Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Logging adalah suatu alat yang dirancang guna mendapatkan informasi
tentang keadaan bawah permukaan (subsurface). Untuk interpretasi maupun
analisa baik kualitatif maupun kuantitatif, jenis-jenis logging geofisika yang
umum digunakan salah satunya adalah Log Radioaktif. Log radioaktif adalah jenis
log yang dihasilkan dari perekaman yang menggunakan elemen-elemen radioaktif
yaitu log gamma Ray, Densitas dan Neutron.

Menurut Yana Hendrayana, berdasarkan fungsinya Well Log dapat dibedakan


menjadi empat fungsi, yakni Permeable Zone Logs, Resistivity Logs, Porosity
Logs dan Borehole Condition. Yang pertama yaitu untuk mengetahui Zona
Permeable kita dapat menggunakan Log Spontaneous Potential (Log SP), Log
Gamma Ray dan Log Caliper. Log SP mengukur nilai Self Potensial (SP) dari
suatu formasi. Nilai SP negatif ditunjukkan pada formasi yang permeable (batu
pasir), sebaliknya pada zona impermeable akan menunjukkan nilai SP positif
(lapisan clay)

Ilmuwan Inggris, Ernest Rutherford menjelaskan bahwa inti atom yang


tidak stabil (radionuklida) mengalami peluruhan radioaktif. Partikel-partikel kecil
dengan kecepatan tinggi dan sinar-sinar menyebar dari inti atom ke segala arah.
Para ahli kimia memisahkan sinar-sinar tersebut ke dalam aliran yang berbeda
dengan menggunakan medan magnet. Dan ternyata ditemukan tiga tipe radiasi
nuklir yang berbeda yaitu sinar alfa, beta, dan gamma. Semua radionuklida secara
alami memancarkan salah satu atau lebih dari ketiga jenis radiasi tersebut.

Beberapa proses peluruhan radioaktif yang memancarkan partikel atau


menyebabkan inti berada dalam keadaan energetik, sehingga inti selanjutnya
kehilangan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik yaitu sinar gamma. Sinar
gamma mempunyai daya tembus besar dan berkas sinar ini tidak dibelokkan oleh
medan listrik maupun medan magnet. Sinar gamma mempunyai panjang
gelombang yang sangat pendek

Didalam batuan tentunya terdapat mineral radioaktif dan non radioaktif.


Gamma ray log ini hanya akan mengukur jumlah dari sinar gamma yang
dipancarkan oleh mineral radioaktifnya. Mineral-mineral yang mengandung
radioaktif seringkali bukan mineral yang stabil (tidak tahan terhadap pelapukan)
antara lain pada mineral feldspar. Dengan demikian batuan yang banyak
mengandung fledspar akan memiliki nilai gamma ray yang cukup tinggi.

B. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui prinsip,macam, kegunaan,


peralatan, hasil pengukusuran, faktor-faktor yang mempengaruhu respon alat
dalam Log Gamma Ray.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Log Gamma Ray merupakan metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma
yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di
sepanjang lubang bor, sehingga log gamma ray berguna untuk
mendeteksi/mengevaluasi endapan-endapan mineral radioaktif seperti
potassium/bijih alumunium. Sumber radioaktif batuanberasal dari uranium (U),
Thorium (Th) dan Potassium (K). Ketiga unsur tersebut memancarkan sinar alpha,
sinar beta, dan sinar gamma.

B. Prinsip
Gamma Ray Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang
dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di
sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan
tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium, Radium, dan lain-lain. Pada
dasarnya Gamma Ray Log (GR Log) merekam pancaran radioaktif dari formasi.
Sinar radioaktif alami yang direkam berupa uranium, thorium, dan potassium. Log
gamma ray sederhana memberikan rekaman kombinasi dari tiga unsur radioaktif,
sedangkan spectral gamma ray menunjukkan masing-masing unsur radioaktif
(Rider, 1996). Distribusi energi dari masing-masing kontributor utama radiasi
gamma alami dari formasi berbeda-beda. Puncak yang berlabel adalah energi yang
dominan (kebanyakan sinar gamma memiliki energi ini). Tiap batuan
mengandung jumlah radio-isotop yang berbeda. Distribusi energy juga tersebar
dalam ruang energi sebagai hasil hamburan compton. Namun, puncak energy dari
masing-masing kontributor utama radiasi gamma masih dapat dikenali. Seperti
yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar Pengukuran spectrum energi sinar gamma dari formasi setelah
terjadi hamburan Compton

Alat SGR menggunakan sensor yang sama sebagai alat sinar gamma total.
Output dari sensor dimasukkan ke dalam analisa multi-channel yang menghitung
jumlah radiasi yang berasal dari energi yang berhubungan dengan masing-masing
puncak utama. Hal ini dilakukan dengan mengukur tingkat gamma ray count
untuk 3 jendela energi yang berpusat di sekitar 1.46 MeV energi untuk kalium-40,
1.76 MeV untuk uranium-radium seri, dan 2.62 MeV untuk seri torium.
Pembacaan mewakili radioaktivitas sinar gamma dari masing-masing sumber.
Jumlah mereka harus sama dengan nilai keseluruhan sinar gamma diukur dengan
alat sinar gamma total, dan kode SGR jika diukur dengan alat sinar gamma
spektral. Setiap kombinasi dari tiga komponen dapat disimpulkan dan dianalisis.
Namun, yang paling penting adalah jumlah radiasi kalium-40 dan thorium, yang
disebut respon computed gamma ray (CGR).

Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale (serpihcampuran


lempung dan lanau) dan sedikit sekali terdapat dalam sandstone, limestone,
dolomite, coal, gypsum, dan lain-lain. Oleh karena itu shale akan memberikan
response gamma ray yang sangat signifikan dibandingkan dengan batuan yang
lainnya. Log gamma ray merekam unsur radioaktif dalam skala API (American
Petroleum Institute). Satuan dasarnya adalah CPS (count per second) yang
kemudian dirubah menjadi API setelah dikalibrasi dengan suatu formasi yang
sudah diketahui persis kandungan mineral radioaktifnya (U, Th and K). Log
gamma ray umumnya direkam dalam satu kolom bersama log caliper. Batuan
yang hanya mengandung sedikit unsur radioaktif dan akan memberikan defleksi
kurva sinar gamma yang relatif kecil,seperti pada batubara. Defleksi kurva sinar
gamma pada batuan yang mengandung banyak unsur radioaktif, akan relatif besar
seperti pada batu lempung. Pada interpretasi lapisan batubara, nilai gamma ray
memperlihatkan harga yang paling rendah, karena batubara sangat sedikit
mengandung unsur Kalium. Respon gamma dengan harga yang lebih besar
daripada batubara diperlihatkan oleh respon lapisan keras yang banyak
mengandung silica, dan kemudian oleh respon batupasir. Respon gamma yang
tinggi diperlihatkan oleh batu lanau dan batu lempung. Potasium,Uranium dan
Thorium (unsur radioaktif yang memancarkan sinar gamma) banyak tedapat pada
batu lempung. Berikut ini adalah contoh kandungan unsur radioaktif dari lempung
Kimmeridgian di daerah laut utara (Gjorlykke, 1975)

Unsur Jumlah Presentase sinar gamma


Uranium 5.27 ppm 61
Thorium 10.46 ppm 33
Potasium 1.34% 6

Dengan demikian besaran gamma ray log yang terdapat didalam rekaman
merupakan jumlah total dari radiasi yang dihasilkan oleh semua unsur radioaktif
yang ada di dalam batuan. Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang
berpengaruh pada bacaan gamma ray dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena
pada hakikatnya besarnya energy dan intensitas setiap material radioaktif tersebut
berbeda-beda. Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan
batuan non-shale yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif, seperti
mineralisasi uranium pada sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang
mungkin terdapat pada coal dan dolomite.

Radioaktivitas dari lumpur akan mempengaruhi pembacaan Log Gamma Ray


berupa tingkatan latar belakang radiasi yang tinggi. Selain itu, log gamma ray
dapat digunakan sebagai pengganti SP Log untuk pendeteksian lapisan
permeable,karena untuk formasi yang tidak terlalu resistif hasil SP Log tidak
terlalu akurat.

C. Macam-Macam
1. Log yang menggunakan sinar gamma natural yang disebut dengan Spectral
Gamma Ray Log (SGR).
2. Log yang menggunakan sinar gamma non-natural (gamma ray total). Densitas
(density) atau rapat massa batuan dapat diukur dengan memanfaatkan sinar
gamma. Untuk keperluan ini dipakai sumber sinar gamma misalnya Cesium-
137 yang mampu memancarkan sinar gamma ke dalam formasi batuan.

Gambar The Spectral Gamma Ray Sonde (SGS).


Sensor yang dapat dipakai untuk mendeteksi sinar gamma adalah kristal
sodium iodida yang diaktivasi dengan telurium, Na I (Tl). Di bagian belakang dari
detektor ini dilapisi dengan bahan photo katoda yang mudah melepaskan elektron
bila dikenai cahaya. Apabila radiasi sinar gamma menegnai kristal terjadilah
proses photo listrik.

Detektor sinar gamma yang lain adalah PMT (Photo Multiplier Tube).
Pada prinsipnya PMT mula-mula menerima cahaya (sinar ) yang menyebabkan
munculnya elektron pada emitter. Tiap elektron ini menghasilkan lagi 2 elektron
pada degnoda berikutnya. Proses ini berlangsung secara bertingkat yang pada
akhirnya diperoleh elektron yang cukup banyak pada kolektor. Elektron yang
cukup banyak ini selanjutnya dapat dialirkan ke rangkaian elektronik berikutnya.
Jadi dari seberkas sinar gamma yang lemah dapat dideteksi keberadaannya setelah
dilewatkan proses di dalam PMT. Diagram yang menunjukkan cara kerja PMT
diperlihatkan oleh gambar di bawah ini

Gambar Prinsip pelipatgandaan elektron di dalam tabung PMT

Alat SGR dikalibrasi menggunakan 4 sumber komposisi yang diketahui


secara akurat, masing-masing hanya mengandung K40, U238, Th232, dan satu
mengandung campuran. Setiap sumber ditempatkan di samping detektor dan alat
(tool) digunakan untuk melakukan pengukuran. Kalibrasi ini dirancang
sedemikian rupa sehingga pembacaan dikalibrasi secara akurat pada alat
melaporkan perbedaan jumlah radiasi dari masing-masing sumber radiasi, dan
rata-rata total penghitungan dikalibrasi dengan test pit Houston.

D. Hasil Pengukuran

Format pelaporan data SGR lebih kompleks daripada log sinar gamma Total
karena mengandung lebih banyak informasi rinci. Kolom 1 digunakan untuk
merekam turunan log sinar gamma total (SGR), yang merupakan jumlah dari
semua kontribusi radiasi, serta log CGR, yang merupakan jumlah respon kalium
dan thorium, meninggalkan kontribusi dari uranium. Kolom 2 dan 3 digunakan
untuk merekam kelimpahan dihitung terkait dengan radiasi dari kontribusi
individu dari masing-masing K40, U238, dan Th232. Perlu dicatat bahwa kalium
dilaporkan sebagai persentase, sedangkan U238 dan Th232 dilaporkan dalam bagian
per juta (ppm).

Gambar Presentasi dari log spektral sinar gamma.

Pada GR Log didapatkan suatu kurva yang menunjukkan besarnya intensitas


radioaktif yang ada dalam formasi. Dengan menarik garis GR yang mempunyai
harga minimum dan harga maksimum pada penampang log maka kurva GR yang
jatuh diantara kedua lapisan kurva tersebut merupakan indikasi adanya lapisan
shale.

Gambar Respon Umum GR Log

Gambar dibawah ini menunjukkan contoh interpretasi lapisan batuan untuk


mendiskriminasi sandstone dari shale dengan menggunakan log gamma ray.
Gambar interpretasi lapisan batuan

Dikarenakan log gamma ray memiliki kapabilitas untuk mengukur derajat


kandungan shale di dalam lapisan batuan, maka didalam industri migas gamma
ray log kerap kali digunakan untuk memprediksi besaran volume shale atau
dikenal dengan Vshale dengan formulasi:

Gambar dibawah ini menunjukkan teknis perhitungan Vshale untuk shale A


dari sebuah gamma ray log. Perhatikan bahwa penentuan nilai-nilai tersebut
bersifat interpretatif.
Gambar Teknis perhitungan Vshale A

E. Faktor yang mempengaruhi respon alat


1. Kecepatan logging
Gambar Efek Konstanta Waktu dan Kecepatan Loging

Sementara semua argumen tentang kecepatan logging untuk alat sinar gamma
total juga cocok untuk alat spektral, fluktuasi statistik kini harus diterapkan pada
proporsi rata-rata perhitungan gamma total. Jika kualitas data baik untuk masing-
masing K40, U238 dan Th232 harus diperoleh, akibatnya kecepatan logging harus
lebih rendah. Dalam prakteknya, log biasanya dijalankan 2 sampai 3 kali lebih
lambat dari total gamma ray log. Namun, hasil ini dalam log SGR merupakan
kualitas yang sangat tinggi.

2. Borehole Effect
Dipengaruhi oleh tipe alat dan ukuran lubang bor. Seperti dengan log sinar
gamma total, alat spektral dapat dijalankan berpusat di lubang bor atau
mendorong dinding lubang bor (eccentred). Jika lubang bor mengalami
ambrukan, log gamma ray spectral dapat sangat terpengaruh dengan cara yang
sama sebagai alat sinar gamma total, meskipun efeknya tidak seburuk untuk versi
eccentred. Koreksi grafik untuk alat sinar gamma spektral juga diberikan oleh
perusahaan alat logging untuk konfigurasi centred dan eccentred.

3. Tipe Lumpur
Densitas lumpur memiliki pengaruh pada tingkat deteksi, lumpur dengan
densitas tinggi menyerap sinar gamma lebih efisien dan mengurangi rata-rata
perhitungan. Hal ini diperhitungkan untuk koreksi lubang bor, yang dilakukan
untuk densitas lumpur pemboran yang diberikan (berat lumpur). Efek terburuk
yang terlihat ketika digunakan lumpur barit (barite mud), sebagaimana barite
efisien dalam menyerap sinar gamma. Sekali lagi, versi eccentred kurang rentan
terhadap berat lumpur. Permasalahan lumpur pemboran berbasis KCl dengan alat
spektral juga jelas. Namun, efeknya dari lumpur KCl hanya akan terlihat dalam
log SGR, CGR dan kalium. Sekali lagi, versi eccentred kurang rentan terhadap
lumpur KCl.
F. Kegunaan
Log gamma ray digunakan untuk membedakan lapisan-lapisan shale dan
non shale pada sumur-sumur open hole atau cased hole dan juga pada kondisi ada
lumpur maupun tidak. Log Sinar Gamma digunakan untuk identifikasi litologi,
korelasi antar formasi, dan perhitungan volume shale atau prosentase kandungan
shale pada lapisan permeable. Log ini juga bisa menentukan kedalaman perforasi
yang telah diinjeksi air (water plugging).

Sinar gamma sangat efektif dalam membedakan lapisan permeable dan


non permeable karena unsur-unsur radioaktif cenderung berpusat di dalam serpih
yang non permeable dan tidak banyak terdapat dalam batuan karbonat atau pasir
yang secara umum besifat permeable. Kadangkala lumpur bor mengandung
sejumlah unsur Potasium karena zat Potassium Chloride ditambahkan kedalam
lumpur untuk mencegah pembengkakan serpih. Radioaktivitas dari lumpur akan
mempengaruhi pembacaan Log Gamma Ray berupa tingkatan latar belakang
radiasi yang tinggi.

1. Identifikasi Lithologi
2. Korelasi Inter-Well : Abu vulkanik (bentonitic intervals) memungkinkan
untuk terkumpul pada waktu yang bersamaan pada area yang luas. Oleh
karena itu mereka dapat digunakan untuk mengkorelasikan antar sumur.
Puncak dalam log thorium umumnya menunjukkan tanda yang tepat dalam
korelasi ini.
3. Deteksi Phosphat : Uranium juga berasosiasi dengan phosphat
4. Sedimentologi : beberapa data sedimentologi yang penting ditunjukkan pada
tabel di bawah ini
Tabel Sedimentological inferences dari data SGR

5. Estimasi Potensi Uranium


6. Kapasitas tingkat Kation dapat dihitung dengan mengetahui tipe dan kuantitas
clays dalam batuan dari data SGR
7. Potensi Hidrokarbon : Materi organic mengandung uranium. Jika terkumpul
dalam lingkungan dan dapat dipertahankan maka bertransformasi menjadi
hidrokarbon. Sehingga, terdapat korelasi antara kandungan uranium dan
hidrokarbon. Hal ini memungkinkan untuk mengevaluasi total kandungan
karbon organic pada batuan dari kandungan uranium yang didapatkan dari
SGR Log -- menyediakan hubungan dikalibrasi menggunakan data inti (core
data). Potensi hidrokarbon dari batuan dapat berasal dari total kandungan
karbon organik.
8. Deteksi Rekahan : Garam Uranium terlarut kemudian dapat diendapkan di
sepanjang rekahan, menyebabkan puncak lokal dalam uranium SGR Log.
Namun, puncak uranium lokal tidak jelas mengindikasikan rekahan, sehingga
kehadiran mereka harus diperiksa pada beberapa gambar log.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Gamma Ray Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang
dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di
sepanjang lubang bor
2. Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale (serpihcampuran
lempung dan lanau) dan sedikit sekali terdapat dalam sandstone, limestone,
dolomite, coal, gypsum, dan lain-lain
3. Sensor yang dapat dipakai untuk mendeteksi sinar gamma adalah kristal
sodium iodida yang diaktivasi dengan telurium, Na I (Tl).
4. Pada GR Log didapatkan suatu kurva yang menunjukkan besarnya intensitas
radioaktif yang ada dalam formasi. Dengan menarik garis GR yang mempunyai
harga minimum dan harga maksimum pada penampang log maka kurva GR
yang jatuh diantara kedua lapisan kurva tersebut merupakan indikasi adanya
lapisan shale.
5. Faktor yang mempengaruhi respon alat diantaranya kecepatan logging,
borehole effect dan tipe lumpur
6. Log gamma ray digunakan untuk membedakan lapisan-lapisan shale dan non
shale pada sumur-sumur open hole atau cased hole dan juga pada kondisi ada
lumpur maupun tidak. Log Sinar Gamma digunakan untuk identifikasi litologi,
korelasi antar formasi, dan perhitungan volume shale atau prosentase
kandungan shale pada lapisan permeable. Log ini juga bisa menentukan
kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air (water plugging).
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Agus. 2009. Gamma Ray Log.

Admin. 2012. A Short Lecture Of Petrophysics : Well Log Interpretation di


Universitas Indonesia.

Engler, Thomas W. 2012. Gamma Ray Log Chapter 7

Glover, Paul. _____. Petrophysics MSc Course Notes Spectral Gamma Ray Log

Munadi, Suprajitno. 2001. Intrumentasi Geofisika. Depok : Universitas Indonesia


Press

Zulfikar. _____. Log Analysis.

Anda mungkin juga menyukai