Anda di halaman 1dari 22

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

TERHADAP CARA PENGGUNAAN OBAT INHALER


YANG BENAR DI KELURAHAN MAJARAN TAHUN
2018

Oleh:
ARIF SETIAWAN
201504006

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI ILMU FARMASI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah salah satu penyakit tidak menular utama. Ini adalah penyakit
kronis pada saluran udara paru-paru yang menyempit. Sekitar 235 juta orang
saat ini menderita asma. Ini adalah penyakit yang umum di antara anak-anak.
Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah
dan menengah ke bawah. (WHO. 2018)
Menurut perkiraan WHO terbaru, yang dirilis pada bulan Desember 2016,
ada 383.000 kematian karena asma pada tahun 2015. Faktor risiko terkuat
untuk mengembangkan asma adalah zat yang dihirup dan partikel yang dapat
memicu reaksi alergi atau mengiritasi saluran udara. Obat dapat mengontrol
asma. Menghindari pemicu asma juga bisa mengurangi keparahan asma.
(WHO. 2018)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan
herbal.(Permenkes RI. 2014)
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan
lain-lain. (Permenkes RI. 2014)
Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya
oleh Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan antara lain
Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat, dan Penyalur Alat
Kesehatan (PAK). Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan
pada tahun 2015 sebesar 38.727 sarana. Jumlah tersebut meningkat
dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 35.566 sarana. Gambar berikut
menyajikan jumlah sarana distribusi kefarmasian pada tahun 2015.(Kemenkes
RI. 2017)
Menurut Profil Kesehatan Indonesia, jumlah sarana distribusi bidang
kefarmasian dan alat kesehatan tahun 2015 di Papua, jumlah pedagang besar
farmasi ada 37, apotek 286, toko obat 54 penyalur alat kesehatan 27; dan di
Papua Barat, jumlah PBF 15, apotek 122, toko obat 52, penyalur alat
kesehatan 1. (Kemenkes RI. 2017)
B. Rumusan Masalah
1. Hubungan jumlah apoteker dengan tingkat pengetahuan masyatakat
terhadap cara penggunaan obat inhaler yang benar dikelurahan Majaran
2. Hubungan jarang penggunaannya dengan tingkat pengetahuan masyatakat
terhadap cara penggunaan obat inhaler yang benar dikelurahan Majaran
3. Hubungan harga jual dengan tingkat pengetahuan masyatakat terhadap
cara penggunaan obat inhaler yang benar dikelurahan Majaran
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyatakat terhadap cara
penggunaan obat inhaler yang benar dikelurahan Majaran
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan jumlah apoteker dengan tingkat
pengetahuan masyatakat terhadap cara penggunaan obat inhaler yang
benar dikelurahan Majaran
b. Untuk mengetahui hubungan jarang penggunaannya dengan tingkat
pengetahuan masyatakat terhadap cara penggunaan obat inhaler yang
benar dikelurahan Majaran
c. Untuk mengetahui hubungan harga jual dengan tingkat pengetahuan
masyatakat terhadap cara penggunaan obat inhaler yang benar
dikelurahan Majaran
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapt menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan menjadi salah satu acuan bagi peneliti selanjutnya
mengenai tingkat pengetahuan masyatakat terhadap cara penggunaan obat
inhaler yang benar dikelurahan Majaran
b. Manfaat Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi sebagai
dokumen untuk menambah bahan bacaan serta menambah pengetahuan
tentang tingkat pengetahuan masyatakat terhadap cara penggunaan obat
inhaler yang benar dikelurahan Majaran
c. Manfaat Praktis
Sebagai sumber data penelitian tentang perbandingan serta
masukan bagi peneliti untuk mengetahui tentang tingkat pengetahuan
masyatakat terhadap cara penggunaan obat inhaler yang benar dikelurahan
Majaran

E. Zanealkana@gmail.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Inhaler


1. Definisi Inhaler
Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan,
mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang
sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit
dan juga pemakaian lokal pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol
lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi). (Farmakope edisi 5)
Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu
atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau
mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik. (Farmakope edisi 5)
Kelompok sediaan lain yang dikenal sebagai inhaler dosis terukur
adalah suspensi atau larutan obat dalam gas propelan cair dengan atau
tanpa kosolven dan dimaksudkan untuk memberikan dosis obat terukur ke
dalam saluran pernapasan. Inhaler dosis terukur mengandung dosis ganda,
biasanya lebih dari beberapa ratus. Volume dosis tunggal yang umum
diberikan mengandung 25 µl hingga 100 µl (dapat juga dinyatakan dalam
mg) tiap kali semprot. (Farmakope edisi 5)
Jenis inhalasi khusus yang disebut inhalan terdiri dari satu atau
kombinasi beberapa obat, yang karena bertekanan uap tinggi, dapat
terbawa oleh aliran udara ke dalam saluran hidung dan memberikan efek.
Wadah obat yang diberikan secara inhalasi disebut inhaler. (Farmakope
edisi 5)
2. Inhaler dosis terukur atau Metered Dose Inhaler (MDI)
Jenis inhaler ini paling banyak digunakan pasien asma. MDI
mengandung chlorofluorocarbons (CFC) dan mungkin freon/asrchon).
Kecepatan aerosol rata-rata 30m/detik atau 100km/jam (Dept.
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, 2009).
Keuntungan MDI adalah dosis obat lebih kecil, efek samping hampir
tidak ada, kerja cepat, tidak tergantung absorpsi dan tidak mengiritasi
lambung. Sedangkan kerugiannya adalah teknik harus benar dan perlu
koordinasi cermat. Hal yang mempengaruhi MDI di paru adalah jumlah
aerosol yang diinhalasi, kelancaran arus udara keluar masuk, volume paru
saat pemberian aerosol dan kekuatan menahan napas saat inhalasi
(Wiyono, 2009). Langkah-langkah penggunaan MDI disediakan pada tabel
1. Pada tabel 1 juga menerangkan tentang langkah MDI dengan spacer.
Tabel 1. Langkah-langkah penggunaan MDI dan MDI dengan spacer

MDI dengan spacer


1 membuka penutup inhaler dan merakit spacer
menahan tegak inhaler dan dan memasukkan inhaler
2
mengocok dengan baik tegak ke dalam spacer
menghembuskan napas
3
lembut
memasukkan corong antara
gigi tanpa menggigit dan
4
bibir dekat dengan
membentuk segel baik
mulai bernapas perlahan-
5 lahan melalui mulut dan
menekan inhaler
bernapas secara perlahan-
6
lahan dan sangat
menahan napas selama
7 sekitar 10 detik atau selama
nyaman
8 melepas inhaler dari mulut melepas spacer dari mulut
menghembuskan napas
9
perlahan
jika dosis ekstra yang
dibutuhkan, menunggu 1
10
menit dan kemudian
mengulangi langkah 2-9
11 menutup inhaler dan membongkar spacer
12 berkumur
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan MDI adalah kurang
koordinasi, terlalu cepat inspirasi, tidak menahan napas selama 10 detik,
tidak mengocok kanister sebelum digunakan, tidak berkumur-kumur
setelah penggunaan dan posisi MDI terbalik. Sedangkan kesalahan yang
umum terjadi pada penggunaan MDI dengan spacer adalah ukuran kanister
dan spacer tidak cocok dan menggosok spacer dengan kasar dan keras
(Dept. Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, 2009).

B. Tinjauan Umum Tentang Masyarakat


Masyarakat menurut batasan bebas adalah setiap kelompok manusia yang
telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan
sosial dengan batasan-batasan tertentu. Sekelompok manusia yang cukup lama
hidup dan bekerjasama, seringkali berakibat untuk beberapa masalah tertentu
akan menimbulkan persepsi yang sama dan diyakini oleh masyarakat tersebut.
Misalnya persepsi masyarakat yang berbeda antara daerah X dan daerah Y
tentang penyakit karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut (Adnani dalam Umul Syarifah, 2011).
Dalam buku Sosiologi, Kelompok dan Masalah Sosial (Syani, 1987),
dijelaskan bahwa diduga perkataan masyarakat mendapat pengaruh dari
bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, masyarakat asal mulanya dari kata
musayarak yang kemudian berubah menjadi musyarakat dan selanjutnya
mendapatkan kesepakatan dalam bahasa Indonesia, yaitu Masyarakat".
Musyarak artinya bersama-sama, lalu musyarakat artinya berkumpul bersama,
hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Sedangkan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia telah disepakati dengan
sebutan Masyarakat.
Menurut Soleman B. Taneko (1984), secara sosiologis masyarakat tidak
dipandang sebagai suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari
individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh
karena manusia itu hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang
terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Ringkasnya,masyarakat adalah
suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang lazim
disebut sebagai sistem kemasyarakatan.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


1. Definisi Pengetahua
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Heri
dalam Umul Syarifah, 2009).
2. Fungsi Pengetahuan
Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat.
Pengetahuan merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek
tertentu, terstruktur, tersistematis, menggunakan seluruh potensi
kemanusiaan dan dengan menggunakan metode tertentu. Pengetahuan
merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai pengendali moral
daripada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan (Watloly dalam Umul
Syarifah, 2005).
3. Sumber-sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu
bersumber pada daya inderawi, dan budi (intelektual) manusia.
Pengetahuan inderawi dimiliki oleh manusia melalui kemampuan
inderanya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan diperoleh manusia juga
karena ia juga mengandung kekuatan psikis, daya indera memiliki
kemampuan menghubungkan hal-hal konkret material dalam
ketunggalannya. Pengetahuan inderawi bersifat parsial disebabkan oleh
adanya perbedaan kemampuan tiap indera. Pengetahuan intelektual adalah
pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio intelegensia.
Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk atau kodrat objek dan
tetap menyimpannya di dalam dirinya (Watloly dalam Umul Syarifah,
2005).
4. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkat, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
a) Tahu (know). Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, dan mengatakan.
b) Memahami (comprehension). Memahami berarti kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan
meramalkan.
c) Aplikasi / penerapan (application). Aplikasi berarti kemampuan
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan
hukumhukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi
nyata.
d) Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi
atau objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,
dan mengelompokkan.
e) Sintesis (synthesis). Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi
yang sudah ada. Sebagai contoh, dapat menyusun, merencanakan,
dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan kriteria atau kriteria yang telah ada (Heri dalam
Umul Syarifah, 2009).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b) Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan
banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak
pengetahuan yang diperoleh.
c) Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak
pengetahuan yang didapat.
d) Sumber informasi
e) Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-
kejadian dan kesatuan nyata apa air, apa alam, apa manusia dan
sebagainya (Notoatmodjo dalam Umul Syarifah, 2005).
6. Cara Memperoleh Pengetahuan
a) Cara coba salah (Trial dan Error)
Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia
dalam memperoleh pengetahuan adalah cara coba salah “trial and
error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan
ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi-generasi
berikutnya.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman itu adalah guru yang baik, demikianlah bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
d) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, dengan
kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya. (Notoatmodjo dalam Umul Syarifah,
2005)
D. Tinjauan Umum Tentang Apoteker
Menurut PERMENKES RI No 35 Tahun 2014 pasal 1 ayat 1 menjelaskan
bahwa Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Ayat 3 pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. (PERMENKES RI, 2014)
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan
mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat (drug
related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial
(sociopharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker juga harus mampu
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi
untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional. Dalam melakukan praktik
tersebut, Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan
Obat, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas
kegiatannya. Untuk melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan Standar
Pelayanan Kefarmasian. (PERMENKES RI, 2014)
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
(PERMENKES RI, 2014)
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia
dari Obat dan lain-lain. (PERMENKES RI, 2014)
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
(PERMENKES RI, 2014)
a) menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
b) membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
c) memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
d) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi;
e) melakukan penelitian penggunaan Obat;
f) membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
g) melakukan program jaminan mutu.
2. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health
Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan. (PERMENKES
RI, 2014)
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
a) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
b) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, epilepsi).
c) Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
d) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
e) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui
dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
f) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
ASDASDSAD
E. Tinjauan Umum Tentang Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo,
2003).
Sikap juga dikatakan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan,
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Dan
merupakan kesiapan untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar,
2005).
Sikap mempunyai beberapa ciri-ciri, yaitu:
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objek.
2. Sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan
dan syarat-syarat tertentu yang memudahkan sikap orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari data-data tersebut.
5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Selain itu, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3


komponen pokok, antara lain:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Natoatmodjo, 2003).
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu:
1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan
atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap.
3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling
tinggi.
Sikap mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari, yakni
sebagai fungsi instrumental, fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat,
pertahanan ego, pernyataan nilai, pengetahuan, dan fungsi penyesuaian.

F. Kerangka Konsep
Variabel Penyebab Variabel Akibat
Sikap

Pengetahuan Sikap

Peran Apoteker

G. Definisi Oprasional
Variabel Definisi Skala Cara
Pengukuran Pengukuran
Pengetahuan Pengetahuan Ordinal Kuesioner
adalah hasil
dari tahu, yang
terjadi setelah
orang
melakukan
penginderaan
terhadap objek
tertentu.
Sebagian besar
pengetahuan
diperoleh
melalui mata
dan telinga.
Pengetahuan
merupakan
pedoman
dalam
membentuk
tindakan
seseorang
(overt
behavior)
(Heri, 2009).

Sikap Sikap adalah Ordinal Kuesioner


reaksi atau
respon yang
masih tertutup
dari seseorang
terhadap
stimulus atau
objek.
Newcomb
salah seorang
ahli psikologi
sosial,
menyatakan
bahwa sikap itu
merupakan
kesiapan atau
kesediaan
untuk
bertindak dan
bukan
merupakan
pelaksanaan
motif tertentu
(Notoadmojo,
2003).
Peran Apoteker Ordinal Kuesioner
Apoteker adalah sarjana
farmasi yang
telah lulus
sebagai
apoteker dan
telah
mengucapkan
sumpah jabatan
apoteker.
(PERMENKES
RI, 2014)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu jenis
penelitian yang dilakukan untuk deskripsi tentang suatu keadaan secara
obyektif. Dalam hal ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan .....
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Majaran kabupten Sorong
C. Populasi dan sempel
1. Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah masyarakat
2. Sampel
Sampel adalah pasien Asma di .... adapun sampel yang diperoleh
kemudian dihitung dengan rumus
n= N
1+N (d)^2
Keterangan:
N= total populasi
d^2= Presisi ketetapan adalah derajat signifikan (0,1 atau 0,05)
n= jumlah sampel
Berdasarkan rumus diatas maka dapat ditentukan besar sampel sebagai
berikut:

D. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden terdiri
dari pertanyaan seputar pengetahuan ..,
E. Pengumpulan data
Berdasarkan cara memperoleh data, jenis data yang dikumpulkan pada
penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari
responden dengan menggunakan kuesioneryang diambil dari penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
F. Pengolahan data dan analisis data
1. Editing
Suatu metode untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
2. Coding
Data yang telah terkumpul diberi kode oleh peneliti secara manual
sebelum diolah dengan komputer.
3. Cleaning
Pemeriksaan semua data untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam
pemasukan data.
4. Saving
Penyimpanan data untuk dianalisis.
5. Analisa data
Analisa data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan program komputer SPSS.
G. Penyajian data
H. Etika penelitian
Manajemen asma yang tepat dapat memungkinkan orang untuk menikmati
kualitas hidup yang baik.hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas.
Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama
pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. Gejala
tersebut memburuk pada malam hari, adanya alergen (seperti debu, asap
rokok) atau saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala hilang dengan
atau tanpa pengobatan. Didefinisikan sebagai asma jika pernah mengalami
gejala sesak napas yang terjadi pada salah satu atau lebih kondisi: terpapar
udara dingin dan/atau debu dan/atau asap rokok dan/atau stres dan/atau flu
atau infeksi dan/atau kelelahan dan/atau alergi obat dan/atau alergi makanan
dengan disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan/atau sesak napas
berkurang atau menghilang dengan pengobatan dan/atau sesak napas
berkurang atau menghilang tanpa pengobatan dan/atau sesak napas lebih berat
dirasakan pada malam hari atau menjelang pagi dan jika pertama kali
merasakan sesak napas saat berumur <40 tahun (usia serangan terbanyak).
Istilah “aerosol” digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari suatu sistem
bertekanan tinggi. Tetapi istilah aerosol telah disalah-artikan pada semua jenis
sediaan bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah
padat. Dalam hal Aerosol inhalasi, ukuran partikel obat harus dikontrol dan
ukuran rata-rata partikel harus lebih kecil dari 5 μm. Sediaan ini juga dikenal
sebagai inhaler dosis terukur (lihat Inhalasi). Jenis aerosol lain dapat mengandung
partikelpartikel berdiameter beberapa ratus mikrometer. (Farmakope ed
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen asma yang tepat dapat memungkinkan orang untuk menikmati
kualitas hidup yang baik.hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas.
Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama
pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. Gejala
tersebut memburuk pada malam hari, adanya alergen (seperti debu, asap
rokok) atau saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala hilang dengan
atau tanpa pengobatan. Didefinisikan sebagai asma jika pernah mengalami
gejala sesak napas yang terjadi pada salah satu atau lebih kondisi: terpapar
udara dingin dan/atau debu dan/atau asap rokok dan/atau stres dan/atau flu
atau infeksi dan/atau kelelahan dan/atau alergi obat dan/atau alergi makanan
dengan disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan/atau sesak napas
berkurang atau menghilang dengan pengobatan dan/atau sesak napas
berkurang atau menghilang tanpa pengobatan dan/atau sesak napas lebih berat
dirasakan pada malam hari atau menjelang pagi dan jika pertama kali
merasakan sesak napas saat berumur <40 tahun (usia serangan terbanyak).
Istilah “aerosol” digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari suatu
sistem bertekanan tinggi. Tetapi istilah aerosol telah disalah-artikan pada
semua jenis sediaan bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan busa atau
cairan setengah padat. Dalam hal Aerosol inhalasi, ukuran partikel obat harus
dikontrol dan ukuran rata-rata partikel harus lebih kecil dari 5 μm. Sediaan ini
juga dikenal sebagai inhaler dosis terukur (lihat Inhalasi). Jenis aerosol lain
dapat mengandung partikelpartikel berdiameter beberapa ratus mikrometer.
(Farmakope ed

Anda mungkin juga menyukai