Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EMBRIOLOGI

PERKEMBANGAN KELENJAR PITUITARI (HIPOFISIS)

NAMA : ALFIAN SILVIA KRISNASARI

NIM : 15/387971/PKU/15193

DEPARTEMEN ANATOMI DAN EMBRIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
PERKEMBANGAN HIPOFISIS

Hipofisis disebut juga sebagai kelenjar pituitari. Kata hipofisis berasal dari bahasa
yunani, hypo yang berarti dibawah dan physis yang berarti pertumbuhan. Kelenjar hipofisis
terletak di hipofiseal fossa sella tursika di tulang spenoidale dengan tangkai pituitary
(infundibulum). Berat kelenjar hipofisis adalah 0,5 gr dengan diameter 1-5 cm dan ukuran
normal pada manusia 10 x 13 x 16 mm. (Guyton & Hall, 2008)

Selama embriogenesis, sebagian hipofisis berkembang dari kavitas oral primitive


(ektoderm oral) dan sebagian lagi berasal dari jaringan saraf.
A. Infundibulum dan kantong Rathke berkembang dari lapisan ektoderm neural dan
ektoderm oral
B. Kantong Rathke menyempit di bagian basal
C. Kantong Rathke terpisah dari epitel oral
D. Adenohipofisis terbentuk dari pengembangan dari pasr distalis, pars tuberalis, dan pars
intermedia sementara neurohipofisis terbentuk dari perkembangan pars nervosa, batang
infundibulum dan eminensia medianan. (Guyton & Hall, 2008).
Kelenjar hipofisis dapat dibagi bagi menjadi bagian yang berbeda, yaitu
1. Adenohipofiis (hipofisis anterior)
Hanya terdiri dari epitel kelenjar (adeno artinya kelenjar). Merupakan bagian dari hipofisis
yang berkembang dari ektoderm. Terdapat pars distalis, pars tuberalis, dan pars intermedia.
2. Neurohipofisis (hipofisis posterior)
Merupakan bagian dari hipofisis yang berkembang dari jaringan saraf. terdapat pars nervosa,
bagian yang paling besar dan infundibulum yang terdiri dari eminentia mediana dan stem.
3. Pars intermedia
Merupakan daerah kecil avaskuler yang terletak diantara adenohipofisis dan neurohipofisis.
Pada manusia nyaris tidak terdapat hipofisis pars intermedia, namun ada pada beberapa jenis
hewan tingkat rendah dan ukurannya jauh lebih besar serta jauh lebih berfungsi. (Guyton &
Hall, 2008; Sherwood, 2011)

Perkembangan pituitari (Hipofisis)

Hipofisis, atau kelenjar pituitari, berkembang dari dua bagian yang berbeda:

(1) ectodermal dari stomodeum yang (rongga mulut primitif) langsung di depan
membran orofaringeal, dikenal sebagai kantong Rathke.
(2) perpanjangan bawah dari diencephalon membentuk infundibulum.

Ketika embrio adalah sekitar 3 minggu , kantong Rathke muncul dari hasil evaginasi
oral cavity dan kemudian tumbuh menuju ke arah dorsal infundibulum. Pada akhir bulan
kedua, hubungan dengan oral cavity hilang dan kemudian lebih dekat dengan infundibulum.
Selama pengembangan lebih lanjut, jumlah sel-sel di dinding anterior dari kantong Rathke
meningkat pesat dan membentuk lobus anterior (adenohypophysis). Dinding posterior dari
kantong Rathke berkembang menjadi pars intermedia, infundibulum berkembang menjadi
batang/tangkai dan pars nervosa, atau lobus posterior hipofisis (Neurohypophysis) yang
terdiri dari sel-sel neuroglia dan sejumlah serabut saraf dari daerah hipotalamus (Sadler,
2015).

Gambar 1. Perkembangan Kelenjar Hipofisis (Singh, 2012)

Gambar 2. Kelenjar Hipofisis (Singh, 2012)


Kantong Rathke berkembang dari stomodeum, terlihat bagian seperti sayap yang
membuka ke bagian kanan dan kiri. Bagian tengah pada primordium nasal terlihat pada awal
berakhirnya hubungan dengan dienchepalon. Sel pada dinding divertikulum rathke sama
dengan sel yang terdapat pada neural tube yang terbentuk. Terdapat pseudostriated columnar
ephitelium pada bagian oral cavity. Divertikulum dienchepalon terlihat pada akhir minggu
ke-5 kehamilan hingga minggu ke-6 kehamilan. Bagian berhubungan antara dienchepalon
dan kantong Rathke berpindah dari dinding anterior menuju divertikulum dinding posterior
dari Rathke. Pada periode ini bagian yang berhubungan antara pituitari primordium dan
dienchepalon terletak pada bagian tengah dinding anterior dan bagian tengah dari upper
dinding posterior.

Pada awal minggu ke-6 terjadi proliferasi kantong Rathke, kantong Rathke terbuka ke
bagian primitive oral cavity dan cavitas terututup. Pada akhir minggu ke-6 batang
pharyngohypophyseal jarang terlihat jelas, untuk menghubungkan antara bagian anterior dari
dinding posterior serta dinding anterior kantong Rathke dengan dienchepalon atau
infundibulum, kedua permukaan lateral pada ujung kantong Rathke membungkus sekitar
infundibulum. Setelah itu, sel-sel membentuk kantong rathke, sel yang berada pada bagian
yang berhubungan dengan otak ditempatkan di bagian yang berjarak lebih jauh lagi untuk
mengubah bentuk dari memanjang menjadi membulat. Selama minggu ke-7 kehamilan ,
perkembangan primordial kartilago tulang sphenoid terjadi, dan hubungan kantong Rathke
dengan stomodeum terputus. Bersamaan dengan perpindahan kantong Rathke, terjadi
perubahan cavitas pada minggu ke-8 kehamilan, Rathkes cavity terbentuk 3 divertikula yang
luas, 2 lateral dan 1 anterior. Pada minggu ke-9 kehamilan, kedua ujung dari kantong rathke
dan lebih dari separuh dinding posterior berhubungan dengan infundibulum dienchepalon.
Pada tahap perkembangan tersebut terdapat perbedaan polaritas sel dari bagian yang
terhubung dengan dienchepalon dan bagian yang tidak berhubungan dengan dienchepalon.
Pada bagian yang berhubungan dengan dienchepalon memiliki kumpulan sel seperti sel epitel
dengan nukleus berbentuk oval, sedangkan pada bagian lain nukleus berbentuk bulat dan sel
kehilangan telah kehilangan karakteristik epithel. Akibat lobulasi , struktur asinus tampak
pada bagian peripheral dari kantong rathke, karena disini epitel telah hilang.

Pada minggu ke-13 kehamilan terjadi evaginasi pada epitelium dan lipatan cavitas
dapat terlihat. Pada minggu ke-13 hanya bagian kantong Rathke yang berhubungan dengan
infundibulum, yaitu bagian ujung superior dari dinding posterior, medial dan pada bagian
dinding lateral (Fig.8). Karakteristik sel seperti epitel hanya terdapat pada bagian akntong
Rathke yang berhubungan dengan infundibulum. Pada waktu tersebut sistem portal
hyphophyseal tidak berkembang. Pada minggu ke-13 kehamilan ACTH-positive cells terlihat
menjauhi contact region diantara primordium pituitary dan mesenkim yang akan menjadi par
intermedia dan berhubungan dengan infundibulum. Tempat dimana GH, TSH- dan FSH
positive cells berpisah ketika berada pada peripheral primordium pituitari. Pada minggu ke-
21 sel pada pars intermedia ACTH positivecells dan sel positif pada hormon pituitari lainnya
terlihat. PRL cell positive dan GH terlihat berdifusi keluar dari lobus anterior dan TSH-,
LH- dan FSH cell positive berdifusi menuju lobus anterior dan pars tuberalis (Hitedoshi et
al., 1988).

Mekanisme induksi organ hipofisis didasarkan pada interaksi antara saraf dan
ektoderm oral. Sinyal BMP4 dan aktivitas FGF dari ventral diencephalon yang diperlukan
untuk pengembangan kantong definitif. Dua LIM Faktor homeobox Lhx3 / Lhx4 telah
terbukti menjadi molekul marker hipofisis yang diekspresikan bersamaan untuk pembentukan
kantong definitif dari kantong Rathke (Sheng et al., 1997). Selanjutnya gradien BMP2
ventrodorsal (Treier et al., 1998), bersama-sama dengan lawan (opposite) gradien FGF8
dorsoventral berfungsi untuk menentukan bagian ventral / fenotip sel intermediet
(gonadotropin,thyrotropes, somatotropes, lactotropes) dan fenotip sel dorsal (melanotropes
dan corticotropes), berturut-turut, selanjutnya akan terjadi pelemahan sinyal BMP2 untuk
diferensiasi bagian terminal. Akibat adanya gradien akan membangun pola ekspresi
overlapping pada beberapa faktor transkripsi di kantong Rathke, memungkinkan penentuan
posisi daritipe sel hipofisis oleh E10.5-E12.5. Beberapa faktor menunjukkan daerah ekspresi
yang terbatas ,termasuk Isl1 (Ericson et al, 1998;.. Treier et al, 1998), P-Frk (Treier et al.,
1998), Brn4 (Sornson et al, 1996), dan Gata2. Pada tahap akhir, sel hipofisis mengalami
diferensiasi, dimana diferensiasi tersebut merupakan marker yang muncul pada pola temporal
dan spasial yang berbedaantara E14.5-E16.5, termasuk corticotropes, mensekresi Hormon
adrenocorticotropin (ACTH); melanotropes, mensekresi melanosit-stimulating hormone
(MSH); thyrotropes, mensekresithyroid-stimulating hormone (TSH); gonadotropin,
mensekresiluteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone(FSH); somatotropes,
mensekresi hormon pertumbuhan (GH); danlactotropes, mensekresi prolaktin (Prl). Selain itu,
embrioJenis sel memproduksi TSH (sel tip rostral). LH, FSH dan TSHadalah heterodimers
berbagi umum subunit a-glikoprotein(Agsu) dan b-subunit tertentu (ditinjau oleh Treier dan
Rosenfeld, 1996).

Kelenjar pituitari (hipofisis) berfungsi dalam homeostasis, proses regulasi


pertumbuhan, respon terhadap stress, reproduksi dan laktasi. Bagian kelenjar hipofisis terdiri
dari Adenoipofisis dan Neurohipofisis.Kelenjar pituitari (hipofisis) terletak pada Sella
turcica. Cavitas di bagian tulang sphenoid beratap diaphragm sellae. Pada kelenjar pituitari
anterior tidak memiliki persarafan secara langsung selain dari saraf otonom. Sedangkan pada
bagian posterior didominasi oleh nerve fibres dari hipotalamus.
Dalam hipofisis posterior, ujung ujung akson supraoptik dan para ventrikularis dapat
diamati berhubungan erat dengan pembuluh darah. Ujung ujung saraf tersebut tampak seperti
batang seperti susunan pagar. (Ganong, 2008) Secara histologis, kelenjar hipofisis
berkembang dari jaringan saraf dan terdiri dari pars nervosa dan infundibulum (tangkai
neural).
1. Pars nervosa
Tampak sel akson akson tak bermielin dari traktus hipotalamohipofiseal. Sel akson
akson tanpa mielin tersebut yang menghasilkan oksitosin yang menimbulkan kontraksi pada
miometirum dan sel mioepitel kelenjar payudara serta mengahsilkan vasopresin atau ADH
yang menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na dan air pada tubulus ginjal. Diantaranya
terdapat sel sel glia dan pituisit yang mengisi 25% dari pars nervosa. Sel sel glia pada
hipofisis posterior berfungsi untuk melindungi sel sel saraf. Sementara sel pituisit adalah sel
sel stelata yang mengandung globules globules lemak yang dahulu diperkirakan
mensekresikan hormon hormon lobus posterior tetapi sekarang dianggap hanya sebagai
modifikasi dari sel astroglia yang berfungsi untuk menyokong akson. Terlihat pula adanya
badan Herring irreguler yang merupakan kumpulan dari granula neurosekresi sel saraf
hipotalamus dan ditemukan banyak kapiler. (Ganong, 2008; Junqueira & Carneiro, 2007)
Pars nervosa dibagi menjadi lobulus lobulus oleh septum dan mengandung banyak
anyaman kapiler. Di bagian tengah lobulus terdapat akson akson dan sel sel pituisit yang
berbentuk irregular dan banyak tonjolan sitoplasma. Sel pituisit mengandung tetes lemak,
pigmen lipokrom, dan filamen intermediet. (Greenstein & Wood, 2010; Junqueira &
Carneiro, 2007)

2. Tangkai neural (Infundibulum)


Terdiri atas eminensia mediana hipotalamus, yang merupakan tempat terjadinya
hubungan vaskular antara neuron sekretorik hipotalamus dan kelenjar endokrin, dan batang.
(Junqueira & Carneiro, 2007) Hipofisis posterior diperdarahi arteri hipofisealis inferior
(cabang dari arteri karotid interna) yang membentuk pleksus kapilaris dan keluar sebagai
vena posterior hipofisealis untuk menuju ke vena kava. (Tortora & Derrickson, 2009)
Hipofisis posterior sebagian besar tersusun dari berbagai ujung saraf yang tersusun
dari berbagai ujung akson yang muncul dari nukleus besar yang disebut nukleus
magnoseluler, yang terletak di nukelus supraoptikus dan nukelus paraventrikel di hipotalamu,
yang kemudian berkumpul di hipofisis posterior melalui traktus hipotalamohipofisis.Sebagian
besar serabut supraoptik berakhir di lobus posterior itu sendiri, sedangkan sebagian serabut
paraventrikel berakhir di eminensia mediana. Akson neuron neuron turun melalu tangkai
penghubung tipis yang disebut infundibulum untuk berakhir di kapiler di hipofisis
posterior. (Ganong, 2008; Guyton & Hall, 2008; Sherwood, 2011)
Pituitari anterior atau adenohipofisis, berkembang dari lipatan langit-langit mulut
yang tumbuh ke atas ke arah otak dan akhirnya kehilangan persambungan dengan saluran
pencernaan. Pituitari anterior terdiri atas sel endokrin yang mensintesis dan mensekresi
beberapa hormon secara langsung ke dalam darah. Sebuh kumpulan sel-sel neurosekresi
dalam hipotalamus mengontrol pituitary anterior dengan cara mensekresi dua jenis hormon
ke dalam darah. Hormon pembebas (releasing hormone) membuat pituitary anterior
mensekresi hormonnya. Hormon penghambat (inhibiting hormone) dari hipotalamus
membuat pituitary anterior berhenti mensekresikan hormon. Hormon pembebas dan hormone
penghambat yang dihasilkan oleh hipotalamus dibebaskan kedalam kapiler dalam suatu
daerah dasar hipotalamus diatas batang pituitary. Darah yang mengandung hormon tersebut
mengalir melalui pembuluh portal pendek ke dalam jaringan kapiler kedua di dalam pituitari
anterior. Dengan cara ini hormone hipotalamus mempunyai jalan masuk langsung ke kelenjar
yang dkontrolnya. Setiap hormon pituitari anterior paling tidak dikontrol oleh satu hormon
pembebas ataupun kedua hormon pembebas dan penghambat. Pituitari posterior menyimpan
dan mensekresikan dua hormone yang dibuat oleh sebuah kumpulan sel neurosekresi
hipotalamus.

Hormon pituitari posterior

Hormon yang dibebaskan oleh pituitari posterior adalah oksitosin dan ADH
(Antidiuretik) yang dibuat oleh hipotalamus. Oksitosin mempengaruhi otot uterus, dan ADH
mempengaruhi ginjal. Oksitosin berasal dari peptide, berfungsi merangsang kontraksi uterus
dan sel-sel kelenjar susu. Hormon ADH juga berasal dari peptide yang berfungsi dalam
mendorong retensi air oleh ginjal, mekanisme tersebut diatur oleh keseimbangan air/garam.

Hormon Pituitari anterior

Pituitari anterior menghasilkan banyak hormon yang berbeda, empat diantaranya


adalah hormone tropik yang merangsang sintesis hormone dari kelenjar endokrin lainnya.
Hormon perangsang Tiroid (Thyroid stimulating Hormone (TSH)), yang mengatur pelepasan
hormon tiroid; hormone adenokortikotropik (ACTH) yang mengontrol korteks adrenal;
Hormon perangsang folikel atau (Follicle Stimulating Hormone (FSH)) dan hormon
luteinisasi (Luteunizing hormone (LH)) mengatur reproduksi dengan cara mempengaruhi
gonad. Hormon lain yang dihasilkan adalah hormon pertumbuhan (GH), prolaktin, hormon
perangsang melanosit (Melanocyte-stimulating hormone, MSH) dan endorfin.

Hormon Pertumbuhan (GH) mendorong pertumbuhan secara langsung dan merangsang


produksi faktor pertumbuhan. Sebagai contoh adalah kemampuan GH untuk merangsang
pertumbuhan tulang sejati dan tulang rawan sebagian disebabkan oleh pemberian sinyal dari
hormon ke hepar untuk menghasilkan faktor pertumbuhan yang mirip dengan insulin
(Insuline like growth factor, IGF), yang beredar dalam plasma darah dan secara langsung
merangsang pertumbuhan tulang sejati dan tulang rawan (Respon endokrin tersebut membuat
GH dimasukkan kedalam jenis hormon tropik).

Tiga hormon yang disekresikan oleh pituitari anterior merupakan hormon yang secara
kimiawi saling berhubungan dekat. Hormon perangsang folikel (Folicle Stimulating
Hormone (FSH)), Hormon Luteinisasi (Luteinizing Hormone (LH)), dan hormon perangsang
tiroid (Thyroid Stimulating Hormone (TSH)) yang merupakan glikoprotein. Hormon pituitari
anterior lainnya semua berasal dari suatu proopiomelanokortin. Protein besar ini dipotong
menjadi beberapa fragmen pendek didalam sel pituitari. Homon Adenokortikotropik
(Adenocorticotropic hormone (ACTH)) merangsang produksi dan sekresi hormon peptide.
Hormon ACTH merangsang produksi dan sekresi hormon steroid oleh korteks adrenal.
Hormon perangsang melanosit (MSH) mengatur aktivitas sel yang mengandung pigmen pada
kulit manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 22. Jakarta. EGC

Greenstein, B., Wood, D. F., 2010. At a Glance Sistem Endokrin Edisi Kedua. Erlangga.
Jakarta.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Hidetoshi, Ikeda, Jiro Suzuki., Nobuaki Sasano., and Hiroshi Niizuma. 1988. The
Development and Morphogenesis of the Human Pituitary Gland. Anat Embryo.
178:327-336.

Junqueira, Luiz Carlos.& Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar ;Teks dan Atlas .Edisi 10.
Jakarta. EGC.

Treier, M., Gleiberman, A.S., OConnel, S.M., Szeto, D.P., McMahon, L.A., McMahon, A.P.,
Rosenfeld, M.G., 1998. Multistep signalling requirements for pituitary organogenesis in
vivo. Genes Dev. 12: 16911704

Sadler, TW. 2015. Lengman Medical Embryology. Wolters Kluwer heart. China

Sheng, H., Moriyama, K., Yamashita, T., Li, H., Potter, S., Mahon, K., Westphal, H., 1997.
Multistep control of pituitary organogenesis. Science. 278: 8091812.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6. Jakarta. EGC

Singh, Visramh. 2012. Textbook clinical embryology. Elsevier. Ajanta offset. New Delhi

Sornson, M., Wu, W., Dasen, J., Flynn, A., Norman, D., OConnell, S., Gukovsky, I.,
Carriere, C., Ryan, A., Miller, A., Zuo, L., Gleiberman, A., Andersen, B., Beamer, W.,
Rosenfeld, M.G., 1996. Pituitary lineage determination by the Prophet of Pit-1
homeodomain factor defective in Ames dwarsm. Nature. 384:327333.

Anda mungkin juga menyukai