Anda di halaman 1dari 13

TUGAS GEOFISIKA PASIF PENAMBANGAN

Metode Radioaktif dalam Eksplorasi

SYIAUDI MAGHFIRA
12115042

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
I. Dasar Teori

Peluruhan radioaktif
Proses peluruhan zat radioaktif sebenarnya adalah proses alami dari suatu zat radioaktif atau
radioisotop dalam rangka keseimbangan menuju kepada energi dasarnya (ground state energy).
Proses peluruhan zat radioaktif yang terjadi berkaitan erat dengan jenis radiasi nuklir dari suatu
radioisotop. Untuk itu, perlu diketahui beberapa jenis radiasi yang mengikuti terjadinya proses
peluruhan tersebut. dua unsur yang selalu memancarkan sinar radiasi yang kemudian dinamakan
Poloniun dan Radium. Unsur yang selalu memancarkan sinar radiasi tersebut dinamakan unsur
radioaktif (isotop radioaktif). Inti atom yang tidak stabil selalu memancarkan secara spontan sinar
radioaktif, sehingga akhirnya akan diperoleh inti atom yang stabil. Peristiwa pemancaran sinar
radioaktif secara spontan disebut radioaktivitas atau peluruhan radioaktif.

Jenis Sinar Radioaktif berdasarkan partikel penyusunnya, sinar radioaktif dibagi menjadi tiga, yaitu
sinar alfa, sinar beta, dan sinar gamma.
1. Sinar Alfa Sinar alfa adalah sinar yang dipancarkan oleh unsure radioaktif. Sinar ini ditemukan
secara bersamaan dengan penemuan fenomena radioaktivitas, yaitu peluruhan inti atom yang
berlangsung secara spontan, tidak terkontrol, dan menghasilkan radiasi. Sinar alfa terdiri atas dua
proton dan dua neutron. Berikut ini adalah sifat alamiah sinar alfa.
a. Sinar alfa merupakan inti He.
b. Dapat menghitamkan pelat film (yang berarti memiliki daya ionisasi alfa paling kuat daripada
sinar beta dan gamma.
c. Mempunyai daya tembus paling lemah di antara ketiga sinar radioaktif.
d. Dapat dibelokkan oleh medan listrik maupun medan magnet.
e. Mempunyai jangkauan beberapa sentimeter di udara dan 102 mm di dalam logam.
2. Sinar Beta Sinar beta merupakan elektron berenergi tinggi yang berasal dari inti atom. Berikut ini
beberapa sifat alamiah sinar beta.
a. Mempunyai daya ionisasi yang lebih kecil dari sinar alfa.
b. Mempunyai daya tembus yang lebih besar daripada sinar alfa.
c. Dapat dibelokkan oleh medan listrik maupun medan magnet.
3. Sinar Gamma Sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang terpancar dari inti
atom dengan energy yang sangat tinggi yang tidak memiliki massa maupun muatan. Sinar gamma
ikut terpancar ketika sebuah inti memancarkan sinar alfa dan sinar beta. Peluruhan sinar gamma
tidak menyebabkan perubahan nomor atom maupun massa atom. Sinar gamma memiliki beberapa
sifat alamiah berikut ini.
a. Sinar gamma tidak memiliki jangkauan maksimal di udara, semakin jauh dari sumber
intensitasnya makin kecil.
b. Mempunyai daya ionisasi paling lemah.
c. Mempunyai daya tembus yang terbesar.
d. Tidak membelok dalam medan listrik maupun medan magnet.

Waktu Paruh
Waktu paro adalah selang waktu yang dibutuhkan agar aktivitas radiasi berkurang setengah dari
aktivitas semula.Waktu paro juga dapat didefinisikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan agar
setengah dari inti radioaktif yang ada meluruh (Tipler, 1998); Untuk menghitungnya digunakan
rumus:
Sementara untuk menghitung umur radioaktif, digunakan persamaan berikut

Keterangan:
t : Umur fosil
N/N0 : perbandingan kandungan C-14 pada fosil jaringan hidup
T1/2 : Waktu paruh (dalam fosil dikenal T1/2 C-14 = 5730 tahun
(-0.693) : hasil logaritme natural (ln) ½
Ln : Logaritma natural (Logaritma dengaan bilangan pokok e)

Radioaktif pada batuan dan mineral


Radioaktivitas Batuan Mineral batuan secara alamiah mengandung unsur-unsur radioaktif yang terus
mengalami proses peluruhan.Dengan mengetahui berapa jumlah unsur radioaktif yang meluruh dan
konstanta peluruhannya, maka pentarikhan umur suatu mineral dapat dimungkinkan untuk dilakukan.
Salah satu unsur radioaktif di bumi yang mengalami peluruhan adalah uranium dengan produk
akhirnya adalah timbal. Dalam system periodik, semua untur yang memiliki nomor atom diatas atau
sama dengan 82 adalah unsur radioaktif. Ada 3 jenis unsur yang sering digunakan dalam radioaktif,
yakni :

1. Potasium
Biasanya banyak terdapat pada daerah batuan berpasir(sand) yang terdiri dari sedimen
(klastik,detrial) yang telah tererosi,melapuk dan tertransportasi sangat jauh dari batuan induknya.
Unsur Potassium banyak ditemukan pada mineral-mineral berikut :
a. Mineral lempung (clay) yang terbentuk pada struktur mineral lempung.Contoh :
kaolinite,chlorite
b. Mineral pembentuk batuan seperti feldspar,mika,ortoklas,biotit,muskovit dll yang secara
kimkia terbentuk menjadi struktur silikat.
c. Mineral pada batuan hasil penguapan yang terbentuk melalui proses kimia seperti
salts.Contohnya : sylivitedan carnalite
d. Mineral pada alga limestone (limestone berfosil ganggang).

2. Uranium
Ditemukan pada sedimen detrital (shales, conglomerates ,sanstone, dan batuan karbonatan).
Ditemukan juga pada mineral tuff dan posfat Secara umum uranium tidak terbentuk secara kimia
terhadap batuan dengan kompak (erat) seperti halnya Pottasium,namun mudah lepas bersama
komponen sekunder batuan Sebagian besar longgar pada batas butir,retakan(fracture),permukaan
dalam(internal surface) sehingga mudah lepas pada saat proses geologi.Hal ini dikarenakan Uranium
yang high mobility. Uranium digunakan sebagai indikator lingkungan dan proses pengendapan
sedimen.

3.Thorium
Asal mulanya merupakan bagian dari batuan asam dan intermedit.namun berbeda
denganUranium,Thorium lebih stabil dan tidak mudah lepas.Thorium dan mineral 13Th terdapat pada
sedimen sebagai butir detrial. Keduanya bisa stabil pada mineral berat seperti:
zircon,thorite,monazite,epidote,dan sphene. Thorium relatif dalam jumlah besar ditemukan pada
bauxite dan diantara mineral lempung,dan lebih banyak lagi ditemukan pada kaolinite disbanding
glauconites Kandungan atau komposisi dari unsure didalam batuan biasanya dituliskan
kedalam bentuk ppm untuk Uranium dan Thorium (1ppm= 10-8 kg U atau K,untuk 1kg
massa batuan) dan kedalam persentase (%) untuk Potassium (1%= 10-2 kg K untuk 1kg
massa batuan). Mineral-mineral lempung memiliki perbedaan kadar rasio Th/K.
Tabel 1 Tabel nulai rata-rata kandungan U,Th, dan K dalam batuan beku

II. Peralatan

1. Geiger-Muller Counter
Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta. Sensornya adalah sebuah
tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan bersifat konduktor ketika partikel
atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon) menjadi konduktif. Sebuah tabung Geiger-
Muller (or tabung GM ) adalah unsur pengindera ( sensor ) dari sebuah Geiger counter yang dapat
mendeteksi sebuah partikel tunggal dari sebuah radiasi ionisasi.Alat tersebut akan membesarkan
sinyal dan menampilkan pada indikatornya yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik
dimana satu bunyi menandakan satu partikel. Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat
digunakan untuk mendeteksi radiasi gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah
geiger tidak bisa digunakan untuk mendeteksi neutron
jenis gas ionisasi detektor dioperasikan dengan tegangan di Geiger plateau (daerah plato Saat
dipergunakan untuk pengukuran, tabung didekatkan pada unsur yang memancarkan partikel
radioaktif sehingga partikel-partikel itu akan menembus jendela tipis pada salah satu ujung tabung
dan masuk ke dalamnya. Partikel radioaktif ini lalu menumbuk atom-atom gas sehingga atom-atom
gas akan mengeluarkan elektron-elektron. Elektron yang terlepas saat tumbukan ditarik ke anoda.
Peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat. Karena melepaskan elektron, atom-atom gas berubah
menjadi ion-ion positif. Ion-ion ini kemudian tertarik kearah katoda. Perpindahan ini akan
menimbulkan pulsa listrik dalam rangkaian pencacah Geiger Muller. Bila ada radiasi yang masuk
kedalam tabung tersebut, maka terjadilah ionisasi atom-atom atau molekul-molekul gas dalam tabung
itu. Ion positif akan bergerak ke katoda sengkan ion negatif akan bergerak ke anoda. Bila ion-ion itu
sampai pada masing-masing elektroda maka akan terjadi pulsa tegangan atau pulsa arus sebesar Bila
jumlah partikel yang radiasi masuk kedalam tabung Geiger -Muller tiap satuan waktu adalah tertentu
maka cacahan yang tercatat oleh pencacah akan tertentu pula. Jumlah cacahan tiap satuan waktu yang
tercatat tergantung dari pada tegangan elektroda. Pulsa listrik kemudian diperkuat melalui amplifier
sehingga dapat didengar melalui loudspeaker sebagai bunyi yang berdetak. Alternatif lain, pulsa
listrik ini setelah melalui amplifier dapat pula dicatat pada alat penghitung listrik, sehingga jumlah
partikel yang masuk ke tabung tiap detiknya dapat dihitung. Jika aktivitas unsur radioaktif cukup
tingggi, maka jumlah partikel yang dipancarkannya akan besar sehingga bilangan perdetik yang
ditunjukkan pencacah geiger Muller pun akan besar,atau detakan yang terdengar lewat loudspeaker
akan semakin banyak.

2. Scintillation meter
Scintillator adalah substan yang bila ditumbuk oleh sebuah partikel bermuatan misalnya sinar x, sinar
akan dihasilkan kilat/nyala dari cahaya, biasanya adalah sodium iodide (NaI), Cesium Iodida (CeI).
Nyala/kilat dari cahaya dapat diubah menjadi puls-puls listrik oleh suatu system elektronik yang
disebut Scintillation Counter. Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat
dibagimenjadi dua tahap yaitu : proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi
percikan cahaya di dalam bahan sintilator dan proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa
listrik di dalam tabung photomultiplier

3. Gamma-ray spectrometer
Peralatan yang biasa digunakan dalam survey udara dan sepasang unit portable yang biasa digunakan
juga. Spektometer dapat membedakan karakteristik sinar gamma dari K, U, dan Th. Spektometer
jenis gamma ray dikenal sebagai Pulse-height analyzer atau kick sorters yang digunakan untuk
menganalisis sinar gamma dalam lab nuklir. Konsepnya adalah saat sinar gamma kehilangan energi
awalnya, amplitude pulsa dari multiplier proporsional dengan energi sinar gamma sesungguhnya.
Meskipun energi semakin turun, namun akan terus bertambah pulsanya dengan amplitude yang sama.
Membuat sinar gamma tetap berada didalam kristal dan terserap. Untuk mencapai efisiensi 100%
konversi sinar gamma maka diperlukan unsur radioaktif sebagai sumber utama dalam kristal.
Sehingga seluruh sinar gamma terserap dan terspektrum sehingga bisa dianalisa.

III. Pengukuran Lapangan


Pencarian darat dapat dilakukan dengan berbagai instrument yang telah disebutkan diatas, Geiger
counter digunakan untuk pengukuran berjalan, scintillometer dan sinar gamma spektometer
digunakan dengan kendaraan. Di lapangan, ratio >3:1 dari background akan menjadi hal yan
gmenarik (anomaly). Nilai background sendiri beragam tiap tempa, tergantung ketebalan tanah
penutup dan kndungan potassium pada batuan. Untuk beberapa kondisi, dimensi dari sumber perlu
diperhatikan (terutama pada geiger counter). Survei udara umumnya dilengkapi dengan survei
magnetic dan EM terkadang. Lalu didetilkan dengan pengukuran lapangan seperti geokimia maupun
geofisika dan terakhir dilakukan trenching, test pit, dan pemboran ditambah logging geofisika. Jika
daerah survey kecil dan tidak memungkinkan diakses dengan survey darat, dapat digunakan survey
helicopter.
Survei udara radiometric digunakan juga untuk mendeteksi mineral selain uranium dan thorium,
seperti titanium dan zirconium yang membawa mineral berat seperti tantalum, niobium dan REE.
Untuk eksplorai berlian juga dapat dilakukan dengan melihat nilai uranium dan thorium yang rendah.
Pada eksplorasi migas juga dapat dilakukan dengan medeteksi struktur yang berhubungan dengan
sumber, ditandai nilai radioaktif yang rendah. Aplikasi tidak langsung dari aplikasi ini untuk
mengetaahui hubungan phosporit dengan batuan induknya yang memiliki anomaly uranium.

IV. Pengolahan Data dan Interpretasi

Data hasil pengukuran radioaktif dapat dilaporkan dalam bentuk kontur untuk melihat persebaran
jumlah radioaltif di suatu daerah, selain itu, dapat juga dapat ditampilkan dalam bentuk kurva yang
selanjutnya dapat dianalisis kandungannya. Yang terakhir, pendugaan terhadap hasil pengukuran
juga sangat berpengaruh terhadap hasil interpretasi

(a)

(b)
Gambar 1 Bentuk Pelaporan Data Hasil Pengolahan (a) kurva Profil (b) Kontur hasil Pengukuran
Gambar 2 Hasil Interpretasi Bawah Permukaan dari Kurva Pengukuran
V. Studi Kasus

INVENTARISASI SEKTOR POTENSIAL U MENTAWA KALIMANTAN TENGAH TAHAPAN


PROSPEKSl SISTEMATIK

Pendahuluan
Penelitian di Sektor Mentawa telah dilakukan pada tahun 1994 dalam prospeksi detil ditemukan
anomaly radioaktif di sungai rongka, sungai mentawa dan cabang kiri sungai mentawa dan tahun
1996 dalam prospeksi sistematik didapat pula anomaly radiometric di daerah Mentawa Barat.
Mineralisasi U berupa uraninit, terbentuk dari reakumulasi U yang berasal dari batuan metasedimen
yang diterobos oleh granit. Kadar U batuan 68,51 s/d 9759,25 ppm. Berdasarkan hasil temuan
tersebut dengan adanya anomali radiometri singkapan batuan dan adanya bongkah aktif maka diduga
pada daerah penelitian terdapat sebaran mineralisasi U yang lebih luas dari yang telah ditemukan.

Lokasi, Luas Daerah


Daerah penelitian terletak di hulu S. Mentawa, S.Ampola, S. Rongka, dan S. Ujang Dua, merupakan
kawasan HPH PT Sari Bumi Kusuma. Secara administrative termasuk wilayah Desa Tanjung Paku,
Kecamatan Tumbang Manjul, Kabupaten Kota Waringin Timur, Propinsi Kalimantan Tengah. Luas
daerah penelitian 1 Km2.

Gambar 3 Peta Lokasi Daerah Penelitian


Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan pada penelitian lapangan adalah kompas geologi, palu geologi, kompas
topochaix, klinometer, scintilometer SPP 2 NF, loupe perbesaran 10 x dan 20 x dan kamera foto,

Metode Kerja Lapangan


• Pemetaan geologi skala 1 : 2000 dengan cara pengamatan singkapan batuan dan kupasan meliputi
aspek litologi, struktur geologi dan mineralisasi
• Pemetaan topografi dengan menggunakan alat kompas topochaix dan klinometer
• Pemetaan radiometri dengan alat scintillometer SPP2NF meliputi:
o Pengukuran radiometri soil secara sistematik dengan jaring-jaring 20 x 20 m.
o pengukuran radiometri singkapan batuan
o pengukuran radiometri batuan pada kupasan dengan jaring-jaring 25 x 50 cm
o Pembuatan kupasan pada lokasi anomali terpilih.
o Pengambilan contoh batuan untuk analisis laboratorium.

Hasil
1. Morfologi daerah penelitian
Morfologi daerah penelitian merupakan perbukitan dengan ketinggian 125 - 500 meter diatas
muka laut, dengan kemiringan lereng 150-580. Pola aliran yang berkembang adalah pola
subparallel

2. Litologi
Litologi penyusun daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok batuan
malihan dan kelompok batuan beku.
• Kelompok Batuan Malihan
1. Satuan Kuarsit Satuan kuarsit mempunyai sebaran di bagian barat dan utara, meliputi 81
% dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan kuarsit terdiri dari kuarsit dengan sisipan
sekis. Kuarsit berwama abu-abu sampai abu-abu gelap, lapuk menjadi kuning kecoklatan,
berukuran butiran halus, masif, kadang-kadang terdapat sisa struktur perlapisan,
sekistositas tampak pada sisipan sekis, komposisi utama mineral kuarsa, felspar, serisit
dan sedikit mika. Radiometri: 90 - 200 c/s.
2. Satuan Sekis
Sekis mempunyai sebaran di bagian tenggara dan baratdaya dan sedikit di bagian utara
daerah penelitian, meliputi 14 % dari seluruh luas daerah penelitian. Sekis berwarna abu-
abu cerah sampai abu-abu gelap, lapuk menjadi kuning kecoklatan, sekistositas pada
umumnya cukup jelas, tekstur lepidoblastik, ukuran halus - sedang komposisi utama
mineral kuarsa, felspar dan mika(biotit). Radiometri : 90-150 c/s
• Kelompok Batuan Beku
1. Tonalit
Tonalit tersingkap di bagian utara daerah penelitian meliputi 5 % dari seluruh luas daerah
penelitian. Satuan ini terdiri dari tonalit, berwarna putih - putih abu-abu, holokristalin,
berukuran mineral sedang, komposisi kuarsa, felspar dan mika (muskovit dan biotit).
Radiometri rata-rata 60 cps, di Ano 237 mencapai 150 cps.
2. Terobosan Granit
Granit menerobos satuan kuarsit, sebagian memotong dan sejajar perlapisan. Granit
berwarna abu-abu cerah, holokristalin, equigranular, ukuran mineral halus-kasar, bentuk
butir subhedral-anhedral komposisi kuarsa, alkali felspar, plagioklas, dan mika (muskovit
dan biotit), serisit, apatit, zirkon, klorit. Pada biotit ditemukan pleokroik halo dengan inti
mineral opak. Radiometri pada granit berkisar antara 100-175 cps.

Gambar 4 Peta Litologi Daerah Penelitian


3. Struktur geologi
Perlapisan batuan pada umumnya merupakan perlapisan sisa dengan jurus arah WNW - ESE pada
bagian selatan miring kuat kearah utara, sedangkan dibagian utara miring kuat ke Selatan.
Sementara itu, struktur sesar yang terjadi di daerah penelitian merupakan sesar mendatar berarah
NE-SW dan NNW-SSE . Sesar yang berarah NE-SW merupakan sesar mendatar dekstral. sesar
ini berkembang pada cabang kiri S. Ujang Dua Sesar yang berarah NNW - SSE merupakan sesar
mendatar sinistral yang sebagian berkembang menjadi sesar normal. Struktur sesar ini
berkembang di S. Ampola dan Cabang Kiri S. Mentawa.

4. Radiometri
Pengukuran radiometri dilakukan pada dua bagian yakni, pada soil dan singkapan batuan.
• Radiometri Soil
Pengukuran radiometri soil dilakukan secara sistematik dengan jaring-jaring 20 x 20
meter dengan arah N 120°E dan N 30°E. Pada daerah seluas 0,7 Km2 dengan jumlah
pengukuran radiometri soil sebanyak 1633 titik, kisaran radiometri 45 - 500 cps, rata-rata
88,54 cps. Pada tempat yang menarik nilai radiometrinya dilakukan perapatan
pengukuran dengan jaring-jaring pengukuran menjadi 5x10 meter. Dari hasil pengukuran
tersebut kemudian dibuat peta kesamaan radiometri soil.

Gambar 5 Peta radiometri Soil


• Radiometri Singkapan Batuan
Hasil pengukuran radiometri singkapan batuan, pada kuarsit dan sekis umumnya 100-150
cps. Nilai anomali diasumsikan 3 kali harga latar setempat. Karena harga latar pada
umumnya 100 cps maka singkapan batuan dengan radiometri > 300 cps dianggap
anomaly
Gambar 6 Peta Radiometri Singkapan Batuan
5. Mineralisai Uranium
Pada pengamatan lapangan mineralisasi uranium diindikasikan oleh harga radiometri singkapan
batuan yang berkisar antara 300 - 15.000 cps. Mineralisasi tersebut berada pada batuan kuarsit.
Mineralisasi U berasosiasi dengan turmalin, kuarsa dan sulfida. Mineralisasi umumnya berarah
WNW - ESE , berupa segregasi mineral yang berbentuk lensa, tebal milimetrik sampai dengan
desimetrik. Selain itu, disalah satu lokasi ditemukaan adanya mineralisasi yang dipotong oleh
korok granit. Mineralisasi pada daerah ini searah dengan bidang sekistositas (N120E). dari hasil
uji, kadar U total dalam conto batuan kuarsit relative tinggi (mencapai 18 ppm) maka diduga
mineralisasi U terbentuk dari reakumulasi U yang berasal dari batuan kuarsit selama
metamorfisme berlangsung. Sehingga kontrol mineralisasi U berupa kontrol litologi kuarsit..

6. Sumberdaya Uranium
Zona favorabel ditentukan berdasarkan atas kedapatan anomali radiometri singkapan batuan yang
didukung oleh pola kesamaan radiometri tanah serta kesamaan batuan cebakannya berupa fasies
kuarsit. Maka berdasarkan hal tersebut ditentukan zona favorabel daerah penelitian sepanjang
1200 meter dan lebar sekitar 100 400 meter pada luas 0,3 Km2
Gambar 7 Zona Favorable Kandungan U daerah Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

https://inis.iaea.org/collection/NCLCollectionStore/_Public/33/023/33023376.pdf (diakses
pada hari minggu 11 November 2018, pukul 19.45 Wib)
https://www.scribd.com/document/367610534/Laporan-Panas-Dan-Radioaktivitas-Bumi
(diakses pada hari minggu 11 November 2018, pukul 21.24 Wib)
Telford,W.M., Goldrat, L.P., danSheriff, R.P., 1990, Applied Geophysics 2nd ed, Cambridge
University Press, Cambridge.

Anda mungkin juga menyukai