Mengetahui,
(__________________________) (_________________________)
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM)
LAPORAN INDIVIDU
Disusun oleh:
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dewasa dengan gangguan baik
fungsi maupun struktural pada semua sistem tubuh sesuai dengan standar profesi
keperawatan.
B. Rencana Kegiatan
1 Melakukan pengkajian pada klien anak sesuai dengan Hari 1 BHSP dan data yang
tingkat usia, meliputi: diperoleh dapat
mewakili kondisi klien.
Komunikasi terapeutik, Pengkajian Fisik, Data Penunjang
2 Menganalisis data dari hasil pengkajian Hari 1 Data dianalisis menjadi
diagnose keperawatan
3 Menetapkan diagnose dan prioritas masalah keperawatan Hari 1 Diagnosa sesuai dengan
kondisi actual klien.
4 Menetapkan tujuan sesuai kriteria hasil Hari 1 Tujuan dan kriteria hasil
yang sesuai dengan
kondisi klien
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
__________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
__________________________________________________________
( )
( ) NIM. 180070300011
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKOLUSIS (TB)
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
TUBERKOLUSIS (TB)
A. PENGERTIAN
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection.
TB adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam
tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman
tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran
darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain
(Sylvia Anderson 1995 : 753)
B. ETIOLOGI
Penyebab TB paru yaitu kuman Mycobacteria Tuberculosis yang berbentuk
batang berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3 -0,6 mikron dan mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut
pula sebagi Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan beberapa jam ditempat gelam dan lembab,
sehingga dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tertidur), tertidur lama
selama bertahun tahun (Kemenkes.2011)
Apabila seseorang telah terinfeksi TB Paru namun belum sakit maka tidak
dapat menyebarkan infeksi ke orang lain. Masa inkubasinya yaitu waktu yang
diperlukan mulai terinfeksi sampai terjadinya sakit, diperkirakan selama 4 sampai
6 minggu (Depkes.2008). Kuman ditularkan oleh penderita TB Paru BTA positif
melalui batuk, bersin atau saat berbicara lewat percikan droplet yang keluar. Risiko
penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of TB Infection (ARTI)
yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TB Par selama satu tahun (Suarni.
2009)
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena
merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai
berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
- Dengan atau tanpa gejala klinik
- BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
- Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
- Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
- BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
- Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
- Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial
foto yang tidak berubah.
Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
D. PATOFISIOLOGI
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga
tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka
pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara
penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi
sebelumnya .(Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah
dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam
dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu
diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun
lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang
serta berkembangbiak di paru-paru. (dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa
muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah
bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar
getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan
lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan
adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi
peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh
makrofag.Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan
tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah
bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag yang
mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut
membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut
focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi
primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran
ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan
radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru
ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A
Price:1995;754).
E. PATHWAY
F. TANDA DAN GEJALA
Menurut Wijaya, (2013, Hal. 140) Gambaran klinik TB paru dapat di bagi menjadi
2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik :
1) Gejala respiratorik, meliputi ;
a. Batuk :
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah :
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak.
c. Sesak napas :
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia, dan
lain – lain.
d. Nyeri dada :
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura rusak.
2) Gejala sistemik, meliputi :
Demam :
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbulnya menyerupai gejala pneumonia\tuberkulosis paru
termasuk insidius Wijaya, (2013)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Ardiansyah (2012) Penatalaksanaan dari TB dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu pencegahan dan pengobatan penderita :
1) Pencegahan Tuberkulosis paru.
a. Pencegahan tuberkulosis paru dilakukan dengan pemeriksaan terhadap
individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
b. Mass chest X-ray. Yaitu Pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
tertentu misalnya: Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan,
penghuni rumah tahanan, siswa-siswai pesantren.
c. Vaksinasi BCG (bacille Calmette -Guerin); reaksi positif terjadi jika setelah
mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu kurang dari tujuh hari.
d. Kemoprofilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang
masih sedikit
e. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit tuberkulosis paru
kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas
pemerintah atau petugas lembaga swadaya masyarakat.
f. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi basil tuberkulosis serta mempertahankan asupan nutrisi yang
memadai. Pemberian imunisasi BCG juga diperlukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
2) Pengobatan Tuberkulosis Paru
Tujuan Pengobatan pada penderita tuberkulosis paru, selain untuk
mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, reistensi kuman
terhadap Obat Anti Tuberkulosis serta memutuskan rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat yang dipakai:
a) Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
o Rifampisin
o INH (Isoniazid)
o Pirazinamid
o Streptomisin
o Etambutol
b) Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)Kombinasi dosis tetap
ini terdiri dari :
o Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaiturifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400mg dan etambutol 275 mg dan
o Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaiturifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg
c) Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
o Kanamisin
o Kuinolon
o Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,amoksilin + asam
klavulanat
o Derivat rifampisin dan INH (Isoniazid)
(Pedoman Penatalaksanaan Tuberculosis di Indonesia. 2012)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya. Sering terjadi pada akhir masa kanak-kanak dan
remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak
perempuan. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang
cepat,kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak adekuat
2) Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Keluhan respiratoris, meliputi:
- Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darah
- Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood
streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
b. Keluhan sistematis, meliputi:
- Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza,
hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek
- Keluhan sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
dan malaise.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam
melengkapi pengkajian.
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab
sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?
b. Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam
melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakukan pernapasan?
c. Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
d. Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
e. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan
atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang
timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul,
lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
4) Riwayat penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil,
tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang
memperberat TB paru seperti diabetes mellitus.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa
lalu yang relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya
efek samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh
penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir.
5) Riwayat penyakit Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai
faktor predisposisi di dalam rumah
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu
di nilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos
mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
TTV :
Suhu : Terjadi peningkatan suhu tubuh
Nadi : Denyut nadi meningkat seirama dengan frekuensi napas dan suhu
tubuh
RR : frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas
TD : tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit seperti
hipertensi.
b. B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan
fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
c. B2 (Blood)
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
a) Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan
kelemahan fisik.
b) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
c) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada TB
paru dengan efusi pleura masif mendorong ke sisi sehat.
d) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
d. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis dengan GCS (4-5-6), ditemukan
adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan meringis, menangis,
merintih, meregang, dan menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata,
biasanya didapatkan adanya kengjungtiva anemis pada TB paru dengan
gangguan fungsi hati
e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa
dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan
fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum OAT
terutama rifampisin.
f. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan.
g. B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, jadwal olahraga menjadi tak teratur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
2) Gangguan pertukaan gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung
3) Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakadekuatan intake nutrisi
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan reflek batuk
5) Ketidakefektifan regime terapeutik keluarga berhubungan dengan
ketidakteraturan minum obat
(NANDA,NIC-NOC.2015)
C. INTERVENSI
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam bersihan jalan napas efektif
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal (18-20 x/menit), tidak
ada suara nafas tambahan(abnormal))
2. Mampu mengeluarkan sputum,bernafas dengan mudah
Intervensi :
Intervensi Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
Intervensi Rasionalisasi
1. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit,1.Rasional:
timbang berat badan, integritas mukosa Berguna dalam mendefinisikan derajat
mulut, kemampuan menelan, adanya bising masalah dan intervensi yang tepat.
usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. 2.Rasional:
2. Kaji ulang pola diet pasien yang Membantu intervensi kebutuhan yang
disukai/tidak disukai. spesifik, meningkatkan intake diet pasien.
3. Monitor intake dan output secara 3.Rasional:
periodik. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
4. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, 4.Rasional:
dan tetapkan jika ada hubungannya Dapat menentukan jenis diet dan
dengan medikasi. Awasi frekuensi, mengidentifikasi pemecahan masalah
volume, konsistensi Buang Air Besar untuk meningkatkan intake nutrisi.
(BAB). Rasional: 5.Rasional: Mengurangi rasa tidak enak
5. Lakukan perawatan mulut sebelum dan dari sputum atau obat-obat yang
sesudah tindakan pernapasan. digunakan yang dapat merangsang
6. Anjurkan makan sedikit dan sering muntah.
dengan makanan tinggi protein dan 6.Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi
karbohidrat. dan menurunkan iritasi gaster.
DAFTAR PUSTAKA
Andra Saferi ,Wijaya.2013.KMB1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep.Yogyakarta:Nuha Medika.
Ardiansyah, M. 2012 .Medikal Bedah Untuk mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press
Kemenkes. 2011. Pedomasn nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Nurarif, Amin Hadi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA
NIC –NOC. Mediaction : Jogjakarta
Somantri I. 2007. Keperawatan medikal bedah : Asuhan Keperawatan pada pasien
gangguan sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh:
A. Identitas Klien
Nama : Ny. E No. Rekam Medis :190151xx
Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan 3 bulan yang lalu anak nya klien di diagnosis tuberculocis
dan sudah menjalani pengobatan tuntas 6 bulan
GENOGRAM
:Perempuan
: Laki-laki
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Klien
Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum : 0 2
Mandi : 0 2
Berpakaian/berdandan : 0 2
Toileting : 0 2
Berpindah : 0 2
Berjalan : 0 2
Naik tangga : 0 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak mampu
Jenis diit/makanan : Tinggi kalori tinggi protein Tinggi kalori tinggi protein
Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB
BAK
Tidur siang
Tidur malam
2 Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll):
Tidak ada
Tidak ada
Konsep Diri
1 Gambaran diri : Klien mengatakan dirinya seorang wanita yang utuh ibu dari 2 orang anak
Pola Komunikasi
1. Bicara: (⎷) Normal ( )Bahasa utama: Indonesia
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian:......................
(⎷) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek:............................................
2. Tempat tinggal: ( ) Sendiri
(⎷) Kos/asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu:..........................................................................
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Tidak ada
b. Pantangan & agama yg dianut: Tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta (⎷) > 2 juta
Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (⎷) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
(⎷) perhatian (⎷) sentuhan ( ) lain-lain, seperti, ....................................................
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Klien terbaring di tempat tidur, terpasang Infus NaCl, Kondisi Umum cukup, tidak ada
sesak, klien terlihat tenang
Kesadaran: compos mentis, GCS 4-5-6
Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 116/ 75 mmHg - Suhu : 37,3oC
- Nadi : 100 x/menit- RR : 24 x/menit
Tinggi badan: 160 cm Berat Badan: 77 kg
Kepala & Leher
a. Kepala : inspeksi :simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukan tanda-tanda
kekurangan gizi (rambut jagung dan kering), palpasi : tidak ada
penonjolan/pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh
b. Mata: mata kiri-kanan simetris, bola mata kiri-kanan simetris, warna konjungtiva
gelap, sclera berwarna putih.
c. Hidung : simetris kiri-kanan, warna sama dengan kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan, tidan ada perdarahan dan tanda-tanda infeksi, tidak ada bengkak dan
nyeri tekan
d. Mulut & tenggorokan: warna mukosa mulut dan bibir merah muda, lembab, tidak
ada lesi dan stomatitis, gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang, atau
kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simeris, warna pink,
langit-langit utuh dan tidak ada tanda-tanda infeksi, Tenggorokan simetris, terdapat
nyeri telan,
e. Telinga: Bntuk dan posisi simetris kiri-kanan, integritas kulit baik, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada alat bantu dengar, tidak
ada nyeri tekan.
Leher : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada
tanda pembesaran kelenjar gondok, arteri carotis terdengar, tidak teraba
pembesaran kelenjar gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tidak ada nyeri.
Thorak & Dada:
Jantung
- Inspeksi: tidak ada JVP
- Palpasi: tidak ada nyeri, denyut aorta teraba
- Perkusi: batas jantung jelas
- Auskultasi: terdengar bunyi jantung 1/S1 (lub) dan bunyi jantung 2/S2 (dup),
tidak ada bunyi jantung tambahan
Paru
- Inspeksi : Simetris, bentuk dan ukuran normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernafasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ada ikterik/sianosis,
tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema, terdapat jejas pada ics 5 mid
clavicula
- Palpasi: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/masalah/tanda-tanda
peradangan, nyeri tekan hanya pada daerah jejas, ekspansi simetris, taktil
premitus cenderung sebelah kanan lebih teraba jelas.
- Perkusi: resonan “dug, dug, dug”. Suara sonor pada seluruh lapang paru.
- Auskultasi: bunyi nafas vesikuler. Auskultasi lapang paru terdapat ronchi +
Payudara & Ketiak
Integritas kulit baik, betuk dan ukuran simetris. Tidak ada nyeri pada aksila, tidak
ada pembesaran nodus limfe. Konsistentsi lembut.
Punggung & Tulang Belakang
Simetris, tidak ada nyeri tulang belakang, tidak ada jejas dan memar. Auskultasi
kedua pungung ronchi +
Abdomen
Inspeksi: smetris kiri-kanan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik,
tidak terdapat ostomy, tidak ada distensi, tonjolan, pelebaran vena dan kelaian
umbilikus
Palpasi: tidak teraba penonjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa dan
penumpukan cairan
Perkusi: suara tympani
Auskultasi: : suara peristaltic usu terdengar 10-15 x/menit, terdengar denyutan arteri
renalis, arteri iliaka dan aorta.
Genetalia & Anus
Inspeksi:integritas kulit baik, tidak ada massa atau pembengkakan, tidak ada
pengeluaran pus atau darah
Palpasi: tidak terdapat nyeri, tidak terdapat edema, tidak ada tanda-tanda infeksi
dan perdarahan
Ekstermitas
Atas: simetris kiri-kanan, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh, reflek
bisep dan tricep positif
Bawah:simetris kiri-kanan, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh,
reflek archilles dan patella positif
Sistem Neorologi : -
Kulit & Kuku
Kulit: lembab, turgor kulit baik/elastis, crt < 2 dtk, tidak ada edema
Kuku: bersih, bentuk normal, tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger),
tidak ikterik/cyanosi
Terapi
1. Ivfd Nacl 20 tpm
2. Nebu combiven 2x1
Kesimpulan
Klien mengalami /menderita Tubercolosis dan mengalami, bersihan jalan nafas tidak
efektif diakibatkan penumpkan secret Karena mycobacterium tubercolocis
Perencanaan Pulang
Tujuan pulang:
Perawatan lanjutan
Transportasi pulang
Kendaraan roda 4 (mobil)
Dukungan keluarga:
Perawatan di rumah / caregiver
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang:
-keluarga saudara suaminya
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang:
Dehidrasi
Pengobatan:
Antipiretik
Rawat jalan ke:
Poli penyakit dalam dan poli paru
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah:
Monitor status hidrasi
Keterangan lain:
Segera ke rumah sakit jika keluhan memberat
ANALISA DATA
DO: ↓
Masuk paru
- Terdapat nyeri telan pada ↓
tenggorokan Menempel di alveoli
- Batuk 3-4 kali ↓
- Sukar menelan makanan padat Reaksi inflamasi/peradangan
- Auskultasi terdengar ronchi + ↓
pada seluruh lapang paru Penumpukan eksudat dalam
- Produksi sputum + alveoli
- Klien terlihat gelisah ↓
- Terdengar suara grok-grok Produksi secret berlebih
↓
Secret sukar di keluarkan
↓
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
Ruang : Ruby
1. Frekuensi pernafasan 3 5
2. Irama pernafasan 3 5
3. Kedalaman inspirasi 3 5
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
1. Jam tidur 3 5
2. Pola tidur 2 4
3. Kualitas tidur 3 5
4. Efisiensi tidur 2 4
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Keterangan :
1. Sangat baik
2. Banyak baik
3. Cukup baik
4. Sedikit baik
5. Tidak baik
5. Melatih S:-
Mengeluarkan sekret dengan batuk
O : - Klien batuk
S O A P I E
DS: DO: Ketidakefektifan 1. Monitor respirasi dan status NIC : Manajemen Jalan Nafas S:
Bersihan Jalan O2
- Klie - RR 20 2. Auskultasi suara nafas, catat - Memonitor respirasi dan status - Klien mengatakn masih
n x/m Nafas batuk
adanya suara tambahan O2
mengatakan - Spo2 Mengauskultasi suara nafas - Klien mengatakan nyeri
3. Posisikan pasien untuk -
tenggorokan 98% Memposisikan pasien untuk menelan
memaksimalkan ventilasi -
nya gatal - Suara memaksimalkan ventilasi - Klien mengatakan tidak
4. Anjurkan pasien untuk
- Klie nafas Ronchi + Menganjurkan pasien untuk sesak
istirahat dan nafas dalam -
n mengatakn - Terdap istirahat dan nafas dalam O:
5. Lakukan fisioterapi dada jika
masih batuk at Sputum perlu - Mengeluarkan sekret dengan - RR : 20x/m
berwarna hijau 6. Keluarkan sekret dengan batuk - Spo2 98%
batuk atau suction - Memberikan NAC 3X1 - Suara nafas Ronchi +
7. Berikan bronkodilator - Klien terlihat tenang
- Sputum dapat di keluarkan
dengan batuk
- Produksi Sputum berwana
hijau
DS : DO: 4 1. Determinasi efek-efek medikasi NIC : Sleep Enhacment S:
terhadap pola tidur 1. Mendeterminasi efek-
- Klien - Klien terlihat Gangguan Pola 2. Jelaskan pentingnya tidur yang efek medikasi terhadap - Klien mengatakan
mengatakan lemas Tidur adekuat pola tidur mengerti dengan
sulit tidur - Jam tidur 5-6 3. Fasilitasi untuk 2. Menjelaskan pentingnya penjelasan perawat
- Klien jam mempertahankan aktivitas tidur yang adekuat O:
mengatakn - Sering sebelum tidur (membaca) 3. Memfasilitasi untuk
tidur tidak terbangun di 4. Ciptakan lingkungan yang mempertahankan aktivitas - Klien terlihat
nyenyak malam hari nyaman sebelum tidur (membaca) membaca buku
5. Kolaborasi pemberian obat tidur 4. Menciptakan lingkungan - Suhu ruangan 26-27
yang nyaman C
- RR 20 x/m
- Irama pernasafan normal
- Tidak ada tarikan dinding dada
- Sputum mampu di keluarkan dengan batuk
- Auskultasi Paru Ronchi pada seluruh thorax
sinistra
NOC : Respiratory Status : Airway patency
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Frekuensi pernafasan 3 5 4
2 Irama pernafasan 3 5 4
3 Kedalaman inspirasi 3 5 4
Kemampuan untuk 3 5 3
4
mengeluarkan secret
A:
T/
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Jam tidur 3 5 4
2 Pola tidur 2 4 4
3 Kualitas tidur 3 5 5
4 Efisiensi tidur 2 4 4
A:
T/
P : Hentikan Intervensi
Selasa, 16 3 S - Klien mengatakan mengerti
april 2019
O: - Klien terlihat memperhatikan
1. Pemahaman tentang 3 5
penyakit, kondisi prognosis
2. Pemahaman prosedur 2 5
pengobatan dengan benar
3. Mampu menjelaskan 3 5
kembali apa yang telah
dijelaskan oleh tim
kesehatan
A:
T/
P : Hentikan Intervensi
SATUAN ACARA EDUKASI
Disusun Oleh :
SETTING PROSES
ESTABLISHING TRUST
ASSES PATIENT NEEDS
SETTING PRIORITIES AND TIME FRAME
DELIVERING THE EDUCATION CONTENTS
EVALUATION-RE EVALUATION FOLLOW UP STRATEGIES
MEDIA
-
SKENARIO EDUKASI
Pada sesi ini bersifat INDIVIDUAL, yaitu perawat dengan pasien.
Dalam edukasi yang ditekankan adalah komunikasi interpersonal
antara perawat dengan klien. Klien lebih banyak diberikan
kesempatan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitannya dan
perawatan memfasilitasi untuk menemukan solusi.
Pada sesi ini dilakukan diruang rawat ruang ruby RS lavalette.
METODE
Diskusi
Tanya jawab
- Focusing
- Rewarding
- Reflecting
- Silence
- Motivational interviewing
(harusdilakukansaatpraktikum)
Perlu diperhatikan disini adalah perawat
tidak boleh menyalahkan klien meskipun
apa yang dilakukan oleh klien adalah
salah/tidak tepat
ex :baik bu, saya akan mencoba
memberikan cara alternative agar ibu bias
mendapatkan tidur yang berkualitas.
MINGGU KE-2
Oleh:
S O A P I E
Pasien Edema Diagnosa Tujuan NIC: Fluid/Electrolite S
mengatakan Pitting edema Medis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Management Pasien mengatakan
CKD dan HD selama 1x24 jam diharapkan kelebihan
tubuhnya 1.Memonitor BB pasien tubuhnya bengkak
Gelisah volume cairan dapat teratasi atau 2.Memonitor tanda-
bengkak Penambahan berat Diagnosa berkurang tanda kesulitan terutama pd kaki
Keperawata NOC: “Fluid Overload Severity” pernapasan (dispnea,
terutama pd badan dalam waktu takipnea, dan nafas
n No Outcome 1 2 3 4 5 O
kaki Kelebihan 1. edema √ √ dangkal)
singkat Pitting edema
2. TTV dalam √ √ 3.Memonitor TTV
Volume Cairan 4.Memonitor Intake dan
Perubahan berat batas normal Gelisah
jenis urine Output
3. Elektrolit √ √ Penambahan berat
5.Memonitor perubahan
serum dalam BB pasien setelah badan dalam waktu
batas normal dialisis
4 Irama jantung 6.Memonitor respon singkat
dan hemodinamik pasien Perubahan berat jenis
pernapasan untuk dialisis urine
5 reguler 7.mengubah
BB stabil posisi/tinggikan bagian
tubuh pasien yang A
NIC: Fluid/Electrolite Management Masalah teratasi
mengalami edema
1. Monitor BB pasien 8.mengajarkan pasien sebagian sesuai dengan
2. Monitor tanda-tanda kesulitan pernapasan tentang rasional indikator NOC
(dispnea, takipnea, dan nafas dangkal) pemenuhan
3. Monitor TTV kebutuhan cairan dan P
4. Monitor Intake dan Output nurisi Lanjutkan intervensi
NIC: Fluid/Electrolite
5. Monitor perubahan BB pasien setelah dialisis 9. Menyiapkan
Management
6. Monitor respon hemodinamik pasien untuk pasien untuk terapi
dialisis dialisis 1,2,3,4,5,6
7. Ubah posisi/tinggikan bagian tubuh pasien
yang mengalami edema
8. Ajarkan pasien tentang rasional pemenuhan
kebutuhan cairan dan nurisi
9. Menyiapkan pasien untuk terapi dialisis
Nama Pasien : Ny Erna Hari/Tanggal : senin, 15 April 2019
No. Rekam Medis Pasien : 18038xxx Diagnosa Medis : CKD dan HD
S O A P I E