BRANDING IMAGE
Citra (image) merupakan persepsi publik terhadap perusahaan dan produk atau
jasanya. Image yang baik tentang produk akan menguntungkan perusahaan, karena
secara tidak sadar pengguna akan merekomendasikan produk tersebut kepada orang
lain. Di sisi lain, citra buruk tentang produk akan membuat pengguna menyebarkan
informasi buruk kepada orang lain.
Menurut Kotler (2001), citra atau image adalah seperangkat keyakinan, ide, dan
kesan yang dimiliki seseorang tentang suatu objek. Di sisi lain, Keller (1993)
menganggap brand image sebagai seperangkat persepsi tentang merek dalam
ingatan pengguna.
Freddy Rangkuti (2009) juga menjelaskan bahwa brand image merupakan persepsi
merek yang terkait dengan asosiasi merek yang melekat dalam ingatan pengguna.
Sebuah merek dapat dipersepsikan secara berbeda oleh pengguna yang berbeda.
Oleh karena itu, pembentukan brand image yang konsisten adalah tugas yang harus
dilakukan oleh semua pemilik bisnis atau orang yang menjalankan bisnis tersebut.
Setiap perusahaan berusaha untuk membangun citra yang kuat karena membantu
dalam memenuhi motif bisnis mereka. Dengan memiliki brand image yang kuat,
sebuah perusahaan dapat memiliki keuntungan sebagai berikut:
Peran Merek
Merek mengidentifikasi pembuat suatu produk dan memungkinkan
konsumen untuk menyerahkan tanggung jawab atas kinerjanya kepada pembuat
atau distributor :
Peran Merek bagi Konsumen
Peran Merek bagi Perusahaan
Ekuitas Merek dan Kekuatan Merek
Kedua konsep ini saling terkait: ekuitas merek yang kuat seringkali menghasilkan
kekuatan merek yang tinggi
Hirarki Merek
Hirarki Merek mencerminkan cara merek suatu perusahaan terkait dengan produk
dan layanan perusahaan, serta satu sama lain
Dinamika Merek
Merek selalu berevolusi seiring berjalannya waktu, 2 cara paling umum yang
dilakukan merek untuk berkembang adalah melalui reposisi merek dan perluasan
merek
Merek Mewah
Adalah Salah satu contoh paling murni dari peran pencitraan merek, karena merek
dan citranya sering kali menawarkan keunggulan kompetitif utama yang
menciptakan nilai besar bagi perusahaan dan pelanggannya
Important elements that form a brand image
1. Citra merek sering kali terkait erat dengan kualitas produk atau layanan yang
disediakan oleh merek tersebut. Konsistensi dalam kualitas dapat membentuk
citra yang kuat.
2. Identitas merek, termasuk logo, warna, desain, dan pesan yang disampaikan
dalam komunikasi merek, memainkan peran penting dalam membentuk citra
merek.
4. Interaksi dan pengalaman langsung konsumen dengan merek, baik itu melalui
pembelian, layanan pelanggan, atau interaksi langsung lainnya, berkontribusi
besar terhadap citra merek.
Sampoerna: Merek ini telah membangun citra sebagai salah satu merek rokok yang
ikonik di Indonesia. Meskipun industri tembakau semakin terbatas, Sampoerna
tetap mempertahankan citra kekuatan dan keunggulan produknya.
Indomie: Merek mi instan ini telah menjadi sangat populer di Indonesia dan memiliki
citra sebagai produk yang murah, mudah, dan lezat. Citra ini telah memberi mereka
posisi yang kuat di pasar mi instan di Indonesia.
Garuda Indonesia: Maskapai penerbangan nasional ini berhasil membangun citra
sebagai maskapai yang berkualitas dan layanannya diakui baik, baik dari segi layanan
maupun pengalamannya.
Merger atau Akuisisi: Ketika dua perusahaan bergabung atau salah satu
perusahaan mengakuisisi yang lain, mungkin diperlukan rebranding untuk
menciptakan identitas merek yang terpadu.
Perubahan Citra: Jika merek telah terkait dengan citra yang negatif atau sudah
terlalu lama dalam pasar dan memerlukan penyegaran, rebranding dapat membantu
menciptakan citra yang lebih positif dan segar.
Perubahan Pasar atau Perilaku Konsumen: Jika pasar atau perilaku konsumen
berubah, rebranding dapat membantu merek beradaptasi dengan perubahan ini.
Internasionalisasi: Ketika merek ingin memasuki pasar internasional, rebranding
dapat membantu dalam menciptakan identitas yang lebih universal dan berdaya
saing di pasar global.
Merger atau Akuisisi: Ketika dua perusahaan bergabung atau salah satu
perusahaan mengakuisisi yang lain, mungkin diperlukan rebranding untuk
menciptakan identitas merek yang terpadu.
Mengatasi Citra yang Negatif: Jika merek telah terkait dengan citra yang negatif
atau sudah terlalu lama dalam pasar dan memerlukan penyegaran, rebranding dapat
membantu menciptakan citra yang lebih positif dan segar.
Resolusi Konflik Hukum atau Legislatif: Konflik hukum atau perubahan regulasi
yang signifikan dapat memaksa merek untuk melakukan perubahan identitas atau
nama.
Penyegaran Produk atau Layanan yang Ada: Rebranding dapat digunakan untuk
menyegarkan atau memodernisasi produk atau layanan yang sudah ada.
Mengatasi Situasi Krisis: Dalam situasi krisis, seperti skandal besar, merek mungkin
perlu melakukan rebranding untuk memulihkan reputasi.
Pengenalan Identitas Merek yang Lebih Konsisten: Jika merek memiliki identitas
yang tidak konsisten di seluruh produk atau layanannya, rebranding dapat
membantu menciptakan keselarasan.