Anda di halaman 1dari 22

PRAKTEK

PERMODELAN
KEBIJAKAN
PERTEMUAN 5
Herman, IPDN Kampus NTB 1
TIPE AGENDA KEBIJAKAN

Herman, IPDN Kampus NTB 2


Level Kebijakan
di Pemerintah Indonesia

Herman, IPDN Kampus NTB 3


Herman, IPDN Kampus NTB 4
Implementasi Formulasi
Kebijakan

Elit
Kelompok
Rasional
Incremen
Mixed Scanning
Strategi

Herman, IPDN Kampus NTB 5


PENENTUAN MODEL KEBIJAKAN YANG DIPILIH

Herman, IPDN Kampus NTB 6


Model-model
Formulasi Kebijakan

Herman, IPDN Kampus NTB 7


Model-model elitis

• Menurut C. Wright Mill dalam


Budi winarno (2012:46) dalam
bukunya The power Elit,
mengatakan bahwa semua
Model Elitis kebijakan besar dan
ditentukan
penting oleh sekelompk elit
individu, yang memiliki
kedudukan sangat kuat.
MODEL ELIT – MASSA:
• Model ini mrpk abstraksi dr suatu pembuatan public
policy (PP); yg identik dg perspektif elite politik.
• 2 lapisan kelompok sosial: 1) lapisan atas dg jumlah
yg sangat kecil (elit) yg selalu mengatur; 2) lapisan
bawah (mass) dg jumlah yg sangat besar sbg yg
diatur, PP mencerminkan kehendak atau nilai-nilai elit
yg berkuasa.
MODEL ELIT – MASSA:
• Isu kbjk yg akan masuk agenda perumusan kbjk mrpk
kesepakatan & juga hasil konflik yg terjadi di antara
elit politik sendiri.
Masyarakat tdk memiliki kekuatan utk mempengaruhi &
menciptakan opini tentang isu kbjk yg seharusnya menjadi
agenda politik di tingkat atas. Sementara birokrat/
administrator hanya mjd mediator bagi jalannya informasi
yg mengalir dr atas ke bawah.

Elit politik selalu ingin


mempertahankan status quo, mk
kbjknya menjadi konservatif.
Perubahan kbjk bersifat
inkremental maupun trial and
error yg hanya mengubah atau
memperbaiki kbjk
sebelumnya.
Namun, tdk berarti bhw kbjk yg dibuat tdk mementingkan
aspirasi masyarakat. Sampai level ttt, mereka tetap
membutuhkan dukungan massa, shg mereka juga hrs
memuaskan sebagian kepentingan masyarakat.
Tanggung jawab utk mensejahterakan masyarakat
dianggap terletak di tangan elit, bukan di tangan
masyarakat.

Di Indonesia peranan elit dlm kehidupan politik


cukup menonjol. Model ini dapat menjadi salah
satu alat analisis untuk mengupas proses
perumusan PP
Kebijakan publik
dan interaksi politik

Analisis Kebijakan (policy analysis)


◊ Fokus : studi pembuat keputusan
(decision making) dan penetapan
kebijakan (policy formation)


Kebijakan Publik Politik (political
public policy)
◊ Hasil dan outcame kebijakan publik,
melihat interaksi politik sebagai
faktor penentu
•Kebijakan publik yang disusun melalui
proses yang benar dengan dukungan
teori yang kuat memiliki posisi yang
kuat terhadap kritik dari lawan
politiknya.

•Kebijakan tdk mudah dicabut krn


alasan kepentingan sesaat lawan politik
• Model Elit-Massa

Menurut Gaetano Mosca dalam



setiap struktur sosial masyarakat
terbagi atas dua kelas, yaitu kelas
yang menguasai yang jumlahnya
sedikit (disebut elit), dan kelas yang
dikuasai yang jumlahnya lebih besar
• (disebut massa).
• Model Elit-Massa

Dalam model ini, kebijakan publik lahir sebagai


penentuan nilai-nilai yang berasal dari
• kalangan elit. Opini masyarakat dibentuk oleh
elit dan disosialiasikan kepada masyarakat
luas. Dengan demikian, kebijakan publik lahir
melalui proses yang mengalir dari tingkat elit ke
tingkat masyarakat (top-down).
Masyarakat luas hanya menjadi obyek dari
• kebijakan publik yang dihasilkan.


• Model Elit-Massa

Partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam


• proses pembuatan kebijakan dengan
sendirinya kecil atau tidak ada (lihat Bagan).


Bagan Elit – Massa

ELIT
Pengarahan
Policy

PEJABAT
PEMERINTAH

(PELAKSANA)
Pelaksanaan
Policy

MASSA
Elite
Policy
Direction
Officials and
Administrators

Policy Execution

Mass
Lanjutan

Mengacu pada Thomas R. Dye dan Harmon Zeigler,


model elit – massa dalam proses pembuatan
kebijakan publik secara lebih jelas dipaparkan oleh
Lester dan Stewart[2].Pertama, dalam suatu negara,
struktur sosial masyarakat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu kelompok elit berkuasa dengan
jumlah yang kecil dan kelompok massa yang
• dikuasai oleh kelompok elit dengan jumlah yang
lebih besar. Kelompok elit secara dominan
membentuk dan mensosialisasikan nilai-nilai
kepada seluruh masyarakat, sedangkan masyarakat
tidak terlibat dalam menentukan kebijakan publik.
Kedua, kelompok elit yang menguasai kurang
atau tidak berakar pada masyarakat luas yang
• diwakilinya.
Lanjutan

Ketiga, peningkatan status kelompok
masyarakat dari non-elit menjadi elit dilakukan
secara perlahan untuk menjaga stabilitas dan
sistem kekuasaannya. Keempat, konsensus-
konsensus yang dibentuk dan idistribusikan elit
kepada masyarakat berasal dari nilai-nilai
dasar sistem sosial dan demi terjaganya
• stabilitas sistem kekuasaannya. Kelima, produk
kebijakan publik yang dihasilkan kurang atau
tidak mencerminkan kepentingan
masyarakatnya, namun didominasi oleh
kepentingan dari elit yang berkuasa tersebut.
Dan keenam, elit lebih mendominasi dan
• mempengaruhi massa, bukan sebaliknya.
Model Elit-Massa

Herman, IPDN Kampus NTB 22

Anda mungkin juga menyukai