Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FISIKA RADIASI

“Detektor Sintilasi “

Oleh

Nama : HELMITA

Nim : 14034039

Kelompok : 2

Dosen Pembimbing: Drs. Masril, M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
RANGKUMAN

Sintilator adalah suatu bahan yang dapat memancarkan kelipan cahaya (sintilasi)
apabila berinteraksi dengan sinar-g atau partikel a dan b. Prinsip kerja sebuah detektor
sintilator adalah terjadinya kelipan cahaya pada bahan sintilator apabila dikenai partikel
radiasi ataupun foton radiasi. Alat ini menggunakan bahan logam yang atom-atomnya dengan
mudah dideteksi oleh radiasi yang datang (efek fotolistrik ). Bahan-bahan yang umum
digunakan sebagai sintilator adalah kristal –kristal natrium iodida. Bahan-bahan ini
diletakkan di salah satu ujung peralatan yang disebut tabung fotopengganda (photomultiplier)
sehingga foton yang dikeluarkan oleh sintilator dapat diubah menjadi sinyal listrik. Tabung
fotopengganda terdiri atas beberapa elektroda yang disebut dinoda. Bahan-bahan contohnya
NaI (Ti), CsI (Ti), Ca F2 (Eu), Li I (Eu). Proses kelipatan cahaya merupakan proses transisi
molekul bahan sintilator. Perbedaan yang paling dasar dengan sintilator inorganik adalah
waktu tanggapnya jauh lebih kecil yaitu kurang dari 10 ns (1 ms untuk sintilator inorganik).
Sintilator ada 3 yaitu inorganik, organik, gas . Untuk meningkatkan kebolehjadian emisi
photon dan mengurangi serapan cahaya oleh kristal, sejumlah kecil material yang dinamakan
aktivator ditambahkan ke dalam NaI. Aktivator yang banyak digunakan adalah thalium
sehingga detektornya dinamakan NaI(Tl). Photomultiplier tube adalah tabung hampa yang
kedap cahaya dengan photokatoda yang berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya
dan terdapat beberapa dinode untuk menggandakan elektron. Unsur yang dapat dideteksi
unsur radioaktif 137Cs yang dideteksi dengan detektor NaI(Tl).
FISIKA RADIASI
“Detektor Sintilasi”

A. Definisi Detektor Sintilasi

1. Detektor Sintilasi
Sintilator adalah suatu bahan yang dapat memancarkan kelipan cahaya
(sintilasi) apabila berinteraksi dengan sinar-g atau partikel a dan b. Bahan ini
dapat berupa zat padat atau cair, baik zat organik maupun anorganik. Berdasarkan
proses kelipan pada bahan sintilator tersebut dapat dibuat detektor sinar radioaktif
yang disebut detektor sintilator. Terdapat dua jenis tipe detektor kelipan yaitu
kelipan organik dan kelipan inorganik Pada tabel di bawah ini dituliskan beberapa
contoh detektor kelipan yang sering digunakan.
Tabel1. Macam-macam detektor

Detektor sintilasi yang paling sering digunakan untuk spektroskopi gamma adalah
detektor NaI(Tl). Detektor sintilasi mampu mencacah jumlah partikel radioaktif dan
energinya. Dua bagian utama Detektor Sintilator NaI(Tl) yaitu bagian sintilator NaI(Tl),
dimana partikel yang terdeteksi akan menimbulkan kelipan cahaya dan yang kedua adalah
tabung pengubah pancaran cahaya menjadi elektron mengalami proses penggandaan dalam
Photo Multiplier Tube (PMT).
B. Cara Kerja sintilator

Prinsip kerja sebuah detektor sintilator adalah terjadinya kelipan cahaya pada bahan
sintilator apabila dikenai partikel radiasi ataupun foton radiasi. Banyak jenis bahan sintilator,
baik anorganik maupun organik. Jenis sintilator sangat menentukan jenis radiasi yang dapat
dideteksi. Salah satu jenis sintilator yang banyak digunakan untuk keperluan deteksi radiasi
foton gamma adalah Sintilator NaI yang diberi aktivator Tl, sehingga detektornya lebih
dikenal sebagai detektor NaI(Tl).

Sebuah detektor Sintilasi NaI(Tl) terdiri dari :

1. Kristal NaI(Tl) yang berfungsi mengubah foton radiasi menjadi kelipan cahaya
2. Photokatode yang berfungsi mengubah kelipan cahaya menajdi fotoelektron
3. Tabung Pengganda Elektron (PMT) berfungsi melipatgandakan elektron yang
terbentuk, dan pada akhirnya terbentuk pulsa.

Gambaran sebuah detektor NaI(Tl) dapat dilhat pada gambar 1.

Gambar 1. Detektor Sintilator NaI(Tl)

Kelipan cahaya yang timbul diakibatkan adanya foton radiasi, oleh fotokatode diubah
menjadi fotoelektron. Kelipan cahaya yang timbul sebanding dengan energi foton yang
datang. Semakin besar energi, maka kelipan cahaya yang timbul semakin banyak dan
fotoelektron yang terbentukpun semakin banyak. Jika fotoelektron dilipatgandakan didalam
tabung PMT, akan terbentuk pulsa yang tingginya sebanding dengan energi foton yang
datang. Dengan demikian tinggi pulsa yang timbulpun akan sebanding dengan energi yang
foton datang.

Alat ini menggunakan bahan logam yang atom-atomnya dengan mudah dideteksi oleh
radiasi yang datang (efek fotolistrik ). Efek fotolistrik adalah keluarnya elektron-elektron dari
permukaan logam ketika terkena radiasi.Bahan-bahan yang umum digunakan sebagai
sintilator adalah kristal –kristal natrium iodida. Bahan-bahan ini diletakkan di salah satu
ujung peralatan yang disebut tabung fotopengganda (photomultiplier) sehingga foton yang
dikeluarkan oleh sintilator dapat diubah menjadi sinyal listrik. Tabung fotopengganda terdiri
atas beberapa elektroda yang disebut dinoda.

C. Bahan sintilator inorganik

 NaI (Ti)

Digunakan untuk mendeteksi sinar gamma. Dapat diproduksi dalam ukuran yang cukup
besar (diameter 0,75 m dan tebal 0,25 m). Mempunyai massa yang besar dan nomor atomnya
tinggi. Kelemahan dari Na I (Ti) yaitu mudah remuk dan peka terhadap perubahan suhu dan
kerapatannya relatif tinggi (3,67 x 103 kg/m3).

 CsI (Ti)

Memiliki kerapatan yang besar dan jumlah nomor atomnya lebih besar dari NaI (Ti)
sehingga memmpunyai efesiensi deteksi gamma yang lebih besar, namun memiliki efisiensi
konversi cahaya yang lebih rendah 45 % dari NaI (Ti). Ca I ini lebih lunak dan lebih peka
terhadap suhu.

 Ca F2 (Eu)

Terdiri dari bahan bernomor atom rendah sehingga tidak efisien untuk mendeteksi gamma
tapi sangat efisien untuk mendeteksi partikel betha dan sinar x, dan mudah dibuat dalam
segala bentuk karena tidak mudah larut dan tidak berubah sifat maka cukup baik untuk
pengukuran radioisotop berupa cairan. Efisiensi konversi cahaya dari Ca F2 mencapai 50 %
dari Na I (Ti).

 Li I (Eu)

Merupakan detektor netron termal yang melalui reaksi 3Li x (n,a) IHI. Proses pelipatan
tidak dilakukan langsung oleh netron melainkan alpha sebagai hasil reaksi netron dengan Li.
Efisiensi cahayanya sekitar 1/3 dari Na I (Ti).

D. Kelompok Sintilator Harmonik

a. Sintilator inorganik

Sintilator inorganik pada sistem kristal berupa logam alkali, terutama pada alkali
iodide yang jumlah konsentrasinya kecil. Contohnya Na I (Ti), Ca I (Na), Li I (Eu), dan Ca F2
(Eu). Elemen dalam tanda kurung merupakan ketidakmurnian atau aktivator. Konsentrasi
aktivator relatif kecil contohnya thalium pada Na I (Ti) adalah 10-3/mol.

Respon dari sintilator inorganik

Photon

Respon dari Na (Ti) pada sinar gamma adalah linier kecuali untuk energi dibawah 400
Kev. Hasil eksperimen tersebut ditunjukkan pada gambar2.

Partikel bermuatan untuk respon dari proton dan deutron dari sintilator merupakan
perbandingan dari energi partikel, untuk E > 1 Mev. Untuk partikel alpha perbandingan
dimulai pada 15 Mev
Neutron

Neutron dideteksi secara langsung dengan partikel bermuatan yang dihasilkan dari
reaksi nuklir. Tanggapan dari neutron teradapat pada respon photon dan alpha.

b. Sintilator Organik

Sintilator organik dapat berupa kristal seperti antharacene dan transtilecene. Sintilator
organik cair seperti toluene dan hexametylbenzene yang berguna jika suatu detektor dengan
ukuran yang sangat besar diperlukan dalam usaha menaikkan efisiensi deteksi, khususnya
dalam pengukuran aktivasi sangat rendah (H3 dan Cl4), pengukuran sinar kormis dan
sebagainya.

Mekanisme dari proses sintilator organik

Proses kelipatan cahaya merupakan proses transisi molekul bahan sintilator.


Perbedaan yang paling dasar dengan sintilator inorganik adalah waktu tanggapnya jauh lebih
kecil yaitu kurang dari 10 ns (1 ms untuk sintilator inorganik).

Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa energi molekul sebagai fungsi jarak antar
atom. Keadaan dasar molekul tercapai jika berada di titik A0 dengan energi potensial
minimum. Interaksi dengan radiasi pengionan menyebabkan molekul melakukan transisi ke
arah tereksitasi A1. Molekul akan melepas energi kisinya melalui vibrasi kisi untuk mencapai
keadaan B1. Kemudian molekul melakukan transisi kebawah (B0) dengan melepas energinya
dalam bentuk pancaran proton cahaya bernergi (EB1-EB0) lebih kecil dari eneri eksitasinya
(EA1-EA0).
Respon sintilator organik

Respon sintilator organik sangat bergantung pada alpha dan proton, seperti respon
dari sintilasi plastik dan cair ke elektron.

c. Sintilator Gas

Sintilator ini merupakan campuran gas mulia. Cahaya kelipatan yang dihasilkan
merupakan akibat transisi atom. Karena cahaya yang digunakan oleh gas mulia berada di
daerah ultra ungu maka gas lain seperti nitrogen perlu ditambahkan sebagai penggeser
panjang gelombang.

Sintilator gas memiliki beberapa sifat, antara lain :

 Waktu peluruhan yang sangat pendek


 Cahaya kelipatan yang dihasilkan tiap satuan energi radiasi pengion tidak tergantung
pada muatan dan massa partikel pengion tersebut.
 efsisensi untuk sinar gamma sangat rendah.

E. Skema Sintilator

Di dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang dinamakan sebagai
pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan dengan tingkat energi tertentu. Pada keadaan
dasar (ground state) seluruh elektron berada di pita valensi sedangkan di pita konduksi
kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat kemungkinan bahwa
energinya akan terserap oleh beberapa elektron di pita valensi, sehingga dapat meloncat ke
pita konduksi. Beberapa saat kemudian elektron-elektron tersebut akan kembali ke pita
valensi melalui pita energi bahan aktivator sambil memancarkan percikan cahaya. Jumlah
percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi diserap dan dipengaruhi oleh jenis bahan
sintilatornya. Semakin besar energinya semakin banyak percikan cahayanya. Percikan-
percikan cahaya ini kemudian ‘ditangkap’ oleh photocatode.

Detektor kelipan inorganik yang sering digunakan untuk spektroskopi g adalah kristal
tunggal alkali halida seperti NaI (Natrium Iodida). Karena NaI merupakan material isolator,
maka pita valensi biasanya penuh sedangkan pita konduksi dalam keadaan kosong. Sebuah
radiasi dapat mengeksitasi sebuah elektron menyeberangi celah pita dari pita valensi ke pita
konduksi.

Tetapi elektron ini akan kehilangan energinya dengan memancarkan sebuah photon dan
kembali ke pita valensi. Untuk meningkatkan kebolehjadian emisi photon dan mengurangi
serapan cahaya oleh kristal, sejumlah kecil material yang dinamakan aktivator ditambahkan
ke dalam NaI. Aktivator yang banyak digunakan adalah thalium sehingga detektornya
dinamakan NaI(Tl) (Suharyana, 2010). Thalium merupakan pengotor yang mempermudah
terjadinya proses ionisasi. Hal ini karena Thalium mempunyai nomor atom besar (81), lebih
besar nomor atom maka lebih jauh elektron terluarnya dari inti atom dan lebih lemah gaya
yang mengikatnya dari inti atom sehingga mudah mengalami ionisasi (Utari, 2004).

Gambar Peran bahan aktivator Thalium.

Peristiwa pembentukan kelipan cahaya dapat dipandang sebagai urut-urutan beberapa


proses sebagai berikut :

Sinar-g yang masuk ke dalam suatu detektor sintilator akan berinteraksi dengan atom-atom di
dalamnya sehingga terjadi 3 mekanisme sebagai berikut :

a. Efek fotolistrik

Yaitu suatu gejala dimana suatu cahaya yang frekuensinya cukup tinggi dijauhkan
pada suatu permukaan logam, maka akan terjadi pemancaran elektron dari permukaan logam
tersebut.

b. Produksi Pasangan

Yaitu suatu peristiwa yang terjadi apabila suatu foton ditembakkan pada suatu initi
atom sehingga inti atom tersebut akan memancarkan sepasang elektron (q = -e) dan positron
(q = +e). Hal ini terjadi karena untuk memenuhi hukum kekekalan energi dan momentum
linier serta hukum kekekalan muatan listrik.

c. Hamburan Compton

Yaitu suatu peristiwa dimana suatu foton menumbuk elektron dan kemudian
mengalami hamburan dari arahnya semula sedangkan elektronnya menerima impuls dan
bergerak. Dalam tumbukan ini foton dapat dipandang sebagai partikel yang kehilangan
sejumlah energi yang besarnya sama dengan besarnya energi kinetik yang diterima elektron.

Melalui ketiga proses ini, sinar-g menyerahkan sebagian atau seluruhnya tenaganya
pada materi detektor dan sebagai hasilnya melepaskan elektron – elektron bebas yang
dipergunakan dalam proses deteksi selanjutnya. Segera setelah elektron (fotoelektron)
dibebaskan keluar dari sistem atom, maka sebagai akibat dari pengaturan kembali konfigurasi
elektron akan dipancarkan sinar-x. Hampir semua sinar-x ini diserap oleh bahan detektor dan
tenaganya diserahkan pada fotoelektron yang dilepaskan. Sebagian besar dari tenaga yang
diserap oleh elektron ini akan dilepaskan dalam bentuk tenaga panas dan sebagian yang lain
dilepaskan foton cahaya kelipan (Utari, 2004).

B. PHOTO MULTIPLIER TUBE (PMT)

Gambar 3. Skema dari PhotoMultiplier Tube (PMT)

Prinsip kerja detektor kelipan ditunjukkan pada Gambar 3. Radiasi memasuki detektor
sehingga mengakibatkan elektron atom – atom penyusun material detektor tereksitasi. Ketika
kembali ke keadaan dasarnya, elektron orbit memancarkan cahaya. Cahaya ini akan
menumbuk katoda yang permukaannya dilapisai photosensitive yang biasanya terbuat dari
antimony dan cesium. Akibatnya katoda akan menghasilkan paling sedikit sebuah elektron
tiap photon yang mengenainya melalui mekanisme efek photolistrik.
Di belakang katoda terdapat tabung pegganda elektron yang dinamakan
photomultiplier tube PMT yang terdiri atas beberapa elektroda yang dinamakan dynode yang
masing – masing dihubungkan dengan tegangan listrik searah yang secara progresif
bertambah besar. Karena antara dynode pertama dengan photocatode terdapat medan listrik,
maka photoelektron akan dipercepat geraknya oleh medan listrik menuju dynode pertama.
Elektron yang dipercepat ini memiliki energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron –
elektron dari dynode pertama. Untuk sebuah photoelektron yang mengenai dynode,
bergantung pada efisiensi PMT, akan menghasilkan sekitar 10 buah elektron sekunder.
Elektron sekunder ini diarahkan geraknya sehingga dipercepat oleh medan listrik antara
dynode kedua dengan pertama sehingga dari dynode kedua dihasilkan elektron tersier yang
jumlahnya berlipat.

Proses seperti ini diulang – ulang sampai akhirnya elektron yang keluar dari dynode
terakhir mampu menghasilkan arus keluaran yang besarnya lebih dari sejuta kali
dibandingkan arus yang keluar dari katoda. Arus ini masih berupa pulsa muatan sehingga
belum dapat dianalisa. Pulsa keluaran PMT dimasukkan ke penguat muka preamplifier dan
sinyal yang keluar dari penguat muka sudah dalam bentuk pulsa tegangan dalam orde
milivolt (Suharyana, 2010).

F. Tabung Photomultiplier

Photomultiplier tube adalah tabung hampa yang kedap cahaya dengan photokatoda yang
berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat beberapa dinode untuk
menggandakan elektron. Photokatoda yang ditempelkan pada bahan sintilator, akan
memancarkan elektron bila dikenai cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai.
Elektron yang dihasilkannya akan diarahkan, dengan perbedaan potensial, menuju dinode
pertama. Dinode tersebut akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila dikenai oleh
elektron. Elektron-elektron sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju dinode
kedua dan dilipatgandakan kemudian ke dinode ketiga dan seterusnya sehingga elektron yang
terkumpul pada dinode terakhir berjumlah sangat banyak. Dengan sebuah kapasitor
kumpulan elektron tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik.

Karakteristik dari PMT adalah:


-Memanfaatkan efek fotoelektrik
-Foton dengan nergi lebih tinggi dari workfunction melepaskan elektron dari permukaan
katoda
-Elektron dikumpulkan (dipercepat) oleh anoda dengan tegangan (tinggi)
-Multiplikasi arus (elektron) diperoleh dengan dynode bertingkat
-Katoda dibuat dari bahan semi transparan

Biasanya bahan dasar photocathoda dari PMT adalah

-Ag-O-C
-Gaas: Cs
-InGaAs: Cs
-Sb-C
-Bialkali (Sb-K-C, Sb-Rb-Cs)
-Suhu bialkali Tinggi (Na-K-Sb)
-Multialkali (Na-K-Sb-C)
-Solar-buta (Cs-Te, C-I)

Adapun keuntungan dan kerugian menggunakan PMT. keuntungan menggunakan PMT


adalah:

-Sangat sensitif, dapat digunakan sebagai penghitung pulsa


-Pada beban resistansi rendah 50-1000 W, lebar pulsa tipikal 5-50 ns
-Gunakan peak detektor untuk mengukur tingat energi

Sedangkan kerugian menggunakan PMT adalah:

-Mudah rusak bila terekspos pada cahaya berlebih (terlalu sensitif)


-Perlu catu tegangan tinggi
-Mahal

Terdiri Dari :
a) Photokatoda.
Terletak setelah input phospor. Memiliki fungsi untuk merubah cahaya tampak yang diserap
dari input phospor menjadi berkas elektron.
b) Focusing Electroda.
Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan elektron-elektron negatif dari
photochatode ke output phospor.
c) Anode dan Output Phospor.
Elektron dari photochatode diakselerasikan secara cepat ke anoda karena adanya beda
tegangan seta merubah berkas elektron tadi menjadi sinyal listrik.

Kilatan cahaya yang dihasilkan oleh kristal NaI adalah sangat lemah sekali
intensitasnya dan perlu dikonversikan menjadi pulsa elektronik sehingga mudah dalam
analisanya. Photomultiplier tube adalah suatu komponen untuk emngubah atau
mengkonversikan dari kilatan cahaya menjadi arus listrik. Prinsip dasaar dari photomultiplier
tube dapat diilustrasikan seperti gambar berikut ini

PMT berupa tabung electron dengan beberapa elektroda seperti pada gambar
diatas.chatoda dibuat dari bahan dengan photo sensitive yaitu apabila terkena cahayaa akan
mengemisikan elektronya , karena dynode 1 mempunyai tegangan listrik positip terhadap
katoda 300 volt, maka electron dari katoda akan dipercepat dan menum,buk dynode 1.
dynode dilapisi bahan yang mempunyai sifat emisi sekunder yang sangat tinggi sehingga
akan terjadi lagi emisi electron yang sangat tinggi, sehingga akan terjadi lagi emisi electron
yang lebih besar dari katoda.

Emisi sekunder electron akan dapat berlipat ganda dari dynode 1 selanjutnya karena
tegangan positip semakin tinggi akhirnya emisi sekunder electron menuju anoda menjadi
tinggi sekali. Factor pelipat gandaan pada dynode 1 adalah 6 kali, sehingga pada PMT dengan
10 tingkat dynode mempunyai factor penguatan 6 pangkat 10. tegangan tinggi pada PMT
harus benar-benar stabil karena factor penguatan yang sangat tinggi sekali. Perubahan 1 %
dapat menyebabkan berubahnya factor penguatan 10 %. Dengan demikian akan terjadi arus
anoda kathoda yang besarnya sebanding dengan intensitas cahaya dari kristal, dimana
intensitas cahaya kristal sangat tergantung dari energi isotop.

G. Jenis Radiasi Yang Dapat Dideteksi

137
Contoh unsur radioaktif Cs yang dideteksi dengan detektor NaI(Tl)Jika energi radiasi
137
yang dipancarkan oleh unsur radioaktif Cs diserap seluruhnya oleh elektron-elektron pada
kristal detektor NaI(Tl) maka interaksi ini disebut efek fotolistrik yang menghasilkan puncak
energi (photopeak) pada spektrum gamma (gambar 3) pada daerah energi 662 keV. Apabila
foton gamma berinteraksi dengan sebuah elektron bebas atau yang terikat lemah, misal
elektron pada kulit terluar suatu atom, maka sebagian energi photon akan diserap oleh
elektron dan kemudian terhambur. Interaksi ini disebut dengan hamburan Compton

Gambar 5. Pengukuran spektrum 137Cs dengan menggunakan detektor NaI(Tl) (Departement


of physisc Integrated Laboratory).

Titik batas antara interaksi Compton dan foto listrik menghasilkan puncak energi
yang disebut Compton edge. Puncak Backscatter disebabkan oleh foton yang telah
dihamburkan keluar ternyata didefleksi balik kedalam detektor sehingga terdeteksi ulang.
137
Spektrum di atas merupakan contoh karakteristik spektra dari isotop Cs, setiap isotop
mempunyai karakteristik pola spektral yang berbeda-beda yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi isotop-isotop tersebut (Ardisasmita, M Syamsa, 2000).

Anda mungkin juga menyukai