Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

Laporan Pendahuluan (LP)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL


PADA USIA REMAJA
(PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI VS BINGUNG PERAN)

Program Studi Spesialis Keperawatan Jiwa

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KESIAPAN


PENINGKATAN PERKEMBANGAN REMAJA

1. Kondisi saat ini


Sdri M berusia 13 tahun, Klien mengatakan senang menjadi anak remaja karena mempunyai
banyak teman, pergaulan menjadi luas serta bebas menentukan pilihan hidup, tidak lagi
dikekang oleh keluarga karena kadang-kadang keluarga memberikan kesempatan pada M
untuk memilih apa yang disukai dan tidak disukai. Saat ditanya terkait perubahan yang
dirasakan selama menginjak usia remaja, klien mengatakan bahwa banyak yang berubah. Klien
mengatakan postur tubuh berbeda dan berubah dengan cepat, tinggi badan 165 BB 56 kg, klien
aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti pramuka, klien mengembangkan hobi
yaitu berenang, klien mempunyai sahabat dan teman lebih banyak, klien mulai tertarik dengan
lawan jenis, klien sudah menstruasi dan mengalami gejala pubertas.

2. Proses terjadinya masalah


2.1 Definisi Remaja
Kata remaja merupakan bahasa latin yaitu "Adolesence" yang memiliki arti berkembang
menuju kedewasaan. Adolesence sendiri memiliki makna yang luas mencakup kematangan
fisik, emosional, mental, dan sosial, (Hurlock, 1980). World Health Organization (2017),
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi
setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa dengan rentang usia 10-19 tahun, sedangkan
dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 25 pada tahun 2014, remaja
merupakan individu dengan usia antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah.

Keliat, Helena & Farida (2011), menyatakan bahwa pada tahap perkembangan usia 12-18
tahun, remaja harus mampu mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan
dan ciri khas diri. Bila hal ini tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran
yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri.
Selama proses tersebut, terjadi perubahan yang saling berkaitan pada aspek fisik, kognitif, serta
aspek psikososial, hal tersebut lalu dikenal dengan masa remaja (Papalia, et. al., 2011). Masa
remaja merupakan periode ketika individu menjadi matur secara fisik maupun psikologis dan
memperoleh identitas personal, yang dimulai saat usia 10 atau 12 tahun dan berakhir pada usia
18 atau 20 tahun (Kozier, et. al., 2010).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan individu
dengan rentang usia 12 sampai 18 tahun dan belum menikah, dimana mereka sedang
berkembang dalam periode transisi antara usia anak-anak menuju kedewasaan, mengalami
perkembangan pada aspek fisik, kognitif, psikososial serta kematangan mental. Masa remaja
merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling
unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan harapan.

Masa remaja juga dikatakan sebagai masa pencarian identitas diri. Identitas adalah potret diri
yang tersusun atas berbagai aspek, antara lain, identitas pekerjaan/karir, identitas politik,
identitas spiritual, identitas relasi (lajang, menikah, bercerai), identitas prestasi/intelektual,
identitas seksual, identitas budaya/etnik, minat, kepribadian dan identitas fisik (Santrock,
2012). Menurut Erikson, tugas remaja adalah mengatasi krisis identitas diri versus
kebingungan identitas (Papalia, et al., 2011).

Remaja yang mampu mencapai tugas perkembangannya, akan memiliki identitas diri yang
positif. Identitas diri yang positif akan menjadikan remaja mampu menilai perannya di
masyarakat, mampu menentukan jenis pekerjaan sesuai dengan minat, berperilaku sesuai
dengan norma agama yang dianut, mampu mengambil keputusan tanpa melibatkan orang lain,
memiliki prestasi yang baik, mempunyai cita-cita, memiliki hobi yang positif, dan mampu
bersosialisasi baik dengan keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekitar. Sebaliknya remaja
yang tidak mampu menyelesaikan tugas perkembangannya, akan mengalami kekacauan
identitas. Kekacauan identitas yang dialami remaja akan berdampak pada ketidakmampuan
remaja menilai perannya di masyakat, memiliki kepribadian yang labil, tidak memiliki cita-
cita, hobi dan rencana untuk masa depan, serta memiliki sikap dan perilaku yang buruk, bahkan
remaja tidak menunjukkan ketertarikan dalam berbagai hal (Marcia, 1980). Erikson dalam
Santrock (2012), menyatakan bahwa remaja yang memiliki identitas diri positif dapat
menerima keadaan dirinya dan memahami diri sendiri dengan sangat baik. Sebaliknya remaja
yang mengalami kekacauan identitas diri akan menarik diri, mengisolasi diri atau meleburkan
diri dalam kelompok sebaya sehingga kehilangan identitas dirinya.
2.2 Faktor Predisposisi dan Presipitasi
2.2.1 Biologis :
2.2.1.1 Riwayat Imunisasi lengkap
2.2.1.2 Riwayat Status Gizi baik
2.2.1.3 Tidak ada Riwayat penyakit fisik kronis/cacat
2.2.1.4 Tidak ada riwayat trauma kepala
2.2.1.5 Tidak pernah merokok, narkoba, minum minuman keras
2.2.1.6 Tidak ada riwayat genetik gangguan jiwa
2.2.1.7 Memiliki tubuh ideal
2.2.1.8 Tidak ada sakit fisik
2.2.1.9 Tidak merokok, narkoba
2.2.1.10 Suka olag raga
2.2.1.11 Lakukan perawatan tubuh
2.2.1.12 Tidak alami gangguan tidur

2.2.2 Psikologis
2.2.2.1 Intelengensi: Normal
2.2.2.2 Terbiasa menceritakan masalahnya
2.2.2.3 Tidak ada riwayat kehilangan
2.2.2.4 Tidak ada riwayat kegagalan sekolah/putus sekolah
2.2.2.5 Tidak ada riwayat KDRT
2.2.2.6 Semangat bersekolah
2.2.2.7 Punya rasa optimis dalam beraktivitas
2.2.2.8 Senang beraktivitas & berkompetisi
2.2.2.9 Senang mendapatkan menghargaan
2.2.2.10 Punya cita-sita
2.2.2.11 Senang menceritakan pengalamannya
2.2.2.12 Memandang diri positif
2.2.2.13 Mengetahui identitas dirinya
2.2.2.14 Menjalankan peran sebagi anak, pelajar
2.2.2.15 Senang dengan perubahan fisiknya
2.2.2.16 Mendapatkan dukungan teman sebaya
2.2.2.17 Kreatif & memiliki inisiatif
2.2.2.18 Menerima arahan akan rencana masa depan
2.2.2.19 Menerima perubahan fisik
2.2.2.20 Diberi kepercayaan menerima tugas & tanggung jawab
2.2.2.21 Diberi kesempatan menyukai tokoh idoda
2.2.2.22 Diberi kesempatan berpendapat
2.2.2.23 Dilibatkan dalam pengambilan keputusan

2.2.3 Sosial
2.2.3.1 Mampu bergaul di luar rumah
2.2.3.2 Punya hobi dengan sebaya
2.2.3.3 Mampu membina hubungan dengan sebaya
2.2.3.4 Patuh terhadap norma/aturan
2.2.3.5 Pola komunikasi dua arah
2.2.3.6 Memiliki tugas & tanggung jawab dalam keluarga
2.2.3.7 Tidak ada labeling negatif di lingkungan keluarga & masyarakat
2.2.3.8 Berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan
2.2.3.9 Membina hubungan dengan lawan jenis
2.2.3.10 Punya setiakawan yang tinggi
2.2.3.11 Memilih sendiri teman dekatnya tanpa campur tangan orang tua
2.2.3.12 Diberi kesempatan berteman
2.2.3.13 Diberi kesempatan menjalankan hobi dg teman sebaya
2.2.3.14 Bebas menentukan pilihan tanpa campur tangan

2.3 Penilaian (Respons) Terhadap Stressor


2.3.1 Biologis
2.3.1.1 Wanita : Muncul tanda-tanda pubertas yaitu haid pertama, payudara membesar,
tumbuh rambut di area kemaluan dan ketiak Pria: mimpi basah, jakun, tumbuh rambut
di area kemaluan dan ketiak
2.3.1.2 Penambahan berat badan dan tinggi badan

2.3.2 Psikoseksual
2.3.2.1 Timbul ketertarikan pada lawan jenis
2.3.2.2 Fantasi/khayalan seksual meningkat
2.3.2.3 Perhatian terhadap penampilan diri meningkat
2.3.3 Kognitif
2.3.3.1 berpikir khayalan
2.3.3.2 memperkirakan, menduga, dan berpikir sebab dan akibat
2.3.3.3 membuat keputusan
2.3.3.4 menggabungkan ide, pikiran dan konsep
2.3.3.5 menganalisis Perubahan persepsi orang lain terhadap peran remaja
2.3.3.6 memahami orang lain
2.3.3.7 berpikir sistimatis Mampu berpikir logis
2.3.3.8 berpikir idealistik; harus menang, sempurna
2.3.3.9 menyelesaikan masalah
2.3.3.10 Penyangkalan peran
2.3.3.11 Ragu-ragu menjalankan peran
2.3.3.12 Perubahan persepsi diri tentang peran remaja
2.3.3.13 Ketidakpuasan terhadap peran remaja
2.3.3.14 Pengetahuan yang kurang tentang peran remaja
2.3.4 Bahasa
2.3.4.1 Kemampuan berbahasa meningkat
2.3.4.2 Mempunyai istilah-istilah khusus (bahasa gaul)

2.3.5 Moral
2.3.5.1 Mengerti nilai-nilai etika, norma agama dan masyarakat
2.3.5.2 Memperhatikan kebutuhan orang lain
2.3.5.3 Bersikap santun, menghormati orang tua dan guru
2.3.5.4 Bersikap baik terhadap teman
2.3.5.5 Mulai taat pada aturan dan tata tertib di masyarakat
2.3.6 Spiritual
2.3.6.1 Mulai rajin beribadah sesuai agama yang dianut
2.3.6.2 Mau menjalankan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya

2.3.7 Emosi
2.3.7.1 Mampu tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginannya
2.3.7.2 Mampu mengontrol diri
2.3.7.3 Emosi lebih stabil
2.3.8 Psikososial
2.3.8.1 Mampu menyesuaika diri dengan lingkungan
2.3.8.2 Perhatian terhadap orang lain
2.3.8.3 Memiliki prestasi

2.3.9 Bakat
2.3.9.1 Memiliki bakat khusus yang terus berkembang
2.3.9.2 Mengikuti kegiatan tambahan (seperti OR, seni, pengajian, bela diri)
2.3.9.3 Kritis terhadap orang lain
2.3.10 Kreativitas
2.3.10.1 Selalu ingin tahu
2.3.10.2 Berani menyatakan pendapat dan keyakinan
2.3.10.3 Senang mencari pengalaman yang baru
2.3.10.4 Senang mengerjakan sesuatu yang sulit

3. Pohon diagnosa

kesiapan peningkatan perkembangan usia remaja

Stimulasi biologis, psikososial dan sosial budaya optimal

4. Sumber Koping
4.1 Personal Ability
4.1.1 Menilai diri menurut pendapat sendiri
4.1.2 Merencanakan masa depan
4.1.3 Dapat mengambil keputusan
4.1.4 Menyukai diri sendiri
4.1.5 Berinteraksi dengan lingkungan
4.1.6 Bertanggung jawab
4.1.7 Mulai memperlibatkan kemandirian dalam keluarga
4.1.8 Menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan orang lain yang menurutnya
mampu
4.2 Possitive belief
4.2.1 Percaya dengan pelayanan kesehatan
4.2.2 Persepsi yang baik terhadap tenaga kesehatan
4.2.3 Selalu menggunakan pelayanan kesehatan
4.2.4 Keyakinan agama yang berhubungan dengan kesehatan
4.2.5 Keyakinan budaya klien & keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
4.3 Sosial support
4.3.1 Keluarga tahu tumbang remaja
4.3.2 Keluarga tahu cara stimulasi tumbang remaja
4.3.3 Keluarga memotivasi remaja ikut kegiatan’
4.3.4 Keluarga memberi pujian yang realistis
4.3.5 Keluarga menjadi role model yang baik
4.3.6 Keluarga dapat menjadi sumber informasi
4.3.7 Keluarga & lingkungan memberi rasa nyaman
4.4 Material Asset
4.4.1 Ada Ansuransi, JKM, BPJS
4.4.2 Dapat biaya pendidikan dari pemerintah
4.4.3 Penghasilan keluarga mencukupi
4.4.4 Keluarga memiliki tabungan
4.4.5 Keluarga memiliki aset pribadi (rumah/tanah/kebun)
4.4.6 Pelayanan kesehatan dekat rumah (PKM, klinik, bidan, dokter)

5. Rencana Tindakan Keperawatan


Menurut Keliat et.al (2011) tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
perkembangan psikososial remaja antara lain:

5.1 Individu
5.1.1 Tujuan:
5.1.1.1 Remaja mampu menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang
normal dan menyimpang
5.1.1.2 Remaja mampu menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang
normal
5.1.1.3 Remaja mampu melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial yang normal
5.1.2 Tindakan Ners
5.1.2.1 Perkembangan yang normal (Pembentukan identitas)
a) Diskusikan ciri perkembangan psikososial remaja yang normal dan
menyimpang
b) Diskusikan cara untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal
c) Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang membuatnya
nyaman mencurahkan perasaan, perhatian dan kekhawatiran
d) Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan
positif (olah raga, seni, bela diri, pramuka, keagamaan.
e) Anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan
perannya
f) Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana kegiatan dan
melaksanakan rencana yang telah dibuatnya.
5.1.2.2 Penyimpangan perkembangan (Bingung peran)
a) Diskusikan aspek positif/kelebihan yang dimiliki remaja
b) Bantu mengidentifikasi berbagai peran yang dapat ditampilkan remaja
dalam kehidupannya
c) Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja
d) Bantu remaja mengidentifikasi perannya di keluarga
5.1.3 Tindakan Ners Spesialis
Terapi kelompok terapeutik remaja sesi 1 stimulasi aspek biologis dan
psikoseksual.

5.2 Keluarga
5.2.1 Tujuan
5.2.1.1 Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan
remaja yang normal dan menyimpang
5.2.1.2 Keluarga mampu mampu memahami cara menstimulasi perkembangan remaja
5.2.1.3 Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan remaja
5.2.1.4 Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk mengembangkan kemampuan
psikososial remaja
5.2.2 Tindakan Ners Keluarga
5.2.2.1 Jelaskan ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang
5.2.2.2 Jelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk memfasilitasi
perkembangan remaja yang normal
5.2.2.3 Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan kelompok sebay
5.2.2.4 Anjurkan keluarga agar memotivasi remaja untuk bergaul dengan orang lain
yang membuatnya nyaman mencurahkan perasaan, perhatian, dan
kekhawatiran
5.2.2.5 Anjurkan Anjurkan keluarga agar memotivasi remaja untuk mengikuti
organisasi yang mempunyai kegiatan yang positif (olah raga, seni, bela diri,
pramuka, pengajian)
5.2.2.6 Berperan sebagai teman curhat bagi remaja
5.2.2.7 Berperan sebagai contoh bagi remaja daam melakukan interaksi sosial yang
baik
5.2.2.8 Beri lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas bersama
dengan kelompoknya
5.2.2.9 Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk membantu remaja
memperoleh identitas diri
5.2.2.10 Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk
memfasilitasi remaja memperoleh identitas diri

5.2.3 Tindakan Ners Spesialis Keluarga


5.2.3.1 Psikoedukasi keluarga
Daftar Pustaka

Astutik, W., Daulima, NHC., Rahmah, H. (2015). Peningkatan Kecerdasan


Emosional Remaja melalui TKT Remaja di Kota Depok

Bahari, K., Keliat, B,A., Gayatri,D. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Teraupetik
Terhadap Perkembanan Identitas Diri Remaja di Kota Malang. FIK UI :
Depok

Departemen Kesehatan RI. (2016). Infodatin: Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, Situasi kesehatan Reproduksi Remaja.
www.depkes.go.id/folder/.../structure-publikasi-pusdatin-info-datin.htm.
Diakses tanggal 26 Januari 2017 15.30 WIB.

Dinarwiyata, Mustikasari, Setiawan, A. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


(Penyuluhan) dan Terapi kelompok Terapeutik Remaja Terhadap Pengendalian
Emosi Marah Remaja di SMK Kota Depok. FIK UI : Depok

Hurlock, E. B. (1980) Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan Ed. Kelima (Terjemahan: Istiwijayanti dan Soedjarwo). Jakarta:
Erlangga.

Keliat., Daulima, N, H., C., & Farida (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial
dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC

Keliat,Budi Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta EGC

NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Cetakan 2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Papalia, et. al. (2011) Human Development, 10th ed. Salemba humanika: Jakarta

Stuart, G.W. (2009).Principle and Practice of Psychiatric Nursing.9th edition.Mosby

Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 9th edition. Missouri:
Mosby.

Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta EGC

Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).


Cetakan 1. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

........................(2011). Draf Standard Asuhan Keperawatan Program Pendidikan


Kekhususan Keperwatan Jiwa Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai