Anda di halaman 1dari 18

TERAPI INHALASI

OLEH:
I L H A M Y U D H I P R ATA M A
1 871 016 5

PEMBIMBING:
dr. R ET NA DW I PU SPITAR INI , SpP

FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E R S I TA S W I J AYA K U S U M A
SMF/LAB. ILMU PENYAKIT DALAM
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2019
TERAPI INHALASI

merupakan suatu terapi melalui sistem pernafasan yang


ditujukan untuk membantu mengembalikan atau
memperbaiki fungsi pernafasan pada berbagai kondisi,
penyakit, ataupun cidera.
Prinsip terapi inhalasi sediaan obat yang diberikan dibentuk menjadi partikel-
partikel aerosol terlebih dahulu dengan penggunaan generator aerosol untuk
menyalurkan obat langsung ke target organ yaitu paru-paru, tanpa harus melalui
jalur sistemik terlebih dahulu.

 Partikel obat antara 2-5 mikron terbukti memiliki potensi terbesar untuk
terdeposisi ke seluruh cabang bronkus
 Partikel obat berukuran <2 mikron terdeposisi dalam saluran nafas bronkiolus
terminal dan alveolus dengan cara sedimentasi
 Partikel >5 mikron cenderung terdeposisi pada saluran nafas yang lebih
proksimal atau orofaring

Ukuran partikel aerosol penting, karena berkaitan dengan sampainya obat yang
terinhalasi ke target aksi di dalam paru-paru
Dua indeks yang digunakan untuk mengkarakterisasi
distribusi ukuran partikel aerosol:
1. MMAD(mass median aerodynamicdiameter )
2. FPF (fine particle fraction )

Kedua indeks ini mempengaruhi bukan hanya jumlah total


dari obat yang mencapai paru (deposisi paru total), tetapi
juga jumlah obat yang terdistribusi antara regio paru sentral
dan distal.
KEUNTUNGAN TERAPI INHALASI
 Obat yang diberikan akan secara langsung menuju lumen
internal dari saluran nafas dan kemudian menuju target kerja
obat di dalam paru-paru
 Onset kerja obat akan lebih cepat
 Dosis yang diberikan lebih kecil, sehingga dosis sistemik dari
sebagian besar obat yang diberikan secara inhalasi lebih rendah
daripada obat oral maupun intravena
 Efek samping sistemiknya juga akan lebih rendah
 Cenderung tidak menimbulkan nyeri, dibandingan obat yang
diberikan melalui injeksi, dan lebih nyaman
KELEMAHAN TERAPI INHALASI
 Dosis yang tepat sering tidak tercapai sehingga dapat terjadi
kekurangan atau sebaliknya
 Iritasi orofaringeal menyebabkan penyumbatan, nausea, vomitus, dan
aerofagi
 Deposisi orofaringeal dapat menyebabkan absorbsi sistemik
 Kesulitan koordinasi antara gerakan tangan dan inhalasi dengan
pMDI yang dapat menurunkan keefektifan.
 Membutuhkan peralatan khusus dan mahal
 Keterbatasan informasi tentang standarisasi teknik inhalasi kepada
klinisi akan mengurangi keefektifan
PERANGKAT PEMBERIAN TERAPI INHALASI
1. Pressurized Metered Dose Inhaler (pMDI)
Tipe inhaler yang paling dikenal untuk terapi penyakit respirasi lokal seperti
asma dan PPOK
Ukuran partikel aerosol yang terbentuk adalah berada dalam rentang fraksi
partikel halus yang memiliki diameter aerodinamik < 5 μm.
Formulasi obat yang dapat diberikan dengan pMDI adalah beta-2 agonis,
antikolinergik, kombinasi
antikolinergik/beta-2 agonis, kortikosteroid, dan obat anti asmatik lainnya.
INHALER PMDI
Keuntungan:
 Portable dan ringan
 Kenyamanan dosis ganda
 Waktu terapi yang singkat
 Dapat memancarkan dosis obat yang berulang
 Tidak memerlukan persiapan obat
 Sulit untuk terkontaminasi

Kerugian:
 Memerlukan kerjasama dan koordinasi
pasien, pola inhalasi yang sesuai,dan
tindakan menahan nafas
 Memerlukan koordinasi antara tangan dan
nafas
 Dapat terjadi aspirasi benda asing atau
kotoran yang terdapat pada corong mulut
 Konsentrasi dan dosis obat tetap
2. Dry Powder Inhaler (DPI)
Merupakan inspiratory flow-driven inhalers yang
mengirimkan formulasi bubuk kering ke paru-
paru dengan mengandalkan usaha nafas pasien
baik laju maupun volume inspirasi

Perangkat DPI dapat bersifat flow-dependent


yang menyebabkan variasi pengiriman obat ke
paru-paru berdasarkan arus/aliran inhalasi dan
kekuatan inhalasi pasien

DPI dikembangkan untuk mengatasi kesulitan


dalam mengguakan inhaler jenis pMDI
3. Nebulizer

 Nebulizer dapat menghasilkan partikel aerosol dari latutan cair


berukuran 1-5 mikron
 Teknik inhalasi ini tidak memerlukan koordinasi antara inhalasi pasien
dan aktuasi alat
 Sangat cocok pemakaiannya pada pasien pediatri, tua, pasien tidak
sadar, atau yang tidak bisa menggunakan teknik inhalasi pMDI atau
DPI
 Memiliki kemampuan mengantarkan dosis obat yang lebih besar
dibandingkan dengan perangkat aerosol lainnya, namun perlu waktu
pemberian obat yang lebih lama
ULTRASOUND NEBULIZER JET NEBULIZER
KEUNTUNGAN:
 Konsentrasi dan dosis obat dapat dimodifikasi
 Mampu menguapkan campuran obat (> satu obat)
 Mengaerosolisasi atau menguapkan berbagai macam larutan obat
 Berguna pada pasien yang masih anak-anak, tua, pasien yang
kondisinya lemah
 Membutuhkan kerjasama atau koordinasi minimal dari pasien

KERUGIAN:
 Peralatan yang diperlukan mungkin besar dan tidak praktis
 Waktu terapi 5-25 menit
 Adanya potensi obat mengenai mata dan menggunakan sungkup muka
 Kontaminasi dapat terjadi pada pembersihan alat yang tidak adekuat
JENIS OBAT INHALASI
1. Bronkodilator  Albuterol
 Metaproterenol
a. (Agonis adrenergik)
 Ipratropium
b. Anti kolinergik
 Tiotropium
 Budesonide
2. Kortikosteroid inhalasi  Flunisolide
 Beklometasone

 Asetilsistein
3. Mukolitik dan Proteolitik  Tripsin
 Dornase
DAFTAR PUSTAKA
Hou S, Wu J, Li X. Practical, regulatory and clinical considerations for development of
inhalation drug products. Asian Journal of Pharmaceutical Sciences. 2015;10(6):490-500.

Gardenhire D, Ari A, Hess D. A Guide To Aerosol Delivery Devices For Respiratory Therapists
[Internet]. 3rd ed. America: American Association for Respiratory Care; 2013.

Mangku G, Senapathi TGA. Terapi Cairan. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Indeks Jakarta.
2017: 243-56.

Bonini M, Usmani O. 2015. The importance of inhaler devices in the treatment of COPD.
COPD Research and Practice.

Garcia-Contreras L, Ibrahim M, Verma R. 2015. Inhalation drug delivery devices: technology


update. Medical Devices: Evidence and Research.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai