Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian APS dapat diartikan dalam sudut pandang alternative to litigation (ATL) atau
(alternative to adjudication), jelaskan perbedaan di antara dua pengertian tersebut.? Jika
dikaitkan dengan kasus di atas, pengertian yang manakah yang digunakan para pihak, jelaskan?
Jawaban :
Alternative to litigation yaitu seluruh mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan,
termasuk arbitrase merupakan APS sedangkan Alternative to adjudication, berarti mekanisme
penyelesaian sengketa yang bersifat konsesus atau kooperatif, seperti halnya negosiasi, mediasi
dan konsiliasi dalam alternative to adjudication¸ arbitrase tidak termasuk dalam APS
Untuk kasus tersebut yang tepat untuk digunakan para pihak adalah Alternative to adjudication
karena kasus tersebut tidak termasuk kedalam APS dikarenakan force majeur adalah suatu
kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu
kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya maka
bukan termasuk wanprestasi jika force majeur terjadi.
2. Berdasarkan kasus di atas, dapatkan para pihak menggunakan metode negosiasi untuk
menyelesaikan sengketa di antara mereka, jelaskan?
Jawaban :
Bisa, dikarenakan di klausul disebutkan apabila digunakan ATL dulu sehingga di APS
diselesaikannya melalui negosiasi sehingga bisa. intinya tergantung para pihak inginnya pakai
apa.
3. Berdasarkan UU NO. 30 tahun 1999 terdapat beberapa metode penyelesaian sengketa APS.
Sebutkan dan jelaskan metode APS yang menggunakan jasa/bantuan pihak ketiga? Jelaskan
perbedaan peran pihak ketiga dalam metode 2 tersebut?
Jawaban :
Metode yg menggunakan pihak ketiga yaitu:
 mediasi adalah peranannya pasif, sitetapkan sendiri oleh pihak yg bersengketa.
mediator itu hanya mendapat fakta dari para pihak.
 Konsiliasi adalah intervensi pihak ketiga, konsiliator sifatnya aktif dengan catatan ambil
inisiatif dan merumuskan langkah2 penyelesaian, apabila pihak bersengketa tidak
mampu merumuskan langkah2 penyelesaian sengketa. Konsiliator punya kewenangan
yg lebih besar dan bisa dapet fakta dari luar para pihak.
 penilaian ahli adalah pendapat para ahli untuk hal yg bersifat teknis sesuai dgn bidang
keahliannya. mengedepankan expertnya.
perbedaan peran pihak ketiga dalam metode-metode tersebut :
 Mediasi Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.Peranan mediator
adalah sebagai penengah (yang pasif) yang memberikan bantuan berupa alternatif-
alternatif penyelesaian sengketa untuk selanjutnya ditetapkan sendiri oleh pihak yang
bersengketa.Mediator hanya berwenang mengusulkan alternatif penyelesaian tidak
berhak memutuskan.
 Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dengan intervensi pihak ketiga (konsiliator),
dimana konsiliator lebih bersifat aktif, dengan mengambil inisiatif menyusun dan
merumuskan langkah-langkah penyelesaian, yang selanjutnya ditawarkan kepada para
pihak yang bersengketa. Jika pihak yang bersengketa tidak mampu merumuskan suatu
kesepakatan, maka pihak ketiga mengajukan usulan jalan keluar dari sengketa.
Meskipun demikian konsiliator tidak berwenang membuat putusan, tetapi hanya
berwenang membuat rekomendasi, yang pelaksanaanya sangat bergantung pada itikad
baik para pihak yang bersengketa sendiri. Jika dibandingkan dengan mediator,
konsiliator memiliki kewenangan lebih besar karena konsiliator dalam mencari atau
memperoleh fakta bisa dari luar para pihak. Sementara mediator hanya memperoleh
fakta dari para pihak saja.
 Penilaian ahli Penilaian ahli dapat dikatakan sebagai pendapat para ahli untuk suatu hal
yang bersifat teknis sesuai dengan bidang keahliannya. Penilaian ahli adalah suatu upaya
mempertemukan pihak yang berselisih dengan cara menilai pokok sengketa yang
dilakukan oleh seorang atau beberapa orang ahli di bidang terkait dengan pokok
sengketa untuk mencapai persetujuan.
4. Sebutkan dan jelaskan hasil dari APS serta kekuatan hukumnya?
Jawaban :
Penyelesaian sengketa dengan menggunkan lembaga arbitrase akan menghasilkan Putusan
Arbitrase. Putusan arbitrase merupakan putusan pada tingkat akhir (final) dan langsung
mengikat para pihak
5. Dalam kasus di atas, apakah obyek sengketa para pihak merupakan kewenangan arbitrase
menurut UU. No. 30 tahun 1999, jelaskan? Sebutkan perbedaan keluasan obyek sengketa
antara APS dan Arbitrase?
Jawaban :
Obyek sengketa yang menjadi kewenangan arbitrase menurut UU No. 30 tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 5 ayat (1) bahwa sengketa yang dapat
diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang
menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.
 Penjelasannya tidak memberikan apa yang termasuk dalam bidang perdagangan. Jika
dihubungkan dengan penjelasan Pasal 66 UU No.30 Tahun 1999, termasuk dalam ruang
lingkup perdagangan adalah kegiatan-kegiatan antara lain bidang :
1) Perniagaan
2) Perbankan
3) Keuangan
4) Penanaman Modal
5) Industri
6) Hak Kekayaan Intelektual (HKI)Selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) bahwa sengketa yang
tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan
perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian.
 Dengan menggunakan penafsiran argumentum a contrario, maka obyek sengketa yang
menjadi kewenangan arbitrase berdasarkan UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase
dan APS adalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut
hukum dan peraturan perundang-undangan dapat diadakan perdamaian.
 Perbedaan keluasan obyek sengketa antara APS dan Arbitrase Obyek sengketa APS lebih
luas karena hampir semua sengketa perdata dapat menggunakan APS, sementara
Arbitrase hanya beberapa sengketa keperdataan yaitu dibidang perdagangan,
perbankan, keuangan, penanaman modal, industry, dan HKI saja.
6. Terdapat dua jenis perjanjian arbitrase, sebut dan jelaskan dua jenis perjanjian arbitrase
tersebut? Jika dikaitkan dengan kasus di atas, jenis perjanjian arbitrase manakah yang
digunakan?
Jawaban :
 Perjanjian yang merujuk pada keseluruhan sengketa yang akan terjadi di masa datang
(future). Perjanjian yang merujuk pada keseluruhan sengketa yang akan terjadi di masa
datang (future) dan merupakan itikad baik para pihak dalam pemilihan lembaga
arbitrase, bentuknya akan dituangkan dalam suatu klausul (Pasal) dalam kontrak,
dimana validitasnya sering diatur oleh hukum yang dapat digunakan pada substansi
sengketa. Bentuk klausulnya biasanya sangat singkat (brief).
 Perjanjian yang merujuk pada sengketa-sengketa yang ada (telah terjadi).Perjanjian
yang merujuk pada sengketa-sengketa yang ada (telah terjadi) biasanya berbentuk
submission dari perjanjian. Suatu submission dari perjanjian biasanya diuraikan secara
detail dimana lebih mempertimbangkan aspek prosedur dan praktis dari arbitrase.

 Dikaitkan dengan kasus di atas perjanjian arbitrase yang digunakan dalam klausul
tersebut di atas adalah perjanjian yang merujuk pada keseluruhan sengketa yang akan
terjadi di masa datang (future) , yaitu perjanjian arbitrase yang secara tegas menyatakan
bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau yang mungkin timbul dari
hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara alternatif penyelesaian
sengketa dan arbitrase. Hal ini sesuai dengan klausul tersebut di atas yang menyatakan
bahwa apabila suatu sengketa timbul dari pelaksanaan perjanjian ini, maka akan
diselesaikan dengan metode alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase

Anda mungkin juga menyukai