Anda di halaman 1dari 28

Perilaku Berisiko Tinggi

pada Remaja

Ns.GUSMUNARDI
Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci
BIDANG P2P KASI P2PTM DAN KESWA
TAHUN 2019
Remaja

 Masa remaja merupakan masa ‘serba tanggung’ 


Masa peralihan dari anak ke dewasa)
 Masa pubertas
 Terjadi perubahan baik secara biologis, psikologis,
dan juga emosional
 Memicu terjadinya perselisihan dengan orangtua dan
lingkungan sekitar
 Dapat berdampak negatif terhadap perkembangan
diri/identitas diri.
 Masa remaja umumnya berlangsung
antara usia 10 dan 20 tahun (WHO)
– Masa remaja awal 10 – 14 tahun
– Masa remaja akhir 15 – 20 tahun
Perubahan yang terjadi di masa remaja

 Perubahan biologis
– Pematangan alat kelamin sehingga siap reproduksi.
– Perkembangan seks primer (yaitu perkembangan alat
kelamin yang merupakan alat reproduksi)
– Perkembangan seks sekunder misalnya perubahan buah
dada pada perempuan, pertumbuhan rambut di daerah
kelamin, ketiak, dan khusus pada pria: rambut di wajah),
dsb
– Pubertas pada perempuan biasanya satu - 1.5 – 2 tahun
lebih cepat pada pria
– Perubahan fisik berupa tinggi dan berat badan
 Perubahan psikoseksual
– Produksi hormon laki dan hormon
perempuan mempengaruhi fungsi otak,
perasaan, emosi, dorongan seks, dan
perilaku.

– Mulai timbul orientasi seksual


 Perkembangan kognitif dan kepribadian
– Cara pikir menjadi lebih abstrak, mulai bersifat
konseptual, dan berorientasi ke masa depan.

– Perkembangan moral dan etik

– Pematangan identitas diri sebagai awal


pembentukan kepribadian
 Pembentukan identitas diri
– Membentuk identitas diri yang mantap

– Siapakah saya?  Kemanakah arah hidup saya?


– Unsur yang memegang peran penting dalam pembentukan
identitas diri adalah; pembentukan suatu rasa kemandirian,
peran seksual, identifikasi gender, dan peran sosial seta perilaku.
– Salah satu upaya remaja untuk menumbuhkan kemandiriannya
seringkali memicu timbulnya sikap yang berlawanan /
bertentangan dengan orangtua atau lingkungan sekitar.
– Tanda remaja yang mempunyai identitas diri yang
sehat adalah; kemampuan untuk bersikap fleksibel dan
sekaligus tumbuh serta dapat menyesuaikan diri
terhadap pelbagai situasi baru dalam kehidupannya

– Penting bagi keluarga untuk dapat berempati’,


mengerti, mendukung, dan dapat berkomunikasi dua
arah dengan remaja sehingga tidak menimbulkan
konflik dalam pematangan identitas diri  Rumah
adalah landasan dasar’ dan ‘dunianya adalah sekolah’
Akhir masa remaja

– Terbentuk identitas diri yang baik 


Walaupun terpisah dari orangtuanya,
tetapi tetap mempunyai objek relasi yang
dekat dengan keluarganya

– Tetap membutuhkan dukungan orangtua,


terutama dalam menghadapi krisis
 Pembentukan moral
– Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan
kewajiban yang diterima
– Apabila ada dua standar yang secara sosial diterima bersamaan
tetapi saling konflik, maka seseorang akan mengambil keputusan
untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya
– Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa,
terbentuklah suatu konsep moralitas yang lebih mantap
– Pembentukan ini didukung oleh nilai (values) orangtua, agama,
dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat pada umumnya
– Standar moral: tidak membahayakan kesehatan, bersifat
manusiawi, serta berlandasakan hak asasi manusia
Perilaku berisiko tinggi

 Perilaku yang terus menerus membahayakan bagi


diri sendiri atau orang lain sehingga dapat menjurus
menjadi PERMASALAHAN yang cukup serius

1. Masalah kejiwaan
2. Gangguan jiwa
Faktor yang melatarbelakangi

Psikologik

Biologik

Sosial-budaya
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi
(1)

 Rasa takut, rendah diri, rasa tidak aman – apapun penyebabnya


baik faktor sebjektif, ada stressor atau gabungan ke duanya).

 Keinginan untuk memastikan identitas atau peran seksualnya,


desakan teman sebaya, takut dikatakan penakut, banci, kuno,
tidak mengikuti ‘trend’, ‘anak mami’; karena belum mantap
pembentukan identitasnya.

 Merasa yakin bahwa dirinya hebat, mau mencoba semua hal


untuk mengetahui sampai dimana batas kemampuannya, serta
menganggap maut sebagai hal yang tidak perlu ditakuti.
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi
(2)

 Adanya perasaan tertekan, depresi, atau cemas.

 Pengalaman traumatik di masa lampau, seperti


penelantaran, kekerasan baik fisik, seksual, atau
emosional.

 Stres lingkungan luar tetapi tidak ditanggapi dari


orangtua karena merasa kawatir dihakimi atau
dipersalahkan, akibatnya ia merasa tidak ‘at home’
walaupun ia berada di rumahnya sendiri.
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi
(3)

 Merasa dirinya berbeda dengan remaja lain atau diperlakukan


diskriminatif

 Imitasi terhadap tindak kekerasan yang dialami atau dilihatnya


 Ada mal-persepsi

Semua ini dapat membuat remaja melakukan


kompensasi dengan melakukan perbuatan yang
berisiko tinggi, menetang, atau tingkah laku antisosial.
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi
(4)

 Tidak mampu mengatasi desakan teman sebaya serta tidak


ada keberanian untuk mengatakan ‘tidak’

 Penanaman nilai-nilai ‘kami vs kita’ terhadap orang atau


kelompok lain yang berbeda

Membuat remaja merasa tidak mempunyai tempat untuk


mengungkapkan perasaan, pikiran, dan kekawatirannya
sehingga mereka mendekatkan diri dengan kelompok
yang salah namun mau menerima mereka
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi 
Gangguan Jiwa (5)

 Gangguan tingkah laku yang sudah mulai terlihat sejak kecil


dengan gejala;
– Kejam terhadap binatang
– Suka bermain api
– Dan kondisi ini akan bertambah parah sesuai dengan bertambahnya
usia

 Gangguan perilaku terkait dengan gangguan organik (misalnya


adanya kerusakan otak), ditunjukkan dengan gejala perilaku
implusif, cepat marah, dan mudah teriritasi dengan lingkungan
sekitar Seringkali disertai juga dengan disabilitas
intelektual
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi 
Gangguan Jiwa (6)

 Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas


 Gangguan Mood
 Penyalahgunaan zat dan non-zat
 Gangguan belajar, misalnya gangguan membaca, gangguan
berhitung, dan gangguan menulis.
 Taraf kecerdasan ambang (borderline IQ)

Jika tidak di deteksi semasa kecil maka anak diperlakukan


sebagai anak bandel, bodoh, nakal, malas, dan aneh  Memicu
timbulnya perilaku pemberontakan dan bersikap antisosial untuk
memperlihatkan eksistensi diri  Penurunan kualitas hidup
Apa yang dapat dilakukan?

 Berempati dengan remaja tanpa menghakimi, tanpa sikap


apriori, dan mau menerima mereka apa adanya.
 Bahas tentang disfungsi serta dampak bagi masa depan jika
mereka melakukan perbuatan berisiko tinggi.
 Bahas potensi positif yang ada dalam diri remaja, hindari kritik
dan cela.
 Ajak remaja untuk merasakan bagaimana perasaan nya jika ia
bertukar tempat dengan orangtuanya.
 Bahas bagaimana ia dapat menggunakan nilai-nilai luhurnya,
baik dari orangtua, agaman tradisi, untuk membina dirinya
secara mantap dan cukup fleksibel.
Apa yang dapat dilakukan? (2)

 Dukung kemandirian diri remaja disertai dengan penegasan


tanggung jawab untuk menerima masa depannya
 Bantu remaja untuk menyadari bahwa apapun pilihannya ada
konsekuensi yang harus dibayarnya.
 Bahas pentingnya komunikasi dan diskusi dua arah yang
terbuka tentang persahabatan, pacaran, hubungan seks, dan
kesehatan reproduksi dan berikan fakta-fakta yang
mendukung.
 Ciptakan suasana rumah yang nyaman dan aman bagi remaja
Apa yang dapat dilakukan? (3)

 Berikan informasi yang tepat dan diskusi


dengan remaja mengenai zat-zat yang
menimbulkan ketergantungan dan
bahayanya bagi kesehatan mereka.
 Bantu remaja untuk berani berkata ‘tidak’
terhadap segala sesuatu yang berbahaya
atau tidak bermanfaat bagi dirinya.
Apa yang dapat dilakukan? (4)

 Implementasi Pelatihan
Keterampilan Hidup (Life Skills
Training) bagi remaja
Kasus

Seorang mengeluh bahwa ia selalu dianggap sebagai


anak ‘nakal’ oleh oarngtua dan saudara-saudaranya. Di
rumah ia merasa terisolasi dan merasa tidak ada
seorangpun yang mau mengerti akan dirinya, padahal ia
sedang bermasalah dengan teman-temannya di sekolah.
Di sekolah sebenarnya ia mempunyai teman, namun
hanya segelintir saja, karena teman-teman yang lain
selalu menganggap remeh dirinya. Ia ingin menunjukkan
dirinya sehingga bersikap berani dan menantang.
Kondisi ini membuat dirinya lebih tidak disukai lagi.
Buku Catatan Kesehatan
BUKU RAPOR PENJARING Berisi lembar catatan

KESEHATA AN kesehatan:
•Identitas
NKU KESEHAT •Hasil penjaringan
kesehatan:
AN DAN  Px kuesioner
(BUKU  Riw kes anak
PEMERIKS
CATATAN)  Riw imunisasi
AAN  Riw kes keluarga
 Gaya hidup
BERKALA  Kes mental 
 Buku rapor SDQ
kesehatanku  Kes intelegensia
 Px fisik
dipergunakan  Tanda vital
untuk mencatat  Status gizi
hasil penjaringan  Kebersihan diri
kesehatan dan  Tajam penglihatan
 Tajam
pemeriksaan pendengaran
berkala  Gigi mulut
 Pencatatan  Alat bantu
dilakukan oleh •Hasil pemeriksaan di
fasilitas kesehatan
It’s easier to build a strong child than to fix a broken
man….. - F.Douglas
Terima Kasih

ANAK DAN REMAJA


SEHAT JIWA BERASAL DARI
KELUARGA SEHAT
TIDAK ADA KESEHATAN TANPA KESEHATAN JIWA
(THERE IS NO HEALTH WITHOUT MENTAL HEALTH)

Anda mungkin juga menyukai