DI
OLEH:
KELOMPOK :
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia
yang tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan
baik, shalawat dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw.
pembawa risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat
manusia didunia dan diakhirat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam
pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat
ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan. Mencegah
terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka perawat harus
melaksanakan sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif di Instalasi Rawat
Inap. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman sejawat (dokter dengan
dokter/ perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter).
Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk
teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono,2001).
Menurur Walker, Evan dan Robbson (2003), komunikasi efektif dalam praktik
keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal. Kegiatan
keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah saat serah terima tugas
(handover) dan komunikasi lewat telepon,
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Dari Komunikasi Dengan Metode S-BAR
2. Mengetahui Tujuan Dari Komunikasi Dengan Metode S-BAR
3. Mengetahui Cara Mengaplikasikan Komunikasi Dengan Metode S-BAR
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Komunikasi S-BAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang
logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara
akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur S-BAR
(Situation, Background, Assesment, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan
berfikir kritis, dan menghemat waktu. (NHS, 2012).
S-BAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap
eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat
digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara
staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim
kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk
memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara
anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
E. Penjabaran S-BAR
1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
a. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
b. Diagnosa medis
c. Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan
2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan
dengan situasi?
a. Obat saat ini dan alergi
b. Tanda-tanda vital terbaru
c. Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
d. Riwayat medis
e. Temuan klinis terbaru
3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
a. Apa temuan klinis?
b. Apa analisis dan pertimbangan perawat?
c. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
a. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
c. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?
d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
a. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
d. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.
Detik-detik Proses Operan pun tiba pada jam 08.00 Wib, setelah lengkap
Karu, Katim dan perawat shift pagi datang...
Karu : (melihat jam) sudah jam 08.00 nih, sudah waktunya operan sift
malam dengan shift pagi...
Surya : baik pak,, mari kita mulai saja operan pagi ini
Karu : yasudah, langsung saja...
Assalamualaikum,,, (membuka acara operan)
Sebelum memulai operan ini alangkah baiknya kita berdoa menurut agama
dan kepercayaan masing-masing.. do’a dimulai... selesai...
Baik, untuk Pj malam, bg Surya bisa disampaikan laporan pagi
ini,.silahkan...
Surya : baik, terimakasih..
Untuk operan pagi ini ada 4 pasien.. nah dari ke empat ini ada 2 pasien
baru..
Pasien Pertama (PJ surya)
S : Tn. F (49 Tahun)
Kamar 1
Dx: Asma
Keadaan komposmetis
Klien masih sesak napas
Pernapasan cuping hidung
Pernapasan cepat
Terdapat sekret yang kental
B : Hb 10
R : Cek Hb
Kontrol intake & output
Kontrol TTV setiap 3 jam
A. Kesimpulan
Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien
karena komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient
safety). Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien. Maka dalam komunikasi efektif harus dibangun aspek kejelasan,
ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa dan informasi, alur yang sistematis,
dan budaya.
Kerangka komunikasi yang efektif yang digunakan adalah komunikasi
model SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation). Metode ini
digunakan secara efektif saat serah terima antara shift atau antara staf di daerah
klinis yang sama atau berbeda. SBAR juga digunakan untuk diskusi antara
anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya (perawat – dokter).
B. Saran
Dengan komunikasi efektif diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian asuhan ke pasien. Komunikasi efektif dengan metode SBAR akan
terbentuk catatan dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Sehingga disarankan
dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik, sehingga
tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.
DAFTAR PUSTAKA