Dosen Pengampu:
Siti Rohmaturrosyidah Ratnawati, M. Pd. I.
Disusun Oleh:
MUHAMMAD BAHRUL HAKAIK (201210273)
MUHAMMAD IRSYADUDDIN AN-NAFIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas merupakan aset bangsa dan
negara dalam melaksanakan pembangunan nasional di berbagai sektor dan dalam
menghadapi tantangan kehidupan masyarakat dalam era globalisasi. Sumber daya
manusia ini tiada lain ditentukan oleh hasil produktivitas lembaga-lembaga
penyelenggara pendidikan, yang terdiri atasi jalur sekolah dan luar sekolah, serta secara
spesifik merupakan hasil proses belajar-mengajar di kelas. Pendidikan jalur sekolah
terdiri atas tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi serta bersifat formal, karena dilaksanakan secara berkesinambungan dan adanya
saling keterkaitan dalam kurikulum yang diajarkan. Jenjang pendidikan yang lebih tinggi
baru bisa diikuti apabila jenjang sebelumnya telah selesai diikuti dan berhasil.
1
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan
atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan
atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar
dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua
jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan
menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi
tanggungjawabnya.
1. Masalah Individual
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa
tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap
individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya
berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa
dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat
jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu:
b. Mencari kekuasaan
3
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang
destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka
mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak
mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap
tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada
anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak
melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras
kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c. Menuntut balas
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam
dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan
menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar,
menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha,
ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak
seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan
pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak
yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif
daripada pasif.Anak anak penuntut balas yang aktif sering dikenal
sebagai anakanak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal
sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menentang).
d. Memperlihatkan ketidakmampuan.
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya
merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang
dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap
tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa
yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.Perasaan
tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah
laku mengundurkan atau memencilkan diri.Sikap yang memperlihatkan
ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
4
2. Masalah Kelompok
Dengan evaluasi yang semacam itu siswa yang menerima evaluasi tidak
puas. Mereka tidak mengerti arti angka-angka yang diterimanya. Guru
7
juga tidak mengetahui apakah muridnya sudah mempelajari materi
pelajaran yang diberikan atau belum. Guru tidak mengerti bahwa pada
siswa sudah ada perubahan tingkah laku, sebagai pengaruh pengajaran
yang diberikan atau tidak.
7
siswa.1
1
Azman, Zainal, “PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN”, Jurnal STAI Silampari
Lubuklinggau, Vol. 2, No. 02. Januari 2020
7
rencana yang telah dibuat memupuk keberanian menanggung akibat “kurang
menyenangkan” : serta membantu peserta didik membuat rencana
penyelesaian baru yang lebih baik. Sementara itu, Rudolf Draikurs
mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul
tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat
secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan
masyarakat.
4. Pendekatan Otoriter
7
atau disusun.2
2
Azman, Zainal, “PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN”, Jurnal STAI Silampari
Lubuklinggau, Vol. 2, No. 02. Januari 2020
7
tujuan pembelajaran itupun ada 3 (tiga) formasi yang diteliti yaitu: Formasi Huruf U,
Kelas Tradisional (sebagai kelas kontrol) dan Formasi Corak Tim :
1. Formasi U
Pada Formasi huruf U, susunan meja dan kursi diatur seperti
huruf U. Tempat duduk dosen bisa diletakkkan di ujung huruf U
atau berada ditengahnya dengan membiarkan bagian tengah
kosong, sehingga tipe layout tempat duduk ini mendukung
interaksi langsung antara dosen dan mahasiswa, dan juga antara
mahasiswa dan teman sekelasnya. Formasi ini dapat digunakan
untuk berbagai tujuan pembelajaran seperti diskusi kelas, diskusi
grup, ceramah, presentasi, dan sebagainya.
Dalam aplikasinya, kelas berinteraksi dalam format kelompok
yang besar tetapi tetap memberikan peluang untuk dosen
berinteraksi dengan mahasiswa satu demi satu, serta mahasiswa
tetap bisa berinteraksi atau saling bertatap muka tanpa halangan,
walaupun ada berberapa sudut yang tidak langsung bertatap muka
sekaligus, selain itu jenis formasi U memungkinkan mahasiswa
bisa mengerjakan tugas langsung dari tempat duduknya.
2. Kelas Tradisional
Model penataan tempat duduk ini adalah yang paling umum
digunakan di seluruh dunia yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Model ini
digunakan dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dan
bahkan digunakan pada Perguruan Tinggi.
7
Model ini sangat membatasi proses pembelajaran terutama
dalam hal mobilitas mahasiswa dan dosen dan interaksi antar
mahasiswa. Mahasiswa yang kurang aktif akan memilih untuk
duduk di bagian belakang yang paling jauh dari pengajar.
3. Formasi Corak Tim
Model penataan tempat duduk ini adalah yang paling umum
digunakan di seluruh dunia yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Model ini
digunakan dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dan
bahkan digunakan pada Perguruan Tinggi.
Model ini sangat membatasi proses pembelajaran terutama
dalam hal mobilitas mahasiswa dan dosen dan interaksi antar
mahasiswa. Mahasiswa yang kurang aktif akan memilih untuk
duduk di bagian belakang yang paling jauh dari pengajar.6
6
Maria Istiqoma, “PENGARUH PENGATURAN TEMPAT DUDUK TERHADAP
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI PRODI ARSITEKTUR ITN
MALANG”, Jurnal Pawon , Vol 2 No 1 (2018) :61-63
7
Sri Herawati, “Manajemen Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pembelajaran”, Innovative
Education Journal , Vol 2 No 3 (2020):23
7
itu diperlukan pemahaman dan pengaplikasian manajemen sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan berbasis sekolah.
Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan
pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan
dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan
efisien.proses pembelajaran akan berhasil dengan adanya sarana dan prasarana
yang memadai dan menjadi penunjang dalam proses pembelajaran.
Agar semua fasilitas tersebut memberikan kontribusi yang berarti pada
jalannya proses pendidikan, hendaknya dikelola dengan dengan baik.
Pengelolaan yang dimaksud meliputi:
1) Perencanaan
Proses yang dilakukan pertama dalam sebuah pengelolaan
sarana pendidikan adalah perencanaan kebutuhan. Proses ini sangat
penting untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan yang tidak
diharapkan. Perencanaan yang matang akan membuat suatu
kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan memudahkan para pengelola untuk
mengetahui anggaran yang harus disediakan untuk pelaksanaan
kegiatan tersebut.
2) Pengadaan
Untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya untuk pengadaan tanah
bisa dilakuakn dengan cara membeli, menerima hibah, menerima
hak pakai, menukar dan sebgainya. Dalam pengadaan
gedung/bangunan dapat dilakukan dengan cara membangun baru,
memebeli, menyewa, menerima hibah, atau menukar bangunan.
Untuk pengadaan perlengkapan atau perabot sekolah dapat
dilkukan dengan jalan membeli.
7
3) Inventarisasi
Semua srana dan prasaran sekolah hendaknya diinventarisir,
melalui inventarisasi memungkinkan dapat dikethui jumlah, jenis
barang, kualitas, tahun pembuatan, merek.ukuran, haraga dan
sebagainya. Khususnya untuk sarana dan prasarana pendidikan
yang berasal dari pemerintah (milik Negara) wajib diadakan
inventarisasi secara cermat, dengan menggunakan format-format
yang telah ditetapkan.
4) Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan,
penyelenggaraan dan pengaturan persediaan media di dalam ruang
penyimpanan/gudang. Penyimpanan hanya bersifat sementara, dan
dilakukan agar barang yang sudah diadakan tidak rusak sebelum
tiba saat pemakaian.
5) Penataan
sarana dan prasarana merupakan sumber utama yang
memerlukan penataan sehingga fungsional, aman dan atrktif unutk
keperluan proses-proses belajar di sekolah. Secara fisik sarana dan
prasarana harus menjamin adanya kondisi yang higienik dan secara
psikologis dapat menimbulkan minat belajar, hampir dari separuh
waktunya siswa-siswa bekerja, belajar dan bermain di sekolah,
karena itu lingkungan sekolah (sarana dan prasarana) harus aman,
sehat, dan menimbulkan presefsi positif bagi siswa-siswanya.
6) Penggunaan
Penggunaan atau pemakaian sarana dan prasarana pendidikan
disekolah merupakan tanggungjawab kepala sekolah pada setiap
jenjang pendidikan. Untuk kelancaran kegiatan tersebut, bagi
kepala sekolah yang mempunyai wakil bidang sarana dan prasarana
atau petugas yang berhubungan dengan penanganan saran dan
prasarana sekolah diberi tanggung jawab untuk menyusun jadwal
tersebut.
7
7) Pemeliharaan
Perlunya pemeliharaan yang baik terhadap bangunan, perabot
dan perlengkapan sekolah dikarenakan kerusakan sebenarnya telah
dimulai semenjak hari pertama gedung, perabot dan perlengkapan
itu diterima dari pihak pemborong, penjual atau pembeli sarana
tersebut, kemudian disusul oleh proses kepunahan, meskipun
pemeliharaan yang baik telah dilakukan terhadapa sarana tersebut
selama dipergunakan.8
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suryana dkk, Manajemen Pengelolaan Kelas, (Bandung: Indonesia emas group ,2022)
230