DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
PUTRI INDAH ZALZABILAH
JIHAN M. MANSYUR Y.L
SOPIA
SRI RAHAYU SALENG
SRIHARTINA JURI
HERMILA WAHYUNI
M RIFQI ALDIANSYAH
JHORDY RIFALDY
POLINA
Tolitoli 1
Maret 2021
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Latar Belakang Menurut Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas)
tahun 2001, penyakit saluran pernafasan seperti asma dan penyakit paru
obstruksi kronik merupakan panyakit penyebab kematian terbanyak kedua di
Indonesia setelah penyakit pembuluh darah (Ikawati, 2007). Pemberian obat
pada penyakit ini bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu: secara oral,
parenteral atau inhalasi. Pada pengobatan penyakit penafasan terapi inhalasi
telah banyak digunakan (Yunus, 1995).Terapi inhalasi merupakan teknik yang
sederhana dan efektif, yang bisa memberikan obat dalam dosis tertentu secara
langsung pada tempat yang dituju di dalam paru – paru (Ikawati, 2007). Alat
inhalasi terdiri dari berbagai macam jenis, dan memiliki cara penggunaan yang
berbeda–beda, sehingga pasien harus memilih alat terapi inhalasi yang sesuai.
Karena pada umumnya sebagian besar pasien yang mendapat resep terapi
inhalasi tidak menggunakan inhaler mereka dengan benar (National Asthma
Council Australia, 2008). Alat inhalasi ini mempunyai keuntungan dan
kerugian bagi pasien.Keuntungan terapi inhalasi ini adalah obat digunakan
dengan dosis kecil, yakni 10% dari dosis oral tapi memiliki konsentrasi yang
tinggi di dalam paru– paru dan memiliki efek sitemik yang minimal.Pemberian
obat secarainhalasi jika dibandingkan dengan pemberian obat secara oral
memiliki 2 kerugian yakni: jumlah obat yang mencapai paru–paru sulit
dipastikan, dan inhalasi obat dalam saluran nafas dapat merupakan masalah
koordinasi (Suwondo, 1991). Meskipun terapi inhalasi banyak digunakan oleh
sebagian besar pasien penyakit asma namun hal tersebut masih belum efektif
dalam mengendalikan penyakit saluran pernafasan karena terlalu sering
menggunakan agonis β2 dan salah dalam penggunaan inhaler (Barthwal et al.,
2005)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1. Keuntungan
Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum), terapi ini
lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta
membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke
organ lainpun lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan masuk di saluran
napas dan paru-paru, sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut
dan tenggorokan. Bandingkan dengan obat oral. Ibaratnya obat tersebut
akan "jalan-jalan" dulu ke lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai
ke sasarannya, yakni paru-paru. Pada anak-anak, umumnya diberi
tambahan masker agar obat tidak menyemprot kemana-mana. Dengan cara
ini, bayi/balita cukup bersikap pasif dan ini jelas menguntungkan.
2. Kerugian
Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat yang di
pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan , hal yang
mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan.
Jadi pengguna pengobatan inhalasi akan terus berkonsultasi pada dokter
tentang obat nya. Selain hal itu obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal
dari pada obat oral.
2.4 Jenis-Jenis Inhalasi
3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga dalam prakteknya dikenal 2
jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer. Hasil
pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer
yang digunakan.
Nebulizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus menerus
ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat
penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak terbuang.
Keuntungan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit
memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal,
beberapa jenis obat dapat dicampur (misalnya salbutamol dan natrium
kromoglikat).Kekurangannya adalah karena alat cukup besar, memerlukan
sumber tenaga listrik dan relatif mahal.
PROSEDUR PERAWATAN DENGAN NEBULIZER
1. Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk
beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .
2. sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan
subun kemudian keringkan.
3. hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan
perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
4. pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
5. hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
6. nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan
baik.
7. duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8. apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan
nyaman pada bagian wajah.
9. apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi
dan lidah.
10. bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas
dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
11. lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).
12. apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan
istirahat selama kurang lebih 5 menit.
1. Indikasi
Pasien sesak nafas dan batuk broncho pneumonia
Ppom (bronchitis, emfisema)
Asma bronchial
Rhinitis dan sinusitis
Paska tracheostomi
Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
Selaput lendir mengering
Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir
Saluran pernafasan bagian atas
2. Kontraindikasi
Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini,
membutuhkan mask / sungkup , tetapi mask efektifnya berkurang secara
spesifik. Medikasi nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara
nafas tidak ada / berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan
melalui endotracheal tube yang menggunakan tekanan positif.
Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak dapat
menggerakkan/ memasukkan medikasi secara adekuat ke dalam saluran
nafas.
Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability harus
dengan perlahan. Ketika di inhalasi katekolamin dapat meningkatkan
cardiac rate dan menimbulkan disritmia. Medikasi nebulizer tidak dapat
diberikan terlalu lama melalui IPPB(intermittent positive pressure
breathing), sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan bronkhospasme.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran