0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan14 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas pengaruh sikap konsumen terhadap belanja online di Indonesia.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja online meliputi kenyamanan, informasi, produk dan layanan, serta efisiensi biaya dan waktu.
3) Manfaat yang dirasakan konsumen menjadi pertimbangan utama dalam menentukan keputusan berbelanja secara online.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas pengaruh sikap konsumen terhadap belanja online di Indonesia.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja online meliputi kenyamanan, informasi, produk dan layanan, serta efisiensi biaya dan waktu.
3) Manfaat yang dirasakan konsumen menjadi pertimbangan utama dalam menentukan keputusan berbelanja secara online.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas pengaruh sikap konsumen terhadap belanja online di Indonesia.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja online meliputi kenyamanan, informasi, produk dan layanan, serta efisiensi biaya dan waktu.
3) Manfaat yang dirasakan konsumen menjadi pertimbangan utama dalam menentukan keputusan berbelanja secara online.
Fakultas Ekonomi,Kewirausahaan B,Universitas negeri Medan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Penekanan pada pentingnya memfokuskan perancangan suatu strategi bagi pengelola bisnis tentang bagaimana memberikan pelayanan dan kemampuan mempertahankan pelanggan Sehingga perlu adanya antisipasi para pengelola bisnis tentang kebutuhan pelanggan dan suatu produk sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus (objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan objeknya serta karakteristik maupun fitur produk sehingga mampu memenuhi keinginan pelanggan.Perlunya penerapan suatu mendapatkan perhatian konsumen, memelihara hubungan pelanggan mereka dan meningkatkan dan mengelola hubungan timbal balik denganpelanggan.
Belanja online di Indonesia terus meningkat dalam beberapa
tahun terakhir. Fenomena ini menarik karena konsumen tertarik berbelanja online karena alasan praktis. Toko online sering menawarkan uang kembali dan diskon eceran Di sisi lain, ketika menerapkan strategi pemasaran, ketepatan strategi produk dan layanan ditujukan untuk meningkatkan nilai merek dan meningkatkan kinerja dan kesadaran, citra, kepuasan, dan loyalitas perusahaan. Kehadiran ekuitas merek dapat membedakan pengembalian jangka panjang dari pengembalian jangka pendek Perilaku ini menunjukkan keyakinan konsumen terhadap keputusan pembelian produk. Pemimpin harus melindungi dan memelihara ekuitas merek (reputasi atau muatan produk) agar calon pelanggan selalu memiliki kepercayaan saat menggunakan atau mengkonsumsinya.
Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi menciptakan
peluang bisnis bagi perusahaan mengejar kesuksesan. Misalnya, Internet dapat membuat bisnis menjadi tidak terbatas dan tidak terbatas waktu (bisnis tanpa batas wilayah dan waktu) Menggunakan koneksi internet merupakan infrastruktur bisnis yang sangat menjanjikan. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang penggunaan internetnya semakin meningkat. Pada awal tahun 1998 pengguna internet hanya sekitar 500.000, namun pada awal tahun 2000-an terjadi lonjakan yang cukup tinggi yaitu sekitar 61 juta pengguna internet (Karimuddin, 2012). Peningkatan penggunaan internet inilah yang menjadikan Indonesia negara terbesar keempat dalam hal akses internet. Dalam bisnis online, ini adalah satu-satunya cara untuk menyampaikan pesan terlengkap termasuk pengetahuan, kesadaran, preferensi, kepercayaan, preferensi, dan pembelian. Sarana komunikasi lainnya belum mampu menonjolkan komunikasi online secara utuh. Oleh karena itu, tidak heran jika para pebisnis berusaha menawarkan dan mempromosikan produk bisnisnya secara online. Pertumbuhan bisnis online di Indonesia cukup pesat dan sangat menjanjikan di semua industri yang menggunakan internet sebagai alat transaksi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka muncullah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Jumlah keuntungan yang memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Manfaat yang dirasakan dalam konteks ini sebagai kepercayaan konsumen tentang sejauh mana ia akan menjadi lebih baik setelah melakukan transaksi online. 2. Bagaimana pengaruh Perilaku konsumen dalam belanja online ? 1.3 Tujuan 1. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pasar online 2. Meningkatkan Citra belanja online yang dirasakan didefinisikan sebagai apa yang ada di benak konsumen saat dia berbelanja 1.4 Manfaat 1. Manfaat yang dirasakan dalam konteks ini sebagai kepercayaan konsumen tentang sejauh mana ia akan menjadi lebih baik setelah melakukan transaksi online. 2. Meningkatkan Citra belanaja online dengan cara menaikkan kepercayaan konsumen tentang sejauh mana ia akan menjadi lebih baik setelah melakukan transaksi online. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belanja Online Belanja online mengacu pada membeli produk dan layanan melalui Internet. Sehingga, toko online menjadi salah satu alternatif untuk membeli barang atau jasa. Penjualan online tumbuh dalam hal layanan, efisiensi, keamanan, dan popularitas. Menurut Aldrich (2011), pengusaha Inggris Micheal Aldrich menemukan e-commerce pada tahun 1979. Selain itu, Palmer (2007) Tim Berners Lee menciptakan server dan browser World Wide Web pertama pada tahun 1990 dan kemudian membukanya untuk penggunaan komersial pada tahun 1991. commerce merupakan bagian dari perdagangan elektronik yang mengacu pada aktivitas bisnis yang menggunakan teknologi komunikasi seperti internet sebagai medianya (Grant and Meadows, 2008). E-commerce dapat didefinisikan sebagai setiap transaksi komersial atau penjualan barang atau jasa menggunakan media elektronik. . E-commerce sendiri mencakup bisnis melalui Internet, seperti bisnis-ke-bisnis (B2C) dan bisnis-ke-bisnis (B2B) bisnis dan bisnis melalui pertukaran informasi terstruktur secara elektronik (Ustadiyanto, 2002). Faktor-faktor ini dapat diringkas menjadi empat kategori, kenyamanan, informasi,produk dan layanan yang tersedia, efisiensi biaya dan waktu. Konsumen tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga saat berbelanja online, mereka dapat langsung melakukan pembelian dengan melihat websitenya. Menurut Liang dan Lai (2002), perilaku pembelian elektronik adalah proses pembelian produk atau jasa melalui internet. media massa Ada tahapan yang berbeda dalam proses belanja online, seperti perilaku belanja fisik. Keunikan dari proses pembelian melalui internet adalah calon konsumen menggunakan internet dan mencari informasi terkait barang atau jasa yang diperlukan Pemasar (produsen) yang memahami perilaku konsumen dapat memprediksi bagaimana konsumen akan bereaksi terhadap informasi yang diterimanya. , sehingga pemasar (produsen) dapat menyusun strategi pemasaran yang tepat (Sumarwan, 201). Daftar belanja online khusus dengan item yang dibeli sebelumnya dapat membantu mengurangi perbedaan ukuran e-cart. Kemungkinan terakhir, bersamaan dengan kemampuan untuk lebih mudah mendapatkan lebih banyak informasi tentang harga dari situs web (misalnya fitur produk), juga dapat menjelaskan mengapa konsumen kurang peka terhadap belanja online. Akhirnya, saluran online adalah yang terbaik untuk orang-orang sibuk dan hari-hari sibuk. Di hari kerja, konsumen memiliki lebih sedikit waktu, sehingga bagi kebanyakan orang, internet adalah pilihan yang baik karena merupakan cara cepat untuk membeli (Brand, 201) Menurut Kim, Ferrini, dan Rao (2008), manfaat yang dirasakan adalah keyakinan konsumen tentang sejauh mana dia akan mendapat manfaat dari belanja online melalui situs web tertentu. Konsep kegunaan mengacu pada sejauh mana suatu inovasi dianggap lebih baik daripada menggantikan ide-ide yang ada (Rogers, 1995). Misalnya, keuntungan belanja online mencerminkan persepsi konsumen bahwa cara belanja baru ini menawarkan keuntungan tertentu sebagai bentuk belanja alternatif. Karayanni (2003) mengatakan bahwa jika pelanggan percaya bahwa dia bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan dari toko online daripada dari toko tradisional, dia pasti akan memilih pilihan belanja ini untuk memenuhi kebutuhannya. Forsythe, Liu, Shannon, dan Gardner (2006) menemukan hubungan positif dan signifikan antara manfaat yang dirasakan dari belanja online, frekuensi pembelian, dan waktu yang dihabiskan dalam pencarian online. Farag dan Lyons (2007) menemukan bahwa pencarian online dan kegunaan yang dirasakan memiliki efek positif pada belanja dan itu memiliki efek positif pada belanja online. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi manfaat belanja online berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen saat berbelanja online, konsumen termotivasi untuk memaksimalkan manfaat yang diterimanya (Forsythe et al., 2006). Ketika pemasar mengetahui perilaku belanja online konsumen, mereka dapat merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk mendatangkan keuntungan maksimal. 2.2 Perilaku Konsumen Konsep perilaku berkaitan erat dengan objek yang penelitiannya berfokus pada masalah manusia.Mowen dan Minor dalam Anova, (2010) menegaskan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) didefinisikan sebagai studi tentang pembelian (unit of purchase) dan proses pertukaran yang melibatkan Akuisisi , konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman dan ide. Menurut Kotler dan Keller (2008:166), perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, menerima, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Artinya perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan konsumen dalam mengambil keputusan, termasuk usaha untuk mendapatkan barang sesuai dengan kebutuhannya. 2.3 Keputusan Pembelian Keputusan pembelian adalah sikap atau tindakan seorang pembeli untukmemperoleh suatu produk berdasarkan apa yang diinginkannya. Schiffman dan Kanuk (2008:85) mengatakan bahwa “Suatu keputusan adalah pilihan antara dua atau lebih pilihan alternatif”. Pendapat 300 ini ditekankan dalam Stephen and Coulter Hanum (2017), pengambilan keputusan merupakan urutan langkah-langkah yang terdiri dari evaluasi alternatif dan pengambilan keputusan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan tindakan konsumen sebagai alternatif untuk membeli suatu produk. Indikator Keputusan Pembelian Akhmadis Hanum (2017) memaparkan beberapa indikator keputusan pembelian terkait pembelian tergantung pada lima (lima) faktor sebagai berikut: 1. Pengalaman sebelumnya Jika konsumen sudah memiliki pengalaman sebelumnya. Untuk barang atau jasa, tingkat partisipasi biasanya menurun. 2. Minat Partisipasi langsung yang berhubungan langsung dengan konsumen,seperti mobil, musik, film, bersepeda atau elektronik. 3. Risiko (pengambilan keputusan terbatas) Ketika persepsi risiko pembelian produk meningkat keterlibatan konsumen juga tinggi. 4. Situasi Keputusan taruhan rendah menjadi taruhan tinggi. 5. Visibilitas Sosial Partisipasi meningkat dan pandangan sosial meningkat sebanyak produk. 2.4 Faktor yang mempengaruhi perilaku Konsumen saat belanja online Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku belanja adalah adalah persepsi risiko. Menurut Bauer, Derwall, dan Hann (2009), risiko adalah ketidakpastian dan konsekuensi dari tindakan konsumen. Dalam berbelanja, menurut Oglethorpe dan Monroe (199), risiko yang dirasakan adalah persepsi konsumen tentang ketidakpastian dan konsekuensi negatif yang mungkin timbul dari pembelian suatu produk atau jasa. Persepsi konsumen terhadap risiko meningkat dengan tingkat ketidakpastian dan/atau konsekuensi negatif Menurut Forsythe et al (2006), perilaku e-purchasing saat ini terdiri dari tiga hal, yaitu: 1. Kunjungan (pencarian): calon pembeli Akses pertama ke situs web tempat belanja Kunjungan ini dilakukan setelah melakukan identifikasi kebutuhan belanja. Namun, ada juga yang hanya ingin menghabiskan waktu melihat-lihat produk, layanan, atau penawaran toko online 2. Pembelian: Ketika seseorang mengunjungi atau mencari dan menemukan produk atau layanan yang cocok untuknya, mereka melakukan pembelian. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya pembelian di situs e-commerce: Pertama, seseorang melakukan pembelian karena memang membutuhkan suatu produk atau jasa. Kedua, seseorang melakukan pembelian karena tertarik dengan penawaran penyedia layanan belanja online. 3. Multichannel Shopping: Fitur yang ditawarkan oleh situs belanja online yang menyediakan saluran atau cara belanja yang berbeda kepada konsumen. Ini bertujuan untuk memaksimalkan nilai belanja konsumen. Konsumen yang berniat membeli dapat membeli produk sesuai keinginannya, misalnya dari toko online Salestock. Konsumen salestock dapat melakukan pembelian tidak hanya melalui website, tetapi juga melalui aplikasi smartphone, Whatsapp, Line, Facebook chat dan Instagram.Veronika (2013) mengatakan bahwa dalam lingkungan online, prinsip dasar perilaku pembeli berubah mengikuti fitur-fitur khusus. tentang Perilaku Pembeli Internet sebagai berikut: 1. Lingkungan Internet: Pengguna Internet dapat lebih mudah menemukan informasi objektif dan subjektif tentang produk dan perusahaan di Perusahaan internet tidak hanya mempercayai satu sama lain, tetapi juga pelanggan online potensial (rekomendasi positif dan positif, komunitas online, jejaring sosial dan media sosial, dll.). Media sosial menyediakan komunikasi interaktif antar pengguna. Kegiatan pemasaran harus dirumuskan kembali dengan bantuan media sosial 2. Bentuk pemasaran modern: Bentuk pemasaran tradisional tidak berfungsi di lingkungan online. Dengan berkembangnya e-commerce, aktivitas pemasaran baru harus diciptakan: pemasaran di jejaring sosial dan media massa, pemasaran viral, pemasaran online melalui mulut ke mulut dan buzz online, komunikasi interaktif online. Pembeli online hanya tertarik pada aktivitas pemasaran yang dapat memberi mereka nilai tambah (permainan dan kontes online, mengidentifikasi orang dengan produk dan perusahaan, berbagi online, dll.) 3. Komunitas online: Pengguna internet mendiskusikan produk dan produk gaya hidup mereka, mencari informasi tentang produk mereka. Pendapat komunitas online (media sosial, papan diskusi, dll.) memengaruhi proses pengambilan keputusan akhir online. Perusahaan Internet harus bergabung dengan komunitas Internet dalam pemasaran mereka dan mengelola komunikasi Internet 4. Topik Belanja Internet: Elektronik dan teknologi, buku, tiket atau pakaian dan kosmetik sebagian besar dibeli di Internet. Membeli makanan secara online sekarang sudah jarang (sejauh ini diharapkan pembelian barang secara online akan meningkat). Diharapkan untuk pindah ke lingkungan online dengan pembelian kolektif. Produk umum seperti buku, CD, dan tiket lebih mungkin dibeli secara online. Karena ketidakpastian tentang kualitas produk tersebut sangat kecil dan tidak diperlukan bantuan fisik (Grewal, Iyer dan Levy, 200) 5. Struktur demografis pembeli online: Saat ini pembeli online kebanyakan berusia antara 18- 0 tahun dan datang. dari media kelas pendapatan. Ada perbedaan perilaku Internet antara "generasi Facebook" dan generasi yang menjalani sebagian besar hidupnya tanpa komunikasi online. Generasi perusahaan lama (hingga 50) yang sedang tumbuh harus fokus 6.Pendekatan motivasi e-to shopping: motif utama belanja online adalah biaya yang lebih rendah, kenyamanan berbelanja (tanpa henti dan di mana saja), menghemat waktu dan membeli produk non-tradisional dan eksklusif. Motif lain bisa jadi merebaknya belanja online atau perubahan gaya hidup konsumen. Pertanyaannya adalah apakah motif tersebut bergantung pada status sosial dan peran e-buyer, usia, pendidikan atau pendapatan. Generasi tua menemukan dan mencoba produk di pasar tradisional, kemudian membeli secara online. Generasi muda membuat semua keputusan pembelian mereka secara online. DAFTAR PUSTAKA Beatty, S.E, Mayer M, Coleman, J.E, Reynolds, K.E, Lee J. (1996). Customer- sales associate retail relationships. JournalofRetail;72 (3): 223–47. Berman, B. (2006). Developing an effective customer loyaltyprogram. Bhattacharya, C. B., Rao, H., & Glynn, M.A. (1995). Understanding the bond of identification: An investigation of its correlates among art museum. Journal ofMarketing, 59(4), 46–57. Bolton, R. N., Lemon, K. N., & Verhoef, P. C. (2004). The theoretical underpinnings of customer asset management: A framework and propositions for future research. Journal of the Academy of Marketing Science, 32(3), 271–292. Bolton, R. N., Lemon, K. N., & Verhoef, P. C. (2004). The theoretical underpinnings of customer asset management: A framework and propositions for future research. Journal of the Academy of Marketing Science, 32(3), 271–292. California Management Review, 49(1), 123–148. Gordon, M.E, McKeage K, Fox, M.A. (1998). Relationship marketing effectiveness: the role of involvement. Journal of Psychology Marketing ;55(5):443–59. Gwinner, K. P., Gremler, D.D., & Bitner, M. J. (1998). Relational benefits in services industries: The customer’s perspective. Journal of the Academy of Marketing Science, 26(2), 101–114. Henderson, C. M., Beck, J. T., & Palmatier, R. W. (2011). Review of the theoretical underpinnings of loyalty programs. Journal of Constructivist Psychology, 21(3),256–276. Hu, H., Huang, C., & Chen, P. (2010). Do reward programs truly build loyalty for lodging industry? International Journal of Hospitality Management, 29(1), 128–135. Hurriyati, R. 2010. Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta Kang, Jun, Alejandro, Thomas. B, and Groza, Mark. D. (2015). Customer- company identification and the effectiveness of loyalty programs. Journal of Business Research, 68, 464-471. Keller, L.K. Conceptualizing, measuring and managing customer- based brand equity. Journal of Marketing, 1993; 57 (1): 1-22. Kim, H., Lee, J. Y.,Choi, D., Wu, J.,& Johnson, K. K. P.(2013). Perceived benefits of retail loyalty programs: Their effects on program loyalty and customer loyalty. JournalofRelationship Marketing, 12(2), 95–113. Kivetz, R., & Simonson, I. (2002). Earning the right to indulge: Effort as a determinant of customer preferences toward frequency program rewards. Journalof Marketing Research, 39(2), 155– 170. Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2016. Marketing Managemen, 15th Edition, Pearson Education, Inc. Libermann, Y. (1999) Membership club as a tool for enhancing buyers’ patronage. Journal of Business Research ;45(3): 291–7. Lovelock Christopher. et. Al, (2010), Pemasaran Jasa, Edisi 7, Jilid 1, Erlangga: Jakarta Mc Alexander, J. H, Schouten, J.W, Koenig, H.F. (2002) Building brand community. Journal of Marketing; 66 (1):38–54. Mimouni-Chaabane, A., & Volle, P. (2010). Perceived benefits of loyalty programs: Scale development and implications for relational strategies. Journal of Business Research, 63 (1), 32– 37. Muniz, A. M, O’Guinn, T. C. (2001). Brand community. Journal of Consumer Research; 27 (4): 412–32. Palmatier, R. W., Dant, R. P., Grewal, D., & Evans, K. R. (2006). Factors influencing the effectiveness of relationship marketing: A meta-analysis. Journal of Marketing, 70(4), 136–153.