42-60 42
ABSTRAK
Perkembangan konsumsi masyarakat mengalami kenaikan setiap tahunnya, salah satunya adalah jumlah
penyedia jasa atau produsen, terutama produk skincare. Produsen tidak hanya terdiri dari brand impor, namun
brand lokal, yang saat ini jumlahnya semakin banyak. Tidak bisa dipungkiri kemudahan teknologi juga
menjadi salah satu pemantik kebutuhan pasar. Kemudahan akses internet membuat konsumen dihadapkan
dengan banyaknya pilihan produk. Kompleksitas produk beriringan dengan kompleksitas keputusan pembelian
konsumen, terutama konsumen perempuan sebagai mayoritas pengguna produk skincare. Keputusan
pembelian menjadi sebuah proses panjang yang dilakukan konsumen. Konsumen melakukan persepsi
terhadap pesan persuasif yang diberikan produk, Selanjutnya persepsi tersebut menjadi penentu preferensi
konsumen akan produk tersebut. Beberapa pesan persuasif yang dipersepsi adalah tentang isu lingkungan,
komposisi produk, country of origin, dan animal testing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
persepsi dan preferensi konsumen perempuan milenial dalam keputusan pembelian produk skincare. Metode
yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara kepada perempuan pengguna
skincare. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam menentukan keputusan pembelian produk skincare
terdiri dari dua indikator, aspek keyakinan akan produk dan aspek kebutuhan akan produk. Aspek keyakinan
meliputi pertimbangan identitas brand yang sudah punya “nama besar” dan banyak digunakan. Indikator
kebutuhan ada pada bagaimana skincare tersebut dapat memenuhi kebutuhan terutama dalam mengatasi
permasalahan konsumen. Selain itu, faktor utama yang menjadi alasan perempuan memilih skincare juga dari
persepsi komunikasi akan produk. Persepsi akan sebuah produk dari segi merek, kandungan, nilai sosial, juga
menjadi faktor penentu preferensi konsumen.
Kata-kata kunci: perilaku konsumen; persepsi komunikasi; preferensi pembelian; milenial; skincare
ABSTRACT
The development of public consumption is increasing every year. One of the popular product nowadays is
skincare product. Popularity increases not only for imported brands, but also local brands. It is undeniable
that the ease of technology is also the stimulus of market needs. The internet access gives consumer a
large selection of product and makes the purchasing decision process more complex, especially for female
consumers. A purchase decision is a long process by consumers, from perceiving product persuasive
messages to determining preferences for choosing a products. Some perceived persuasive message is about
environmental issues, composition of the product, country of origin, and animal testing. The purpose of
this study was to determine how perceptions and preferences of millennial female consumers in purchasing
decisions for skincare products. The research used a descriptive qualitative method, by conducting interviews
with female consumers. The results shows that, in determining the decision to purchase skincare products,
consumers consider two indicators, product confidence and need for products. Aspects of belief include
the consideration of brand identity that already has a “big name” and is widely used. Indicators of need
are on how the skincare can meet the needs, especially in overcoming consumer problems. In addition, the
main factor that is the reason female choose skincare is also from the perception of communication about
the product. Perception of a product in terms of brand, content, and social value also the determinants of
consumer preferences.
Korespondensi: Wifka Rahma Syauki, M.Si. Universitas Brawijaya. Jln. Veteran, Malang, Jawa Timur
65145. Email: wifka@ub.ac.id
Submitted: January 2020, Accepted: April 2020, Published: April 2020
ISSN: 2548-3242 (printed), ISSN: 2549-0079 (online). Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 43
saat ini semakin meningkat. Adanya integritas tema produk yang dipakai konsumen. Terkait
koneksi internet dan jejaring sosial menjadi tema produk skincare, banyak konten baik
sebuah kemudahan bagi konsumen untuk itu di laman resmi atau media sosial, terkait
mengetahui informasi dari skincare yang akan perilaku menggunakan skincare. Salah satu
ia beli. Terlebih generasi milenial merupakan konten populer mengenai skincare adalah
generasi yang mengandalkan media digital tentang sepuluh langkah penggunaan skincare
dalam pencarian informasi (Utomo, Lubis, & ala korea, tips perawatan kulit, tips agar kulit
telah banyak dilakukan dan dibangun dari Pesan iklan yang mampu membujuk dan
beberapa rangkaian perilaku. Sayangnya, tema- memengaruhi konsumen untuk membeli produk
tema yang diangkat cenderung tidak dinamis. merupakan sebuah kekuatan persuasi. Iklan
Tema riset umumnya sekitar dari proses merupakan sebuah bentuk pesan komunikasi
keputusan pembelian, sampai pada perilaku yang salah satu fungsinya adalah mengubah
setelah pembelian. Hal yang membedakan persepsi konsumen terhadap atribut suatu merek
umumnya hanya terletak pada konteks atau (Hermanto, 2007). Persepsi merupakan inti dari
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 45
komunikasi, sebuah proses di mana individu selain pada hewan (Westmoreland & Holmes,
pesan untuk memberikan arti (Robbins, 2015). Adanya nilai sosial pada produk
Sebuah pesan yang menarik mengenai sebuah menciptakan sebuah keterlibatan situasional
produk menjadi salah satu kesan sensori yang pada konsumen (Pratiwi, 2019). Melakukan
ditangkap konsumen dan selanjutnya mereka seleksi pemilihan produk yang sesuai dengan
interpretasi serta beri makna (Shimp, 2014). preferensi, maka konsumen merasa ikut terlibat
Semakin banyaknya pesan atau iklan akan pula dengan kepedulian sosial. Hal tersebut
produk skincare, memunculkan pula banyaknya dapat diartikan apabila konsumen membeli
variasi dari persepsi produk itu sendiri. produk yang peduli akan lingkungan maka,
Fenomena ini, bagi pemasar, menjadi ia juga telah melakukan perubahan sosial.
sebuah peluang dan inovasi untuk masuk Preferensi konsumen dapat diartikan dengan
dalam persaingan pasar. Bagi konsumen, hal kesukaan, pilihan terhadap suatu hal yang
ini juga memicu perubahan dalam proses lebih disukai konsumen. Preferensi ini muncul
keputusan pembelian. Alternatif produk yang melalui proses persepsi konsumen terhadap
mempertimbangkan banyak faktor, misalnya isu Selain itu, asal negara skincare juga
label, isu animal testing dan komposisi produk. menjadi pertimbangan akan citra sebuah
Kondisi di mana setiap hari manusia terpapar produk. Country of origin merupakan atribut
berbagai bahan kimia dalam kesehariannya keputusan pembelian konsumen. Kotler Keller
beberapa produk harus memenuhi persyaratan pembeli akan suatu negara menjadi salah satu
produk tersebut diuji. Tes uji coba ini biasanya proses pengambilan keputusan akan suatu
dilakukan pada hewan untuk memastikan produk (Pangestuti & Devika, 2018)
produk aman. Pada faktanya, Uni Eropa sendiri Terkait isu komposisi produk juga menjadi
mayoritas tes digunakan untuk uji racun pada fokus dalam preferensi pemilihan produk.
sosial ini ada beberapa perubahan salah satunya pada penampilan eksternal dan konsumsi
Amandemen ke-7 Cosmetics Directive dan produk kecantikan, baik untuk kesehatan tubuh,
REACH. Peraturan ini mendorong peneliti untu dan dengan lingkungan fisik eksternal telah
mengembangkan dan mengadopsi uji coba muncul sebagai tren konsumen terkini (Shilling,
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
46 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60
Pembahasan mengenai konsumen tidak pada perilaku konsumen , antara lain sebagai
terlepas dari perilakunya. Perilaku konsumen berikut; (1) faktor budaya terdiri atas budaya,
adalah perilaku yang ditampilkan konsumen subbudaya, dan kelas sosial. (2) faktor sosial
dalam mencari, membeli, menggunakan, terdiri atas kelompok referensi, keluarga, peran,
mengevaluasi, dan membuang produk dan dan status. (3) faktor pribadi terdiri atas usia,
layanan yang mereka harapkan akan memuaskan pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, dan
kebutuhan mereka (Schiffman, 2010). Perilaku gaya hidup. (4) faktor psikologis terdiri atas
konsumen berfokus pada bagaimana konsumen motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori
individu dan keluarga atau rumah tangga (Shree & Nagabushanam, 2018)
sumber daya mereka yang tersedia (waktu, yang akan selalu menjadi topik perbincangan
uang, usaha) pada barang-barang yang terkait dalam ranah komunikasi pemasaran. Maka
dengan konsumsi. Keputusan itu termasuk dari itu, tantangan yang dihadapi oleh
apa yang mereka beli, mengapa mereka semua pemasar saat ini adalah bagaimana
di mana mereka membelinya, seberapa dalam mendukung produk atau layanan mereka.
sering mereka membelinya, seberapa sering Oleh karena itu, pengetahuan tentang perilaku
evaluasi tersebut pada pembelian di masa berargumen, dan memilih di antara alternatif
depan, dan bagaimana mereka membuangnya. yang ada (misalnya, merek, produk, dan
Konsumen memiliki karakter yang dinamis. distributor) adalah sesuatu yang penting.
Meskipun secara ilmu, perilaku konsumen Bukan hanya itu, lingkungan konsumen
bukanlah hal yang baru untuk dipelajari, namun (misalnya, budaya, keluarga, dan media)
selalu ada hal baru yang akan ditemukan dari memengaruhi konsumen, motivasi konsumen,
konsumen ketika ekonomi juga berkembang. serta penggunaan strategi berbeda untuk
Konsumen Indonesia yang didominasi oleh produk yang berbeda, dapat mengarahkan
masyarakat yang usianya masih muda dan pada pemahaman tentang bagaimana pemasar
Kotler dan Keller menyebutkan ada mereka untuk lebih efektif dalam menjangkau
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 47
Dalam melakukan pengambilan keputusan, salah satu tahap yang dilalui konsumen adalah
konsumen memiliki proses yang dilalui, proses bagaimana ia mempersepsi produk tersebut.
tersebut dimulai dengan adanya masalah yang Kualitas akan produk juga menjadi preferensi
dihadapi konsumen, misalnya seorang ibu dalam memutuskan pembelian. Persepsi akan
rumah tangga yang menyadari kurangnya daya kualitas disebut dengan perceived quality;
tampung pada mesin cuci yang ia miliki. Proses Perceived quality adalah persepsi akan
selanjutnya adalah pencarian informasi, ibu kualitas atau keunggulan produk yang ada di
rumah tangga mulai dengan bertanya kepada benak konsumen. Persepsi akan kualitas dari
tetangga mengenai mesin cuci yang dimiliki konsumen akan keunggulan produk merupakan
serta besarnya kapasitas dari mesin cuci tersebut. inti dari kerangka ekuitas merek. Hal ini menjadi
Proses dilanjutkan dengan evaluasi beberapa alasan konsumen untuk membeli produk dan
informasi yang ia peroleh. Proses ini dimulai memungkinkan produk untuk melakukan
eletronik dengan berpedoman pada rekomendasi Persepsi akan kualitas juga melibatkan pada
yang diperoleh. Mempertimbangkan reputasi beberapa isu yang menjadi faktor preferensi
merek dan kecanggihan teknologi dari atau kesukaan konsumen. Adanya atribut
mesin cuci tersebut, maka proses dilanjutkan intrinsik serta ekstrinsik yang menjadi pembeda
dengan pemilihan produk yang sesuai dengan merek satu dengan lainnya. Atibut intrinsik
kebutuhannya (Shree & Nagabushanam, 2018) adalah atribut terkait fisik produk, seperti
Keputusan pembelian mencakup suatu warna, rasa, aroma, bentuk, dan penampilan.
pilihan di antara dua atau lebih tindakan atau Atribut ekstrinsik adalah aspek yang tidak
perilaku alternatif. Sementara itu, dalam terkait pada fisik produk, misalnya nama merek,
membuat pertimbangan untuk membeli suatu tanda kualitas, harga, dan informasi produksi.
layaknya sebuah spektrum warna (Peter, 2013). kesan akan kualitas sebuah produk. Tujuh
Konsumen yang kompeten mungkin memiliki dimensi tersebut meliputi; kinerja, karakteristik
keyakinan subyektif dan obyektif yang lebih produk, sesuai dengan spesifikasi, keandalan,
besar dalam kemampuan mereka untuk ketahanan, pelayanan, dan hasil akhir. Salah
bisa meliputi isu country of origin, animal negaranya. Bisa saja perancangan dilakukan
cruelty, isu lingkungan, dan kualitas produk di Korea, namun pembuatan bisa di China dan
merupakan asosiasi mental dan keyakinan citra negara dapat dibagi menjadi tiga tingkat;
yang dipicu oleh suatu negara (Kotler & Keller, (1) Overall country image (citra negara
2012). Pemasar juga memperhatikan terkait keseluruhan); keseluruhan dari ide, kepercayaan,
sikap dan persepsi konsumen akan asal negara dan kesan akan negara tertentu sebagai hasil dari
suatu produk. COO sendiri merupakan salah evaluasi dan persepsi konsumen. Persepsi ini
satu asumsi ekstrinsik yang mempengaruhi meliputi kelebihan dan kekurangan negara. (2)
konsumen dalam memutuskan pembelian, Aggregate product country image (citra negara
salah satunya pada produk skincare. Penelitian asal produk keseluruhan); keseluruhan perasaan
tentang COO sudah berlangsung sejak tahun kognitif yang merupakan asosiasi dengan produk
1965. Untuk pertama kalinya, Nagashima dari negara tertentu. Produk yang berasal dari
pada tahun 1960 mengemukakan konsep Jepang dipersepsi sebagai produk berteknologi
COO. Sedangkan Schooler pada tahun 1965 tinggi, asosiasi produk dengan harga murah
melakukan penelitian tentang COO Effect untuk dilekatkan pada buatan Cina, sedangkan produk
pertama kalinya. Terkait definisi istilah country dengan daya tahan tinggi berasal dari Jerman.
of origin memiliki beberapa pemahaman yang (3) Specific product country image (citra negara
sama, seperti misalnya Badri, Davis and Davis asal dilihat pada kategori produk tertentu);
memahami efek COO sebagai efek ”made in”. merupakan keseluruhan perasaan kognitif yang
Hal menarik tentang penelitian COO adalah diasosiasikan dengan spesifikasi produk dari
bahwa mayoritas studi dilakukan pada produk negara tertentu (Demirbag, Sahadev, & Mellahi,
Istilah lain yang mengikuti perkembangan Faktor COO yang digunakan untuk
topik-topik country of origin adalah country mengetahui persepsi konsumen terhadap produk
of design, country of manufacture, country of terdiri dari tiga komponen; country beliefs,
assembly, dan country of part di mana semua people affect, dan desire interaction. Country
istilah tersebut menunjukkan bahwa beberapa beliefs, yaitu keyakinan calon konsumen
perusahaan global dan transnasional tidak lagi tentang perkembangan industri serta kemajuan
melakukan keseluruhan rangkaian produksi di teknologi yang dimiliki oleh negara asal dari
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 49
sebuah negara secara umum menjadikan faktor nilai dari produk mereka. Motivasi konsumen
kepercayaan akan negara menjadi salah satu perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial
hal yang mempengaruhi perilaku konsumen akan memberikan pertimbangan yang serius
(Larosche, 2005). Komponen selanjutnya (Putra & Ghozali, 2018). Perilaku keputusan
adalah people affect, yaitu tanggapan konsumen pembelian konsumen tersebut merupakan salah
terhadap pengaruh dari masyarakat negara asal satu hal yang rumit dipahami. Ada konsumen
merek berasal. Selain negara asal, masyarakat yang mengevaluasi informasi dengan cara yang
asal negara pembuat produk juga mempengaruhi komplek, namun ada pula konsumen yang
konsumen akan mempertimbangkan lebih untuk Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti
memilih sebuah produk. Komponen terakhir melihat adanya urgensi untuk mengetahui
adalah Desire Interaction, yaitu keinginan bagaimana proses keputusan pembelian produk
konsumen untuk membangun hubungan dengan skincare yang dilakukan perempuan milenial.
negara asal merek produk. Setelah kondisi Proses yang ingin diteliti adalah dari bagaimana
umum asal negara dan juga masyarakatnya, tahap persepsi akan pesan persuasif produk
maka semakin membuat konsumen ingin yang menjadi poin preferensi atau kesukaan
menjalin hubungan yang lebih dengan asal konsumen sehingga melakukan proses
bahwa asal negara suatu produk menjadi dan preferensi konsumen perempuan milenial
sebuah perhatian besar bagi konsumen. Hal dalam keputusan pembelian produk skincare.
akan produk. Lebih jauh lagi, isu COO ini juga Penelitian ini menggunakan paradigma
menjadi isu bersama bagi para pemasar untuk konstruktivis yag berasumsi bahwa kenyataan
menekankan asal negara sebagai kekuatan merupakan hasil dari konstruksi manusia
produknya (Larosche, 2005) (Neuman, 2014). Penelitian dengan paradigma
Mampu membaca keinginan konsumen konstruktivis memandang pengetahun sebagai
merupakan hal penting bagi pemasar untuk hasil konstruksi dan hasil pengalaman dari
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
50 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60
fakta. Konstruksi realitas dikonstruksi melalui produk skincare, karena subjek kajian dalam
interaksi sosial serta nilai-nilai budaya dan penelitian adalah terkait penggunaan produk
norma historis yang berlaku di kehidupan skincare pada perempuan milenial. Perempuan
individu (Cresswell, 2013). milenial yang ada pada penelitian ini adalah
Paradigma ini sesuai untuk mengetahui mereka yang ada pada kategori usia 20-35
bagaimana persepsi komunikasi dan tahun. Hal ini sesuai dengan Indonesia milenial
perilaku konsumen berdasarkan pengalaman report, usia tersebut adalah kelompok umur
subyektifnya. Selain itu peneliti mampu penduduk milenial (Utomo et al., 2012)
menjelaskan secara komprehensif bagaimana Peneliti juga menyebar pertanyaan tertutup
aspek country of origin, animal cruelty, (survey) yang dijawab oleh 35 responden yang
dan isu lingkungan terkait produk skincare mempunyai kriteria informan penelitian dan
menjadi pertimbangan utama dalam keputusan selanjutnya dilakukan wawancara mendalam
pembelian konsumen. Metode yang dipilih pada tiga informan kunci. Informan pertama
adalah deskriptif kualitatif. Instrumen utama adalah Amalia, berusia 21 tahun, berasal dari
penelitian kualitatif adalah peneliti yang terlibat Malang dan sedang menempuh pendidikan di
langsung dengan subyek penelitian (Daymon & Universitas dengan jenjang pendidikan Strata 1.
Holloway, 2008) Informan kedua Novita, atau biasa dipanggil Ita
Teknik pengumpulan data adalah teknik berusia 23 tahun dan juga seorang mahasiswa
atau cara-cara yang dapat digunakan periset Strata 1 di perguruan tinggi di Malang.
untuk mengumpulkan data (Pratiwi, 2019). Informan terakhir adalah Yani, 31 tahun. Yani
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah karyawan swasta yang mempunyai latar
dalam penelitian adalah menyebar pertanyaan belakang pendidikan D1, selain bekerja Yani
survey kepada perempuan milenial dan juga sedang melanjutkan jenjang pendidikan
selanjutnya melakukan wawancara mendalam Strata 1.
(in depth interview). Wawancara dilakukan Teknik analisis data berupa (1) kondensasi
terhadap informan yang telah dipilih data, tahap ini peneliti melakukan pembacaan
menggunakan teknik purpossive sampling, yaitu pada data yang telah diperoleh di lapangan
informan ditentukan oleh kriteria-kriteria yang dengan melakukan seleksi, menentukan fokus,
dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian menyederhanakan, dan mentransformasikan
(Kriyantono, 2012a, 2012b). Kriteria pertama data dari jawaban wawancara penelitian, (2)
adalah perempuan milenial yang mengonsumsi penyajian data, merupakan tahapan di mana
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 51
data yang sudah diseleksi diorganisir untuk perempuan dalam hal merawat tubuh atau
mengarah pada menarik kesimpulan. Data identitas visualnya.
yang telah diseleksi disajikan di dalam laporan Konteks yang menjadi alasan pembelian
penelitian dan dianalisis dengan konsep, (3) informan terdiri dari serangkaian proses dan
kesimpulan sebagai tahap akhir dari proses faktor. Termasuk waktu pembelian, pengalaman
analisis data. Peneliti melakukan interpretasi menggunakan, gaya hidup, tahap kehidupan,
data, memberikan penjelasan dan bahkan pengaturan pola hidup, dan pola kerja.
proposisi (Miles, 2015). Pertanyaan selanjutnya fokus pada
Penelitian ini melakukan prasurvey Temuan yang menarik adalah saat konsumen
berbentuk survey untuk mendapatkan gambaran Country of origin bukan hal terlalu penting.
umum terkait bagaimana perempuan milenial Hasil ini berbanding terbalik ketika peneliti
Konsumen, dalam hal ini perempuan milenial menggunakan produk dengan merek bukan dari
sebagian besar (62,9%) menyatakan bahwa Dari gambaran awal terlihat faktor harga
skincare merupakan produk yang sangat masih menempati alasan pertimbangan tertinggi
penting bagi perempuan (gambar 4.1). dari dalam memutuskan pembelian skincare
grafik tersebut menunjukkan bahwa skincare (gambar 4.2). Pada gambar terlihat lebih dari
bisa masuk pada kebutuhan primer bagi 50% konsumen perempuan Milenial sangat
Sumber: Data primer penelitian, diolah peneliti, 2019 Sumber: Data penelitian diolah peneliti, 2019
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
52 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 53
informasi yang ia peroleh dari ulasan konsumen Indikator pertama adalah aspek
lain. semakin banyak ulasan positif membuat Itha keyakinan konsumen pada produk, konsumen
preferensinya pada produk tersebut. fungsi dari produk. Pemilihan merek pada
Proses yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian ditemukan informan cenderung
jawaban informan lainnya, Amalia dan Yani. memilih merek besar yang sudah terkenal.
“Sebenernya yang paling sering saya liat
Rekomendasi dari orang terdekat seperti itu dari femaledaily. Kalo femaledaily kan
banyak reviewnya. kalo saya ngeliat lagi
teman juga mempengaruhi persepsi positif
dari Femaledaily atau Sociola kan suka
pada produk. Apabila ulasan atau informasi bikin review tuh dari orang-orangnya.
Terus di Youtube juga kan Youtuber dan
yang diperoleh sesuai dengan hasil yang sebagianya jadi saya liat Suhay Salim sih
kalo Youtuber. Saya cocok banget sama
mereka dapatkan maka mereka akan menjadi skincare dia” (Amalia, wawancara offline,
20 Agustus 2019).
konsumen yang loyal. Namun, apabila
Indikator selanjutnya adalah kebutuhan
fitemukan ketidakcocokan informan cenderung
akan suatu produk, selain keyakinan akan brand
memulai kembali proses pencarian informasi,
besar, aspek kebutuhan juga menjadi hal yang
mempersepsi dan memutuskan pembelian.
dipertimbangkan. Aspek kebutuhan disini lebih
Berdasarkan jawaban informan-informan
pada bagaimana skincare mampu menjawab
tersebut terlihat alasan pembelian skincare
dari keinginan informan, misalnya kebutuhan
melewati proses pertimbangan rasional.
akan kulit mereka, atau masalah kulit yang
Konsumen menggunakan atribut produk sebagai
perlu diatasi.
dasar untuk mengevaluasi suatu produk, dan
Indikator ketiga adalah keinginan membeli
atribut-atribut itu menjanjikan manfaat yang
produk. Indikator ini tidak terlalu tampak pada
dicari konsumen ketika membeli suatu produk
hasil penelitian, informan lebih menitikberatkan
Proses inti dalam pengambilan keputusan
pada kebutuhan akan produk dalam melakukan
konsumen adalah proses integrasi yang
pembelian, bukan hanya pada aspek keinginan.
digunakan untuk mengkombinasikan
Berdasarkan hasil wawancara ketiga informan,
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih
perempuan milenial ini bukan termasuk pada
perilaku alternatif dan memilih satu diantaranya.
konsumen yang impulsif atau membeli hanya
Pada tahap ini konsumen dihadapkan pada
karena faktor keinginan. Konsumen impulsif
suatu pilihan untuk melakukan pembelian atau
dapat dianalogikan sebagai proses pembelian
tidak yang dapat didasari melalui tiga indikator
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
54 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60
tanpa perencanaan. Konsumen terpapar Pada penelitian ini ditemukan bahwa persepsi
informasi yang mendorong mereka membeli akan kualitas yang menjadi pertimbangan
barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan konsumen membeli dan menggunakan
apakah barang tersebut memenuhi kebutuhan skincare adalah pada identitas brand. Brand
mereka (Kumar, 2013) Informan menyatakan yang dipilih mayoritas merupakan brand yang
mereka akan mempertimbangkan terlebih sudah terkenal dan banyak memiliki catatan
dahulu dari segi harga, manfaat, dan kebutuhan ulasan, sehingga konsumen akan mendapatkan
akan kulitnya. Pertimbangan ini disebabkan informasi yang cukup akan produk. Persepsi
karena kondisi keuangan informan yang masih akan kualitas biasa disebut dengan perceived
berasal dari orang tua. quality; perceived quality adalah persepsi akan
Perilaku konsumen merupakan perilaku kualitas atau keunggulan produk yang ada di
yang ditampilkan dalam pencarian, pembelian, benak konsumen (Listiana, 2012) Persepsi
penggunaan, evaluasi dan penghapusan produk akan kualitas dari konsumen akan keunggulan
dan layanan yang diharapkan dapat memenuhi produk merupakan inti dari kerangka ekuitas
kebutuhan konsumen (Schiffman, 2010). merek. Hal ini menjadi alasan konsumen untuk
Perilaku dari konsumen individu dan keluarga membeli produk dan memungkinkan produk
atau rumah tangga membuat keputusan untuk untuk melakukan diferensiasi dengan produk
(waktu, uang, usaha) pada produk yang mereka Penggunaan brand ambasador menjadi
konsumsi. Kegiatan tersebut meliputi apa yang salah satu yang ikut dipersepsi informan. Pada
mereka beli, mengapa, kapan, dan di mana hasil wawancara dengan Amalia, ia menyatakan
mereka membelinya, serta seberapa sering bahwa alasan ia membeli sebuah produk toner
konsumen produk skincare juga melewati menjadi salah satu aspek ekstrinsik yang
dan mengevaluasi. Prosesnya lebih pada melakukan persepsi akan kualitas produk dan
fokus pada kebutuhan individu, di mana Aspek ekstrinsik lain yang bisa ditemui
individu sepenuhnya yang membuat keputusan pada skincare adalah isu akan country of origin
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 55
dalam perspektif pemasaran dapat didefinisikan Industri kecantikan korea telah tumbuh
pada tiga tingkat, yaitu : overall country image, dalam ekspor ke pasar global. Menurut
aggregate product country image, dan specific International Trade Administration (2017) total
product country image. Namun, pada hasil ekspor kosmetik Korea pada tahun 2016 adalah
penelitian, aspek negara asal produk tidak sekitar USD 4,2 miliar, yang menunjukkan
menjadi pertimbangan utama sebagai preferensi peningkatan 61,6% dari tahun sebelumnya
dalam memutuskan pembelian. Informan lebih menurut Asosiasi Pedagang Farmasi Korea.
tanpa melihat faktor lain (Demirbag et al., pencarian makeup Korea dan perawatan kulit
Persepsi akan country of origin (COO) stabil sejak 2010 sebagai kata pencarian. Pada
merupakan asosiasi mental dan keyakinan penelitian, faktor COO belum menjadi faktor
yang dipicu oleh suatu negara (Kotler & Keller, utama, namun para informan menyadari bahwa
2012). Pemasar juga memperhatikan terkait mereka aware dengan isu tersebut. Faktor COO
sikap dan persepsi konsumen akan asal negara masih kalah dengan faktor kondisi apakah
suatu produk. COO sendiri merupakan salah skincare tersebut sesuai dengan kebutuhan kulit
Terkait brand yang mereka pilih mayoritas besar konsumen adalah mempertimbangkan
adalah brand dari Korea dikarenakan produk faktor aroma sampai bagaimana fitur yang
dari negara ini sedang banyak digunakan ada pada skincare. Tahapan awal biasanya
oleh pengguna skincare. Data penelitian yang mereka mencium produk, itulah sebabnya
asal skincare yang paling banyak dipakai juga sintetis. Selain aroma, produk kecantikan
disebabkan karena adanya tren K-pop dan dapat ditandai dengan fitur unik seperti daya
K-drama. Tren perawatan kulit dan makeup serap, pelembab, penampilan pada kulit saat
Korea muncul sebagai sub-kategori budaya digunakan, tebal dan residu; karakteristik
konsumen Korea. K-beauty adalah istilah umum dan kinerjanya adalah hasil dari formulasi
untuk semua perawatan kulit, produk rias yang fisiknya. Atribut ini dapat menawarkan motif
diimpor dari Korea Selatan (Kwon, 2018) untuk dipilih satu produk skincare lebih
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
56 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60
dari yang lain.Proses ini merupakan salah uji coba pada hewan untuk memastikan produk
satu bentuk dari bagaimana proses persepsi aman. Itha, salah satu informan penelitian
terjadi. Informan melakukan proses memilih, pernah menyatakan faktor ini pernah menjadi
informasi untuk menciptakan suatu gambaran skincare. Pesan persuasi bahwa skincare telah
akan produk. Informasi ini selanjutkan tertanan bebas animal cruelty menambah persepsi
preferensi pada produk. Hal serupa juga terjadi pada Amalia, hobi
kesehatan mereka dengan mencari produk yang menjadi faktor yang menyebabkan ia peka
perawatan kulit atau skincare yang sehat. Hal terhadap isu animal cruelty ini. Amalia akan
ini disebabkan, karena orang percaya bahwa cenderung memilih produk yang animal cruelty
bahan alami membuat produk kecantikan dibandingkan produk yang tidak peduli pada
lebih baik dan lebih sehat, penggunaan istilah binatang. Apa yang disampaikan oleh Amalia
‘alami’ pada label menjadi kekuatan pendorong ini merupakan salah satu gambaran konsep
utama penjualan. Isu sosial terkait komposisi bahwa pengalaman individu menjadi faktor
produk menjadi faktor utama preferensi penentu akan persepsinya. Harapan mengenai
konsumen dalam memilih produk skincare. bagaimana situasi, orang, atau peristiwa
konsumen yang memiliki persepsi positif penting bagaimana stimuli tersebut kemudian
terhadap produk tertentu memiliki niat lebih dirasakan (Robbins, 2015). Adanya nilai sosial
besar untuk membelinya daripada konsumen pada produk menciptakan sebuah keterlibatan
yang memiliki persepsi kurang positif. Serupa situasional pada konsumen. Melakukan
dengan harapan, pengaruh normatif ditemukan seleksi pemilihan produk yang sesuai dengan
menjadi komponen penting untuk menentukan preferensi, maka konsumen merasa ikut terlibat
selanjutnya adalah isu lingkungan seperti produk yang peduli akan lingkungan maka,
animal cruelty. Isu ini menekankan pada apakah ia juga telah melakukan perubahan sosial.
perusahaan produsen skincare tersebut peduli Preferensi konsumen dapat diartikan dengan
kepada hewan. Apakah mereka melakukan tes kesukaan, pilihan terhadap suatu hal yang
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 57
lebih disukai konsumen. Preferensi ini muncul skincare penting dalam menunjang penampilan
melalui proses persepsi konsumen terhadap mereka di publik. Skincare mampu menambah
sebuah produk (Wono, 2018). kepercayaan diri konsumen.
Implikasi lain dari penelitian adalah bahwa Konsumen sering memilih produk yang
konsumsi produk skincare bagi informan menunjukkan status mereka di masyarakat.
menjadi salah satu cara untuk mempertahankan Penilaian bahwa membeli barang dengan harga
penampilan dan simbo status sosial. Masing- tinggi dan dari merek-merek terkenal akan
masing informan berpendapat bahwa mendapat pengakuan dari lingkungan sosial,
penampilan mereka setelang penggunaan sehingga menimbulkan kepercayaan diri yang
skincare manjadikan mereka lebih percaya tinggi. Konsumen percaya bahwa harga yang
diri. Pada informan Yani, dalam wawancara lebih tinggi menunjukkan kualitas yang lebih
menyebutkan bahwa sebelum menjadi baik. Hal ini seperti yang disampaikan oleh
konsumen skincare dia tidak percaya diri karena informan Itha yang merasa produk non-lokal
kulitnya yang lebih gelap dibandingkan teman- dengan harga lebih mahal menjadi preferensinya
temannya. Pada informan Itha dan Amalia menentukan produk yang cocok.
menyampaikan bahwa perawatan pada wajah Hal ini menunjukkan bahwa persepsi akan
penting karena orang lain akan menilai kita dari harga menjadi penentu kualitas produk, semakin
penampilah fisik kita terlebih dahulu. Sehingga, tinggi harga produk makan kualitasnya juga
menjadi penting bagi mereka untuk memberikan semakin bagus. Pembelian barang berdasarkan
prioritas lebih pada produk skincare. fungsi simbolis yang terkandung dalam barang
Kesadaran akan penampilan membuat seperti itu umumnya dilakukan oleh seseorang
konsumen tertarik pada produk yang hanya untuk meningkatkan status dalam
mengekspresikan atau mengubah visualisai diri mereka sendiri sehingga mereka akan
mereka. Konsumsi pribadi akan produk mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosial.
perawatan adalah perilaku pembelian yang Salah satu dari manfaat yang ditawarkan
memuaskan kebutuhan eksistensi konsumen. oleh merek kepada konsumen adalah manfaat
Penampilan seseorang merupakan salah satu simbolis. Manfaat simbolis mengacu pada
bentuk komunikasi nonverbal yang ingin dampak psikologis yang akan diperoleh
disampaikan konsumen. Produk skincare sangat konsumen ketika dia menggunakan merek
erat kaitannya dengan identitas visual, konsumen berarti merek akan mengkomunikasikan
perempuan milenial menyatakan bahwa produk identitas konsumen. Manfaat simbolik berkaitan
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
58 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60
dengan kemampuan suatu produk dalam dari dua indikator, aspek keyakinan akan
memberikan image bagi penggunanya. Manfaat produk dan aspek kebutuhan akan produk.
simbolik dapat diukur berdasarkan estetika, Aspek keyakinan meliputi pertimbangan
identifikasi sosial, status, dan identitas personal identitas brand yang sudah punya “nama besar”
(Ashtray, 2011). dan banyak digunakan. Sedangan indikator
Pada perkembangan selanjutnya merek kebutuhan ada pada bagaimana skincare
adalah sebuah nama yang dianggap mewakili tersebut dapat memenuhi kebutuhan terutama
sebuah obyek, dianggap sebagai sebuah simbol dalam mengatasi permasalahn kulit konsumen..
kemudian menjadi image. Persepsi merek, yaitu Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
memberikan penilaian pelanggan terhadap dapat lebih difokuskan lagi pada bagaimana
image sebuah produk dengan menilai dari segi brand sebuah skincare atau produk perawatan
kualitas merek atau arti bahwa produk tersebut diri menjadi representasi identitas visual
mempunyai nilai atau kualitas tertentu. Persepsi seseorang, atau menganti subjek penelitian
merek merujuk pada persepsi konsumen pada konsumen lak-laki. Penelitian selanjutnya
terhadap nama atau simbol yang diasosiasikan dapat diteliti salah satunya dengan metode
dengan suatu produk/jasa dan menimbulkan fenomenologi.
arti psikologis. Merek memberikan arti bahwa
DAFTAR PUSTAKA
produk dan jasa mempunyai nilai atau kualitas
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 2, April 2020, hlm. 42-60 59
Persepsi dan preferensi penggunaan skincare pada perempuan milenial dalam perspektif komunikasi pemasaran
(Wifka Rahma Syauki, Diyah Ayu Amalia Avina)