Toko online (online shopping) jika dibandingkan dengan toko secara fisik memiliki
beberapa keuntungan, antara lain : toko online lebih nyaman dan tidak memerlukan waktu
yang lama (time saving) dan tidak membutuhkan perjalanan maupun antrian menunggu untuk
membayarnya. Toko online selalu buka setiap waktu dan dapat diakses kapan saja dan di
mana saja. Toko online menyediakan konsumen dengan informasi yang lengkap dan gratis
tentang produk dan layanan yang akan di beli. Toko online juga menyediakan fitur-fitur yang
bisa membantu konsumen untuk membandingkan harga antara produk yang satu dengan yang
lainnya, dan membantu konsumen memutuskan produk apa yang akan dibelinya. Hoffman
dan Novak (1996) mengungkapkan bahwa interaksi merupakan ciri yang membedakan dalam
komunikasi pemasaran suatu produk dalam media internet dibandingkan dengan media masa
dalam bentuk yang lain. Sekarang ini konsumen di media online internet lebih memiliki
control dan kekuatan untuk tawar-menawar daripada konsumen di tokpada umumnya, hal ini
dikarenakan media internet menawarkan lebih banyak interaksi antara konsumen (pembeli)
dengan produsen (penjual), sama halnya dengan informasi yang lengkap mengenai produk
tersebut.
8
2.1.2 Online Shopping Behavior
Online shopping behavior atau juga dapat diartikan perilaku belanja melalui media
online menunjuk kepada proses pembelian produk atau layanan jasa melalui media internet.
Proses ini terdiri dari 5 tahapan yang sama dengan tahapan perilaku konsumen dalam
pembelian produk ataupun layanan jasa pada umumnya (traditional shopping behavior)
(Liang and Lai, 2000). Dalam tipe proses belanja secara online, ketika konsumen yang
potensial menginginkan produk atau layanan jasa yang dibutuhkannya, konsumen dengan
menggunakan media internetnya mencari informasi mengenai produk atau layanan jasa yang
dibutuhkannya. Bagaimanapun, daripada secara aktif mencari, konsumen yang potensial akan
tertarik oleh informasi mengenai produk atau layanan jasa yang dibutuhkannya. Lalu
konsumen akan mengevaluasi alternatif dan satu pilihan yang terbaik dan sesuai dengan
kriteria yang dibutuhkannya. Akhirnya, transaksi dilakukan dan proses layanan pengiriman
disediakan. Perilaku konsumen online-shopping menunjuk kepada keadaan psikologis
konsumen dalam melakukan pembelian produk atau layanan jasa secara online melalui media
internet (Li and Zhang, 2002).
Privacy risk menunjuk kepada kebocoran informasi pribadi seseorang yang ada di
sistem internet, informasi ini ditawarkan oleh penyedia jasa internet online kepada pihak lain
untuk digunakan kepentingan yang lain baik yang positif misalnya promosi suatu produk (e-
commerse), maupun yang negative misalnya penggunaan informasi seseorang untuk tindakan
kejahatan di dunia maya / internet. Resiko-resiko itu tentunya menyebabkan konsumen
bereaksi negative sehingga menimbulkan ketidakpastian, ketidaknyamanan, dan kegelisahan
ketika konsumen memutuskan melakukan transaksi pembelian secara online melalui media
internet (Dowling and Staelin, 1994; Jarvenpaa and Todd, 1996-97; Bhatnagar, Misra, and
Rao, 2000).
9
2.1.4 Domain Specific Innovativeness
10
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Ming-Shen Wang, Chih-Chung Chen, Su-Chao Chang, dan Yung-Her Yang (2007)
melakukan penelitian yang berjudul “Effects of Online Shopping Attitudes, Subjective
Norms and Control Beliefs on Online Shopping Intentions : A Test of the Theory of
Planned Behavior.” Penelitian ini menguji keinginan dari konsumen dalam
melakukan transaksi online-shopping dari perspektif teori perilaku yang direncanakan
(planned behavior theory). Data diperoleh dari 92 pengguna internet online dan 134
bukan pengguna internet yang menyelesaikan sebuah kuesioner yang spesial. Dengan
menggunakan SEM (structural equation modeling), sikap konsumen untuk
melakukan transaksi online-shopping, khususnya ‘perceived behavior control beliefs’
secara signifikan mempengaruhi perilaku konsumen. Terlebih lagi, variabel
‘perceived behavior control beliefs’ ini lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan
sikap konsumen yang juga turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan
transaksi online-shopping. Sedangkan variabel ‘subjective norms’ tidak memberikan
pengaruh terhadap perilaku konsumen dalam melakukan transaksi online-shopping.
11
promotion, attractiveness, believability, dan originality tidak secara signifikan
mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan transaksi online-shopping.
3. Mohammad Hossein Moshref Javadi (2012) melakukan penelitian yang berjudul “An
Analysis of Factors affecting on Online Shopping behavior of Consumers in Iran.”
Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu perceived risks, infrastructural
variables, return policy, subjective norms, perceived behavioral control, domain
specific innovativeness dan attitude on online shopping behavior. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa financial risks dan non-delivery risk tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap perilaku konsumen online-shopping. Hasil penelitian juga
mengindikasikan bahwa domain specific innovativeness dan subjective norms secara
signifikan mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan transaksi online
shopping; terlebih lagi consumer’s attitude mempangruhi secara signifikan perilaku
konsumen.
12
2.4 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih
variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2011).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
• H7 : Financial Risk, Product Risk, Privacy Risk, Non-delivery Risk, Domain Specific
Innovativeness dan Subjective Norms secara bersama-sama berpengaruh terhadap
perilaku konsumen di Indonesia dalam melakukan transaksi pembelanjaan online
(online shopping behavior)
13