Anda di halaman 1dari 18

MEMECAHKAN PERMASALAHAN DI KELAS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata


kuliah Pengelolaan Kelas

Dosen Pengampu:
Siti Rohmaturrosyidah Ratnawati, M. Pd. I.

Disusun Oleh:
MUHAMMAD BAHRUL HAKAIK (201210273)
MUHAMMAD IRSYADUDDIN AN-NAFIS

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
MEI 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas merupakan aset bangsa dan
negara dalam melaksanakan pembangunan nasional di berbagai sektor dan dalam
menghadapi tantangan kehidupan masyarakat dalam era globalisasi. Sumber daya
manusia ini tiada lain ditentukan oleh hasil produktivitas lembaga-lembaga
penyelenggara pendidikan, yang terdiri atasi jalur sekolah dan luar sekolah, serta secara
spesifik merupakan hasil proses belajar-mengajar di kelas. Pendidikan jalur sekolah
terdiri atas tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi serta bersifat formal, karena dilaksanakan secara berkesinambungan dan adanya
saling keterkaitan dalam kurikulum yang diajarkan. Jenjang pendidikan yang lebih tinggi
baru bisa diikuti apabila jenjang sebelumnya telah selesai diikuti dan berhasil.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut Pemerintah Republik
Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan
pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan
kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan
sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat dihasilkan
manusia yang kreatif yang sesuai dengan tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu
pendidikan di Indonesia meningkat.

1
1
B. Rumusan Masalah

1. Apa permasalahan dalam pengelolaan kelas?

2. Apa saja alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan pengelolaan


kelas?

3. Apa saja peraturan kelas?

4. Bagaimana indikator keberhasilan pengelolaan kelas


C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui apa permasalahan dalam pengelolaan kelas

2. Untuk mengetahui alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan


pengelolaan kelas

3. Untuk mengetahui peraturan kelas

4. Untuk menjelaskan tentang indikator keberhasilan pengelolaan kelas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan dalam pengelolaan kelas

Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan
atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan
atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar
dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua
jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan
menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi
tanggungjawabnya.

1. Masalah Individual
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa
tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap
individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya
berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa
dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat
jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu:

a. Tingkah laku menarik perhatian orang lain


Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar
dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara
aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain.
Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada
anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat onar,
memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang
rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat
dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta
bantuan orang lain.

b. Mencari kekuasaan

3
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang
destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka
mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak
mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap
tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada
anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak
melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras
kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.

c. Menuntut balas
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam
dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan
menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar,
menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha,
ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak
seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan
pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak
yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif
daripada pasif.Anak anak penuntut balas yang aktif sering dikenal
sebagai anakanak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal
sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menentang).

d. Memperlihatkan ketidakmampuan.
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya
merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang
dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap
tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa
yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.Perasaan
tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah
laku mengundurkan atau memencilkan diri.Sikap yang memperlihatkan
ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.

4
2. Masalah Kelompok

Berdasarkan pengalaman guru di lapangan. Masalah-masalah yang timbul di


dalam pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Masalah pengarahan
Di waktu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar-
mengajar, kebanyakan guru kurang memiliki keterampilan dalam:
1) Berorientasi kepada tujuan pelajaran.
2) Mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa.
3) Memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus.
4) Menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan
siswa.
5) Merumuskan tujuan instruksional jelas.

Keadaan ini mengakibatkan secara jelas terhadap tujuan mempelajari


materi tersebut, mereka tidak mendapat kepuasan dalam menerima
pelajaran, siswa menyadari bahwa tujuan pelajaran yang diberikan guru
tidak relevan dengan kebutuhannya tidak bermakna bagi kehidupannya di
kemudian hari.

b. Masalah evaluasi dan penilaian


Guru dalam tugasnya untuk merencanakan, melaksanakan evaluasi dan
menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
1) Guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak jelas
2) Prosedur evaluasi tidak jelas
3) Guru tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan
efektif.
4) Kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam.
5) Guru kurang menguasai teknik-teknik evaluasi.
6) Guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan umpan
balik.

Dengan evaluasi yang semacam itu siswa yang menerima evaluasi tidak
puas. Mereka tidak mengerti arti angka-angka yang diterimanya. Guru

7
juga tidak mengetahui apakah muridnya sudah mempelajari materi
pelajaran yang diberikan atau belum. Guru tidak mengerti bahwa pada
siswa sudah ada perubahan tingkah laku, sebagai pengaruh pengajaran
yang diberikan atau tidak.

c. Masalah isi dan urut-urutan pelajaran


Dalam membuat perencanaan pengajaran, yang kemudian akan
dilaksanakan dan dievaluasi, guru dalam menyusun isi dan urutan bahan
pelajaran menemukan masalah sebagai berikut:
1) Guru kurang menguasai materi
2) Materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan
3) Materi yang diberikan sangat luas
4) Guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan
waktu yang tersedia
5) Guru kurang terampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran.
6) Guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang
diberikannya.
7) Guru kurang mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi
pelajaran yang diberikan.

d. Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran


Agar guru dapat menyajikan bahan pelajaran dengan menarik dan
berhasil, maka perlu menguasai beberapa teknik sistem penyajian. Juga
dapat memilih siswa penyajian yang tepat untuk setiap materi tertentu
yang akan disajikan, ataupun dapat membuat variasi dalam menyajikan
bahan tersebut. Namun dengan demikian dalam pengamatan pelaksanaan
pengajaran itu para guru menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
1) Guru kurang menguasai beberapa siswa penyajian yang menarik dan
efektif.
2) Pemilihan metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi
pelajaran.
3) Kurang terampil dalam menggunakan metode
4) Sangat terikat pada satu metode saja
5) Guru tidak memberikan umpan balik pada tugas yang dikerjakan

7
siswa.1

B.Alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan pengelolaan kelas

Upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah dalam pengelolaan


kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan,diantaranya sebagai
berikut:

1. Behavior -Modification Approach (Behaviorism Apparoach) :

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa


perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya
memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian
positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative
reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Namun demikian, dalam
penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati,
karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.

2. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach) :

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses


belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal
yang baik antara peserta didik - guru dan atau peserta didik - peserta didik
dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional
yang baik. Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap
tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai
peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan
mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic
understanding). Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam
memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan
pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan
rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif
penyelesaian. Selain itu juga dikemukakan William Glasser bahwa guru
sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan
masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun
rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap

1
Azman, Zainal, “PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN”, Jurnal STAI Silampari
Lubuklinggau, Vol. 2, No. 02. Januari 2020
7
rencana yang telah dibuat memupuk keberanian menanggung akibat “kurang
menyenangkan” : serta membantu peserta didik membuat rencana
penyelesaian baru yang lebih baik. Sementara itu, Rudolf Draikurs
mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul
tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat
secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan
masyarakat.

3. Group Process Approach

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa


pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas
guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip-prinsip
dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations;
(b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d)
communication; (d) cohesiveness.

4. Pendekatan Otoriter

Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat


kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana
kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa
ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau
kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan: a. Perintah dan larangan b.
Penekanan dan penguasaan c. Penghukuman dan pengancaman d.
Pendekatan perintah dan larangan.

5. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan

Pengajar memandang peserta didik telah mampu melakukan sesuatu


dengan prosedur yang benar “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”,
demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang
menguntungkan lagi kalau selama peserta didik bekerja sendiri, pengajar juga
aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan

7
atau disusun.2

2
Azman, Zainal, “PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN”, Jurnal STAI Silampari
Lubuklinggau, Vol. 2, No. 02. Januari 2020

7
tujuan pembelajaran itupun ada 3 (tiga) formasi yang diteliti yaitu: Formasi Huruf U,
Kelas Tradisional (sebagai kelas kontrol) dan Formasi Corak Tim :
1. Formasi U
Pada Formasi huruf U, susunan meja dan kursi diatur seperti
huruf U. Tempat duduk dosen bisa diletakkkan di ujung huruf U
atau berada ditengahnya dengan membiarkan bagian tengah
kosong, sehingga tipe layout tempat duduk ini mendukung
interaksi langsung antara dosen dan mahasiswa, dan juga antara
mahasiswa dan teman sekelasnya. Formasi ini dapat digunakan
untuk berbagai tujuan pembelajaran seperti diskusi kelas, diskusi
grup, ceramah, presentasi, dan sebagainya.
Dalam aplikasinya, kelas berinteraksi dalam format kelompok
yang besar tetapi tetap memberikan peluang untuk dosen
berinteraksi dengan mahasiswa satu demi satu, serta mahasiswa
tetap bisa berinteraksi atau saling bertatap muka tanpa halangan,
walaupun ada berberapa sudut yang tidak langsung bertatap muka
sekaligus, selain itu jenis formasi U memungkinkan mahasiswa
bisa mengerjakan tugas langsung dari tempat duduknya.
2. Kelas Tradisional
Model penataan tempat duduk ini adalah yang paling umum
digunakan di seluruh dunia yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Model ini
digunakan dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dan
bahkan digunakan pada Perguruan Tinggi.

7
Model ini sangat membatasi proses pembelajaran terutama
dalam hal mobilitas mahasiswa dan dosen dan interaksi antar
mahasiswa. Mahasiswa yang kurang aktif akan memilih untuk
duduk di bagian belakang yang paling jauh dari pengajar.
3. Formasi Corak Tim
Model penataan tempat duduk ini adalah yang paling umum
digunakan di seluruh dunia yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Model ini
digunakan dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dan
bahkan digunakan pada Perguruan Tinggi.
Model ini sangat membatasi proses pembelajaran terutama
dalam hal mobilitas mahasiswa dan dosen dan interaksi antar
mahasiswa. Mahasiswa yang kurang aktif akan memilih untuk
duduk di bagian belakang yang paling jauh dari pengajar.6

C. Pengaturan Media Dan Sarana Prasarana Pembelajaran

Sarana dan prasarana merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara


langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang
kelas, kursi, meja, serta media pengajaran. Adapun sarana dan prasarana
pendidikan merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pengajaran, seperti halaman, taman sekolah, kebun, dan jalan menuju
sekolah.7
Pengelolaan sarana dan prasarana sangat penting karena dengan adanya
pengelolaan sarana dan prasarana lembaga pendidikan akan terpelihara dan
jelas kegunaanya. Sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu
tolok ukur dari mutu sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan
sarana dan prasarana yang tidak dioptimalkan dan dikelola dengan baik untuk

6
Maria Istiqoma, “PENGARUH PENGATURAN TEMPAT DUDUK TERHADAP
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI PRODI ARSITEKTUR ITN
MALANG”, Jurnal Pawon , Vol 2 No 1 (2018) :61-63
7
Sri Herawati, “Manajemen Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pembelajaran”, Innovative
Education Journal , Vol 2 No 3 (2020):23
7
itu diperlukan pemahaman dan pengaplikasian manajemen sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan berbasis sekolah.
Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan
pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan
dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan
efisien.proses pembelajaran akan berhasil dengan adanya sarana dan prasarana
yang memadai dan menjadi penunjang dalam proses pembelajaran.
Agar semua fasilitas tersebut memberikan kontribusi yang berarti pada
jalannya proses pendidikan, hendaknya dikelola dengan dengan baik.
Pengelolaan yang dimaksud meliputi:
1) Perencanaan
Proses yang dilakukan pertama dalam sebuah pengelolaan
sarana pendidikan adalah perencanaan kebutuhan. Proses ini sangat
penting untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan yang tidak
diharapkan. Perencanaan yang matang akan membuat suatu
kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan memudahkan para pengelola untuk
mengetahui anggaran yang harus disediakan untuk pelaksanaan
kegiatan tersebut.
2) Pengadaan
Untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya untuk pengadaan tanah
bisa dilakuakn dengan cara membeli, menerima hibah, menerima
hak pakai, menukar dan sebgainya. Dalam pengadaan
gedung/bangunan dapat dilakukan dengan cara membangun baru,
memebeli, menyewa, menerima hibah, atau menukar bangunan.
Untuk pengadaan perlengkapan atau perabot sekolah dapat
dilkukan dengan jalan membeli.

7
3) Inventarisasi
Semua srana dan prasaran sekolah hendaknya diinventarisir,
melalui inventarisasi memungkinkan dapat dikethui jumlah, jenis
barang, kualitas, tahun pembuatan, merek.ukuran, haraga dan
sebagainya. Khususnya untuk sarana dan prasarana pendidikan
yang berasal dari pemerintah (milik Negara) wajib diadakan
inventarisasi secara cermat, dengan menggunakan format-format
yang telah ditetapkan.
4) Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan,
penyelenggaraan dan pengaturan persediaan media di dalam ruang
penyimpanan/gudang. Penyimpanan hanya bersifat sementara, dan
dilakukan agar barang yang sudah diadakan tidak rusak sebelum
tiba saat pemakaian.
5) Penataan
sarana dan prasarana merupakan sumber utama yang
memerlukan penataan sehingga fungsional, aman dan atrktif unutk
keperluan proses-proses belajar di sekolah. Secara fisik sarana dan
prasarana harus menjamin adanya kondisi yang higienik dan secara
psikologis dapat menimbulkan minat belajar, hampir dari separuh
waktunya siswa-siswa bekerja, belajar dan bermain di sekolah,
karena itu lingkungan sekolah (sarana dan prasarana) harus aman,
sehat, dan menimbulkan presefsi positif bagi siswa-siswanya.
6) Penggunaan
Penggunaan atau pemakaian sarana dan prasarana pendidikan
disekolah merupakan tanggungjawab kepala sekolah pada setiap
jenjang pendidikan. Untuk kelancaran kegiatan tersebut, bagi
kepala sekolah yang mempunyai wakil bidang sarana dan prasarana
atau petugas yang berhubungan dengan penanganan saran dan
prasarana sekolah diberi tanggung jawab untuk menyusun jadwal
tersebut.

7
7) Pemeliharaan
Perlunya pemeliharaan yang baik terhadap bangunan, perabot
dan perlengkapan sekolah dikarenakan kerusakan sebenarnya telah
dimulai semenjak hari pertama gedung, perabot dan perlengkapan
itu diterima dari pihak pemborong, penjual atau pembeli sarana
tersebut, kemudian disusul oleh proses kepunahan, meskipun
pemeliharaan yang baik telah dilakukan terhadapa sarana tersebut
selama dipergunakan.8

Amdi Nur Arifin, PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA UNTUK


8

PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF, Universitas Negeri Surabaya,(2014):1-4

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan atau usaha mengatasi suatu


masalah, yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan suasana kelas yang
menunjang program pembelajaran berjalan dengan efektif. Pembelajaran yang
efektif dapat dilakukan dengan menciptakan motivasi siswa untuk selalu ikut
terlibat dan berperan serta dalam proses pembelajaran di kelas.
Agar tercipta suasana pembelajaran yang efektif, yaitu dengan
menciptakan rasa nyaman, menyenangkan dan memotivasi sehingga menjadi
pendorong dan penyemangat belajar siswa. Oleh karena itu keberhasilan dalam
proses pembelajaran siswa harus didukung oleh guru yang berkompeten.
B. Saran

Kemampuan mengelola kelas merupakan suatu kegiatan atau usaha


mengatasi suatu masalah, yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
suasana kelas yang menunjang program pembelajaran berjalan dengan efektif.
Pembelajaran yang efektif dapat dilakukan dengan menciptakan motivasi siswa
untuk selalu ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pembelajaran di
kelas.
Jadi dalam hal ini kemampuan guru dalam mengelola kelas, sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan bisa menciptakan
suasana kelas yang tentram, nyaman , dan kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Adiarti, Wulan."PENGATURAN RUANG KELAS UNTUK INCLUSIVE PRESCHOOL


(STUDI KASUS DI TK AL-FALAH CIRACAS JAKARTA TIMUR)", JURNAL
PENDIDIKAN ANAK, Vol.1 No.2,(2012):189

Ismah,Budiyati Utami, “PENGATURAN RUANG KELAS”, Jurnal Cakrawala


Ilmiah,Vol.1,No.10 (2022):2594

Asmara Yeni, Nindianti, Dina Sri,” URGENSI MANAJEMEN KELAS UNTUK


MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN”,Jurnal Pendidikan Sejarah Dan
Kajian Sejarah,Vol.1 No. 1,(2019):21

Suryana dkk, Manajemen Pengelolaan Kelas, (Bandung: Indonesia emas group ,2022)
230

Istiqoma Maria, “PENGARUH PENGATURAN TEMPAT DUDUK TERHADAP


EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI PRODI
ARSITEKTUR ITN MALANG”, Jurnal Pawon , Vol 2 No 1 (2018) :61-63

Herawati Sri, “Manajemen Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pembelajaran”,


Innovative Education Journal , Vol 2 No 3 (2020):23

Arifin , Nur Amdi, PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA UNTUK


PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF, Universitas Negeri Surabaya,(2014):1-4

Anda mungkin juga menyukai