Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Sampah adalah sisa buangan yang dihasilkan dari proses produksi baik dari domestik maupun
industri. Sampah seringkali identik dengan suatu sisa barang ataupun hasil buangan yang
dianggap sudah tidak berharga. Sampah bisa berbentuk padat dan semi padat atau lebih
dikenal dengan organik dan anorganik. Sampah organik adalah jenis sampah yang dapat
terurai sedangkan sampah anorganik adalah jenis sampah yang tidak dapat terurai dan sering
dianggap sudah tidak memiliki kegunaan lagi. Sampah organik mengandung kadar air yang
tinggi dan berisi bahan-bahan organik serta dapat membawa dampak yang buruk bagi kondisi
lingkungan dan kesehatan manusia.
Selama ini jika diperhatikan kebiasaan buruk manusia adalah kurang mengelola sampah
dengan baik yang akhirnya hanya menghasilkan sampah lalu akan dibuang, dibakar,
dibuatkan lubang pembuangan begitu saja tanpa memberikan solusi yang baik untuk
kebaikan lingkungan. Kebiasaan seperti itu hanya akan memberikan pengaruh yang buruk
bagi kesehatan lingkungan dan orang sekitar. Menurut Hakim, dkk (2006), tumpukan sampah
yang dibiarkan begitu saja dapat mendatangkan tikus got dan serangga seperti lalat, kecoa,
lipas, kutu, dan lainnya yang akhirnya akan membawa kuman penyakit serta pencemaran
lingkungan. Sampah yang paling memberikan dampak buruk bagi lingkungan adalah sampah
organik.
Sampah organik merupakan sampah yang biasanya dibuang secara open dumping tanpa
pengelolaan lebih lanjut dan akhirnya akan meninggalkan sampah organik termasuk sampah
yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah organik sendiri terdiri dari sampah organik basah dan sampah organik
kering. Istilah sampah organik basah adalah sampah yang mempunyai kandungan air cukup
tinggi seperti kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan sampah organik kering ialah sampah
yang mempunyai kandungan air cukup rendah seperti kayu atau ranting dan dedaunan kering.
Sampah biasanya berupa padatan atau setengah padatan yang dikenal dengan istilah sampah
basah atau sampah kering. Moerdjoko (2002). Selanjutnya menurut Hadiwiyono (1983),
secara umum komponen yang paling banyak terdapat pada sampah di beberapa kota di
Indonesia adalah sampah sisa tumbuhan yang mencapai 80-90 % bahkan kadang lebih.
Besarnya komponen sampah yang dapat didekomposisi merupakan sumber daya yang cukup
potensial sebagai sumber humus, unsur hara makro dan mikro, dan sebagai soil conditioner.
Menitik berat pada permasalahan tersebut maka salah satu cara alternatif yang perlu
dilakukan untuk mengelola sampah khususnya sampah organik adalah dengan menyulapnya
menjadi pupuk. Pupuk sendiri telah terbukti sering digunakan menjadi bahan efektif untuk
menambah nilai jual suatu tanaman. Pupuk sangat dibutuhkan untuk menambah unsur hara
bagi pertumbuhan tanaman. Saran penggunaan pupuk bertujuan untuk mengurangi masalah
yang sering kali timbul akibat dipakainya bahan-bahan kimia yang telah terbukti merusak
tanah dan lingkungan. Kebiasaan menggunakan pupuk kimia akan berakibat merusak tanah.
Dari strukturnya, pupuk organik itu ada yang berupa padat dan ada pupuk organik cair.
Pupuk organik cair ialah larutan dari hasil pembusukan bahan organik yang berasal dari sisa
tanaman, limbah agroindustri, kotoran hewan, dan kotoran manusia yang memiliki
kandungan lebih dari satu unsur hara. Kebutuhan pupuk cair terutama yang bersifat organik
tersebut cukup tinggi untuk memberikan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman, dan
merupakan suatu peluang usaha yang potensial karena tata cara pembuatan pupuk organik
cair tergolong mudah Umniyatie (dalam Nidya Tanti dkk, 2019).
Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik cair berupa sampah sayuran,
sisa nasi, sisa lauk, serta sampah buah seperti anggur, kulit pisang, kulit jeruk, dan lainnya.
Pupuk organik cair (POC) adalah jenis pupuk yang berupa suatu larutan yang diperoleh dari
hasil pembusukan bahan-bahan organik. Dapat diketahui bahwa pupuk organik cair
merupakan jenis pupuk yang mengandung unsur-unsur penting dan digunakan pada tanaman
untuk mendukung dan meningkatkan pertumbuhan produksi tanaman. Selain itu, poin penting
yang bisa didapatkan apabila masyarakat mau menggunakan pupuk organik cair adalah
masyarakat akan mengurangi penggunaan pupuk buatan yang mengandung zat-zat kimia
seperti KCl, NPK dan lain-lain sebagainya yang sebenarnya itu bisa merusak struktur tanah
dan dapat membunuh organisme yang bermanfaat pada tanah apabila zat kimia tersebut
digunakan secara berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang lama.
Pupuk organik cair termasuk pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan
yang sudah mengalami fermentasi berupa cairan dan memiliki kandungan bahan kimia di
dalamnya maksimum 5%. Dan biasanya pupuk organik cair itu lebih baik dibandingkan
dengan pupuk organik padat. Hal tersebut dikarenakan pupuk organik cair memiliki banyak
kelebihan diantaranya wujud bentuk pupuk cair lebih mudah untuk pengaplikasiannya, pupuk
organik cair ini juga tidak dapat merusak tanah walau digunakan sesering mungkin,
mempunyai kemampuan menyediakan hara secara cepat, tanah lebih cepat menyerap unsur
hara yang dikandungnya, serta penerapannya mudah di pertanian karena cukup di
semprotkan ke tanaman. Selain itu sisa-sisa sampah pada ember atau ampas dapat juga
dijadikan sebagai pupuk organik pada, dan tentunya memanfaatkan dari limbah atau sampah
organik rumah tangga.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk membuat alat yang bisa menghasilkan pupuk
kompos dan pupuk organik cair dari sampah rumah tangga khususnya sampah organik
dengan penambahan cairan EM4 sebagai tambahan untuk mempercepat proses penguraian
sampah-sampah organik menjadi pupuk cair serta untuk mengurangi bau tidak sedap pada
sampah-sampah tersebut setelag dilakukan fermentasi.
Metode Penelitian
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan ember kompos (EMBOS) ini adalah catok besi,
cutter/pisau, gergaji besi, meteran, gun lem, gunting seng, meteran, penggaris, solder, dan
tang
b. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan ember kompos (EMBOS) ini adalah
seperti alfaboard, botol bekas,busa, ember bekas, EM4, kayu atau penyangga untuk ember,
kabel ties, lem tembak, tali, dan pelat baja.
c. Prosedur pembuatan emboss
1. Siapkan peralatan dan bahan yang digunakan untuk pembuatan emboss
2. Lubangi bagian bawah ember dan tutup botol menggunakan paku yang dipanaskan
atau solder yang sudah dipanaskan sebagai tempat nempelnya ember dan tutup botol
3. Rekatkan tutup botol dengan ember menggunakan kabel tis dan lem dengan kuat
4. Potong alfaboard dan busa seukuran bagian dalam ember dengan cara bundar atau
bulat, dan lubangi alfaboar menggunakan solder atau paku panas.
5. Masukan busa terlebih dahulu kedalam ember dan diikuti alfaboar di atas busa
sebagai tempat pembuangan sampah organic dapur.
6. Terakhir Pasang tutup ember dengan rekat dan kemudian pasang botol di bawah
ember
7. Dan ember kompos (EMBOS) siap digunakan.
Dalam pembuatan embos ini digunakan ember yang memiliki tutup sebagai tempat untuk
membuat pupuk organik cair dari sampah organik rumah tangga yang berupa sisa-sisa
sayuran dan kulit buah-buahan. Kemudian untuk sampah yang masih berukuran besar seperti
batang tanaman, daun, dan sayuran perlu dipotong-potong terlebih dahulu agar proses
pembusukannya dapat berlangsung dengan sempurna. Dalam proses fermentasi sampah
organik cair ini, sangat diperlukan cairan pendukung yang bisa mempercepat proses
pembusukan seperti cairan bioaktivator EM4 (effective microorganisms) dan Molase. Aetelah
sampah sudah terkumpul dan dimasukkan ke dalam ember maka selanjutnya sampah tersebut
diberi campuran semprotan dari cairan EM4 yang sudah dicampur dengan molase dan air,
cairan tersebut disemprotkan ke dalam ember sampah secara merata kemudian ditutup
dengan rapat. Cairan EM4 dan Molase ini berfungsi dalam membantu mempercepat proses
pembusukkan sampah-sampah organik serta menghilangkan bau yang tidak sedap di dalam
ember.

Anda mungkin juga menyukai