Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Pengembangan Video Animasi Psikoedukasi Berbasis Self Awareness untuk Mengatasi


Hedonisme Remaja Akibat dari Fenomena Flexing Crazy Rich di Indonesia

BIDANG KEGIATAN
PKM RSH

Diusulkan Oleh:

Randy Tirto Buana (200721639618)


Annisa Widya Laksmana (200721639604)
Tirta Puspa Arum (200721639611)
Edwin Rochmad Mendiota (200811640849)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


2022
DAFTAR ISI

BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Urgensi Penelitian
1.5 Luaran yang diharapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flexing
2.2 Crazy Rich
2.3 Gaya hidup remaja
2.4 Kaitan antara Flexing, Crazy Rich dan Gaya Hidup Hedonisme
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2 Tahapan penelitian
3.3 Sumber Data
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Teknik Analisis Data
3.6 Luaran dan Indikator Capaian
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Anggaran Biaya
4.2 Jadwal Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belakangan ini maraknya kasus flexing atau pamer kekayaan menjadi pembicaraan
hangat di Indonesia. Fenomena ini muncul tak lepas dari munculnya media sosial yang
membuat orang terdorong untuk tampil dan mendapat pengakuan. Secara harfiah, flexing
dalam bahasa Inggris berarti 'pamer'. Pengertian lebih spesifik ditulis dalam Cambridge
Dictionary menjelaskan bahwa flexing adalah menunjukkan sesuatu kepemilikan atau
pencapaian dengan cara yang dianggap orang lain tidak menyenangkan. Sementara jika
mengacu pada kamus Meriam-Webster, Flexing dipahami sebagai sikap konsumtif yang
mencolok, menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah dan layanan
premium demi menunjukkan status atau kemampuan finansial
Berdasarkan data dari (kompas.com, 2019) mengemukakan bahwa dunia digital akhir-
akhir ini pada konten media sosial menampilkan sisi kekayaan material sang kreator tidak
lagi asing ditemui, baik di Instagram, YouTube, maupun platform yang lain. Mulai dari
memberikan sejumlah besar uang kepada orang-orang tertentu, membuat tantangan
berhadiah uang, atau bahkan tren yang terakhir berkembang di kalangan artis adalah
memamerkan isi saldo rekeningnya. Padahal, memamerkan harta kekayaan menjadi
sesuatu yang bisa dianggap tidak etis di budaya masyarakat, namun saat ini semuanya
seolah-olah telah berubah. Memamerkan harta kekayaan tidak lagi semata dipandang
sebagai sesuatu yang tabu dan negatif. Terbukti dari banyaknya atensi yang didapatkan
dari publik untuk konten-konten bermuatan seperti di media sosial.
Fenomena tersebut bermula dengan adanya istilah crazy rich,istilah tersebut pertama
kali diperkenalkan oleh kevin kwan melalui novel yang ditulisnya berjudul crazy rich
asians. istilah tersebut semakin populer sejak diangkat dalam film yang dibintangi oleh
Henry Golding. Film tersebut berjudul Crazy Rich Asians yang dirilis pertama kali pada
2018. Menggambarkan kehidupan konglomerat Asia khususnya di Singapura. Istilah
crazy rich juga secara khusus di sematkan pada orang-orang yang kaya mulai dari
pengusaha, artis, sosialita, hingga penjabat. Orang-orang kaya tersebut memiliki
penghasilan dari beberapa bisnis dan usaha yang mereka jalani. Beberapa dari mereka
juga kerap kali memamerkan hasil dari usahanya seperti, rumah, mobil aksesoris mewah,
serta gaya hidup mewah khas kalangan atas.
Perkembangan di era digital inilah memacu perubahan sosialisasi di mana kini makin
banyak fitur di media sosial. Sayangnya, media sosial kekinian justru dimanfaatkan untuk
menunjukkan, atau bahkan terkesan pamer dengan gaya hidup ataupun harta berlebih.
Kondisi itu pun melahirkan fenomena Crazy Rich sebagai sebutan sosok dengan
kekayaan berlimpah. Bukan tanpa alasan, analogi teknologi terkini dengan perkembangan
sosialisasi generasi muda, ternyata berkaitan erat. Hal itu dibuktikan dengan adanya
gawai yang serba mempermudah hidup, membuat banyak orang di generasi kekinian
ingin hidup serba instan. Era sekarang membuat generasi menjadi tidak sabar, ingin serba
instan dan mudah dalam mencapai sesuatu. Karena hal inilah muncul pola pikir yang
tidak realistis. Bagaimana mendapatkan kesuksesan atau kekayaan tanpa berlama-lama
atau kesulitan.
Dengan merebaknya kasus flexing ini menyebabkan timbulnya dampak bagi kalangan
remaja. Dampak dari fenomena flexing pada remaja salah satunya yaitu mempengaruhi
pola atau gaya hidup mereka, dimana mereka yang sudah terjerumus pada konten di sosial
media yang memamerkan kekayaan akan melakukan sebuah perubahan gaya hidup yang
tidak jauh dari konten tersebut, hal itu ditimbulkan karena adanya motivasi dari remaja
atau pemikiran yang tergiur akan gaya hidup hedonisme atau flexing tersebut. Kendatinya
perilaku tersebut tidak bisa dibenarkan, karena rata-rata remaja belum bisa memenuhi
kebutuhannya sendiri atau belum memiliki pekerjaan sehingga menyebabkan hal-hal yang
tidak diinginkan seperti kasus kasus pembohongan publik atau penggelapan uang. Hasil
penelitian Ranti dan Fauzan, menjelaskan gaya hidup hedonis merupakan salah satu
bentuk gaya hidup yang memiliki daya tarik bagi remaja. Sehingga dengan adanya
fenomena tersebut, remaja akan cenderung untuk lebih memilih hidup yang mewah, dan
serba berkecukupan tanpa harus bekerja keras. Dalam artian, aktivitas kesehariannya
untuk mencari kesenangan hidup, menghabiskan waktunya di luar rumah untuk
bersenang-senang dengan temannya, gemar membeli barang yang tidak dibutuhkan, serta
selalu ingin menjadi pusat perhatian di lingkungan sekitarnya. Pada penelitian ini, aspek
gaya hidup hedonis mengacu pada teori Reynold & Darden (dalam Engel, Blackwell, &
Miniard, 1994) yaitu terdiri dari Aktivitas (activities), minat (interest), dan opini
(opinion).
Gaya hidup mereka berlomba ingin menyamai apa yang dimiliki para crazy rich
meski kemampuan mereka belum sama dengan mereka yang berjuluk crazy rich. Hal ini
menimbulkan sikap konsumtif menjadi dampak negatif dari adanya fenomena crazy rich.
Sikap konsumtif tersebut merupakan perilaku yang disertai dengan adanya kehidupan
yang mewah dan juga berlebihan, yang mana dalam sikap konsumtif ini juga ditunjukkan
dengan penggunaan segala sesuatu yang dianggap paling mahal untuk memenuhi
kepuasan dan kenyamanan fisik mereka. Seseorang yang memiliki sikap konsumtif akan
membeli apapun yang diinginkannya tanpa memikirkan jumlah berapa uang yang
dikeluarkan.
Maka dari itu sangat diperlukannya kesadaran remaja untuk lebih menyaring gaya
hidup yang berlebihan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membangun
kesadaran remaja adalah dengan mengedukasi tentang gaya hidup dan moralitas yang
baik dengan memanfaatkan media edukatif yang tidak hanya menyasar aspek
pengetahuan saja namun juga aspek psikologisnya. Media edukasi yang digunakan dalam
hal ini adalah vidio animasi Psikoedukasi. Psikoedukasi sendiri merupakan suatu tindakan
yang diberikan kepada individu untuk memperkuat strategi atau suatu cara khusus dalam
menangani kesulitan perubahan mental. Dalam hal ini peneliti ingin mengembangkan
sebuah video animasi psikoedukasi untuk mengatasi gaya hidup hedonisme di kalangan
remaja akibat dampak flexing. Sehingga dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan
kajian dengan judul media psikoedukasi berbasis self awareness untuk mengatasi gaya
hidup hedonisme pada remaja akibat dampak fenomena flexing dari crazy rich di
Indonesia, diharapkan dapat berkontribusi dalam mereduksi gaya hidup hedonisme
remaja yang terpapar fenomena flexing di tengah masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana bentuk media psikoedukasi berbasis self awareness untuk mengatasi gaya
hidup hedonisme pada remaja akibat dampak fenomena flexing dari crazy rich di
Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengembangkan bentuk media psikoedukasi berbasis self awareness untuk mengatasi
gaya hidup pada remaja akibat dampak fenomena flexing dari crazy rich di Indonesia
1.4 Urgensi Penelitian
1.4.1 Penelitian ini sangat diperlukan untuk mengatasi sekaligus mereduksi tingkat gaya
hidup remaja yang diakibatkan oleh fenomena flexing crazy rich di indonesia.
Perlunya media psikoedukasi yang dimanfaatkan untuk mengintervensi kalangan
remaja, upaya intervensi berbasis self awareness dapat dijadikan alternatif agar
remaja lebih memahami tentang dirinya sendiri sehingga tidak menjadi kalangan
remaja yang hedonisme.
1.5 Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dalam pelaksanaan penelitian ini, antara lain:
1.5.1 Media video animasi psikoedukasi berbasis self awareness yang dapat digunakan
untuk mengatasi hedonisme remaja akibat dari fenomena flexing crazy rich di
Indonesia
1.5.2 Buku Panduan penggunaan media psikoedukasi berbasis self awareness
1.5.3 Artikel ilmiah atau pemakalah seminar nasional (prosiding)
1.5.4 Hak kekayaan intelektual (HKI)
1.5.5 Laporan Kemajuan
1.5.6 Laporan Akhir
1.5.7 Logbook Kegiatan Harian dan Bimbingan Pelaksanaan PKM.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.6.1 Bagi Masyarakat khususnya remaja, dapat dimanfaatkan sebagai media untuk
mengatasi
tentang hedonisme remaja akibat dari fenomena flexing crazy rich di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengaruh Flexing Terhadap Gaya Hidup Remaja
Flexing merupakan istilah dalam bahasa inggris yang berarti pamer. Flexing pada era
postmodern ini dijadikan sebagai citra dan penanda aktualisasi status diri oleh individu
dalam berbagai dunia realitas, termasuk gaya hidup (Mahyuddin, 2017). Sifat pamer
terdiri dari dua aspek yaitu pamer fisik dan pamer prestasi.  Pamer fisik lebih dominan
dibandingkan pamer prestasi (Susiang et al., 2020). Aksi flexing tidak memenuhi aspek
etika bermedia sosial yang mencakup edukasi dan profesi (Darmalaksana, 2022). Dengan
kata lain, seseorang yang melakukan flexing memiliki keinginan atau harapan bahwa
status yang melekat pada mereka diakui oleh orang lain. Hal tersebut didukung dengan
teori hirarki kebutuhan manusia yang disampaikan oleh Abraham Maslow menyatakan
bahwa kebutuhan harga diri dan perasaan dihargai oleh serta mendapat pengakuan dari
orang lain (Septiyawan, 2022).
Crazy rich Indonesia berlomba-lomba untuk melakukan flexing. Crazy rich
merupakan istilah yang disematkan pada orang kaya. Istilah ini muncul pertama kali
dalam sebuah film yang berjudul “Crazy Rich Asean” pada tahun 2018. Film tersebut
menggambarkan kehidupan konglomerat Asia yang kaya raya sehingga dijuluki sebagai
crazy rich (Aditya, 2022). Istilah tersebut saat ini terus digaungkan di kalangan
masyarakat dan disematkan pada orang kaya. Gaya hidup yang dipamerkan dalam
berbagai media tentunya kan menarik perhatian khusus bagi masyarakat. 
Dalam masyarakat modern, gaya hidup sering dikaitkan dengan ekspresi diri.
Seseorang dapat mengekspresikan dirinya sendiri melalui gaya busana (fashion), hiburan,
makanan, maupun kendaraan yang digunakan (Hendariningrum and Susilo, 2008). Saat
ini juga gaya hidup seseorang tidak terlepas dari dunia digital. Media sosial dalam dunia
digital sangat melekat pada kehidupan remaja. Media sosial memberikan dampak positif
maupun negatif pada remaja. Dampak positifnya yaitu mudahnya remaja dalam
mengakses berbagai informasi, sedangkan dampak negatifnya yaitu munculnya sifat
individual, konsumtif, kurang peka, ingin mendapatkan sesuatu dengan instan, dan
indikator eksistensi di tengah lingkungan (Juwita, Budimansyah and Nurbayani, 2015). 
Perilaku konsumtif pada remaja berbanding lurus dengan hedonisme. Semakin tinggi
gaya hidup hedonisme seseorang, maka semakin tinggi perilaku konsumtif seseorang.
Begitupun sebaliknya, semakin rendah gaya hidup hedonisme seseorang maka semakin
rendah perilaku konsumtifnya (Anggraini and Santhoso, 2019). Gaya hidup hedonisme
tidak selamanya dipandang sebagai hal yang buruk. Kemungkinan seseorang dalam
menjalankan gaya hidup hedonisme merupakan orang yang secara finansial mampu. Hal
negatif terjadi ketika seseorang yang tidak mampu namun ingin terlihat mampu dan
diakui oleh lingkungan, sehingga tidak jarang mereka menggunakan jalan yang salah
untuk memenuhi gaya hidup hedonisme tersebut (Tambingon, Tasik and Purwanto,
2018).
Berdasarkan penelitian Kirana and Zulfebriges (2022) mengatakan bahwa tayangan
sinetron di televisi dapat mempengaruhi gaya hidup hedonisme pada ibu-ibu muda. Hal
tersebut juga tidak jauh berbeda dengan hal yang ditampilkan oleh para crazy rich di layar
televisi maupun sosial media lainnya seperti YouTube, Instagram, dan lainnya. Aksi
flexing yang dilakukan oleh crazy rich baik secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap gaya hidup remaja. Hal apa yang dipertontonkan kepada remaja,
secara perlahan akan ditiru. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan berdampak negatif
pada kehidupan remaja seperti membutuhkan pengakuan secara berlebihan, memaksakan
kehendak orang lain, menghalalkan segala cara agar dapat memenuhi gaya hidup
hedonisme tersebut.
2.2 Pengembangan Video Animasi Psikoedukasi Berbasis Self Awareness
Psikoedukasi adalah sebuah proses pemberian pemahaman atau pendidikan psikologis
pada individu atau kelompok yang bertujuan untuk mendidik partisipannya dalam
menghadapi perubahan, tantangan, maupun masalah dalam hidup. Keberadaan
psikoedukasi sangat berpengaruh terhadap pola pikir seseorang, seperti halnya menekan
angka pernikahan dini (Anwar and Rahmah, 2017). Psikoedukasi dapat diberikan dalam
bentuk video. Pengambangan yang dilakukan yaitu dengan membuat video animasi.
Video dapat memberikan pengaruh emosional seseorang. Salah satu penelitian
menyatakan bahwa, video psikoedukasi dapat berpengaruh terhadap anak korban sexsual
abuse untuk memberikan dorogan psikologis yang positif (Gemilang and Santoso, 2021).
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa, pemberian video kepada seseorang
ataupun kelompok dapat mempengaruhi pola pikir dan emosional yang menonton. Hal
yang sama dapat dilakukan untuk membantu mengatasi perubahan gaya hidup remaja
yang hedonisme akibat adanya pengaruh flexing yang dilakukan oleh crazy rich.
Pemberian edukasi dengan menggunakan video merupakan salah satu cara agar dalam
penyampaian informasi dapat mudah dipahami dan menyenangkan.
Pengembangan video psikoedukasi dapat dilakukan dengan berfokus pada self
awareness. Self awareness adalah kemampuan seseorang dalam memahami perasaan,
pikiran serta evaluasi diri yang dilakukan dirinya sendiri (Azizah, 2021). Hal tersebut
tentunya dapat membantu seseorang dalam menemukan kelebihan, kekurangan, dan
menerima segala kondisi yang terjadi serta dapat menahan diri untuk melakukan sesuatu
yang buruk. Berdasarkan penelitian terdahulu, pengembangan video animasi yang
berbasis self awareness juga diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terutama dalam menghadapi gaya hidup remaja
yang hedonisme.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analisis gaya hidup hedonisme akibat budaya
flexing.Dari kondisi tersebut, kemudian dikembangkan media psikoedukasi. Sehingga
penelitian pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan metode ADDIE (Branch,
2009). Dengan metode ini, penulis memiliki tujuan untuk mengembangkan dan
menerapkan media psikoedukasi berbasis self awarennes sebagai solusi permasalahan
kasus tersebut.
3.2 Tahapan penelitian
Tahapan penelitian ini menggunakan metode pengembangan ADDIE (Branch, 2009),
dengan langkah-langkah yang terdiri atas 1) Tahap Analysis yang meliputi analisis
kebutuhan dari studi kasus yang berupa gaya hidup hedonisme remaja di kota Malang 2)
Tahap Design yang meliputi perancangan konseptual UI UX Design dan modul
penggunaan dalam media psikoedukasi 3) Tahap Development yang meliputi
pengembangan produk berupa media psikoedukasi serta uji ahli materi dan produk 4)
Tahap Implementation yang meliputi Uji pengguna yang dilakukan oleh Psikolog dan
Remaja hedonisme di Kota Malang 5) Tahap Evaluation yang meliputi Evaluasi dan
revisi pada setiap tahapannya.
3.3 Sumber Data
3.3.1 Data primer
Diperoleh dari responden yang merupakan remaja dengan rentan usia 12
sampai 23 tahun dan memiliki gaya hidup hedonisme. Dengan menggunakan teknik
kuesioner yang telah penulis sebar sebelumnya.
3.3.2 Data Sekunder
Diperoleh dari beberapa artikel dan jurnal terkait.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara daring menggunakan instrumen kuesioner yang
berisi beberapa pertanyaan yang mengarah gaya hidup hedonisme remaja. Kuesioner ini
diperuntukkan bagi remaja dengan rentang usia 12. Untuk data yang berkaitan dengan
pengembangan produk, penulis menggunakan angket yang berisi penilaian terhadap
kinerja produk. Angket ini diperuntukkan bagi penguji ahli materi dan calon pengguna
produk.
3.5 Teknik Analisis Data
Instrumen penelitian dalam menggunakan kuesioner uji ahli dan calon pengguna
produk berupa angket dan skala penilaian yang didasarkan pada 4 aspek yaitu kegunaan,
kemudahan, ketepatan, dan kemenarikan produk. Teknik analisis data yang digunakan
berupa teknik kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari para penguji ahli
dan penguji dari calon pengguna produk. Data ini didapatkan dengan menggunakan
rumus skala interpretasi dengan model inter-rater-agreement sebagai berikut (Gregory,
2014).

Gambar 2. Inter-rater-agreement model


Adapun dasar pengambilan keputusan menggunakan indeks uji ahli berdasarkan
model inter-rater-agreement sebagai berikut.
Keterangan :
A : Relevansi rendah dari ahli 1 dan ahli 2
B : Relevansi rendah dari ahli 1 dan relevansi tinggi dari ahli 2
C : Relevansi rendah dari ahli 1 dan relevansi rendah dari ahli 2
D : Relevansi tinggi dari ahli 1 dan ahli 2
Sedangkan data kualitatif didapat dari penguji ahli dan calon pengguna produk
menggunakan instrumen pengumpulan data berupa angket yang berisi penilaian, kritik, dan
saran mengenai pengembangan aplikasi yang dituliskan pada instrumen uji validasi. Data
tersebut akan dijadikan pedoman dalam memperbaiki produk yang dikembangkan sehingga
menjadi produk final yang layak untuk dimanfaatkan. 
3.6 Luaran dan Indikator Capaian
Tabel 1. Luaran dan Indikator Capaian
No Tahapan Indikator Capaian
Diperoleh informasi yang akurat mengenai keresahan yang
1 Analysis dialami para remaja yang memiliki gaya hidup hedonisme di Kota
Malang
Diperoleh rancangan konseptual UI/UX Design dan modul
2 Design
penggunaan dalam Media Psikoedukasi berbasis self awarennes
Diperoleh pengembangan dari produk berupa Media Psikoedukasi
3 Development
berbasis self awarennes serta uji ahli materi dan produk.
Implementatio Diperoleh feedback terhadap media dari pengguna yang dilakukan
4
n oleh Psikolog dan Remaja di Kota Malang. 
Diperoleh produk akhir berupa Media Psikoedukasi berbasis self
5 Evaluation
awarennes.

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


3.1 Anggaran Biaya
Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya Kegiatan
No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Biaya (Rp)

Bahan habis pakai Belmawa Rp. 4.500.000 


1 Perguruan Tinggi Rp. 300.000
Instansi Lain (jika ada)
Sewa dan jasa Belmawa Rp.600.000
2 Perguruan Tinggi Rp.200.000
Instansi Lain (jika ada)
Transportasi lokal Belmawa Rp. 600.000
Perguruan Tinggi Rp.400.000
3
Instansi Lain (jika ada)

Lain-lain  Belmawa Rp.1.300.000


4 Perguruan Tinggi Rp.300.000
Instansi Lain (jika ada)
Jumlah Rp.8.200.000  
Belmawa Rp.7.000.000
Perguruan Tinggi Rp.1.200.000
Rekap Sumber Dana
Instansi Lain (jika ada)
Jumlah Rp.8.200.000
4.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 3 Jadwal Kegiatan
Bulan
No Jenis Kegiatan Penanggungjawab
1 2 3 4
1 Pengumpulan data Anisa Widya Laksamana
2 Penelitian data Edwin Rochmad Mendiota
Perencanaan  Randy Tirto Buana
3
Pengembangan
4 Pengolahan data Randy Tirto Buana
Pengembangan produk Randy Tirto Buana
5

6 Uji ahli Edwin Rochmad Mendiota


7 Revisi produk awal Randy Tirto Buana
Uji coba calon Edwin Rochmad dan Tirta Puspa
8 pengguna
9 Revisi akhir Anisa Widya dan Tirta Pupa
10 Pembuatan laporan Tirta Puspa Arum

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, R. (2022). Crazy Rich Artinya Apa? Ternyata Sejarah Istilah Ini Berasal dari Novel.
suara.com. Available at: https://www.suara.com/news/2022/03/11/143414/crazy-rich-
artinya-apa-ternyata-sejarah-istilah-ini-berasal-dari-novel [Accessed 1 Apr. 2022].
Anggraini, R.T. and Santhoso, F.H. (2019). Hubungan antara Gaya Hidup Hedonis dengan
Perilaku Konsumtif pada Remaja. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP),
[online] 3(3), pp.131–140. Available at:
https://journal.ugm.ac.id/gamajop/article/view/44104/23971.
Anwar, Z. and Rahmah, M. (2017). Psikoedukasi Tentang Risiko Perkawinan Usia Muda
untuk Menurunkan Intensi Pernikahan Dini pada Remaja. Psikologia : Jurnal
Psikologi, 1(1), p.1.
Azizah, L. (2021). Self Awareness: Kesadaran Diri Dalam Memahami Kemampuan Diri.
[online] Best Seller Gramedia. Available at:
https://www.gramedia.com/best-seller/self-awareness-kesadaran-diri/ [Accessed 25
Apr. 2022].
Darmalaksana, W. (2022). Studi Flexing dalam Pandangan Hadis dengan Metode Tematik
dan Analisis Etika Media Sosial. Gunung Djati Conference Series, [online] 8, pp.412–
427. Available at: http://conferences.uinsgd.ac.id/index.php/gdcs/article/view/586
[Accessed 4 Apr. 2022].
Diana.  L. (2022). Apa Itu Flexing? Yang Sedang Ramai Di Sosmed. URL:
https://mencobausaha.com/2022/02/apa-itu-flexing-yang-sedang-ramai-di-medsos/
diakses pada 1 April 2022.
Garjito. D.(2022). Asal Mula Istilah Crazy Rich Yang Populer Di Indonesia. URL:
https://www.suara.com/news/2022/03/11/181638/asal-mula-istilah-crazy-rich-yang-
populer-di-indonesia Diakses pada 2 April 2022
GEMILANG, Y. and Santoso, M.P. (2021). VIDEO PSIKOEDUKASI SEBAGAI
PSYCHOLOGICAL FIRST AID DALAM MENOLONG ANAK KORBAN SEXUAL
ABUSE. [online] ALETHEIA Christian Educators Journal. Available at:
http://repository.petra.ac.id/19072/ [Accessed 20 Apr. 2022].
Gregory, R.J 2014, ‘Psychology Testing: History, Principle, and Application, 7th’, Indonesia,
Negara Hukum. 9 (2):199-216.
Hendariningrum, R. and Susilo, M.E. (2008). FASHION DAN GAYA HIDUP : IDENTITAS
DAN KOMUNIKASI. Jurnal Ilmu Komunikasi, [online] 6(2). Available at:
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/viewFile/38/42 [Accessed 23
Nov. 2020].
Hestianingsih (2022). Arti Flexing, Istilah Yang Ramai Di sosial MediaTerkait Paret Harta.
URL : https://wolipop.detik.com/health-and-diet/d-5996210/arti-flexing-istilah-yang-
ramai-di-media-sosial-terkait-pamer-harta Diakses pada 27 Maret 2022.
Juwita, E.P., Budimansyah, D. and Nurbayani, S. (2015). PERAN MEDIA SOSIAL
TERHADAP GAYA HIDUP SISWA. SOSIETAS, [online] 5(1). Available at:
https://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/download/1513/1039 [Accessed 1
Apr. 2022].
Kirana, S.L. and Zulfebriges (2022). Pengaruh Tayangan Sinetron Televisi Ikatan Cinta
terhadap Perilaku Gaya Hidup Hedonis Kalangan Ibu-Ibu Muda. Bandung
Conference Series: Communication Management, [online] 2(1), pp.274–278.
Available at:
https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSCM/article/view/1597/433 [Accessed
4 Apr. 2022].
Kompas. (2019). Fenomena Artis Pamer Kekayaan Di Media Sosial. URL:
https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/21/074516865/fenomena-artis-pamer-
kekayaan-di-media-sosial-kok-netizen-menikmati?page=all Diakses pada April 2022.
Mahyuddin (2017). Social Climber Dan Budaya Pamer: Paradoks Gaya Hidup Masyarakat
Kontemporer. Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, [online] 2(2). Available at:
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pasca/jkii/article/view/1086/21 [Accessed 4 Apr. 2022].
Septiyawan, A.D. (2022). PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN, DAN LINGKUNGAN KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA UD NEW TWEETY
MAGETAN. [online] eprints.umpo.ac.id. Available at: http://eprints.umpo.ac.id/8801/
[Accessed 4 Apr. 2022].
Setianingsih, E. (2018). Wabah Gaya Hidup Hedonisme Mengancam Moral Anak. Jurnal
Malih Peddas, 8(2), 139-150.
Susiang, M.I.N., Heryjanto, A., Dahlan, K.S.S., Marta, R.F. and Riza, F. (2020).
PENGARUH PERSEPSI MEREK MEWAH, PENGARUH SOSIAL DAN SIFAT
PAMER TERHADAP NIAT BELI YANG DIMODERASI OLEH KEBUTUHAN
AKAN KEUNIKAN PADA KELOMPOK HARLEY OWNERS GROUP DI
JAKARTA. Journal of Business & Applied Management, [online] 13(2), pp.165–178.
Available at:
https://journal.ubm.ac.id/index.php/business-applied-management/article/view/
2355/1864 [Accessed 4 Apr. 2022].
Tambingon, J., Tasik, F. and Purwanto, A. (2018). GAYA HIDUP HEDONISME
MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SAM
RATULANGI DI KOTA MANADO. JURNAL ADMINISTRASI PUBLIK, [online]
1(043). Available at:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/view/17062/16599 [Accessed 2
Apr. 2022].

Anda mungkin juga menyukai