TINJAUAN PUSTAKA
informasi tentang ruang penelitian terdahulu sebagai bahan kajian dan rujukan yang
berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti, dengan harapan penelitian ini
beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai kajian empirik dalam penelitian ini
adalah:
kualitas pelayanan yang terdiri dari variasi bukti fisik, keandalan, daya tanggap,
parsial variabel bukti fisik dan keandalan positif namun tidak berpengaruh
sedangkan variabel daya tanggap, jaminan kepastian dan empati positif dan
7
8
sebesar 23.7 % dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak masuk dalam
model penelitian.
kepadatan hunian rumah, lantai rumah, dinding rumah dan status gizi sebagai
(OR = 2,571), suhu (OR = 2,674), jenis dinding (OR = 2,692), status gizi (2,737).
Hasil analisis multivariat ternyata ada asosisasi antara kejadian tuberkulosis paru
adalah 100 orang yang menjadi pasien pada Laboratorium BPK RSUZA Banda
9
Aceh. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
sebesar 31.7 % dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak masuk dalam
model penelitian. Hasil uji serempak adalah Kualitas pelayanan yang terdiri dari
bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan kepastian dan empati berpengaruh
pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh, dan secara parsial variabel empati
positif namun tidak berpengaruh, sedangkan variabel bukti fisik, keandalan, daya
persuasive.
alasan bahwa batuk yang dialaminya adalah batuk biasa yang tidak perlu
obat mengandung zat kimia dengan efek samping jantung berdebar, sehingga
di Puskesmas Bati-Bati.
1. Definisi
organ tubuh, namun bakteri TBC lebih sering menyerang organ paru (80-85%)
dan yang menyerang selain paru disebut tuberculosis ekstra paru. Tuberculosis
paru dengan pemeriksaan dahak menunjukkan BTA (Basil Tahan Asam) positif,
90% penderita secara klinis tidak sakit, hanya didapatkan test tuberkulin positif
dan 10% akan sakit. Penderita yang sakit bila tanpa pengobatan, setelah 5
tahun, 50% penderita TB paru akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh
yang baik dan 25% menjadi kronik dan infeksius (Jusuf, 2010). Namun ODHA
(orang dengan HIV/AIDS) dengan TB paru aktif yang tidak diobati lebih mungkin
karena berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6
mikron, tahan terhadap pewarnaan yang asam, sehingga dikenal sebagai bakteri
tahan asam (BTA). Sebagian besar bakteri terdiri dari asam lemak dan lipid,
yang membuat lebih tahan asam. Bisa bertahan hidup bertahun-tahun. Sifat lain
adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan kaya oksigen (Achmadi, 2008).
Bila dijumpai BTA atau Mycobacterium tuberculosis dalam dahak orang yang
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh dapat dormant, tertidur lama
tuberculosis, yang di sebut dengan BTA (basil tahan asam). Makin tinggi derajat
(Aditama, 2006).
dahak, yang dalam istilah kedokteran disebut droplet nuclei. Sekali batuk dapat
paru saat batuk. Bakteri akan masuk ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga
berkembang menjadi banyak terutama pada orang yang memiliki daya tahan
tubuh rendah. Sementara, bagi yang mempunyai daya tahan tubuh baik, maka
penyakit TB paru tidak akan terjadi. Tetapi bakteri akan tetap ada di dalam paru
dalam keadaan ”tidur”, namun jika setelah bertahun-tahun daya tahan tubuh
menurun maka bakteri yang ”tidur” akan ”bangun” dan menimbulkan penyakit.
Salah satu contoh ekstrim keadaan ini adalah infeksi HIV yang akan
(percikan dahak) ada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
membunuh bakteri. Droplet dapat bertahan beberapa jam dalam kondisi gelap
dan lembab. Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran
baju, dan perlengkapan tidur (Depkes, 2005). Daya penularan dari seseorang
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lama menghirup udara
tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat terpapar dengan droplet dan
padat penghuni dengan ventilasi yang kurang baik serta cahaya matahari tidak
Produk suatu organisasi dapat berupa pelayanan dan produk fisik. Produk
birokrasi publik, sebagai suatu organisasi publik adalah pelayanan publik yang
diterima oleh warga pengguna maupun masyarakat secara luas. Menurut Gronroos
(1990) dalam Ratminto dan Winarsih (2005: 2) pelayanan adalah suatu aktivitas atau
serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi
sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen denan karyawan atau hal-hal lain
pelayanan publik sebagai sgala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau
Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya
pengambilan air bawah tanah, berlangganan air minum, listrik dan sebagainya.
kualitasnya, pelayanan publik tidak mudah dinilai karena berupa jasa. Namun
demikian, antara barang dan pelayanan jasa seringkali sering berhimpitan sehingga
sulit dipisahkan. Pelayanan jasa tidak berwujud barang sehingga tidak nampak
diamati dan dirasakan, misalnya suatu pelayanan dapat dinilai cepat, lambat,
Menurut Laing (2003) dalam Dwiyanto (2005: 182) menyebut ada beberapa
karakteristik yang dapat dipakai untuk mendefinisikan apa yang dapat dikategorikan
sebagai pelayanan publik yaitu; (1) dalam kegiatan penyediaan barang dan jasa
untuk mencapai tujuan politik yang lebih besar dibanding dengan upaya untuk
mewujudkan tujuan ekonomis, (2) pelayanan publik juga dicirikan oleh adanya
asumsi bahwa pengguna pelayanan lebih dilihat posisinya sebagai warga Negara
daripada hanya dilihat sebagai pengguna layanan (customer) semata, (3) pelayanan
publik juga dicirikan oleh karakteristik pengguna layanan (customer) yang kompleks
Moenir (2005:10) bahwa kepentingan umum adalah suatu bentuk kepentingan yang
menyangkut orang banyak atau masyarakat, tidak bertentangan dengan norma dan
aturan, yang kepentingan tersebut bersumber pada kebutuhan (hajat) hidup orang
banyak/masyarakat itu.
Moenir (2005 :15) mengartikan sebagai: “ kumpulan orang-orang yang sama minat
dan Wilcox (dalam Saefullah, 2009:5) memberikan pengertian “the public is, of
benefits”. Dapat dipahami bahwa “publik” dalam pelayanan publik, tidak lain adalah
(public service) adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang
menjadi warga negara atau secara sah menjadi penduduk negara yang
lain, baik yang sifatnya hak atau kewajiban karena adanya peraturan pemerintah,
Anjar (2000:60) membedakan antara wujud layanan dengan jasa yaitu jasa adalah
produk yang ditawarkan oleh provider dan konsumer harus menyesuaikan diri
dengan tawaran itu sedangkan layanan adalah produk yang disediakan oleh
provider; provider harus menyesuaikan diri dengan kondisi atau tuntutan konsumer.
Dimaksud dengan layanan dalam hubungan ini adalah layanan sebagai produk.
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan umum. Lebih spesifik lagi Thoha (2005:39)
seseorang dan atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan
kebutuhan yang bersifat umum dari masyarakat dan karena itu dapat dituntut agar
ownership, but which has an appropriate franchise from the state to provide for a
18
necessity or convenience of the general public. (Badan usaha yang secara khusus
masyarakat secara keseluruhan pelayan publik atau badan usaha publik quasi atau
badan swasta dari segi kepemilikannya, namun memiliki monopoli khusus dari
adalah suatu kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu yang telah ditetapkan dan
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang berlandaskan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode yang telah ditetapkan guna memenuhi
aspek fisik atau biologis dari manusia. Kesehatan yang baik merupakan indikator
sumber daya yang berkualitas. Kesehatan manusia ditentukan oleh banyak faktor,
oleh sebab itu meningkatkan kesehatan juga harus dilakukan melalui berbagai cara
meliputi:
1. Faktor Kesadaran
ketenangan, ketepatan hati dan tindakan yang akan dilakukan kemudian. Faktor
kepuasan.
19
2. Faktor Aturan
Aturan adalah perangkat dalam segala tindakan dan perbuatan orang. Makin
mau dan majemuknya suatu masyarakat, semakin besar peranan aturan. Oleh
karenanya peran aturan dalam hidup bermasyarakat harus dibuat, dipatuhi dan
Dalam organisasi kerja aturan dibuat oleh manajemen sebagai pihak yang
aturan pada akhirnya menyangkut langsung atau tidak langsung pada orang,
aturan dan manusia itu pula sebagai objek aturan yaitu mereka yang dikenal
3. Faktor Organisasi
sasaran pelayanan yang ditujukan secara khusus kepada manusia yang memiliki
watak dan kehendak yang mutli-kompleks. Oleh karena itu organisasi yang
melainkan banyak pada pengaturan dan mekanisme kerja yang harus mampu
4. Faktor Pendapatan
20
tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau badan selain
organisasi, baik dalam bentuk uang maupun fasilitas dalam jangka waktu
baik untuk dirinya maupun untuk keluarganya. Namun hal demikian dalam
tidak hanya dalam jenis tapi juga dalam hal kegunaan, pendapatan seseorang
yang makin meningkat di satu pihak kurang dapat diimbangi dengan pendapatan
5. Faktor Kemampuan
dan penataan kerja yang tersedia. Dengan ke-mampuan dan keterampilan yang
memadai maka pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan dengan baik, cepat dan
Sarana pelayanan ialah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas
lain yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan
waktu.
21
Oleh karena itu, peranan sarana pelayanan sangat penting disamping sudah
pelayanan umum akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan pimpinan dan
karyawan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minuman, kemampuan dan
jawabkan, dan tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk atau
pekerjaan pelayanan.
(Mardikanto 1999).
Menurut Kotler (dalam Indra & Gunarsih, 2002) seperti yang disitasi oleh
Zahrotul (2008), ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu
expected service dan perceived service. Jasa yang diterima atau dirasakan sesuai
yang diterimanya dianggap sebagai kualitas yang ideal, sedangkan bila kualitas
pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas
Menurut Sabarguna (2004) seperti yang disitasi oleh Zahrotul (2008), kualitas
pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menciptakan
Kualitas pelayanan merupakan suatu aspek yang penting dari suatu Rumah
dituntut untuk memberikan pelayanan dengan sebaik- baiknya kepada pasien dan
Customer
Value
Profitability
Customer
Loyalty
Customer
Satisfaction
Quality
23
dan kebutuhan pasien dan keluarganyanya. Kualitas pelayanan Rumah Sakit dapat
dilihat dari aspek kepuasan pasien dan keluarganya dan juga dapat dikenali dari
harapan pasien dan keluarganya. Menurut Zahrotul (2008), ada 5 (lima) aspek dari
1. Aspek penerimaan, meliputi sikap perawat yang harus selalu ramah, periang,
selalu tersenyum dan menyapa semua pasien dan keluarganya. Perawat perlu
memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien dan keluarganya tanpa
budaya sebagai pribadi yang utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai
dengan aspek penerimaan, perawat harus memiliki minat terhadap orang lain
2. Aspek perhatian, meliputi perawat perlu bersikap sabar dan murah hati dalam
komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya dan keluarga pasien dan
keluarganya.
kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarganya dan keluarga pasien dan
keluarganya.
5. Aspek tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas,
mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta
sistem keluhan dan saran, survei kepuasan pelanggan, serta pengamatan pada
Kualitas pelayanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari
suatu Rumah Sakit. Kualitas pelayanan yang baik adalah pelayanan yang memenuhi
selama mereka dirawat di Rumah Sakit. Jika pelayanan yang diterima pasien dan
yang diberikan perawat baik. Sebaliknya jika pelayanan yang diterima pasien dan
25
keluarganya lebih rendah dari harapan pasien dan keluarganya, maka kualitas
hasil bahwa ada hubungan antara mutu pelayanan dengan kepuasan pasien dan
tersebut.
pelatihan, memiliki kemapuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain,
Kualitas pelayanan yang baik dapat diukur dari kesenjangan (gaps) antara harapan
jasa pelayanan (service quality) digunakan dimensi kualitas jasa yang dikemukakan
pelayanan tersebut adalah : 1). Tangibles (bukti langsung) meliputi fasilitas fisik,
memuaskan. 3). Responsiveness (daya tanggap) yaitu keinginan para staff untuk
sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya, resiko atau
pelanggan.
kesenjangan antara mutu pelayanan dan sajian / penyampaian pelayanan. 4). Gap
eksternal. 5). Gap dalam pelayanan yang dirasakan., kesenjangan antara yang
Tangible (bukti fisik) adalah keadaan yang ada berupa penampilan fisik dari perawat,
perawat untuk membantu kebutuhan dan keinginan pasien dan keluarganya dan
27
ketulusan di dalam melayani pasien dan keluarganya dan keluarga pasien dan
keluarganya dan keluarga pasien dan keluarganya termasuk pendekatan atau upaya
Sakit dan harapan pelanggan (pasien). 2) Gap persepsi manajemen dan kaulitas
2009).
Responsiveness dan high personnel contact (cepat tanggap dan komunikasi) yaitu:
bekerja,Pelayanan yang sopan dan ramah dan Jaminan keamanan pelayanan dan
terhadap semua pasien dan keluarganya tanpa memandang status sosial dll. 5).
Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai dan Kerapian dan
kepada klien digunakan standar praktek keperawatan seperti yang telah dijabarkan
oleh PPNI (2000) yang mengacu pada tahapan proses keperawatan seperti
memenuhi atau melebihi harapan konsumen dengan ukuran kinerjanya yaitu jasa
mulut ke mulut, dan iklan usaha jasa. Konsumen akan memilih penyedia jasa yang
membandingkan jasa yang dirasakan atau diterima dengan jasa diharapkan. Apabila
jasa yang diberikan atau dirasakan (perceived service) berada lebih rendah dari jasa
memenuhi atau melebihi harapan. Menurut Lupiyoadi (2008: 147), kualitas jasa
berusaha menilai kualitas jasa berdasarkan apa yang dirasakan atas atribut-atribut
kualitas jasa yang berupaya untuk mengenali kesenjangan (gaps) layanan yang
terjadi dan mencari jalan keluar untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
30
atas:
pelayanan.
Salah satu cara agar penjualan jasa satu perusahaan lebih unggul
kepentingan konsumen terhadap jasa yang akan mereka terima dapat dibentuk
harapkan. Bila jasa yang mereka nikmati ternyata berada jauh di bawah jasa yang
mereka harapkan, para konsumen akan kehilangan minat terhadap pemberi jasa
31
tersebut. Sebaliknya jika jasa yang mereka nikmati memenuhi atau melebihi tingkat
perusahaan tetapi harus dipandang dari sudut pandang penilaian pelanggan. Karena
kualitas pelayanan.
permintaan pelanggan.
pertanyaan pelanggan.
32
dilayani bila pasien membutuhkan atau waktu tunggu yang pendek untuk
mendapatkan pelayanan.
acu.
33
Tingkat kualitas jasa tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang institusi
Karena itu, dalam merumuskan strategi dan program pelayanan, institusi kesehatan
kualitas pelayanan. Salah satu cara agar penjualan jasa satu perusahaan lebih
kualitas pelayanan dikurangi harapan pelanggan. Dengan kata lain kualitas layanan
dapat dirumuskan:
Bila ini terjadi, dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan perusahaan buruk,
Bila ini terjadi dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan adalah biasa saja.
Bila ini terjadi, pelanggan merasakan pelayanan yang diberikan tidak hanya
senang atau kecewa pelanggan yang berasal dari perbandingan antara kesan
Kepuasan merupakan respon terhadap produk atau jasa pelayanan kesehatan yang
pelanggan menjadi puas, tetapi sebaliknya bila dibawah harapan pelanggan jadi
merupakan hubungan yang sangat erat, bila pelanggan puas maka harapan
pelanggan terpenuhi dan sebaliknya bila harapan terpenuhi pelanggan menjadi puas
(Perkesi, 2002).
Pendapat Wexley dan Yukl (1977), yang mengutip definisi kepuasan dari
Porter yang disitasi oleh Utama (2003), kepuasan adalah selisih dari banyaknya
sesuatu yang seharusnya ada dengan banyaknya apa yang ada. Wexley dan Yukl
menyatakan bahwa pasien dan keluarganya akan terpuaskan jika tidak ada selisih
antara sesuatu atau kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual. Semakin tinggi
pasien dan keluarganya dengan pelayanan yang telah diterimanya, maka akan
aspek yang sangat penting bagi kelangsungan suatu Rumah Sakit. Kepuasan
pengguna layanan adalah nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada waktu itu. Aspek yang
35
lokasi Rumah Sakit, kebersihan Rumah Sakit, kenyamanan ruangan yang akan
pasien dan keluarganya dengan petugas Rumah Sakit, meliputi keramahan petugas
Rumah Sakit terutama perawat, informasi yang diberikan oleh petugas Rumah Sakit,
terjangkau tidaknya oleh pasien dan keluarganya, dan ada tidaknya keringanan yang
kepuasan pelanggan eksternal (pasien dan keluarganya) dapat dibagi menjadi dua
sudut pandang (dimensi) besar yaitu kepuasan yang mengacu pada penerapan
standard an kode etik profesi dan kepuasan yang mengacu pada penerapan semua
penerapan standar dan kode etik profesi seperti hubungan tenaga kesehatan -
pengguna jasa pelayanan kesehatan adalah meliputi aspek : 1). Komunikasi (high
personnel contact). 2) Empati (sikap peduli), sikap ini akan berpengaruh pada
kesehatan. 3). Biaya (cost), tingginya biaya pelayanan kesehatan dapat menjadi
sumber moral hazard bagi pasien dan keluarganya dan keluarganya. 4).
kesehatan, ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter. 6). Keandalan dan
(responsiveness).
pelanggan yaitu : 1) Sikap dan pendekatan petugas Rumah Sakit kepada pasien
dan keluarganya yaitu sikap petugas Rumah Sakit ketika pasien dan keluarganya
pertama kali datang di Rumah Sakit, keramahan yang ditunjukkan petugas Rumah
Sakit, dan kecepatan penerimaan pasien dan keluarganya yang datang ke Rumah
Sakit. 2) Kualitas pelayanan perawatan yang diterima oleh pasien dan keluarganya
yaitu apa saja yang telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien dan
mulai masuk Rumah Sakit, selama perawatan berlangsung, dan ketika keluar dari
Rumah Sakit, kecekatan petugas dalam melayani pasien dan keluarganya, dan
penjelasan rincian biaya yang digunakan pasien dan keluarganya selama berada di
Rumah Sakit. 4) Fasilitas-fasilitas yang disediakan Rumah Sakit yaitu fasilitas ruang
Rumah Sakit.
Gibson (1987) seperti yang disitasi oleh Utama (2003), kepuasan pasien dan
yang telah diperoleh. Pasien dan keluarganya akan memberikan penilaian (reaksi
pelayanan kesehatan Rumah Sakit. Penilaian kondisi Rumah Sakit (mutu baik atau
pengalaman subjektif individu pasien dan keluarganya. Hasil penilaian ini cenderung
Rumah Sakit cenderung bersifat tidak tetap atau berubah-ubah, karena ukuran
hasil dari reaksi afeksi yang lebih bersifat subjektif dan dinamis. Perubahan
situasional pada jarak waktu yang relatif singkat kemungkinan dapat merubah
terhadap pelayanan rawat inap Rumah Sakit antara lain adalah umur, pendidikan,
pekerjaan, latar belakang sosial ekonomi, etnis, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan,
Rumah Sakit dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu karakteristik
individu pasien dan keluarganya dan pelayanan kesehatan. Pendapat para ahli
seperti Azwar (1996), Maslow (1970), Kossen (1986) dan Schein (1991) seperti
yang dikutip oleh Utama (2003), indikator karakteristik individu pasien dan
keluarganya seperti umur, jenis kelamin, lama perawatan, sumber biaya, diagnosis
tenaga perawat, kondisi fisik Rumah Sakit, makanan dan menu pasien dan
Hall dan Dornan seperti yang disitasi oleh Mardikanto (1999) menyatakan
semakin tua, penghasilan yang lebih tinggi, dewasa, pendidikan lebih rendah, jumlah
diterima seperti umur lebih muda, penghasilan lebih rendah, anak-anak, tingkat
pendidikan lebih tingggi, jumlah anggota keluarga lebih besar dan pasien dan
keluarganya laki-laki.
dikembangkan oleh Wexley dan Yukl (1988), bahwa seseorang akan terpuaskan jika
tidak ada selisih antara kondisi yang dibutuhkan dengan kondisi aktual. Semakin
besar kekurangan dalam banyak hal penting yang dibutuhkan, maka semakin besar
hasil optimal pelayan kesehatan seperti perhatian terhadap keluhan pasien dan
kaitannya dengan pelayanan rawat inap Rumah Sakit antara lain adalah
40
keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang
kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses masuk rawat, aspek pelayanan
Rumah Sakit, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan Rumah Sakit (Shaluhiyah.
et al. 2006). Sikap, perilaku, tutur kata, perhatian, keramahan petugas, serta
tinggi dalam persepsi kepuasan pengguna layanan terhadap pelayanan rawat inap
Rumah Sakit. Pengguna layanan merasa outcome tak sesuai dengan harapan
sudah merasa cukup puas karena dilayani dengan sikap yang menghargai perasaan
dalam beberapa hal yaitu menghindari atau menjauhi pelayanan kesehatan, protes
Menurut Kotler (1997) dalam Zahrotul (2008) Kepuasan yang dialami oleh
dapat berkembang apabila terdapat hubungan antara penyedia layanan dalam hal
ini Rumah Rakit terutama perawat yang merawat pasien dan keluarganya dengan
menggunakan jasa Rumah Sakit/Puskesmas yang sama. Oleh sebab itu, Rumah
Sakit harus dapat meningkatkan kinerja dari para perawatnya sehingga para
41
kepada pasien dan keluarganya yang menggunakan jasa Rumah Sakit tersebut
bahwa mayoritas pengguna layanan puas dengan pelayanan rawat inap yang telah
pada kondisi fisik ruang perawatan pasien dan keluarganya sebesar 68,6%. Kondisi
dan kurang puas terhadap pelayanan rawat inap Rumah Sakit, maka berturutan
yang paling bermasalah adalah kondisi fisik ruang perawatan, sarana medis dan
dokter.
Fishbein & Ajzen seperti yang disitasi oleh Lestari (1999), harapan
(expectations) adalah keyakianan bahwa suatu respon akan diikuti dengan suatu
kejadian yang memiliki nilai positif atau negatif. Harapan pengguna layanan dalam
pelayanan berasal dari citra pemberi pelayanan. Citra pemberi pelayanan dapat
Andrew et al. (1994) seperti yang disitasi oleh Lestari (1999), ada 4 jenis
harapan yang sering digunakan, yaitu : 1). Ideal, yaitu aspirasi, keinginan atau
hasil yang lebih disenangi untuk dicapai dari keyakinan seseorang yang sesuai
dengan perspektif pengguna terhadap potensi pelayanan yang ada. 2). Predicted,
yaitu sebagai harapan hasil yang realistis, praktis dan sesuai dengan yang
42
dipercayai pengguna jasa layanan. 3). Normative, yaitu mewakili apa yang mungkin
dan harus terjadi sesuai dengan apa yang telah disampaikan kepada pengguna
layanan. 4). Unformed, yaitu keadaan yang timbul apabila pengguna tidak dapat
atau tidak mau karena berbagai sebab untuk mengutarakan harapan, tidak
antara harapan semula dan persepsi pelayanan yang dirasakan. Asumsi teori ini
sebentuk harapan dan kemampuan serta kemauan untuk menilai kualitas dari
hubungan tersebut.
merupakan kehendak semua pihak, baik pasien atau keluarganya, juga oleh
kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Joeharno & Gamrin
kesehatan apabila pelayanan kesehatan yang diterima tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
kinerja (hasil) suatu produk dengan harapan yang dimiliki. Kepuasan merupakan
fungsi dari perbedaan antara kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapan.
(Parasuraman, et al,. dalam Tjiptono, 2007: 262). Definisi ini didasarkan pada tiga
landasan konseptual utama yakni; (1) kualitas jasa lebih sukar dievaluasi konsumen
daripada kualitas barang; (2) persepsi terhadap kualitas jasa merupakan hasil dari
perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual; dan (3) evaluasi
kualitas jasa tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, namun juga mencakup evaluasi
2007: 262). Pendekatan model Servqual lebih ditegaskan bahwa bila kinerja pada
multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta
gap di antar keduanya dalam dimensi-dimensi utama kualitas jasa. Pada penelitian
fisik. Namun pada penelitian berikutnya, Parasuraman, et al. Dalam Tjiptono (2007:
44
yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap
kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan,
pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja
melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang (Kotler and Keller, 2009: 177).
Menurut Alma (2005: 286) ada beberapa penyebab rasa tidak puas
5. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang, dan harga
tidak sesuai.
337), apabila semua elemen kualitas jasa yang terdiri dari Reliability,
kepuasan pasien dan pada gilirannya loyalitas pasien makin tinggi serta tidak mudah
45
berhubungan dengan pasien bersangkutan, juga tidak tertarik dengan pemberi jasa
lainnya.