Anda di halaman 1dari 26

MEMAHAMI PERILAKU BERISIKO

PADA REMAJA
Pendahuluan
1. Remaja adalah Individu kelompok usia
10 - 19 th (Permenkes)
2. Remaja 30 % penduduk dunia, di Indonesia
2025 ada 69 juta (BPS)
Banyak hal yang harus dibahas salah
satu yang penting adalah perilaku
berisiko pada remaja
Violence
Intoleranc

RTB Mental
Drugs disorders

Seks

Root of the Problem


Faktor yang berperan
1. Individu; maturitas otak-konstitusi-gen
2. Pola asuh masa lampau
3. Lingkungan sosial budaya
Perilaku Berisiko Sesaat
(sebagai pencarian identitas), di US:
80 % minum alkohol atau drugs, mencuri, berkelahi
atau bolos (perilaku antisosial)
50 % mengendara keadaan mabuk, hubungan
seks tidak aman, kriminal minor (memeras)
50 % pakai ganja
65 % merokok
Perilaku Berisiko Terus-menerus
1. Ganguan Kepribadian Organik; impulsif, irritable dan ter-
iritasi lingkungan
2. Gangguan Tingkah Laku Berisiko Tidak Berkelompok;
sejak kecil kejam pada binatang, suka main api
3. Taraf Kecerdasan Rendah

Jika tidak diditeksi semasa kecil dan memperlakukan anak


sebagai anak bandel, nakal, malas dan aneh akan membuat
remaja memberontak / bersikap antisosial karena membuat
merasa eksis.
Latar Belakang
Ada Apa Dengan Remaja?

Takut dikatakan kuno, tidak ikut trend atau dianggap


penakut, atau anak “mami”. Pembentukan identitas
belum mantap
Merasa “hebat dan mengetahui batas kemampuan”
Maut tidak perlu ditakuti
Perasaan tertekan, depresi atau cemas; pengalaman
traumatik masa lampau penelantaran, kekerasan
fisik, seksual atau emosional
Stres tapi tidak terus terang khawatir di persalahkan
atau tidak ditanggapi ortu; tidak dipedulikan
Orang tua sering “tidak mengerti / memaksakan”
pada remaja pada saat sedang dalam proses
membentuk identitas dirinya
Kekhawatiran berlebih, kurang
percaya pada remaja, apriori; remaja
dapat terjerumus sehingga selalu
melarang atau melindungi
Ortu tak harmonis / terlalu sibuk mengabaikan
kebutuhan anaknya sebenarnya masih perlu
bimbingan orang tua
Penanaman nilai “Kami vs Kita”. “Kalau kamu
tidak mau melakukan A, bukan bagian dari kami,
kamu berada diluar”; melakukan perilaku berisiko
Tidak mampu mengatasi desakan teman karena
tidak punya percaya diri tidak berani mengatakan
tidak
SOLUSI
Ajak subyek bertukar posisi dengan orang tua
Berempati tanpa menghakimi - antipasti - apriori dan
menerima apa adanya
Bahas dampak bagi masa depan jika
melakukan perbuatan berisiko tinggi.
KESEHATAN
MERAWAT DAN MENOLONG
BELAJAR DAN AKTIVITAS
MERASA AMAN
BERKOMUNIKASI
MEMEREKA ADA UNTUK SAYA
PERCAYA DIRI: WHO AM I ?

BERTANGGUNG JAWAB MEMBIMBING- SUPORT


AGAR MEMILIH YANG BENAR

INDEPENDENT MEMAHAMI TUJUAN

MEMAHAMI LATAR
BAHAGIA ~ KELUIARGA My Wider Worl BELAKANG KELUARGA
DUKUNGAN KELUARGA SCHOOL FINANCIAL
KERABAT DSB
Bahas potensi potensi positif yang ada, hindari kritik dan cela
Beri informasi dan diskusikan kondisi yang
menimbulkan risiko bagi mahasiswa
Bantu untuk berani berkata tidak terhadap yang
berbahaya ; melanggar norma/aturan
Remember to exersice kindness
with yourself and those around you
Breaking News
Remaja mempunyai posisi strategis pada Pemilu 2024

35 % - 40 % Pemilih Remaja
Menjadi alat “bargaining” dalam
1. Memperjuangkan pemenuhan kebutuhan remaja dalam
merealisasikan Indonesia Emas 2045 (bonus demografi)
2. Memahami karakteristik remaja agar dapat merebut
hatinya
Webinar
Memahami Karateristik Remaja Dalam
Menentukan Pilihan
Take Home Massage
1. Perilaku berisiko adalah bagian karakteristik dari remaja untuk
mengetahui batas dan menguji kemampuan.
2. Cobalah untuk menyalurkan kebutuhan remaja akan pencarian
sensasi dan pengambilan risiko ke dalam kegiatan yang positif.
3. Tidak masalah untuk mengkhawatirkan perilaku berisiko seperti
seks tidak aman, alkohol dan drugs, mengemudi berbahaya,
aktivitas ilegal, membolos, dan berkelahi.
4. Komunikasi, aturan, panutan, dan pemantauan yang baik dapat
membantu keamanan remaja yang berani mengambil risiko.
1. Perkembangan otak remaja menjadi krusial karena menurut Rabu Stephen otak
remaja masih belum berkembang optimal atau imatur
2. Lobus prefrontal cortex adalah
• Pusat fungsi kognitif, fungsi eksekutif termasuk memori kerja dan Inhibitory control (
mengontrol diri dan mengorganisasi diri)
• Kemampuan shifting dari satu kegiatan ke kegiatan lain (fleksible)
• berkembang optimal usia 21 – 25 tahun
3. Sebaliknya amigdala (pusat pengendaliaan emosi dan pusat pengontrol
impulse, perilaklu agresif) sudah berkembang lebih sempurna.
4. Kontrol diri lobus pre frontal belum berkembang sedang amigdala sudah
berkembang lbegitu tinggi akibatnya remaja lebih rentan mengalami perilaku
berisiko
5. Ventral Striatum atau reward sistim remaja belum berkembang sempurna dan
lobus prefrontal belum mampu mengendalikan akibatnya impuls yang ada
dalam diri remaja itu cenderung lepas tidak terkontrol
6. Jadi mereka sering kali menyelesaikan permasalahan dengam emosi dan
agresif oleh kareana mereka belum bisa berpikir secara nalar orang dewasa
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai