BUDAYA PERUSAHAAN
PROPOSAL
Disusun Oleh:
Al Shadri R
NIM : 17107030033
YOGYAKARTA
2021
A. Latar Belakang Masalah
1
melakukan kontak langsung baik secara tatap muka maupun melewati
telekomunikasi. Aktivitas seperti ini mampu melibatkan interaksi secara
fleksibel, karena pemasar mampu melihat secara langsung reaksi dari
pembeli atau target konsumen mereka.
2
inovasi, dan dapat berpindah ke produk pesaing yang mungkin sudah
melakukan perubahan. Karena itu, perubahan dalam suatu perusahaan
terhadap produknya perlu dilakukan, dan salah satu perubahan yang perlu
dilakukan adalah dengan melakukan rebranding.
Melakukan rebranding tidak hanya untuk mengikuti perubahan zaman namun juga
perbaikan citra. Melihat kasus dalam negeri, beberapa perusahaan dengan
2
Ariano, Marco. 2017. Pengaruh Rebranding dan Repositioning terhadap Brand Equity Smartphone
Microsoft Lumia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa "Calyptra" Vol.6 No.2. Surabaya: Universitas Surabaya.
3
brand besar pernah mengalami suatu kasus yang membuatnya melakukan
rebranding untuk memperbaiki citra buruknya.
Berikut merupakan data perubahan brand atau rebranding yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan dari berbagai sektor ekonomi bisnis yang saat ini dapat
dikatakan menjadi sebuah trend di kalangan dunia usaha. Peneliti mencoba untuk
mengumpulkan beberapa sumber mengenai perusahaan yang melakukan
rebranding dengan berbagai macam jenis rebranding yang dilakukan.
Apple dengan memproduksi produk yang reliabel dan memiliki desain elegan
McDonald's dengan re-brand image menjadi resto yang sadar akan kesehatan
Natour Indonesia Hotel dengan perubahan logo dan konsep ketiga hotel miliknya
Daft (2008) memberikan pernyataan “change is hard for companies, especially for
large companies. But in many cases, changes can be positive, especially when it is
in response to an opportunity for growth”. Pernyataan Daft (2008) menjelaskan
tentang perubahan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dapat dikatakan berat
untuk dilakukan, namun ketika perubahan itu perlu dilakukan untuk mencapai
4
kesempatan yang lebih baik kenapa tidak. Mencontoh seperti yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan seperti McDonald’s yang berusaha untuk mengembalikan
brand image mereka yang tidak ingin dipersepsi sebagai penyebab utama obesitas
dan penyedia makanan junk food (Wulandari, 2014).
5
bepergian menggunakan kereta api. Data tersebut diperoleh dari jumlah
penumpang kereta api yang tersebar di sembilan daerah operasi di Pulau
Jawa dan empat Divisi Regional di Pulau Sumatra.3
Tabel 1
3
Statistik, Badan Pusat. 2006-2020. Data Jumlah Penumpang Kereta Api dari Tahun ke Tahun. Jakarta:
Badan Pusat Statistik
4
Anonim. 2020. Survei: Transportasi Pesawat Paling Sering Digunakan Masyarakat Selama Pandemi.
Jakarta:Merdeka.com
6
membentuk citra perusahaan, dimana para direksi dan stakeholder
perusahaan melakukan inovasi dan kreativitas di berbagai bidang.
1. Nilai Amanah menjadi panduan perilaku untuk tiga hal, pertama dalam
memenuhi janji dan komitmen. Kedua, bertanggung jawab atas tugas,
keputusan dan tindakan yang dilakukan dan ketiga berpegang teguh pada
nilai moral dan etika.
7
belakangnya. Selain itu, suka menolong orang lain serta membangun
lingkungan kerja yang kondusif adalah panduan perilaku dari Harmonis.
5
Akhmad, Nurdian. 2020. KAI Giat Budayakan AKHLAK. Jakarta: topbusiness.id
6
Son, Wandrial. 2012. Budaya Organisasi (Organizational Culture), Salah Satu Sumber Keunggulan
Bersaing Perusahaan di Tengah Lingkungan yang Selalu Berubah. Jurnal Binus Business Review Vol. 3 No.
1. Jakarta: Universitas Binus.
8
Oleh karena itu, kami ingin mengangkat masalah ini menjadi sebuah
penelitian skripsi mengenai rebranding PT Kereta Api Indonesia (Persero)
melalui budaya perusahaan yang baru, yang dimana nantinya akan
melibatkan beberapa karyawan perusahaan yang akan dijadikan sebagai
responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang rebranding
PT Kereta Api Indonesia (Persero) tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Budaya Perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Pemararan.
Manfaat Praktis
9
Bagi Masyarakat, dapat dijadikan pedoman untuk mengukur baik atau
buruknya suatu brand, dan seberapa besar reaksi mereka pada brand
tersebut.
E. Telaah Pustaka
1. Penelitian yang dilakukan oleh Vita Madya Rina (2018) yang berjudul ”
Strategi Komunikasi Pemasaran Rebranding untuk Menciptakan Brand
Image”
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rebranding diatur
secara sistemaris, dan tahapan rebranding yang dilakukan adalah
mengelompokkan target audiens, menentukan sumber pesan dan
mengumpulkan feedback.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama melakukan
penelitian yang berkaitan dengan rebranding suatu produk dan prosesnya,
serta sama-sama memiliki subjek berupa informan yang berada dalam
bidang komunikasi pemasaran. Sedangkan Perbedaan pada penelitian ini
10
adalah, lebih berfokus pada tujuan rebranding untuk meningkatkan brand
awareness.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Adianti Putri, Suwandi Sumartias
dan Diah Fatma Sjoraida dengan judul "Proses Rebranding Mal Grand
Indonesia Oleh Departemen Marketing Communication PT Grand
Indonesia".
Penelitian tersebut dimuat dalam Jurnal PRofesi Humas Volume 2, No. 2,
Februari 2018 pada halaman 102-118 yang diterbitkan oleh Universitas
Padjadjaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rebranding yang
dilakukan oleh PT Grand Indonesia terdiri dari empat tahapan, yakni
repositioning, renaming, redesigning dan relaunching. Proses rebranding
dari PT Grand Indonesia tersebut dilakukan karena adanya penurunan
kinerja dalam pelayanan perusahaan, sedangkan PT Grand Indonesia
sendiri memiliki citra merek yang sangat baik.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas bagaimana
proses rebranding terhadap perusahaan, serta sama-sama menggunakan
metode penelitian kualitatif. Sementara perbedaan dengan penelitian ini
adalah subjek yang diteliti, dimana subjek dalam penelitian ini bergerak di
bidang jasa ritel dan hiburan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Roberto Billarmino Mbaling pada tahun
2019 dengan judul "Strategi Rebranding Logo Katwa dalam Menciptakan
Awareness"
Hasil dari penelirian ini menunjukkan bahwa rebranding yang dilakukan
oleh Katwa dilakukan dengan penggantian logo lama menjadi logo baru
untuk meningkatkan brand awareness atau. Katwa adalah sebuah jasa
penyewaan alat-alat untuk penjelajahan yang dimana sangat diminati oleh
para pemuda.
Persamaan dengan penelitian ini adalah, sama-sama meneliti tentang
rebranding dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sementara
perbedaan dengan penelitian ini adalah, penelitian diatas berfokus pada
11
peningkatan brand awareness, serta menganalisis logo sebagai strategi
rebranding.
F. Landasan Teori
Brand
1. Pengertian Brand
12
1. Komunikasi mampu meningkatkan akan kesadaran merek (brand
awareness),
2. Memperkuat, memperjelas dan mempercepat pesan suatu merek
3. Menstimulasi dan memotivasi target konsumen untuk melakukan aksi
pembelian.
Rebranding
1. Pengertian Rebranding
Rebranding menurut Einwiller & Will (dalam Pratama, 2015)
menjelaskan bahwa :
“A good compromise is to see corporate rebranding as “a
systematically planned and implemented process of creating an
maintaining a favourable image and consequently a favourable
reputation for the company as a whole by sending signals to all
stakeholders and by managing behavior, communication, and
symbolism”
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa rebranding perusahaan sebagai
suatu proses yang diimplementasikan dan direncanakan secara sistematis
dalam menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan sebagai
konsekuen suatu reputasi yang baik bagi perusahaansecara keseluruhan
dengan mengirimkan tanda kepda seluruh stakeholders dan dengan
mengelola perilaku, komunikasi dan penyimbolan.
2. Prinsip Rebranding
13
Memperhatikan prinsip rebranding memungkinkan bagi perusahaan untuk
mengetahui ruang lingkup yang lebih luas dalam melakukan keputusan
rebranding. Ada enam prinsip rebranding, antara lain :
1. Prinsip pertama adalah merancang brand vision untuk
menyeimbangkan ideologi perusahaan dan tetap memperhatikan
kelangsungan brand itu sendiri setelah rebranding. Prinsip ini dijelaskan
dengan memahami ideologi dasar dari perusahaan yang akan melakukan
rebranding.
2. Prinsip yang kedua dijelaskan bahwa untuk mencapai kesuksesan
rebranding diperlukan sebuah landasan konsep brand yang kuat dalam
membangun jembatan dari brand yang lama ke dalam brand yang baru.
Tidak dipungkiri bahwa pasti ada tekanan dalam memperbaharui brand.
3. Prinsip ketiga, kesuksesan rebranding membutuhkan pemenuhan
kebutuhan pasar baru dengan pendukung brand mereka yang sudah ada
sebelumnya.
4. Prinsip keempat, dijelaskan dengan perusahaan harus mampu
mengaplikasikan orientasi merek ke level yang lebih tinggi melakukan
komunikasi, pelatihan, dan internal marketing untuk menghasilkan
komunikasi rebranding yang lebih efektif.
5. Prinsip kelima, memiliki aspek integrasi dan koordinasi dalam
marketing mix dalam level dapat dilakukan untuk mengimplementasikan
strategi rebranding.
6. Prinsip terakhir adalah, promosi kepada stakeholders terkait untuk
menyampaikan pesan rebranding. media seperti non media massa atau
elemen dari promotion mix dapat digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan.
3. Proses Rebranding
Muzellec dan Lambkin (2006) mengemukakan bahwa untuk membangun
positioning yang berbeda di mata konsumen dan competitor. Jenis
rebranding sendiri dibagi 2 yaitu :
14
Evolutionary rebranding : proses rebranding yang perubahannya dilakukan
secara bertahap dan minor dalam pembentukan positioning perusahaan.
Revolutionary rebranding : proses rebranding yang perubahannya
dilakukan secara besar-besaran dan total, biasanya untuk revolutionary
rebranding ini ciri khasnya adalah sampai ke tahap perubahan nama.
Lee et all (2014) juga mengemukakan bahwa proses rebranding secara
evolutionary (perlahan) memberi dampak yang positif terhadap persepsi
konsumen terhadap brand tersebut, khususnya ketika tingkat kepuasan
konsumen terhadap suatu brand itu masih tinggi. Akan tetapi jika tingkat
kepuasan konsumen terhadap brand tersebut kurang bagus, dan bahkan
persepsinya cenderung negatif maka strategi revolutionary rebranding
sangat dianjurkan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa untuk
evolutionary rebranding lebih efektif terhadap brand perception dari
konsumen yang masih baru dan pemula, jika dibandingkan dengan jika
dibandingkan dengan revolutionary rebranding.
Sedangkan menurut Goi Mei Teh (dalam Adinda Putri, 2018) menyatakan
bahwa dalam proses rebranding sendiri terjadi dalam 4 tahap, yaitu:
Brand Repositioning, Repositioning ditunjukkan dengan menyusun
kembali setiap waktu untuk menyesuaikan diri dengan trend pasar dan
berbagai tekanan persaingan. Dua tingkatan kunci dari repositioning
merujuk pada simbol dan fungsi sebuah merek. Dua tingkatan dari
repositioning mengizinkan konsumen mengenali perbedaan nyata diantara
nama yang lama dan nama yang baru.
Brand Renaming, Renaming merupakan sebuah proses yang sangat
penting dalam melaksanakan rebranding. Nama merek adalah indikator
inti dari sebuah merek, dasar untuk kesadaran dan komunikasi. Sebuah
nama baru merek harus menjadi kongruen dengan nama merek yang ada
dalam kelas produk yang setara, lalu konsumen akan cenderung
menganggap merek baru layak dalam kelas produk tersebut.
Brand Redesigning. Nama, slogan, dan logo adalah elemen penting dalam
mendesain sebuah merek. Perusahaan membuthkan adanya misi dan nilai
15
dalam proses rebranding. Pelaksanaan rebranding selalu mengambil cara
untuk mengubah identitas seperti warna, maskot, program, struktur
organisasi, dan budaya. Redesigning adlah menunjukkan semua elemen-
elemen organisasi, yang mana tampak dari manifestask posisi yang
diinginkan oleh perusahaan.
Brand Relaunching Ketika perusahaan memutuskan untuk mengubah
nama, hal tersebut tidak hanya mengubah performa perusahaan, tapi juga
komunikasi antara perusahaan dan konsumennya. Rebranding merupakan
sebuah perjalanan, oleh karena itu, semua stakeholders perlu terlibat dalam
keseluruhan proses. yang terpenting dalam rebranding proses adalah
sistem komunikasi. Rebranding bukan hanya menekan pada perubahan
nama lembaga, tapi juga, internalisasi. Penting dalam proses rebranding
untuk karyawan terlibat di dalamnya sehingga perusahaan harus
berkomunikasi dengan stakeholders.
G. Kerangka Berfikir
Brand
Budaya Perusahaan
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
17
2. Subjek Penelitian
3. Objek Penelitian
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang paling utama, yang dimaksud paling
utama disini ialah data yang disajikan kepada peneliti secara langsung
(Sugiyono, 2015). Data primer dalam penelitian ini seperti wawancara
dengan responden .
b. Data Sekunder
18
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
b. Dokumentasi
19
Teknik ini diartikan sebagai teknik menyeleksi data yang
didapatkan. Tahapan yang harus dilalui pada teknik reduksi data dimulai
dari proses pengeditan, pengelompokan, dan meringkas data (Pawito,
2007). Dalam hal ini peneliti akan menggunakan teknik reduksi data untuk
mengelompokkan data primer yang didapatkan untuk menentukan pola
suatu data.
a. Uji Kredibilitas
20
1. Perpanjangan Pengamatan
2. Triangulasi
b. Uji Transferibility
c. Uji Dependability
21
agar data yang didapatkan benar-benar asli, bukan pemberian ataupun
karangan semata.
d. Uji Confirmability
3. Bab III : Bab ini berisi mengenai pembahasan dari hasil penelitian mengenai
rebranding PT Kereta Api Indonesia (Persero) melalui Budaya Perusahaan yang
akan dikaitkan dengan teori-teori yang ada.
4. Bab IV : Penutup. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah membaca dalam memahami inti
dari penelitian, dan saran-saran untuk beberapa pihak yang terkait.
22
Daftar Pustaka
Putri, Fitri Ardianti dkk. 2018. Proses Rebranding Mal Grand Indonesia Oleh
Departemen Marketing Communication PT Grand Indonesia. Jurnal Ilmiah
Hubungan Masyarakat PROfesi Humas Vol. 2 No. 2. Bandung:
Universitas Padjajaran
23
Nhat Hanh Le, Angelina dkk. 2014. Corporate rebranding and brand preference:
Brand name attitude and product expertise as moderators. Asia Pacific
Journal of Marketing and Logistics Vol. 26 No. 4. Vietnam: Emerald
Statistik, Badan Pusat. 2006-2020. Data Jumlah Penumpang Kereta Api dari
Tahun ke Tahun. Jakarta: Badan Pusat Statistik
https://www.bps.go.id/indicator/17/72/3/jumlah-penumpang-kereta-
api.html diakses pada 02 Maret 2021.
24