Penyusutan adalah suatu alat dalam alokasi biaya, yaitu sebagai proses dalam
mengalokasikan biaya aktiva berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional
selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aktiva tersebut. Pendekatan
ini digunakan dengan alasan nilai aktiva dapat naik turun pada saat aktiva tersebut dibeli dan
dijual. Jika aktiva jangka panjang dihapus, maka istilah penyusutan atau depresiasi menunjukkan
bahwa aktiva tetap berwujud telah menurun nilainya. Apabila yang terlibat adalah aktiva berupa
sumber daya alam, maka istilah penurunan nilai aktiva tersebut adalah deplesi. Sedangkan ketika
aktiva tak berwujud yang terlibat, istilahnya adalah amortisasi.
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari faktor biaya awal dan juga
faktor nilai residu. Nilai residu adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aktiva
tersebut dijual. Nilai residu atau nilai sisa merupakan jumlah dimana aktiva harus diturunkan
nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya.
Masalah umur manfaat dari sebuah aktiva juga menjadi faktor penentu ditariknya aktiva
tersebut dari penggunaan. Secara umum, aktiva ditarik dari penggunaan berdasarkan faktor fisik
yang meliputi kerusakan dan habisnya umur fisik, dan faktor ekonomis seperti keusangan aktiva.
Faktor-faktor tersebut menetapkan batas untuk umur manfaat aktiva. Faktor-faktor tersebut
secara lebih sempit lagi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat ketidaklayakan dalam
kegiatan operasional yang seiring berjalannya waktu permintaan selalu meningkat, penggantian
aktiva dengan yang lebih efisien dan ekonomis, dan ketidaklayakan aktiva karena dinilai sudah
usang dan tidak lagi memenuhi standarisasi perusahaan.
3. Metode penyusutan
Perusahaan umumnya menggunakan sejumlah metode dalam alokasi biaya penyusutan, yaitu:
a. Metode aktivitas
b. Metode garis lurus
c. Metode beban menurun (jumlah-angka-tahun, metode saldo menurun)
a. Metode Aktivitas
Metode aktivitas juga dikenal sebagai pendekatan beban variabel atau unit produksi. Metode
ini mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas dan
bukan dari berlalunya waktu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan metode ini adalah :
Kelebihan dari metode ini adalah apabila hilangnya pelayanan merupakan hasil dari aktivitas
atau produktivitas, maka metode ini tepat dipilih untuk menandingkan biaya dengan pendapatan.
Perusahaan yang menginginkan penyusutan yang rendah selama periode produktivitasnya rendah
dan sebaliknya dapat menggunakan metode aktivitas ini.
Namun, keterbatasan dari metode ini adalah penggunaan metode ini tidak tepat apabila
digunakan pada situasi penyusutan merupakan fungsi dari waktu dan bukan aktivitas. Masalah
lain dalam menggunakan metode ini adalah estimasi unit output atau unit yang diproduksi, dan
jam penggunaan yang diterima seringkali sulit ditentukan.
Keterbatasan dari metode garis lurus ini adalah metode ini didasarkan atas dua asumsi yang
tidak realistis, yaitu kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun, dan beban reparasi dan
pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode. Dan masalah tambahan yang terjadi pada
penggunaan metode ini adalah berkembangnya distorsi dalam analisis tingkat pengembalian laba
maupun aktiva.
Metode ini menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan
beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Karena metode ini memperbolehkan
pembebanan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dibandingkan dengan metode-metode
lainnya. Metode ini dibagi menjadi dua, yaitu :
- Metode jumlah-angka-tahun
Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang
menurun dari biaya yang dapat disusutkan, yaitu biaya awal dikurangi nilai sisa. Pada
akhir masa manfaat aktiva, saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
Pada umumnya standar-standar akuntansi terkait dengan nilai LCM (lower cost of market)
untuk persediaan tidak dapat diaplikasikan pada property, pabrik, dan peralatan. Bahkan ketika
property, pabrik, dan peralatan telah mengalami keusangan. Sehingga pencatatannya sering luput
dari perhatian, karena tidak seperti persediaan, sulit untuk mendapatkan nilai wajar property,
pabrik, dan peralatan yang tidak subjektif.
Penurunan nilai atau impairment terjadi apabila jumlah tercatat aktiva tidak dapat dipulihkan
dan oleh karena itu, perlu dihapuskan. Berbagai kejadian dan perubahan situasi mungkin akan
mengarah pada suatu penurunan nilai, contohnya:
a. Suatu penurunan nilai yang signifikan dalam nilai pasar suatu aktiva
b. Suatu perubahan yang signifikan terjadi dalam jangka waktu aktiva tersebut
dimanfaatkan
c. Suatu perubahan terbalik yang signifikan dalam faktor-faktor hokum atau iklim usaha
yang mempengaruhi nilai aktiva
d. Suatu akumulasi biaya yang secara signifikan melebihi jumlah biaya awal yang
diperkirakan untuk mengakuisisi atau membuat aktiva
e. Suatu proyeksi atau peramalan yang menunjukkan kerugian terus-menerus yang
berhubungan dengan aktiva
Jika peristiwa atau perubahan situasi ini menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang tercatat
tidak dapat dipulihkan, maka pengujian atas kemampuan pemilihan akan digunakan untuk
menentukan penurunan nilai. Jika jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan lebih kecil
dari jumlah aktiva yang tercatat, maka nilai aktiva dianggap telah menurun. Sebaliknya jika
jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan sama dengan atau lebih besar dari jumlah
aktiva yang tercatat, maka tidak ada penurunan nilai yang terjadi. Dasar pemikiran dari
pengujian ini adalah asumsi dasar bahwa neraca harus melaporkan aktiva jangka panjang pada
jumlah yang tidak melebihi jumlah tercatat yang dapat dipulihkan.
Jika pengujian mengenai kemampuan pemulihan menunjukkan bahwa peurunan nilai telah
terjadi, maka perusahaan telah mengalami kerugian. Kerugian penurunan nilai adalah jumlah
dimana jumlah aktiva yang tercatat melebihi nilai wajarnya. Nilai wajar diukur atas dasar nilai
pasar yang berlaku jika ada pasar aktif untuk aktiva terkait. jika tidak ada pasar aktif, maka nilai
sekarang dari arus kas bersih masa depan yang diharapkan harus digunakan. Proses penentuan
kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut :
a. Menelaah kejadian atau perubahan situasi atas kemungkinan terjadinya penurunan nilai.
b. Jika hasil penelaahan menunjukkan penurunan nilai, maka pengujian tentang kemampuan
pemulihan akan diterapkan. Jika jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan dari
aktiva jangka panjang lebih kecil dari jumlah tercatat aktiva jangka panjang lebih kecil
dari jumlah aktiva yang tercatat, maka suatu penurunan nilai telah terjadi.
c. Dengan mengasumsikan terjadinya penurunan nilai suatu aktiva, kerugian penurunan
nilai adalah jumlah dimana jumlah aktiva yang tercatat lebih besar dari nilai wajar aktiva
terkait.
Setelah kerugian penurunan nilai dicatat, maka penurunan nilai aktiva tercatat yang ditahan
untuk digunakan akan menjadi dasar biaya yang baru. Akibatnya, dasar biaya baru ini tidak
berubah kecuali untuk penyusutan atau amortisasi di periode masa depan atau penurunan nilai
tambahan. Kerugian penurunan nilai tidak dapat direstorasi atas aktiva yang ditahan untuk
digunakan. Dasar pemikiran untuk tidak mencatat nilai aktiva adalah bahwa dasar biaya baru
menyebabkan aktiva yang diturunkan atas dasar yang sama dengan aktiva lainnya yang tidak
menurun.
Untuk kasus altiva yang ditahan untuk dilepaskan tidak akan disusutkan atau diamortisasi
selama periode aktiva itu dimiliki. Dasar pemikirannya adalah bahwa penyusutan tidak konsisten
dengan pendapat mengenai aktiva yang akan dilepaskan dan penggunaan mana yang terendah
antara biaya atau nilai realisasi bersih. Dengan kata lain, aktiva yang ditahan untuk dilepaskan
seperti persediaan harus dilaporkan pada mana yang terendah antara biaya atau nilai realisasi
bersih. Suatu aktiva yang ditahan untuk dilepaskan dapat dicatat pada periode mendatang, selama
pencatatan itu tidak pernah lebih besar dari nilai tercatat aktiva sebelum penurunan nilai.
Kerugian atau keuntungan yang berhubungan dengan aktiva yang diturunkan ini harus
dilaporkan sebagai bagian dari laba operasi berlanjut.
B. DEPLESI
Sumber daya alam dikarakteristikkan dengan dua fitur utama, yaitu penggunaan sepenuhnya
aktiva tersebut, dan penggantian aktiva ini hanya dapat dilakukan oleh alam. Sumber daya alam
di konsumsi secara fisik selama periode penggunaan dan tidak mempertahankan karakteristik
fisiknya. Perhitungan dasar deplesi melibatkan empat faktor, yaitu biaya akuisisi deposit, biaya
eksplorasi, biaya pengembangan, dan biaya restorasi.
Biaya akuisisi adalah harga yang dibayarkan perusahaan untuk memperoleh hak property
untuk mencari dan menemukan sumber daya alam yang belum pernah ditemukan sebelumnya
atau harga yang harus dibayar untuk sumber daya yang telah ditemukan. Biaya akuisisi sumber
daya alam dicatat pada akun property yang belum dikembangkan, dan dibebankan ke sumber
daya alam jika usaha eksplorasi berhasil. Apabila tidak berhasil maka biaya tersebut harus
dihapus sebagai suatu kerugian. Sementara biaya eksplorasi adalah biaya seluruh yang
diperlukan untuk menemukan suatu sumber daya alam. Biaya ini dibebankan ketika eksplorasi
tersebut terjadi. Apabila biaya ini bersifat substansial dan risiko menemukan sumber daya idak
pasti, maka kapitalisasi dapat dilakukan.
Biaya pengembangan dapat berupa biaya peralatan berwujud dan tidak berwujud. Biaya
peralatan berwujud termasuk semua transportasi dan alat berat lainnya yang diperlukan untuk
mengembangkan sumber daya serta menyiapkannya.biaya ini tidak diperhitungkan dalam dasar
deplesi, karena aktiva tersebut dapat berpindah lokasi ke lokasi lain. Sementara biaya peralatan
tidak berwujud meliputi biaya pengeboran dan lain-lain. Biaya ini tidak memiliki karakteristik
berwujud, tetapi dianggap sebagai bagian dari dasar deplesi. Sedangkan biaya restorasi adalah
biaya yang terkadang keluar untuk merestorasi kembali property seperti pada kondisi semula
setalah dilakukan pengembangan. Biaya ini adalah dasar dari deplesi. Jumlah yang dimasukkan
dalam dasar deplesi ini adalah nilai wajar kewajiban untuk merestorasi property setelah
dilakukannya pengembangan.
Deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi yang berarti bahwa deplesi merupakan
fungsi dari jumlah unit yang ditambang selama periode berjalan. Dalam pendekatan ini, total
biaya sumber daya alam dikurangi nilai sisa dibagi dengan estimasi jumlah unit yang berada
dalam deposit sumber daya alam untuk memperoleh biaya per unit produk. Biaya per unit ini
kemudian dikalikan dengan jumlah unit yang ditambang untuk menghitung deplesi. Akun
persediaan didebit sebesar total deplesi tahun berjalan dan di sisi kredit akun akumulasi deplesi
untuk mengurangi nilai tercatat sumber daya alam. Jumlah yang tidak dijual tetap berada pada
persediaan dan dilaporkan pada kelompok aktiva lancar pada neraca.
Karena dampak yang signifikan dari metode penyusutan yang digunakan terhadap laporan
keuangan, maka pengungkapan berikut harus dibuat:
Rasio marjin laba tehadap penjualan digunakan untuk menganalisisn penggunaan property,
pabrik, dan peralatan. Rasio ini dihitung dengan cara laba bersih dibagi dengan penjualan bersih.
Dengan menghubungkan marjin laba terhadap penjualan dengan perputaran aktiva selama satu
periode, kita dapat memastikan seberapa menguntungkan aktiva digunakan selama periode
tertentu.
Tingkat pengembalian atas aktiva dapat secara langsung dihitung dengan membagi laba
bersih dengan rata-rata total aktiva. Tingkat pengembalian identik dengan tingkat pengembalian
yang dihitung dengan mengalikan marjin laba terhadap penjualan dengan perputaran aktiva.
Tingkat pengembalian atas aktiva merupakan pengukuran yang baik bagi profitabilitas karena
mengkombinasikan pengaruh marjin laba dan perputaran aktiva.