Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm.

42-60 42

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam


perspektif komunikasi pemasaran
Wifka Rahma Syauki1, Diyah Ayu Amalia Avina2
1,2
Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

ABSTRAK

Perkembangan konsumsi masyarakat mengalami kenaikan setiap tahunnya, salah satunya adalah jumlah
penyedia jasa atau produsen, terutama produk skincare. Produsen tidak hanya terdiri dari brand impor, namun
brand lokal, yang saat ini jumlahnya semakin banyak. Tidak bisa dipungkiri kemudahan teknologi juga
menjadi salah satu pemantik kebutuhan pasar. Kemudahan akses internet membuat konsumen dihadapkan
dengan banyaknya pilihan produk. Kompleksitas produk beriringan dengan kompleksitas keputusan pembelian
konsumen, terutama konsumen perempuan sebagai mayoritas pengguna produk skincare. Keputusan
pembelian menjadi sebuah proses panjang yang dilakukan konsumen. Konsumen melakukan persepsi
terhadap pesan persuasif yang diberikan produk, Selanjutnya persepsi tersebut menjadi penentu preferensi
konsumen akan produk tersebut. Beberapa pesan persuasif yang dipersepsi adalah tentang isu lingkungan,
komposisi produk, country of origin, dan animal testing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
persepsi dan preferensi konsumen perempuan milenial dalam keputusan pembelian produk skincare. Metode
yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara kepada perempuan pengguna
skincare. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam menentukan keputusan pembelian produk skincare
terdiri dari dua indikator, aspek keyakinan akan produk dan aspek kebutuhan akan produk. Aspek keyakinan
meliputi pertimbangan identitas brand yang sudah punya “nama besar” dan banyak digunakan. Indikator
kebutuhan ada pada bagaimana skincare tersebut dapat memenuhi kebutuhan terutama dalam mengatasi
permasalahan konsumen. Selain itu, faktor utama yang menjadi alasan perempuan memilih skincare juga dari
persepsi komunikasi akan produk. Persepsi akan sebuah produk dari segi merek, kandungan, nilai sosial, juga
menjadi faktor penentu preferensi konsumen.

Kata-kata kunci: perilaku konsumen; persepsi komunikasi; preferensi pembelian; milenial; skincare

Perceptions and preferences of the use of skincare in millennial female in


marketing communication perspectives

ABSTRACT

The development of public consumption is increasing every year. One of the popular product nowadays is
skincare product. Popularity increases not only for imported brands, but also local brands. It is undeniable
that the ease of technology is also the stimulus of market needs. The internet access gives consumer a
large selection of product and makes the purchasing decision process more complex, especially for female
consumers. A purchase decision is a long process by consumers, from perceiving product persuasive
messages to determining preferences for choosing a products. Some perceived persuasive message is about
environmental issues, composition of the product, country of origin, and animal testing. The purpose of
this study was to determine how perceptions and preferences of millennial female consumers in purchasing
decisions for skincare products. The research used a descriptive qualitative method, by conducting interviews
with female consumers. The results shows that, in determining the decision to purchase skincare products,
consumers consider two indicators, product confidence and need for products. Aspects of belief include
the consideration of brand identity that already has a “big name” and is widely used. Indicators of need
are on how the skincare can meet the needs, especially in overcoming consumer problems. In addition, the
main factor that is the reason female choose skincare is also from the perception of communication about
the product. Perception of a product in terms of brand, content, and social value also the determinants of
consumer preferences.

Keywords : consumer behavior, perception; purchase preferences, millennial, skincare

Korespondensi: Wifka Rahma Syauki, M.Si. Universitas Brawijaya. Jln. Veteran, Malang, Jawa Timur
65145. Email: wifka@ub.ac.id
Submitted: January 2020, Accepted: April 2020, Published: April 2020
ISSN: 2548-3242 (printed), ISSN: 2549-0079 (online). Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 43

PENDAHULUAN dilakukan Muhtar Kent, CEO The Coca

Cola Company (2010) menunjukkan bahwa


Telah menjadi rahasia umum bahwasanya
perempuan di seluruh dunia melakukan
komunikasi berperan penting dalam bidang
pembelanjaan sebanyak 20 trilyun dolar.
pemasaran. Komunikasi pemasaran salah satu
Maka dari itu memahami perilaku konsumen
aspek yang penting dari keseluruhan proses
perempuan merupakan sebuah informasi krusial
pemasaran suatu perusahaan dan juga dianggap
bagi produsen untuk memenuhi keinginan
sebagai penentu utama dalam kegagalan
konsumen.
maupun kesuksesan perusahaan. Melalui
Salah satu fungsi produk bagi konsumen
komunikasi pemasaran, perusahaan misalnya
adalah untuk memenuhi keinginan tampil
mempromosikan produk agar tujuan yang
percaya diri. Penampilan, bentuk tubuh, dan
telah ditentukan dapat tercapai (Suryana, Zein,
kontrol fisik menjadi pusat perhatian akan
Sumartias, & Gemiharto, 2019). Dalam konteks
identitas individu secara visual (Shilling,
yang lebih lengkap, komunikasi pemasaran
2007b). Oleh karena itu, komoditas produk
terpadu merupakan kunci keberhasilan
utama yang menjadi konsumsi perempuan
pemasaran baik produk maupun jasa .
akan identitas diri adalah penggunaan skincare.
Prinsip komunikasi pemasaran menyatakan
Produk ini dikonsumsi karena perempuan
bahwa pencapaian tujuan perusahaan sangat
Indonesia berusaha untuk menjaga kecantikan
dipengaruhi dari bagaimana perusahaan atau
diri, terutama secara fisik. Pentingnya
produsen mampu memahami kebutuhan
penggunaan skincare dapat dilihat dari survey
dan keinginan konsumen serta mempu
yang dilakukan MarkPlus, Inc dan ZAP Beauty
memenuhinya dibanding pesaingnya. Maka
Index (ZAP Beauty Index, 2018) di gambar 1.
dari itu akan menjadi faktor yang menentukan
Gambar 1 menunjukkan bahwa mayoritas
apabila produsen mampu memahami
perempuan memulai konsumsi skincare sejak
karakteristik dari perilaku konsumen mereka
berusia kurang dari 13 tahun. Survey juga
(Shimp, 2014; Simamora, 2008)
menunjukkan pengguna skincare utama adalah
Pada praktiknya, ternyata gender harus
konsumen perempuan pada rentang usia 19 – 23
sangat diperhatikan dalam komunikasi
tahun, usia yang masuk pada kategori generasi
pemasaran. Perempuan merupakan pelaku
milenial.
konsumsi yang paling berpengaruh terhadap
Perilaku konsumen perempuan milenial
ranah komunikasi pemasaran. Survey yang
juga dibarengi dengan literasi informasi yang
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
44 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

Sumber: Zap Beauty Index, 2018

Gambar 1 Waktu Pertama Kali Penggunakan Skincare

saat ini semakin meningkat. Adanya integritas tema produk yang dipakai konsumen. Terkait

koneksi internet dan jejaring sosial menjadi tema produk skincare, banyak konten baik

sebuah kemudahan bagi konsumen untuk itu di laman resmi atau media sosial, terkait

mengetahui informasi dari skincare yang akan perilaku menggunakan skincare. Salah satu

ia beli. Terlebih generasi milenial merupakan konten populer mengenai skincare adalah

generasi yang mengandalkan media digital tentang sepuluh langkah penggunaan skincare

dalam pencarian informasi (Utomo, Lubis, & ala korea, tips perawatan kulit, tips agar kulit

Sudradjat, 2012) bersih dan bercahaya, kulit halus, dan bebas

Tema-tema riset terkait perilaku konsumen jerawat (Kwon, 2018)

telah banyak dilakukan dan dibangun dari Pesan iklan yang mampu membujuk dan

beberapa rangkaian perilaku. Sayangnya, tema- memengaruhi konsumen untuk membeli produk

tema yang diangkat cenderung tidak dinamis. merupakan sebuah kekuatan persuasi. Iklan

Tema riset umumnya sekitar dari proses merupakan sebuah bentuk pesan komunikasi

keputusan pembelian, sampai pada perilaku yang salah satu fungsinya adalah mengubah

setelah pembelian. Hal yang membedakan persepsi konsumen terhadap atribut suatu merek

umumnya hanya terletak pada konteks atau (Hermanto, 2007). Persepsi merupakan inti dari
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 45

komunikasi, sebuah proses di mana individu selain pada hewan (Westmoreland & Holmes,

mengorganisasikan, dan menginterpretasi 2009)

pesan untuk memberikan arti (Robbins, 2015). Adanya nilai sosial pada produk

Sebuah pesan yang menarik mengenai sebuah menciptakan sebuah keterlibatan situasional

produk menjadi salah satu kesan sensori yang pada konsumen (Pratiwi, 2019). Melakukan

ditangkap konsumen dan selanjutnya mereka seleksi pemilihan produk yang sesuai dengan

interpretasi serta beri makna (Shimp, 2014). preferensi, maka konsumen merasa ikut terlibat

Semakin banyaknya pesan atau iklan akan pula dengan kepedulian sosial. Hal tersebut

produk skincare, memunculkan pula banyaknya dapat diartikan apabila konsumen membeli

variasi dari persepsi produk itu sendiri. produk yang peduli akan lingkungan maka,

Fenomena ini, bagi pemasar, menjadi ia juga telah melakukan perubahan sosial.

sebuah peluang dan inovasi untuk masuk Preferensi konsumen dapat diartikan dengan

dalam persaingan pasar. Bagi konsumen, hal kesukaan, pilihan terhadap suatu hal yang

ini juga memicu perubahan dalam proses lebih disukai konsumen. Preferensi ini muncul

keputusan pembelian. Alternatif produk yang melalui proses persepsi konsumen terhadap

ada di pasar menjadikan konsumen harus sebuah produk (Wono, 2018)

mempertimbangkan banyak faktor, misalnya isu Selain itu, asal negara skincare juga

label, isu animal testing dan komposisi produk. menjadi pertimbangan akan citra sebuah

Kondisi di mana setiap hari manusia terpapar produk. Country of origin merupakan atribut

berbagai bahan kimia dalam kesehariannya keputusan pembelian konsumen. Kotler Keller

melalui produk konsumen menjadikan menyatakan bahwa sikap dan keyakinan

beberapa produk harus memenuhi persyaratan pembeli akan suatu negara menjadi salah satu

produk tersebut diuji. Tes uji coba ini biasanya proses pengambilan keputusan akan suatu

dilakukan pada hewan untuk memastikan produk (Pangestuti & Devika, 2018)

produk aman. Pada faktanya, Uni Eropa sendiri Terkait isu komposisi produk juga menjadi

mayoritas tes digunakan untuk uji racun pada fokus dalam preferensi pemilihan produk.

hewan. Namun seiring berkembangnya isu Bersamaan dengan meningkatnya penekanan

sosial ini ada beberapa perubahan salah satunya pada penampilan eksternal dan konsumsi

Amandemen ke-7 Cosmetics Directive dan produk kecantikan, baik untuk kesehatan tubuh,

REACH. Peraturan ini mendorong peneliti untu dan dengan lingkungan fisik eksternal telah

mengembangkan dan mengadopsi uji coba muncul sebagai tren konsumen terkini (Shilling,
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
46 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

2007a). banyak Faktor yang memberikan pengaruh

Pembahasan mengenai konsumen tidak pada perilaku konsumen , antara lain sebagai

terlepas dari perilakunya. Perilaku konsumen berikut; (1) faktor budaya terdiri atas budaya,

adalah perilaku yang ditampilkan konsumen subbudaya, dan kelas sosial. (2) faktor sosial

dalam mencari, membeli, menggunakan, terdiri atas kelompok referensi, keluarga, peran,

mengevaluasi, dan membuang produk dan dan status. (3) faktor pribadi terdiri atas usia,

layanan yang mereka harapkan akan memuaskan pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, dan

kebutuhan mereka (Schiffman, 2010). Perilaku gaya hidup. (4) faktor psikologis terdiri atas

konsumen berfokus pada bagaimana konsumen motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori

individu dan keluarga atau rumah tangga (Shree & Nagabushanam, 2018)

membuat keputusan untuk menghabiskan Topik perilaku konsumen merupakan hal

sumber daya mereka yang tersedia (waktu, yang akan selalu menjadi topik perbincangan

uang, usaha) pada barang-barang yang terkait dalam ranah komunikasi pemasaran. Maka

dengan konsumsi. Keputusan itu termasuk dari itu, tantangan yang dihadapi oleh

apa yang mereka beli, mengapa mereka semua pemasar saat ini adalah bagaimana

membelinya, kapan mereka membelinya, mempengaruhi perilaku pembelian konsumen

di mana mereka membelinya, seberapa dalam mendukung produk atau layanan mereka.

sering mereka membelinya, seberapa sering Oleh karena itu, pengetahuan tentang perilaku

mereka menggunakannya, bagaimana mereka pembelian dengan menyoroti psikologi tentang

mengevaluasinya setelah pembelian, dampak bagaimana konsumen berpikir, merasakan,

evaluasi tersebut pada pembelian di masa berargumen, dan memilih di antara alternatif

depan, dan bagaimana mereka membuangnya. yang ada (misalnya, merek, produk, dan

Konsumen memiliki karakter yang dinamis. distributor) adalah sesuatu yang penting.

Meskipun secara ilmu, perilaku konsumen Bukan hanya itu, lingkungan konsumen

bukanlah hal yang baru untuk dipelajari, namun (misalnya, budaya, keluarga, dan media)

selalu ada hal baru yang akan ditemukan dari memengaruhi konsumen, motivasi konsumen,

konsumen ketika ekonomi juga berkembang. serta penggunaan strategi berbeda untuk

Konsumen Indonesia yang didominasi oleh produk yang berbeda, dapat mengarahkan

masyarakat yang usianya masih muda dan pada pemahaman tentang bagaimana pemasar

melek internet (Priyandana, 2018) dapat meningkatkan kampanye pemasaran

Kotler dan Keller menyebutkan ada mereka untuk lebih efektif dalam menjangkau

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 47

konsumen (Kavaratzis, 2009) Saat melakukan keputusan pembelian,

Dalam melakukan pengambilan keputusan, salah satu tahap yang dilalui konsumen adalah

konsumen memiliki proses yang dilalui, proses bagaimana ia mempersepsi produk tersebut.

tersebut dimulai dengan adanya masalah yang Kualitas akan produk juga menjadi preferensi

dihadapi konsumen, misalnya seorang ibu dalam memutuskan pembelian. Persepsi akan

rumah tangga yang menyadari kurangnya daya kualitas disebut dengan perceived quality;

tampung pada mesin cuci yang ia miliki. Proses Perceived quality adalah persepsi akan

selanjutnya adalah pencarian informasi, ibu kualitas atau keunggulan produk yang ada di

rumah tangga mulai dengan bertanya kepada benak konsumen. Persepsi akan kualitas dari

tetangga mengenai mesin cuci yang dimiliki konsumen akan keunggulan produk merupakan

serta besarnya kapasitas dari mesin cuci tersebut. inti dari kerangka ekuitas merek. Hal ini menjadi

Proses dilanjutkan dengan evaluasi beberapa alasan konsumen untuk membeli produk dan

informasi yang ia peroleh. Proses ini dimulai memungkinkan produk untuk melakukan

dengan melakukan perbandingan terhadap diferensiasi dengan produk pesaingnya

beberapa jenis mesin cuci yang ada di toko-toko (Listiana, 2012)

eletronik dengan berpedoman pada rekomendasi Persepsi akan kualitas juga melibatkan pada

yang diperoleh. Mempertimbangkan reputasi beberapa isu yang menjadi faktor preferensi

merek dan kecanggihan teknologi dari atau kesukaan konsumen. Adanya atribut

mesin cuci tersebut, maka proses dilanjutkan intrinsik serta ekstrinsik yang menjadi pembeda

dengan pemilihan produk yang sesuai dengan merek satu dengan lainnya. Atibut intrinsik

kebutuhannya (Shree & Nagabushanam, 2018) adalah atribut terkait fisik produk, seperti

Keputusan pembelian mencakup suatu warna, rasa, aroma, bentuk, dan penampilan.

pilihan di antara dua atau lebih tindakan atau Atribut ekstrinsik adalah aspek yang tidak

perilaku alternatif. Sementara itu, dalam terkait pada fisik produk, misalnya nama merek,

membuat pertimbangan untuk membeli suatu tanda kualitas, harga, dan informasi produksi.

produk, konsumen menggunakan pertimbangan Terdapat tujuh dimensi yang mempengaruhi

layaknya sebuah spektrum warna (Peter, 2013). kesan akan kualitas sebuah produk. Tujuh

Konsumen yang kompeten mungkin memiliki dimensi tersebut meliputi; kinerja, karakteristik

keyakinan subyektif dan obyektif yang lebih produk, sesuai dengan spesifikasi, keandalan,

besar dalam kemampuan mereka untuk ketahanan, pelayanan, dan hasil akhir. Salah

menangani informasi. satu faktor kesan kualitas pada produk skincare


Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
48 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

bisa meliputi isu country of origin, animal negaranya. Bisa saja perancangan dilakukan

cruelty, isu lingkungan, dan kualitas produk di Korea, namun pembuatan bisa di China dan

sendiri (Listiana, 2012). komponen didatangkan dari Korea.

Persepsi akan country of origin (COO) Dengan perspektif komunikasi pemasaran,

merupakan asosiasi mental dan keyakinan citra negara dapat dibagi menjadi tiga tingkat;

yang dipicu oleh suatu negara (Kotler & Keller, (1) Overall country image (citra negara

2012). Pemasar juga memperhatikan terkait keseluruhan); keseluruhan dari ide, kepercayaan,

sikap dan persepsi konsumen akan asal negara dan kesan akan negara tertentu sebagai hasil dari

suatu produk. COO sendiri merupakan salah evaluasi dan persepsi konsumen. Persepsi ini

satu asumsi ekstrinsik yang mempengaruhi meliputi kelebihan dan kekurangan negara. (2)

konsumen dalam memutuskan pembelian, Aggregate product country image (citra negara

salah satunya pada produk skincare. Penelitian asal produk keseluruhan); keseluruhan perasaan

tentang COO sudah berlangsung sejak tahun kognitif yang merupakan asosiasi dengan produk

1965. Untuk pertama kalinya, Nagashima dari negara tertentu. Produk yang berasal dari

pada tahun 1960 mengemukakan konsep Jepang dipersepsi sebagai produk berteknologi

COO. Sedangkan Schooler pada tahun 1965 tinggi, asosiasi produk dengan harga murah

melakukan penelitian tentang COO Effect untuk dilekatkan pada buatan Cina, sedangkan produk

pertama kalinya. Terkait definisi istilah country dengan daya tahan tinggi berasal dari Jerman.

of origin memiliki beberapa pemahaman yang (3) Specific product country image (citra negara

sama, seperti misalnya Badri, Davis and Davis asal dilihat pada kategori produk tertentu);

memahami efek COO sebagai efek ”made in”. merupakan keseluruhan perasaan kognitif yang

Hal menarik tentang penelitian COO adalah diasosiasikan dengan spesifikasi produk dari

bahwa mayoritas studi dilakukan pada produk negara tertentu (Demirbag, Sahadev, & Mellahi,

konsumen daripada produk jasa (Phau, 2010). 2010).

Istilah lain yang mengikuti perkembangan Faktor COO yang digunakan untuk

topik-topik country of origin adalah country mengetahui persepsi konsumen terhadap produk

of design, country of manufacture, country of terdiri dari tiga komponen; country beliefs,

assembly, dan country of part di mana semua people affect, dan desire interaction. Country

istilah tersebut menunjukkan bahwa beberapa beliefs, yaitu keyakinan calon konsumen

perusahaan global dan transnasional tidak lagi tentang perkembangan industri serta kemajuan

melakukan keseluruhan rangkaian produksi di teknologi yang dimiliki oleh negara asal dari

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 49

merek sebuah produk. Faktor keberhasilan mampu mengkomunikasikan identitas dan

sebuah negara secara umum menjadikan faktor nilai dari produk mereka. Motivasi konsumen

kepercayaan akan negara menjadi salah satu perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial

hal yang mempengaruhi perilaku konsumen akan memberikan pertimbangan yang serius

(Larosche, 2005). Komponen selanjutnya (Putra & Ghozali, 2018). Perilaku keputusan

adalah people affect, yaitu tanggapan konsumen pembelian konsumen tersebut merupakan salah

terhadap pengaruh dari masyarakat negara asal satu hal yang rumit dipahami. Ada konsumen

merek berasal. Selain negara asal, masyarakat yang mengevaluasi informasi dengan cara yang

asal negara pembuat produk juga mempengaruhi komplek, namun ada pula konsumen yang

pembelian. Misalnya Korea dengan semakin memberikan keputusan dengan pertimbangan

popular keberadaan artisnya menjadikan yang sederhana.

konsumen akan mempertimbangkan lebih untuk Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti

memilih sebuah produk. Komponen terakhir melihat adanya urgensi untuk mengetahui

adalah Desire Interaction, yaitu keinginan bagaimana proses keputusan pembelian produk

konsumen untuk membangun hubungan dengan skincare yang dilakukan perempuan milenial.

negara asal merek produk. Setelah kondisi Proses yang ingin diteliti adalah dari bagaimana

umum asal negara dan juga masyarakatnya, tahap persepsi akan pesan persuasif produk

maka semakin membuat konsumen ingin yang menjadi poin preferensi atau kesukaan

menjalin hubungan yang lebih dengan asal konsumen sehingga melakukan proses

negara. pembelian. Maka dari itu, tujuan penelitian ini

Ketiga komponen tersebut menunjukkan adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi

bahwa asal negara suatu produk menjadi dan preferensi konsumen perempuan milenial

sebuah perhatian besar bagi konsumen. Hal dalam keputusan pembelian produk skincare.

ini berimplikasi pula bagi negara pembuat


METODE PENELITIAN
produk untuk selalu memberikan citra positif

akan produk. Lebih jauh lagi, isu COO ini juga Penelitian ini menggunakan paradigma
menjadi isu bersama bagi para pemasar untuk konstruktivis yag berasumsi bahwa kenyataan
menekankan asal negara sebagai kekuatan merupakan hasil dari konstruksi manusia
produknya (Larosche, 2005) (Neuman, 2014). Penelitian dengan paradigma
Mampu membaca keinginan konsumen konstruktivis memandang pengetahun sebagai
merupakan hal penting bagi pemasar untuk hasil konstruksi dan hasil pengalaman dari
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
50 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

fakta. Konstruksi realitas dikonstruksi melalui produk skincare, karena subjek kajian dalam
interaksi sosial serta nilai-nilai budaya dan penelitian adalah terkait penggunaan produk
norma historis yang berlaku di kehidupan skincare pada perempuan milenial. Perempuan
individu (Cresswell, 2013). milenial yang ada pada penelitian ini adalah
Paradigma ini sesuai untuk mengetahui mereka yang ada pada kategori usia 20-35
bagaimana persepsi komunikasi dan tahun. Hal ini sesuai dengan Indonesia milenial
perilaku konsumen berdasarkan pengalaman report, usia tersebut adalah kelompok umur
subyektifnya. Selain itu peneliti mampu penduduk milenial (Utomo et al., 2012)
menjelaskan secara komprehensif bagaimana Peneliti juga menyebar pertanyaan tertutup
aspek country of origin, animal cruelty, (survey) yang dijawab oleh 35 responden yang
dan isu lingkungan terkait produk skincare mempunyai kriteria informan penelitian dan
menjadi pertimbangan utama dalam keputusan selanjutnya dilakukan wawancara mendalam
pembelian konsumen. Metode yang dipilih pada tiga informan kunci. Informan pertama
adalah deskriptif kualitatif. Instrumen utama adalah Amalia, berusia 21 tahun, berasal dari
penelitian kualitatif adalah peneliti yang terlibat Malang dan sedang menempuh pendidikan di
langsung dengan subyek penelitian (Daymon & Universitas dengan jenjang pendidikan Strata 1.
Holloway, 2008) Informan kedua Novita, atau biasa dipanggil Ita
Teknik pengumpulan data adalah teknik berusia 23 tahun dan juga seorang mahasiswa
atau cara-cara yang dapat digunakan periset Strata 1 di perguruan tinggi di Malang.
untuk mengumpulkan data (Pratiwi, 2019). Informan terakhir adalah Yani, 31 tahun. Yani
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah karyawan swasta yang mempunyai latar
dalam penelitian adalah menyebar pertanyaan belakang pendidikan D1, selain bekerja Yani
survey kepada perempuan milenial dan juga sedang melanjutkan jenjang pendidikan
selanjutnya melakukan wawancara mendalam Strata 1.
(in depth interview). Wawancara dilakukan Teknik analisis data berupa (1) kondensasi
terhadap informan yang telah dipilih data, tahap ini peneliti melakukan pembacaan
menggunakan teknik purpossive sampling, yaitu pada data yang telah diperoleh di lapangan
informan ditentukan oleh kriteria-kriteria yang dengan melakukan seleksi, menentukan fokus,
dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian menyederhanakan, dan mentransformasikan
(Kriyantono, 2012a, 2012b). Kriteria pertama data dari jawaban wawancara penelitian, (2)
adalah perempuan milenial yang mengonsumsi penyajian data, merupakan tahapan di mana

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 51

data yang sudah diseleksi diorganisir untuk perempuan dalam hal merawat tubuh atau
mengarah pada menarik kesimpulan. Data identitas visualnya.
yang telah diseleksi disajikan di dalam laporan Konteks yang menjadi alasan pembelian
penelitian dan dianalisis dengan konsep, (3) informan terdiri dari serangkaian proses dan
kesimpulan sebagai tahap akhir dari proses faktor. Termasuk waktu pembelian, pengalaman
analisis data. Peneliti melakukan interpretasi menggunakan, gaya hidup, tahap kehidupan,
data, memberikan penjelasan dan bahkan pengaturan pola hidup, dan pola kerja.
proposisi (Miles, 2015). Pertanyaan selanjutnya fokus pada

preferensi dan persepsi akan kualitas sebagai


HASIL DAN PEMBAHASAN
dasar pertimbangan pada pembelian konsumen.

Penelitian ini melakukan prasurvey Temuan yang menarik adalah saat konsumen

penelitian dengan menyebar kuesioner perempuan milenial menyatakan bahwa aspek

berbentuk survey untuk mendapatkan gambaran Country of origin bukan hal terlalu penting.

umum terkait bagaimana perempuan milenial Hasil ini berbanding terbalik ketika peneliti

mendeskripsikan persepsi dan preferensi menanyakan terkait merek skincare yang

keputusan pembelian produk skincare. mereka gunakan, mayoritas perempuan milenial

Konsumen, dalam hal ini perempuan milenial menggunakan produk dengan merek bukan dari

yang diperoleh dari survey sebanyak 35 orang, lokal/dalam negeri.

sebagian besar (62,9%) menyatakan bahwa Dari gambaran awal terlihat faktor harga

skincare merupakan produk yang sangat masih menempati alasan pertimbangan tertinggi

penting bagi perempuan (gambar 4.1). dari dalam memutuskan pembelian skincare

grafik tersebut menunjukkan bahwa skincare (gambar 4.2). Pada gambar terlihat lebih dari

bisa masuk pada kebutuhan primer bagi 50% konsumen perempuan Milenial sangat

Sumber: Data primer penelitian, diolah peneliti, 2019 Sumber: Data penelitian diolah peneliti, 2019

Gambar 2 Alasan Penggunaan Skincare Gambar 3 Faktor Harga

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
52 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

konsumen. Semua informan setuju bahwa

kondisi fisik seseorang merupakan representasi

akan identitas diri seseorang. Hal ini juga sesuai

dengan konsep budaya visual konsumen Pada

teori corporal theory of body dinyatakan bahwa

tubuh merupakan ekspresi paling tampak dan


Sumber: Data penelitian diolah peneliti, 2019
diartikan sebagai presentasi interpersonal
Gambar 4 Anggaran Pembelian Skincare dalam aktivitas sosial Pentingnya presentasi

interpersonal ini juga menjelaskan perilaku


setuju bahwa dalam membeli skincare mereka
konsumen dalam hal makan, berpakaian, dan
mempertimbangkan harga terlebih dahulu.
pemakaian make up, termasuk skincare.
Pentingnya faktor harga ini juga terlihat dari
Menurut Mulyadi Nitisusastro dalam
bagaimana perempuan milenial menetapkan
bukunya yang berjudul Perilaku Konsumen
anggaran untuk pembelian skincare. Mayoritas
dalam Perspektif Kewirausahaan, dalam
sebanyak 44,1% perempuan milenial
spektrum pertimbangan pembelian oleh
menetapkan anggaran sebesar 100.000 –
konsumen yaitu meliputi pertimbangan rasional
500.000 untuk membeli skincare (Gambar 4.3)
dan pertimbangan emosional (Nitisusastro,
Berdasarkan hasil prapenelitian berupa
2012). Memprioritaskan penampilan visual
survey untuk memetakan gambaran umum
menjadi salah satu pertimbangan yang rasional
konsumsi produk skincare pada perempuan
dan emosional pada informan, dengan kondisi
milenial, peneliti melakukan penelitian
fisik yang sehat dan menarik membuat
untuk mendapatkan data komprehensif
informan merasa lebih percaya diri ketika harus
dengan melakukan wawancara mendalam.
berkomunikasi dengan orang lain.
Hasil wawancara menemukan bahwa pada
Pertimbangan rasional lain adalah
tataran kebutuhan akan skincare masing-
bagaimana informan menekankan pada aspek
masing informan menyatakan bahwa skincare
kesehatan, misalnya cocok tidaknya komposisi
merupakan produk yang penting dan melewati
produk pada kulit informan. Sebelum melakukan
beberapa proses untuk sampai pada preferensi
pembelian salah satu informan memulai proses
produk yang akan mereka beli.
pembelian dengan membuka informasi pada
Produk skincare merupakan produk yang
laman resmi untuk mendapatkan ulasan produk
memiliki pemaknaan yang signifikan bagi
dari konsumen lain. Informan Itha mengaku

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 53

memilih membeli produk Inisfree berdasarkan (Getricia, 2012).

informasi yang ia peroleh dari ulasan konsumen Indikator pertama adalah aspek

lain. semakin banyak ulasan positif membuat Itha keyakinan konsumen pada produk, konsumen

memberikan persepsi positif dan menentukan mempertimbangkan aspek kegunaan atau

preferensinya pada produk tersebut. fungsi dari produk. Pemilihan merek pada

Proses yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian ditemukan informan cenderung

jawaban informan lainnya, Amalia dan Yani. memilih merek besar yang sudah terkenal.
“Sebenernya yang paling sering saya liat
Rekomendasi dari orang terdekat seperti itu dari femaledaily. Kalo femaledaily kan
banyak reviewnya. kalo saya ngeliat lagi
teman juga mempengaruhi persepsi positif
dari Femaledaily atau Sociola kan suka
pada produk. Apabila ulasan atau informasi bikin review tuh dari orang-orangnya.
Terus di Youtube juga kan Youtuber dan
yang diperoleh sesuai dengan hasil yang sebagianya jadi saya liat Suhay Salim sih
kalo Youtuber. Saya cocok banget sama
mereka dapatkan maka mereka akan menjadi skincare dia” (Amalia, wawancara offline,
20 Agustus 2019).
konsumen yang loyal. Namun, apabila
Indikator selanjutnya adalah kebutuhan
fitemukan ketidakcocokan informan cenderung
akan suatu produk, selain keyakinan akan brand
memulai kembali proses pencarian informasi,
besar, aspek kebutuhan juga menjadi hal yang
mempersepsi dan memutuskan pembelian.
dipertimbangkan. Aspek kebutuhan disini lebih
Berdasarkan jawaban informan-informan
pada bagaimana skincare mampu menjawab
tersebut terlihat alasan pembelian skincare
dari keinginan informan, misalnya kebutuhan
melewati proses pertimbangan rasional.
akan kulit mereka, atau masalah kulit yang
Konsumen menggunakan atribut produk sebagai
perlu diatasi.
dasar untuk mengevaluasi suatu produk, dan
Indikator ketiga adalah keinginan membeli
atribut-atribut itu menjanjikan manfaat yang
produk. Indikator ini tidak terlalu tampak pada
dicari konsumen ketika membeli suatu produk
hasil penelitian, informan lebih menitikberatkan
Proses inti dalam pengambilan keputusan
pada kebutuhan akan produk dalam melakukan
konsumen adalah proses integrasi yang
pembelian, bukan hanya pada aspek keinginan.
digunakan untuk mengkombinasikan
Berdasarkan hasil wawancara ketiga informan,
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih
perempuan milenial ini bukan termasuk pada
perilaku alternatif dan memilih satu diantaranya.
konsumen yang impulsif atau membeli hanya
Pada tahap ini konsumen dihadapkan pada
karena faktor keinginan. Konsumen impulsif
suatu pilihan untuk melakukan pembelian atau
dapat dianalogikan sebagai proses pembelian
tidak yang dapat didasari melalui tiga indikator
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
54 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

tanpa perencanaan. Konsumen terpapar Pada penelitian ini ditemukan bahwa persepsi

informasi yang mendorong mereka membeli akan kualitas yang menjadi pertimbangan

barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan konsumen membeli dan menggunakan

apakah barang tersebut memenuhi kebutuhan skincare adalah pada identitas brand. Brand

mereka (Kumar, 2013) Informan menyatakan yang dipilih mayoritas merupakan brand yang

mereka akan mempertimbangkan terlebih sudah terkenal dan banyak memiliki catatan

dahulu dari segi harga, manfaat, dan kebutuhan ulasan, sehingga konsumen akan mendapatkan

akan kulitnya. Pertimbangan ini disebabkan informasi yang cukup akan produk. Persepsi

karena kondisi keuangan informan yang masih akan kualitas biasa disebut dengan perceived

berasal dari orang tua. quality; perceived quality adalah persepsi akan

Perilaku konsumen merupakan perilaku kualitas atau keunggulan produk yang ada di

yang ditampilkan dalam pencarian, pembelian, benak konsumen (Listiana, 2012) Persepsi

penggunaan, evaluasi dan penghapusan produk akan kualitas dari konsumen akan keunggulan

dan layanan yang diharapkan dapat memenuhi produk merupakan inti dari kerangka ekuitas

kebutuhan konsumen (Schiffman, 2010). merek. Hal ini menjadi alasan konsumen untuk

Perilaku dari konsumen individu dan keluarga membeli produk dan memungkinkan produk

atau rumah tangga membuat keputusan untuk untuk melakukan diferensiasi dengan produk

menghabiskan sumber daya yang tersedia pesaingnya.

(waktu, uang, usaha) pada produk yang mereka Penggunaan brand ambasador menjadi

konsumsi. Kegiatan tersebut meliputi apa yang salah satu yang ikut dipersepsi informan. Pada

mereka beli, mengapa, kapan, dan di mana hasil wawancara dengan Amalia, ia menyatakan

mereka membelinya, serta seberapa sering bahwa alasan ia membeli sebuah produk toner

mereka menggunakannya. berdasarkan persepsi positif yang ada pada

Berdasarkan konsep di atas pada brand ambassador produk. Brand ambassador

konsumen produk skincare juga melewati menjadi salah satu aspek ekstrinsik yang

tahapan mencari, membeli, menggunakan menjadi pertimbangan bagaimana konsumen

dan mengevaluasi. Prosesnya lebih pada melakukan persepsi akan kualitas produk dan

pertimbangan aspek kegunaan. Produk skincare memutuskan pembelian.

fokus pada kebutuhan individu, di mana Aspek ekstrinsik lain yang bisa ditemui

individu sepenuhnya yang membuat keputusan pada skincare adalah isu akan country of origin

pembelian. dan animal cruelty. Pada dasarnya, citra negara

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 55

dalam perspektif pemasaran dapat didefinisikan Industri kecantikan korea telah tumbuh

pada tiga tingkat, yaitu : overall country image, dalam ekspor ke pasar global. Menurut

aggregate product country image, dan specific International Trade Administration (2017) total

product country image. Namun, pada hasil ekspor kosmetik Korea pada tahun 2016 adalah

penelitian, aspek negara asal produk tidak sekitar USD 4,2 miliar, yang menunjukkan

menjadi pertimbangan utama sebagai preferensi peningkatan 61,6% dari tahun sebelumnya

dalam memutuskan pembelian. Informan lebih menurut Asosiasi Pedagang Farmasi Korea.

memberikan prioritas pada aspek kebutuhannya Google Trends menggambarkan bahwa

tanpa melihat faktor lain (Demirbag et al., pencarian makeup Korea dan perawatan kulit

2010). Korea telah mengalami peningkatan yang

Persepsi akan country of origin (COO) stabil sejak 2010 sebagai kata pencarian. Pada

merupakan asosiasi mental dan keyakinan penelitian, faktor COO belum menjadi faktor

yang dipicu oleh suatu negara (Kotler & Keller, utama, namun para informan menyadari bahwa

2012). Pemasar juga memperhatikan terkait mereka aware dengan isu tersebut. Faktor COO

sikap dan persepsi konsumen akan asal negara masih kalah dengan faktor kondisi apakah

suatu produk. COO sendiri merupakan salah skincare tersebut sesuai dengan kebutuhan kulit

satu asumsi ekstrinsik yang mempengaruhi mereka atau tidak.

konsumen dalam memutuskan pembelian, salah Dibandingkan dengan faktor COO,

satunya pada produk skincare. proses pembelian yang dilakukan sebagian

Terkait brand yang mereka pilih mayoritas besar konsumen adalah mempertimbangkan

adalah brand dari Korea dikarenakan produk faktor aroma sampai bagaimana fitur yang

dari negara ini sedang banyak digunakan ada pada skincare. Tahapan awal biasanya

oleh pengguna skincare. Data penelitian yang mereka mencium produk, itulah sebabnya

menunjukkan bahwa Korea menjadi negara banyak skincare mengandung pewangi

asal skincare yang paling banyak dipakai juga sintetis. Selain aroma, produk kecantikan

disebabkan karena adanya tren K-pop dan dapat ditandai dengan fitur unik seperti daya

K-drama. Tren perawatan kulit dan makeup serap, pelembab, penampilan pada kulit saat

Korea muncul sebagai sub-kategori budaya digunakan, tebal dan residu; karakteristik

konsumen Korea. K-beauty adalah istilah umum dan kinerjanya adalah hasil dari formulasi

untuk semua perawatan kulit, produk rias yang fisiknya. Atribut ini dapat menawarkan motif

diimpor dari Korea Selatan (Kwon, 2018) untuk dipilih satu produk skincare lebih
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
56 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

dari yang lain.Proses ini merupakan salah uji coba pada hewan untuk memastikan produk

satu bentuk dari bagaimana proses persepsi aman. Itha, salah satu informan penelitian

terjadi. Informan melakukan proses memilih, pernah menyatakan faktor ini pernah menjadi

mengorganisasikan, mengartikan masukan salah satu preferensinya dalam memilih sebuah

informasi untuk menciptakan suatu gambaran skincare. Pesan persuasi bahwa skincare telah

akan produk. Informasi ini selanjutkan tertanan bebas animal cruelty menambah persepsi

dalam memori informan dalam memberikan positifnya terhadap produk.

preferensi pada produk. Hal serupa juga terjadi pada Amalia, hobi

Informan juga mencoba mengendalikan dan kegemarannya memelihara binatang juga

kesehatan mereka dengan mencari produk yang menjadi faktor yang menyebabkan ia peka

perawatan kulit atau skincare yang sehat. Hal terhadap isu animal cruelty ini. Amalia akan

ini disebabkan, karena orang percaya bahwa cenderung memilih produk yang animal cruelty

bahan alami membuat produk kecantikan dibandingkan produk yang tidak peduli pada

lebih baik dan lebih sehat, penggunaan istilah binatang. Apa yang disampaikan oleh Amalia

‘alami’ pada label menjadi kekuatan pendorong ini merupakan salah satu gambaran konsep

utama penjualan. Isu sosial terkait komposisi bahwa pengalaman individu menjadi faktor

produk menjadi faktor utama preferensi penentu akan persepsinya. Harapan mengenai

konsumen dalam memilih produk skincare. bagaimana situasi, orang, atau peristiwa

Selanjutnya, hasil menunjukkan bahwa tertentu merupakan faktor penentu yang

konsumen yang memiliki persepsi positif penting bagaimana stimuli tersebut kemudian

terhadap produk tertentu memiliki niat lebih dirasakan (Robbins, 2015). Adanya nilai sosial

besar untuk membelinya daripada konsumen pada produk menciptakan sebuah keterlibatan

yang memiliki persepsi kurang positif. Serupa situasional pada konsumen. Melakukan

dengan harapan, pengaruh normatif ditemukan seleksi pemilihan produk yang sesuai dengan

menjadi komponen penting untuk menentukan preferensi, maka konsumen merasa ikut terlibat

pembelian konsumen. pula dengan kepedulian sosial. Maka, dapat

Isu yang menjadi pertimbangan diartikan bahwa ketika konsumen membeli

selanjutnya adalah isu lingkungan seperti produk yang peduli akan lingkungan maka,

animal cruelty. Isu ini menekankan pada apakah ia juga telah melakukan perubahan sosial.

perusahaan produsen skincare tersebut peduli Preferensi konsumen dapat diartikan dengan

kepada hewan. Apakah mereka melakukan tes kesukaan, pilihan terhadap suatu hal yang

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 57

lebih disukai konsumen. Preferensi ini muncul skincare penting dalam menunjang penampilan
melalui proses persepsi konsumen terhadap mereka di publik. Skincare mampu menambah
sebuah produk (Wono, 2018). kepercayaan diri konsumen.
Implikasi lain dari penelitian adalah bahwa Konsumen sering memilih produk yang
konsumsi produk skincare bagi informan menunjukkan status mereka di masyarakat.
menjadi salah satu cara untuk mempertahankan Penilaian bahwa membeli barang dengan harga
penampilan dan simbo status sosial. Masing- tinggi dan dari merek-merek terkenal akan
masing informan berpendapat bahwa mendapat pengakuan dari lingkungan sosial,
penampilan mereka setelang penggunaan sehingga menimbulkan kepercayaan diri yang
skincare manjadikan mereka lebih percaya tinggi. Konsumen percaya bahwa harga yang
diri. Pada informan Yani, dalam wawancara lebih tinggi menunjukkan kualitas yang lebih
menyebutkan bahwa sebelum menjadi baik. Hal ini seperti yang disampaikan oleh
konsumen skincare dia tidak percaya diri karena informan Itha yang merasa produk non-lokal
kulitnya yang lebih gelap dibandingkan teman- dengan harga lebih mahal menjadi preferensinya
temannya. Pada informan Itha dan Amalia menentukan produk yang cocok.
menyampaikan bahwa perawatan pada wajah Hal ini menunjukkan bahwa persepsi akan
penting karena orang lain akan menilai kita dari harga menjadi penentu kualitas produk, semakin
penampilah fisik kita terlebih dahulu. Sehingga, tinggi harga produk makan kualitasnya juga
menjadi penting bagi mereka untuk memberikan semakin bagus. Pembelian barang berdasarkan
prioritas lebih pada produk skincare. fungsi simbolis yang terkandung dalam barang
Kesadaran akan penampilan membuat seperti itu umumnya dilakukan oleh seseorang
konsumen tertarik pada produk yang hanya untuk meningkatkan status dalam
mengekspresikan atau mengubah visualisai diri mereka sendiri sehingga mereka akan
mereka. Konsumsi pribadi akan produk mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosial.
perawatan adalah perilaku pembelian yang Salah satu dari manfaat yang ditawarkan
memuaskan kebutuhan eksistensi konsumen. oleh merek kepada konsumen adalah manfaat
Penampilan seseorang merupakan salah satu simbolis. Manfaat simbolis mengacu pada
bentuk komunikasi nonverbal yang ingin dampak psikologis yang akan diperoleh
disampaikan konsumen. Produk skincare sangat konsumen ketika dia menggunakan merek
erat kaitannya dengan identitas visual, konsumen berarti merek akan mengkomunikasikan
perempuan milenial menyatakan bahwa produk identitas konsumen. Manfaat simbolik berkaitan
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
58 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

dengan kemampuan suatu produk dalam dari dua indikator, aspek keyakinan akan
memberikan image bagi penggunanya. Manfaat produk dan aspek kebutuhan akan produk.
simbolik dapat diukur berdasarkan estetika, Aspek keyakinan meliputi pertimbangan
identifikasi sosial, status, dan identitas personal identitas brand yang sudah punya “nama besar”
(Ashtray, 2011). dan banyak digunakan. Sedangan indikator
Pada perkembangan selanjutnya merek kebutuhan ada pada bagaimana skincare
adalah sebuah nama yang dianggap mewakili tersebut dapat memenuhi kebutuhan terutama
sebuah obyek, dianggap sebagai sebuah simbol dalam mengatasi permasalahn kulit konsumen..
kemudian menjadi image. Persepsi merek, yaitu Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
memberikan penilaian pelanggan terhadap dapat lebih difokuskan lagi pada bagaimana
image sebuah produk dengan menilai dari segi brand sebuah skincare atau produk perawatan
kualitas merek atau arti bahwa produk tersebut diri menjadi representasi identitas visual
mempunyai nilai atau kualitas tertentu. Persepsi seseorang, atau menganti subjek penelitian
merek merujuk pada persepsi konsumen pada konsumen lak-laki. Penelitian selanjutnya
terhadap nama atau simbol yang diasosiasikan dapat diteliti salah satunya dengan metode
dengan suatu produk/jasa dan menimbulkan fenomenologi.
arti psikologis. Merek memberikan arti bahwa
DAFTAR PUSTAKA
produk dan jasa mempunyai nilai atau kualitas

tertentu bagi konsumen. Ashtray, T. (2011). How do consumers make


their purchase decisions between genuine
SIMPULAN and counterfeit products? Canada: The
University of Guelph.
Persepsi komunikasi konsumen merujuk Cresswell, J. W. (2013). Research design:
pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
pada bagaimana konsumen melakukan evaluasi
mixed. Cetakan ke-3. Terjemahan Achmad
terhadap skincare. Konsumen menekankan Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
bahwa manfaat atau keuntungan yang diperoleh Daymon, C., & Holloway, I. (2008). Metode
- metode riset kualitatif dala public
adalah komponen yang paling penting. Persepsi
relations dan marketing communications.
akan merek, komposisi, COO, animal testing, Yogyakarta: Penerbit Bentang.
dan isu lingkungan mampu menimbulkan arti Demirbag, M., Sahadev, S., & Mellahi, K.
(2010). Country image and consumer
psikologis atau asosiasi tertentu.
preference for emerging economy
Preferensi konsumen dalam menentukan products: the moderating role of consumer
keputusan pembelian produk skincare terdiri materialism. International Marketing

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 59

Review, 27, 141–163. https://doi. org/10.2307/3211488


org/10.1108/02651331011037494 Nitisusastro. (2012). Perilaku konsumen dalam
Getricia, W. D. (2012). Analisis faktor- perspektif kewirausahaan. Bandung:
faktor yang mempengaruhi keputusan Alfabeta.
pembelian konsumen pada produk Pangestuti, A., & Devika, E. (2018). Pengaruh
minuman berisotonik pocari sweat. Jurnal country of origin terhadap brand image
Manajemen. dan dampaknya bagi keputusan pembelian
Kavaratzis, M. (2009). What can we learn from (survey online pada konsumen skin
city marketing practice. European Spatial care etude house di Indonesia). Jurnal
Research and Policy Journal, 16. Administrasi Bisnis, 110–118.
Kotler, & Keller. (2012). Manajemen Peter, J. P. (2013). Perilaku konsumen dan
pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga. strategi pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kriyantono, R. (2012a). Teknik praktis riset Phau, I. G. (2010). Conceptualizing the country
komunikasi, disertai contoh praktis riset of origin of brand. Journal Of Marketing
media, public relations, advertising, Communications, 159–170.
komunikasi organisasi, komunikasi Pratiwi, S. R. (2019). Manajemen kampanye
pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada komunikasi kesehatan dalam upaya
Media Group. pengurangan prevalensi balita stunting.
Kriyantono, R. (2012b). Teknik praktis riset Jurnal Manajemen Komunikasi, 4(1), 1–19.
komunikasi. Jakarta: Prenada Media. https://doi.org/0.24198/jmk.v4i1.23435
Kumar, R. (2013). Marketing and branding”: Priyandana, A. (2018). Perilaku konsumen
Indian Scenario. Pearson Education. digital di Indonesia. Retrieved from
Kwon, Y. J. (2018). The emergence of k-beauty: Mmrketing.co.id website: https://
rituals and myths of Korean skin care marketing.co.id/perilaku-konsumen-
practice. International Textile and Apparel digital-indonesia/
Association (ITAA) Annual Conference Putra, I. ., & Ghozali, H. (2018). Pengaruh
Proceedings, 33. Cleveland: Iowa iklan untung beliung bri britama di televisi
University. terhadap keputusan konsumen dalam
Larosche, M. (2005). The influence of country menabung. Wacana, 82–90.
image structure on consumer evaluations of Robbins, S. P. (2015). Perilaku organisasi
foreign products. International Marketing (organizational behavior), Terj.Ratna
Review, 96–115. Saraswati dan Febriella Sirait Edisi 16.
Listiana, E. (2012). Pengaruh country of Jakarta: Salemba Empat.
origin terhadap perceived quality dengan Schiffman, L. (2010). Consumer behavior. New
moderasi etnosentris konsumen. Jurnal Jersey: Prentice Hall Inc.
Administrasi Bisnis, 25–51. Shilling, C. (2007a). Sociology and the body;
Miles, M. B. (2015). Qualitative data analysis. classical traditions and new agendas. The
California. California: Sage Publication. Sociological Review, 1–18.
Neuman, W. (2014). Social research methods: Shilling, C. (2007b). The body and social
qualitative and quantitative approaches. In theory, 2nd ed. London: Sage Publication.
teaching sociology (vol. 30). https://doi. Shimp, T. A. (2014). Komunikasi pemasaran
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
60 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60

terpadu dalam periklanan dan promosi. Manajemen Komunikasi, 3(2), 185–201.


Jakarta: Salemba Empat. Utomo, W. O., Lubis, U. Z., & Sudradjat, S. A.
Shree, K., & Nagabushanam, M. (2018). (2012). Indonesia millenial report 2019.
Consumer behavior in new digital era: a Jakarta: IDN Research Institute.
paradigm shift. International Journal of Westmoreland, C., & Holmes, A. M. (2009).
Management Studies, 5(3), 60–70. Assuring consumer safety without animals.
Simamora, B. (2008). Panduan riset perilaku Organogenesis, 67–72.
konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Wono, H. Y. (2018). Preferensi mahasiswa
Utama. terhadap marketing. Jurnal Komunikasi
Suryana, A., Zein, D., Sumartias, S., Profesional, 62–75.
& Gemiharto, I. (2019). Pengaruh ZAP Beauty Index. (2018). Hasil survey zap
strategi komunikasi pemasaran, budaya beauty index terkait industri kecantikan.
organisasi, karakteristik individu inovatif Retrieved from https://www.kirani.id/hasil-
dan komitmen organisasional terhadap survey-zap-beauty-index-terkait-industri-
kinerja usaha kecil dan menengah. Jurnal kecantikan/

Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)

Anda mungkin juga menyukai