount rate
20%
Nilai aset : Rp 100.000.000,00
Metode penyusutan : Saldo menurun
Umur aset : 8 tahun
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 dengan menggunakan tingkat bunga leasing 22% dan
discount factor 20% maka nilai perolehan keseluruhan mesin (lease fee dan nilai
opsi) adalah sebesar Rp 1.461.062.562,52 dan total nilai tunai yang dapat
dibiayakan adalah Rp 974.636.190,66.
23
Universitas Kristen Petra
2.16.2. Pengadaan Mesin dengan Pembelian Langsung
Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka
dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung besarnya
biaya penyusutan, metode yang dapat digunakan adalah metode garis lurus dan
metode saldo menurun. Untuk perhitungan dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah saldo menurun, karena berdasarkan perhitungan sebelumnya
metode saldo menurun lebih menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan umur
aset 8 tahun sesuai dengan ketentuan. Besarnya biaya per tahun penyusutan dapat
dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5.
Biaya penyusutan dan nilai tunainya
Nilai aset : Rp 1.000.000.000,00
Umur mesin : 8 tahun
Metode penyusutan : Saldo menurun
Discount rate : 20%
Tabel 2.5. Biaya Penyusutan Mesin yang Dibeli Dengan Pembelian Langsung
24
Universitas Kristen Petra
biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak.
Untuk leasing biaya yang dapat sikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya
penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian langsung adalah
sebesar biaya penyusutannya saja. Di samping dihitung berdasarkan nilai nominal
juga dihitung berdasarkan nilai tunai (Tabel 2.6).
Tabel 2.6. Perbandingan Antara Harga Perolehan dan Penghematan Pajak Antara
Pembelian Langsung Dengan Leasing
25
Universitas Kristen Petra