Anda di halaman 1dari 26

Askep Sehat Jiwa

Remaja-Lansia
DWI HEPPY ROCHMAWATI
PENDAHULUAN
AREA KEPERAWATAN JIWA
SEHAT JIWA

RISIKO/PSIKOSOSIAL

GANGGUAN JIWA
TARGET KESEHATAN JIWA
1. SEHAT JIWA TETAP SEHAT
2. RISIKO GANGGUAN JIWA JADI SEHAT JIWA
3. GANGGUAN JIWA JADI
MANDIRI DAN PRODUKTIF

INDONESIA SEHAT JIWA


MASALAH KESEHATAN JIWA NASIONAL
Mental health problem
(Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018)

Gangguan Jiwa Berat : 1,7 permil


1. JOGJAKARTA : 2,7 permil
2. JAWA TENGAH : 2,3 permil
3. KALBAR : 0,7 permil
MASALAH KESEHATAN JIWA NASIONAL
Mental health problem
(Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018)

Gangguan Mental Emosional : 6,0 %


1. SULTENG : 11,6 %
2. JAWA TENGAH : 4,7 %
3. LAMPUNG : 1,2 %
MASALAH KESEHATAN JIWA
INDONESIA
(Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018)

 Sehat jiwa : (100 % - 6,0 % - 1,7 permil)


(mentally healthy)
 Mental emosional : 6,0 %
(mental emosional problem)
 Gangguan jiwa : 1,7 permil
(severe mental disorder)
DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA

RISIKO
SEHAT GANGGUAN
(PSIKOSOSIAL)
11 11
11
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SEHAT JIWA
1. Perkembangan sehat jiwa usia infant (0-1 tahun)
2. Perkembangan sehat jiwa Toddler (1-3 tahun)
3. Perkembangan sehat jiwa usia pre school (4-6 tahun)
4. Perkembangan sehat jiwa usia sekolah (7-12 tahun)
5. Perkembangan sehat jiwa usia remaja (13-18 tahun)
6. Perkembangan sehat jiwa usia dewasa awal (18-22 tahun)
7. Perkembangan sehat jiwa usia dewasa (22-50 tahun)
8. Perkembangan sehat jiwa usia Lansia (>50 tahun)
9. Kesiapan Peningkatan Perawatan diri
10. Kesiapan Peningkatan pengetahuan
11. Kurang Perawatan Diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN RISIKO
GANGGUAN JIWA
1. Berduka (grieving)
2. Keputusasaan (Hopelessness)
3. Ansietas (anxiety)
4. Ketidakberdayaan (Powerlessness)
5. Risiko penyimpangan perilaku sehat (Risk for prone health
behavior)
6. Gangguan citra tubuh (body image disturb)
7. Koping tidak efektif (infective coping)
8. Koping keluarga tidak efektif (Disable family coping
9. Sindroma post trauma (Post traumatic syndromes)
10. Penampilan peran tidak efektif (ineffective role performance)
11. HDR Situasional (Situational Low Self Esteem)
10
DIAGNOSIS GANGGUAN
KESEHATAN JIWA
1. Gg sensori persepsi : Halusinasi (disturb sensory percention)
2. Berduka kompleks (Grieving Coplicated)
3. Defisit perawatan diri (self care deficit)
4. Isolasi social (Social isolation)
5. Regiment terapetik tidak efektif (infective therapeutic regiment)
6. Waham (Disturb throught of procces)
7. Risiko bunuh diri (Risk for suicide)
8. Harga diri rendah kronik ( Cronic Low Self Esteem)
9. Kerusakan komunikasi verbal (Impaired Verbal Disturbance)
10. Resiko Perilaku kekerasan (Risk for other directed)
11. Tidak efektif regiment terapetik keluarga (Ineffective family regiment
therapeutic)
ASKEP SEHAT JIWA
V. REMAJA (12-18 Th)
Identity Vs Role Diffusion
Pengertian
➔ tahap perkembangan remaja usia 12-18 thn. Remaja harus
mampu mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi,
keunikan dan ciri khas diri.
➔ Bila hal ini tidak tercapai : remaja mengalami kebingungan
peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga
akan terjadi gangguan konsep diri
Karakteristik Perilaku
Karakteristik Normal
 Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri
 Bergaul dengan teman
 Memiliki teman curhat
 Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, bela diri)
 Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa tergantung pada
orang tua
 Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa depan
 Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak asusila
 Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan yang
berlebihan dan negatif
 Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik pada
teman
 Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup
Diagnosis Kep:
Kesiapan peningkatan
perkembangan remaja
Intervensi generalis :
• Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang
positif dan bermanfaat
• Tidak membatasi atau terlau mengekang remaja
melainkan membimbingnya
• Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk
pengembangan bakat dan kepribadian diri
• Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan
keluhan, harapan dan cita-cita remaja
• Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak
memiliki kemampuan apapun
VI. USIA DEWASA AWAL
(20-30 TAHUN)
PENGERTIAN
➔ tahap perkembangan usia 20-30 tahun dan pada usia ini
individu harus mampu berinteraksi akrab dengan oranglain
(Erickson, 1963).
→Penekanan utama : dalam perkembangan identitas diri untuk
membuat ikatan dengan orang lain yang menghasilkan
hubungan intim, mencari pasangan, puncak intelektual dan
fisik, mencari kepuasan diri tinggi.
→Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh
pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan
dan merasa kesepian lalu menyendiri
Karakteristik Perilaku
Karakteristik Normal
 Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan orang lain
 Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertentu (pacar, sahabat)
 Membentuk keluarga
 Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi
 Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
 Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional
 Mempunyai konsep diri yang realistis
 Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
 Berinteraksi baik dengan keluarga
 Mampu mengatasi strss akibat perubahan dirinya
 Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
 Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupya
Diagnosis Keperawatan: Kesiapan peningkatan
perkembangan dewasa Awal
VII. DEWASA (30-60 Th)
(GENERATIVITY Vs SELF-ABSORPTION AND
STAGNATION)

Pengertian
➔tahap perkembangan manusia usia 30 – 60 tahun dimana
pada tahap ini merupakan tahap dimana individu mampu
terlibat dalam kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan
mampu membimbing anaknya.
➔ Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut
tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketergantungan dalam
pekerjaan dan keuangan.
Karakteristik Perilaku
Karakteristik Normal
 Menilai pencapaian hidup
 Merasa nyaman dengan pasangan hidup
 Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
 Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif dan bijaksana
 Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia
 Kreatif : mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang bermanfaat
 Produktif : mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain,
mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan bermanfaat
 Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan orang lain.
 Mengembangkan minat dan hobi.
Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan
perkembangan dewasa
VIII. LANSIA
(integritas vs putus asa)
PENGERTIAN
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya
integritas diri yang utuh.
 Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan
membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya
(anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya.
 Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus
asa dan menyesali masa lalunya karena tidak merasakan
hidupnya bermakna.
Karakteristik Perilaku
Karakteristik Normal
 Mempunyai harga diri tinggi
 Menilai kehidupannya berarti
 Menerima nilai dan keunikan orang lain
 Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
 Menyiapkan diri menerima datangnya kematiasn
 Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
 Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
 Berpartisipasi dalam kegiaan sosial dan kelompok masyarakat
 Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri
Diagnosis Keperawatan:
Kesiapan peningkatan
perkembangan Lansia
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai