Anda di halaman 1dari 4

ISSSSNNNNNNN

SALINGDIDIK VIII 2022


Sains, Lingkungan dan Pendidikan

Prosiding seminar nasional Vol. 8

Teknologi Produksi Pupuk Hayati


Nurasimah, Nurazizah
Universitas Borneo
Email: nurasimah732@gmail.com

Informasi Artikel Abstak


Dizaman seperti sekarang ini persaingan dunia pertanian sangatlah pesat,
Diterima:
banyak petani yang berlomba-lomba untuk menghasilkan hasil tanaman yang
Direview:
lebih cepat, lebih segar dan tentunya lebih baik. Pupuk merupakan alternatif
Disetujui:
yang sering digunakan petani untuk menghasilkan tanaman dengan kualitas
Kata Kunci yang lebih baik, dengan banyaknya pupuk sekarang oleh sebab itu penting bagi
petani untuk lebih teliti dalam memilih pupuk yang baik digunakan untuk
Pertanian, tanamanan yang dibudidayakan selain itu pemilihan pupuk juga harus
Tumbuhan, memperhatikan efek jangka panjangnya kedepannya baik bagi lingkungan
Mikrobiologi, maupun bagi yang mungkonsumsi tanaman tersebut.
Pupuk, dan Menggunakan pupuk yang ramah lingkungan merupakan hal yang perlu
Budidaya diperhatikan oleh petani. Pupuk yang baik yaitu pupuk yang bahan dasarnya
berasal dari tempat tumbuh tanaman itu sendiri seperti tanah yang subur dan
akar tumbuhan yang sehat caranya yaitu mengambil mikroba-mikroba yang
terdapat dalam tanah subur dan akar tanaman sehat tadi kemaudian di biakan,
diperbanyak dan dijadikan suatu produk pupuk yang dinamakan PUPUK
HAYATI.
Kefektifan pupuk hayati ini sangatlah terjamin karena proses pembuatan yang
dilakukan secara detail dari pengambilan sampel, pendeteksian macam-macam
mikroba yang terdapat dalam sampel, pembiakan dan perbanyakan mikrob,
pembuatannya manjadi pupuk hayati sampai dengan pengujiannya. Oleh sebab
itu penggunaan pupuk hayati sangat disarankan untuk bidudaya tanaman bagi
petani.

A. Pendahuluan
Sebagian besar tumbuhan banyak ditemukan berasosiasi dengan mikroorganisme baik
itu mikroorganisme yang menguntungkan maupun merugikan. Keberadaan
mikroorganisme berupa mikroba di daerah rizosfer dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman tersebut. Kelompok mikroba yang memiliki fungsi penting di daerah rizosfer
adalah fungi, bakteri dan protozoa yang membantu pertumbuhan tanaman melalui
berbagai mekanisme, seperti peningkatan penyerapan nutrisi, sebagai kontrol biologi
terhadap serangan patogen, dan juga menghasilkan hormon pertumbuhan bagi tanaman
(Brundrett, 2004; Pinto dkk, 2006). Bakteri termasuk mikroba yang mempunyai
kemampuan mengikat nitrogen dalam bentuk simbiosis dengan tanaman inangnya dan
dalam bentuk non simbiosis yang hidup bebas di tanah perakaran. Contoh bakteri
pengikat nitrogen yang bersimbiosis dengan tanaman inangnya dapat ditemukan pada
bakteri Rhizobia dengan tanaman Legume. Bakteri Azospirillum merupakan bakteri non
simbiotik yang mampu mengikat nitrogen. Bakteri pelarut fosfat menghasilkan asam
organik yang dapat menyebabkan daerah kolonisasinya di tanah menjadi asam. Kondisi
asam tersebut akan melarutkan ikatan CaP pada tanah sehingga fosfat menjadi tersedia
di tanah. Mikroba penghasil fitohormon diantaranya merupakan kelompok bakteri yang
hidup di daerah perakaran tanaman atau dikenal dengan istilah Plant Growth-Promoting
Rhizocbacteria (PGPR). Kemampuan PGPR dalam menghasilkan auksin sangat
ditentukan oleh kondisi pH, suhu dan adanya prekusor tryptophan. Lactobacillus casei,
ISSSSNNNNNNN
SALINGDIDIK VIII 2022
Sains, Lingkungan dan Pendidikan

Prosiding seminar nasional Vol. 8


Bacillus megaterium, B.cereus dan B.subtilis merupakan contoh bakteri PGPR penghasil
auksin.
Pupuk hayati secara umum adalah mikroba yang digunakan untuk perbaikan
kesuburan tanah, antara lain mikroba pelarut fosfat, penambat nitrogen, penghasil
fitohormon dan mikroba perombak selulosa untuk mempercepat pengomposan. Pupuk
hayati yang umum digunakan adalah Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum,
Pseudomonas, Bacillus dan Trichoderma sp (Simanungkalit, 2006).
Keunggulan suatu produk pupuk hayati ditentukan oleh jumlah populasi, viabilitas mikroba
dalam kurun waktu tertentu, dan efikasinya pada tanaman pada berbagai kondisi di
lapangan.
Pada umumnya mikroba dalam pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa
berbentuk serbuk atau bentuk cairan. Sebagai bahan pembawa inokulan serbuk, dapat
digunakan bahan organik seperti gambut, arang, sekam, dan kompos. Berbeda dengan
pupuk anorganik maupun organik, pupuk hayati memiliki masa kadaluarsa yang relatif
pendek, yaitu 6 sampai 12 bulan. Pupuk hayati mempunyai kelebihan dibanding dengan
pupuk kimia buatan karena bahan-bahannya berasal dari alam sehingga tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Beberapa bahan pembawa yang dapat digunakan
untuk formulasi inokulan antara lain gambut, lignite, arang, zeolit, bentonit (Yuwono, 2006).
Pupuk hayati merupakan inokulan berbasis bahan pembawa (carrier) yang
mengandung mikroba efektif. Sifat bahan pembawa yang baik di antaranya adalah: (1)
tidak beracun untuk mikroba yang dibawa/dikandungnya, (2) mudah untuk memproses
dan bebas dari bahan yang menggumpal, (3) mudah untuk mensterilkan dengan autoklaf
atau gammairadiasi, (4) tersedia dalam jumlah yang memadai/murah, dan (5) daya rekat
yang baik untuk bibit (Somasegaran dan Hoben 1994). Formula carrier (bahan pembawa)
pupuk hayati merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan penggunaan pupuk
hayati karena berperan penting dalam menjaga viabilitas dan efektivitas mikroba yang
terkandung di dalamnya
Oleh sebab itu kali ini penulis melakukan penelitian mengenai cara pembuatan pupuk
hayati menggunakan mikroba yang terkandung dalam tanah subur dan akar tanaman
sehat.
B. Metode Penelitian
1. Hal pertama yang harus dilakukan adalah pengembilan sampel tanah subur dan
akar tumbuhan sehat yang dilakukan di 2 lokasi yaitu depan gerbang pintu masuk
institute teknologi bandung dan depan gedung SITH ITB sedangkan untuk akarnya
menggunakan tumbuhan putri malu dan kacang tanah. Setelah itu lakukan isolasi
mikroba pada sampel yang telah diambil.
2. Setelah melakukan pengambilan sampel selanjutnya melakukan isolasi mikroba
mikroba untuk mendapatkan isolat mikroba dari kelompok bakteri dan jamur yang
berasal dari tanah subur dan akar tanaman tadi.
3. Setelah mendapatkan hasil isolat selanjutnya mikroba tadi di uji lagi aktivitas bakteri
dalam fiksasi nitrogen dan solubilisasi fospat serta pengujian mikroba penghasil
fotohoromon.
4. Setelah mikroba yang telah diuji tadi telah tumbuh selanjutnya lakukan
perbanyakan mikroba dengan menumbuhkannya lagi pada media perbanyakan,
5. Setalah dilakukan pembuatan media perbanyakan selanjutnya lakukan kultivasi
agen mikroba dengan tujuan mendapatkan lebih banyak agen mikroba pada biakan
murni dan juga berguna untuk melakukan perhitungan inoculum mikorba.
ISSSSNNNNNNN
SALINGDIDIK VIII 2022
Sains, Lingkungan dan Pendidikan

Prosiding seminar nasional Vol. 8


6. Setalah kita mendapatkan kultur bakteri dan jamur yang akan digunakan dalam
pupuk hayati selanjutnya lakukan formulasi pupuk mikroba dalam bentuk cair dan
juga bentuk padat.
7. Terakhir melakukan uji efikasi pupuk hayati terhadap tanaman padi dan tanaman
jagung.
C. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pembuatan pupuk hayati berserta uji coba pupuk hayati pada
tanaman telah ditemukan bahwa tanaman yang 3 kali seminggu diberikan pupuk hayati
lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan yang tidak diberikan pupuk hayati. Ini
terbukti bahwa bakteri dan jamur yang terdapat dalam pupuk hayati tersebut mampu
menambah cepatnya pertumuhan suatu tanaman.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembuatan pupuk hayati diatas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemilihan sampel yang baik sangat mempengaruhi hasil isolat yang didapatkan
2. Cara pembuatan media biak dan perbanyakan mikroba harus betul-betul sesuai
dengan kompisisi yang telah diberikan sehingga menggurangi gagalnya biakan dan
perbanyakan dari mikroba tadi.
3. Melakukan pangamatan yang lebih rinci dan detail karena hasil pengamatan dari uji
coba pupuk hayati tadi menentukan sebarapa baik dan bergunanya pupuk yang telah
dibuat.

E. Ucapan Trimakasih
Bismillaahirrahmaanirrahim

Pengelolah jurnal teknologi Produksi Pupuk Hayati mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sri Utami (Institut Teknologi Bandung)
2. Dahlia ( Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur)
Yang telah melakukan review terhadap naskah Jurnal Ilmiah Teknologi Produksi
Pupuk Hayati.

F. Referensi
Black, J.G. 2012. Microbiology: Principles and Explorations. New Jersey: John Wiley &
Sons Madigan, M.T., Martinko, J.M., Stahl, D.A., dan D.P. Clark. 2012. Brock
Biology of Microorganisms. San Fransisco: Benjamin Cummings
Cappuccino, J.G., dan N. Sherman. 2014. Microbiology: A Laboratory Manual. New York:
Pearson
Chapelle, F. 2001. Ground-Water Microbiology and Geochemistry. New Jersey: John Wiley
& Sons
Sherameti, I., dan A. Varma. 2010. Soil Heavy Metals. Berlin: Springer-Verlag Mehrotra.
2005. Plant Pathology. New Delhi: Tata McGraw-Hill Education
Bisen, P.S., Debnath, M., dan G.B. Prasad. 2012. Microbes: Concepts and Applications.
New Jersey: John Wiley & Sons
Seviour, R., dan P.H. Nielsen. 2010. Microbial Ecology of Activated Sludge. London: IWA
Publishing
ISSSSNNNNNNN
SALINGDIDIK VIII 2022
Sains, Lingkungan dan Pendidikan

Prosiding seminar nasional Vol. 8

Spellman, F.R., dan J.E. Drinan. 2014. Wastewater Stabilization Ponds. Florida: CRC
Press Postgate, J. 1998. Nitrogen Fixation. Cambridge: Cambridge University Press
Csuros, M., dan C. Csuros. 1999. Microbiological Examination of Water and Freshwater.
Florida: CRC Press

Anda mungkin juga menyukai