Anda di halaman 1dari 16

PENGOLAHAN SAMPAH

Sampah ialah sisa kegiatan sehari-hari dari manusia dan atau proses alam yang
memiliki bentuk padat. Sampah kerap kali mengacu kepada material sisa yang tak diinginkan
atau tidak memiliki manfaat bagi manusia usai berakhirnya suatu kegiatan atau proses
domestik. Untuk buangan industri, material yang sudah tidak diinginkan umumnya disebut
dengan limbah industri.
A. Jenis Sampah
Berdasarkan sifatnya, sampah dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik adalah jenis sampah yang dapat diolah sedangkan sampah
anorganik adalah sampah yang tidak atau sulit untuk diuraikan. Berikut informasi lebih lanjut
mengenai sampah organik dan anorganik.
1. Sampah Organik
Sampah organik ialah jenis sampah yang berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
tumbuhan, maupun hewan. Sampah organik ini umumnya masih bisa dipakai apabiladikelola
menyesuaikan dengan prosedur yang benar. Jadi, sampah ini dapat memilikiberbagai manfaat
bagi kehidupan.
Sampah organik sendiri, dapa terbagi menjadi dua jenis, yakni sampah organik kering dan
basah. Sama seperti namanya, sampah organik kering adalah sampah organik yang kandungan
airnya sedikit sedangkan sampah organik basah adalah sampah organik yang banyak
mengandung air.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah jenis sampah yang sulit untuk terurai. Berbeda dengan
sampah organik, sampah ini pada umumnya tudak berasal dari mahluk hidup.
Sampahanorganik ialah sampah yang berasal dari bahan non hayati yang juga meliputi
produksintesis dan hasil proses teknologi dari pengolahan bahan tambang.
Permasalahan limbah anorganik hingga saat ini masih belum menemukan titik terang.
Meskipun beberapa ikhtiar telah dilaksanakan, jumlah sampah di Indonesia masih saja bisa
dikatakan sangat besar besar. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanaan (KLHK) pada tahun 2019, jumlah sampah sebesar 67,8 juta ton, yang terdiri dari
57% sampah organik, 15% sampah plastik, 11% sampah kertas, dan 17% sampah yang
lainnya.
Berdasarkan data yang telah dilaporkan oleh Minderoo Foundation, tiap-tiap warga
negara Indonesia menghasilkan sampah anorganik yakni kurang lebih 9 kg sampah
plastiksekali pakai. Negara Indonesia bahkan menjadi negara yang membuang sampah plastik
sekali pakai per kapita terbesar pada urutan ke-enam di Asia Tenggara.
B. Perbedaan Sampah Anorganik dan Organik
Ada empat perbedaan yang mendasar antara sampah organik dengan sampah anorganik
yang bisa dilihat dari sumber, kandungan di dalamnya, ketahanan terhadappanas, serta reaksi
yang dihasilkan.
1. Sumber
Perbedaan yang pertama dapat dilihat dari sumber sampah tersebut. Sampah organikberasal
dari sisa-sisa organisme hidup baik manusia, tumbuhan, maupun hewan.
Sedangkan sampah anorganik berasal dari organisme yang tidak hidup misalnya plastik.
2. Kandungan Di Dalamnya
Sampah organik pada umumnya memiliki kandungan karbon dan ikatan hidrogen.
Sampah organik juga memiliki kandungan komposisi yang lebih kompleks apabila
dibandingkan dengan sampah anotganik. Sementara itu, sampah anorganik tak
mempunyai kandungan karbon. Sampah ini mempunyai materi tak hidup serta
mengandung mineral.
3. Ketahanan Panas
Sampah organik umumnya akan lebih mudah terbakar apabila terkena panas. Berbeda
dengan sampah anorganik yang beberapa diantaranya lebih tahan panas misalnya
besi,kaca, dan barang elektronik yang memerlukan suhu panas yang tinggi untuk
menghancurkannya.
4. Reaksi yang Dihasilkan
Sebuah penelitian mengungkapka bahwa sampah organik mempunyai laju reaksi yang
lambat serta tidak menghasilkan garam. Sedangkan sampah anorganik mempunyai laju
reaksi yang cenderung lebih cepat dan bisa membentuk garam. Garam yang dimaksud
ialah bukan garam masak, tetapi membentuk menyerupai garam yang berbutir-butir.

C. Contoh Sampah Organik


1. Sisa-sisa makanan
Sisa makanan ini termasuk atau merupakan ke dalam golongan sampah organik
karena memiliki sifat yang bisa didaur ulang kembali untuk dijadikan sebagai pupuk
kompos.
2. Kotoran manusia dan hewan
Kotoran hewan adalah salah satu di antara berbagai sampah organik yang
mempunyai manfaat yang cukup baik. Satu di antaranya ialah kotoran sapi. Kotoran sapi
merupakan contoh sampah organik yang bisa dimanfaatkan menjadi biogas alam.
Sementara itu, kotoran manusia juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman yang
memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
3. Kayu
Kayu merupakan satu di antara berbagai sampah organik lain yang mungkin
dianggap tidak memiliki kegunaan bagi sebagian orang. Meski demikian, apabila kayu
berada di tangan orang yang kreatif, kayu tersebut bisa dimanfaatkan sebagai karya seni
maupunsumber energi terbaharukan karena kayu mengandung sellulosa
4. Dedaunan
Dedaunan yang telah rontok jika tidak dilakukan perawaatan tertentu, secara
alami akan menjadi pupuk bagi tumbuhan di sekitarnya. Akan tetapi, daun juga bisa
dimanfaatkan sebagai karya seni serta pupuk kompos yang dapat diperjualbelikan.
D. Contoh Sampah Anorganik
1. Sampah anorganik padat
Limbah anorganik padat adalah sampah yang bersifat keras dan padat. Contoh
limbah anorganik padat adalah aluminium, besi, alas, botol bekas, plastik, dan beberapa
barangsejenis.
2. Sampah anorganik cair
Sampah anorganik cair adalah sampah berupa cairan yang bisa sangat berbahaya,
yang berasal dari pabrik atau perusahaan produksi.
3. Sampah anorganik gas
Sampah anorganik gas adalah sampah yang tidak dapat diraba oleh indera.
Biasanya, limbah gas anorganik berasal dari cerobong asap di pabrik-pabrik produksi.
Asap atau gas tersebut bisa berbahaya karena dapat menyebabkan Bumi menjadi lebih
panas, rawan terhadap hujan asam, dan berbagai polusi akan bertambah.
E. Ciri-Ciri Sampah Organik dan Anorganik
1. Ciri – Ciri sampah organik
Mudah Terurai melalui proses pembusukan. Biasanya sisa dari mahluk hidupJika
diolah lagi dapat bermanfaat untuk mahluk hidup lain
2. Ciri – ciri sampah anorganik
Sangat sulit terurai dan membutuhkan waktu bertahun – tahun. Sisa dari
kemasanyang di buat oleh pabrikasi. Dapat diolah kembali menjadi produk yang sama
atau produk kerajinan lain
F. Pengolahan Sampah
1. Pengolahan Sampah Organik
Sampah organik merupakan jenis sampah yang cukup mudah diolah. Sampah
organik dapat diolah menjadi berbagai produk yang fungsional dan memiliki nilai
ekonomis.
Adapun cara mengolah sampah organik sebagai berikut.
a. Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah jenis pupuk organik yang berasal dari penguraian sampah
organik seperti daun kering. Pembuatan kompos ini bisa dilakukan secara alami.
Namun saat ada tindakan dari manusia seperti penambahan mikroorganisme
pengurai, pengomposan terjadi lebih cepat.
Cara membuat kompos sangat mudah dan kandungan haranya juga cukup lengkap
sehingga sangat berguna untuk budidaya tanaman. Berdasarkan penjelasan di
Prosiding Seminar Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPP2M), berikut ini
langkah-langkah membuat kompos dari sampah organik. Siapkan bahan kompos
seperti sampah dari daun-daunan, kotoran ayam, arang sekam, EM4, gula pasir, dan
air. Kemudian buat starter dengan cara melarutkan gula dengan air. Selanjutnya
tambahkan EM4 dalam starter dengan takaran yang telah ditentukan. Tahap
selanjutnya diamkan starter selama 24 jam. Lalu campurkan seluruh bahan untuk
membuat kompos seperti daun, kotoran ayam, dan arang sekam. Siram bahan dengan
starter yang sudah dibuat kemudian aduk sampai merata. Diamkan kompos tersebut
selama kurang lebih 17 hari. Apabila bahan tersebut sudah berwarna kehitaman,
maka kompos telah siap digunakan.
b. Biogas
Selain kompos, sampah organik juga bisa diolah menjadi biogas. Menurut
penjelasan di modul “Pengolahan Limbah Organik/Cair menjadi Biogas, Pupuk
Padat, dan Cair”, biogas adalah gas dari aktivitas anaerobik atau fementasi bahan
organik. Biogas yang dihasilkan memiliki kandungan seperti metana, karbon
dioksida, nitrogen, hidrogen, hidrogen sulfida, dan oksigen.
Biogas diperoleh oleh bakteri dari bahan organik dalam kondisi kedap udara.
Biogas yang berasal dari kotoran tenak memiliki kandungan 60% gas metan.
Produksi gas bisa dipengaruhi dengan jumlah bahan organik yang digunakan.
Semakin tinggi bahan organik yang digunakan maka gas yang dihasilkan juga
semakin banyak. Kecepatan produksi gas juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
temperatur. Bahan kering dan berserabut umumnya lebih lama dibandingkan dengan
bahan yang basah dan halus. Sementara itu, temperatur yang optimal yaitu 32 – 37
oC. Jumlah bakteri juga bisa mempengaruhi proses pembuatan biogas. Kelompok
bakteri yang diperlukan untuk mempercepat fementasi
c. Pupuk Organik Cair (POC)
Selain diolah menjadi kompos dan biogas, sampah organik juga bisa diolah
menjadi pupuk organik cair. Mengutip dari modul “Pembuatan Pupuk Padat dan Cair
dari Sampah Organik”, berikut cara membuat pupuk organik cair. Bahan dan Alat
Pembuatan POC Drum 200 liter beserta tutupnya. Stop kran diameter 1 – 1,5 inchi.
Sock berderat pipa pralon PVC, ukurannya disesuaikan dengan stop kran. Sealent,
seal karet ban dalam. Plastik yang telah dilubangi sesuai dengan ukuran drum.
Sampah organik seperti sisa sayur dan buah. EM-4
Cara Membuat POC Pasang pelat plastik yang telah dilubangi ke dalam
drum. Pasang penahan dibawah pelat plastik untuk menahan sampah yang akan
dijadikan pupuk organik cair. Buat lubang di samping drum untuk tempat stop kran.
Pasang stop kran di lubang tersebut lalu lapisi dengan karet seal pada bagian luar dan
dalam. Pada bagian dalam pasang sock pipa plastik dengan stop kran. Lalu
kencangkan agar stop kran tidak bocor. Setelah alat pembuatan selesai, lanjutkan
dengan memasukan seluruh sampah organik yang sudah dicincang ke dalam wadah
tersebut. Masukkan juga EM-4 sebagai starter. Tutup drum dengan rapat. Setelah
fermentasi selesai, tampung pupuk cair dalam wadah lalu lakukan aerasi agar aroma
fementasi hilang. Terakhir, kemas POC dalam wadah tertutup lalu aplikasikan ke
tanaman. Perlu diketahui bahwa proses pembuatan POC membutuhkan waktu
kurang lebih 2 minggu. Anda bisa melakukan pengecekan secara berkala. Jika aroma
fermentasi sudah harus atau menyerupai aroma tape, maka POC telah selesai dibuat
dan proses fermentasi bisa dihentikan.

2. Pengolahan Sampah anorganik


Pengelolaan limbah anorganik secara khusus bisa dilakukan dengan cara
menerapkan sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle). Reuse artinya yakni menggunakan
kembali sampah anorganik yang masih memiliki fungsi lainnya. Reduce memiliki arti
yakni mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Sementara, recycle memiliki arti
yakni mendaur ulang sampah anorganik menjadi berbagai benda yang memiliki manfaat
lebih dan mempunyai nilai baru.
Selain itu, berdasarkan penjelasan di dalam Jurnal Formatif 4 (2), ada beberapa
tahapan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah anorganik.
1. Mencegah dan Mengurangi Sampah dari Sumbernya
Mencegah serta mengurangi sampah dari sumbernya dapat terlaksana dengan cara
melakukan pemilahan atau pemisahan sampah organik dengan anorganik. Pemisahan
tersebut dapat dilakukan dengan cara menyediakan tempat sampah khusus bagi tiap-tiap
jenis sampah yang berbeda.
2. Pemanfaatan Kembali
Cara untuk mengolah sampah anorganik yang berikutnya ialah dengan
memanfaatkan kembali produk tersebut. Misalnya dengan memakai kertas hasil daur
ulang atau membuat aneka kerajinan yang bahan dasarnya yakni sampah plastik.
3. Bank Sampah
Bank sampah ialah salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi tumpukan
sampah anorganik. Dengan berdasarkan pada prinsip 3R, kehadiran bank sampah bisa
memberikan peluang untuk menabung serta menjaga kebersihan lingkungan dari
dampak buruk sampah anorganik. Secara umum, sistem bank sampah di Indonesia
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pemilihan sampah, penyortiran, serta penjualan sampah.
1. Pemilahan
Pada tahap ini sampah dapat dipisahkan menjadi dua kategori, yakni organik dan
anorganik. Untuk jenis anorganik, sampah dipilah kembali ke dalam beberapa jenis,
yakni kertas, botol, plastik, maupun besi. Sampah organik diolah untuk dijadikan
sebagai pupuk kompos, sementara sampah non-organik inilah yang akan disetor ke bank
sampah.
2. Penyortiran
Setelah sampah anorganik terkumpul, semua sampah tersebut langsung disetorkan
ke bank sampah terdekat yang nantinya akan dikategorikan sebagai deposit atau
semacam uang yang akan disetorkan ke bank konvensional.
3. Penjualan
Sampah akan ditimbang di bank serta dikonversikan ke dalam bentuk uang ke
rekening bank sampah. Apabila Grameds merupakan nasabah baru, petugas akan
meminta Grameds untuk membuat rekening. Perlu diingat, harga sampah pada tiap-tiap
bank sampah dapat berbeda-beda menyesuaikan pada ketentuan masing-masing bank
sampah.

G. Dampak Sampah bagi Manusia dan Lingkungan

1. Dampak Sampah bagi Kesehatan


Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai
binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut;
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah
berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke
dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah
d. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal
akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal
dari sampah

2. Dampak Sampah terhadap Lingkungan


a) Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap
yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan,
rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi
pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan
kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi
lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi
dari bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan
dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara
langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan
global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi
menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap
bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya
perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang
tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya
tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar
dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan
sangat mengganggu daerah sekitarnya.
b) Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi
terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan
terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah
yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial
untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa
rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di
kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran
terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.
c) Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau
TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami
pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan
Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama
sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat
berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang
sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di
lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan
pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan
sampah yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula
dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi
dengan penutup yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin
atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan
maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya.
Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang
baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini
menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal
berdekatan dengan lokasi tersebut.
Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan
dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat
sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan
sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi
gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan
upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan
keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di
sekitarnya terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan.
Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap
menentang/oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional
akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga
sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif
untuk menghindarinya.
3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyaraka
Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan
dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
Tahapan pengelolaan sampah

1. Phase Storage (Tahap Pewadahan)


Proses pengelolaan sampah, dimulai dari sampah yang dihasilkan diletakan pada
tempat pewadahan sampah. Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah
sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Tempat pewadahan sampah harus
memenuhi persyaratan yang berlaku (bebas vektor, kuat, kedap air).
Wadah sampah individual umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan
lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah
diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis
wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam
penanganan berikutnya, khususnya dalam upaya daur-ulang.
Di samping itu, dengan adanya wadah yang baik, maka:
 Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat, dapat diatasi.
 Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah, dapat kendalikan.
 Pencampuran sampah yang tidak sejenis, dapat dihindari.

Pada tahap ini sebaiknya telah dilakukan pemilahan berdasarkan jenis sampahnya.
Proses yang dilakukan pada tahap ini, sesuai dengan sumber sampahnya : sampah
permukiman, sampah perkantoran, sampah tempat-tempat umum.
Pada pemukiman, sampah yang dihasilkan tiap anggota keluarga dalam satu rumah
diletakkan dalam suatu wadah. Tempat pewadahan sesuai dengan kemampuan rumah tangga,
bisa berbentuk tong, ember, kantong plastik, dll. Syarat pewadahan harus terutup dan kedap
air. Tempat sampah dapat di tempatkan didalam maupun di luar rumah.
Pada perkantoran, sampah yang di hasilkan di setiap ruangan di letakkan oleh
penghuni ruangan kedalam suatu wadah. Tempat pewadahan harus terpisah/dilakukan
pemilahan berdasarkan jenisnya. Biasanya tempat pewadahan diletakkan di dalam ruangan.
Tempat pewadahan ditiap-tiap ruangan disesuaikan dengan jenis sampah yang di hasilkan.
Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah, maka
pewadahan sampah dapat dibagi menjadi beberapa tingkat (level), yaitu:
a. Level-1 : wadah sampah yang menampung sampah langsung dari sumbernya. Pada
umumnya wadah sampah pertama ini diletakkan di tempat-tempat yang terlihat dan
mudah dicapai oleh pemakai, misalnya diletakkan di dapur, di ruang kerja, dsb. Biasanya
wadah sampah jenis ini adalah tidak statis, tetapi mudah diangkat dan dibawa ke wadah
sampah level-2.
b. Level-2 : bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang menampung
sampah dari wadah level-1 maupun langsung dari sumbernya. Wadah sampah level-2 ini
diletakkan di luar kantor, sekolah, rumah, atau tepi jalan atau dalam ruang yang
disediakan, seperti dalam apartemen bertingkat . Melihat perannya yang berfungsi
sebagai titik temu antara sumber sampah dan sistem pengumpul, maka guna kemudahan
dalam pemindahannya, wadah sampah ini seharusnya tidak bersifat permanen, seperti
yang diarahkan dalam SNI tentang pengelolaan sampah di Indonesia. Namun pada
kenyataannya di permukiman permanent, akan dijumpai wadah sampah dalam bentuk
bak sampah permanen di depan rumah, yang menambah waktu operasi untuk
pengosongannya.
c. Level-3 : merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan menampung
sampah dari wadah level-2, bila sistem memang membutuhkan. Wadah sampah ini
sebaiknya terbuat dari konstruksi khusus dan ditempatkan sesuai dengan sistem
pengangkutan sampahnya. Mengingat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
sampah tersebut, maka wadah sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut : kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak mengeluarkan bau,
tidak dapat dimasuki serangga dan binatang, serta kapasitasnya sesuai dengan sampah
yang akan ditampung.

Wadah sampah hendaknya mendorong terjadinya upaya daur-ulang, yaitu


disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah. Di negara maju adalah hal yang umum
dijumpai wadah sampah yang terdiri dari dari beragam jenis sesuai jenis sampahnya. Namun
di Indonesia, yang sampai saat ini masih belum berhasil menerapkan konsep pemilahan,
maka paling tidak hendaknya wadah tersebut menampung secara terpisah, misalnya:
a. Sampah organik, seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan, dengan
wadah warna gelap seperti hijau,
b. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lain-lainnya, dengan wadah warna
terang seperti kuning
c. Sampah bahan berbahaya beracun dari rumah tangga dengan warna merah, dan
dianjurkan diberi lambang (label) khusus

2. Phase Collection (Tahap Pengumpulan)


Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan
dari masingmasing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat pembuangan sementara
atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3) langsung ke tempat pembuangan atau
pemerosesan akhir tanpa melalui proses pemindahan.
Mengumpulkan dan menempatkan sampah ketempat pengumpulan sehingga mudah
di angkut ketempat pengolahan atau langsung diolah. Pengumpulan sampah dimulai di
tempat sumber dimana sampah dihasilkan. Dari sana sampah di angkut dengan alat angkut
berupa gerobak, truk/truk pemadat yang selanjutnya akan di angkut ketempat pemusnahan
sampah.
Sebelum sampah di angkut ketempat pemusnahan, dapat pula disediakan tempat
penampungan sementara (TPS) karena kondisi daerah atau kota yang menyebabkan semakin
kompleksnya sistem pengangkutan. Pada TPS ini sampah dipindahkan ke alat angkut yang
lebih besar dan lebih efisien misalnya gerobak menuju truk.
Sampah yang telah dikumpulkan dari timbulan sampah di angkut dan ditempatkan
pada suatu tempat atau lokasi. Tempat ini bisasanya dinamakan tempat penampungan
sementara (TPS). TPS disesuaikan berdasarkan sumber sampah yang di hasilkan.
Pengumpulan tidak hanya pengumpulan sampah saja, akan tetapi termasuk juga
pengangkutannya setelah sampah dikumpulkan untuk selanjutnya di bawa ke suatu tempat
(transfer station, processing station/Disposal station) sampai alat pengankut dikosongkan. Di
kota kecil TPA tidak terlalu jauh tidak menjadi masalah, tetapi kota yang memiliki TPA
relatif membutuhkan jarak tempuh yang lama, pengankutan dapat menjadi masalah.
Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah
hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
a. Secara Langsung (door to door): Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan
sampah dilakukan bersamaan. Sampah dari tiap-tiap sumber akan diambil, dikumpulkan
dan langsung diangkut ke tempat pemerosesan, atau ke tempat pembuangan akhir.
b. Secara Tidak Langsung (Communal): Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat
pemerosesan, atau ke tempat pembuangan akhir, sampah dari masing-masing sumber
akan dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul seperti dalam gerobak tangan (hand
cart) dan diangkut ke TPS. Dengan adanya TPS ini maka proses pengumpulan sampah
secara tidak langsung. Dalam hal ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi
pemerosesan skala kawasan guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke
pemerosesan akhir.

Pada pemukiman, sampah yang telah dihasilkan oleh tiap-tiap rumah dikumpulkan
dalam satu lokasi atau TPS. TPS sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis sampahnya. Untuk
permukiman seperti komplek atau perumahan umum biasanya sampah diambil oleh petugas
untuk diletakkan di TPS. Di permukiman TPS biasanya ada di satu lokasi RT/RW. Untuk
rusun atau apartemen biasanya penghuni sendiri yang meletakan sampahnya di TPS.
3. Transport & Transfer
Pemindahan sampah merupakan tahapan untuk memindahkan sampah hasil
pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pemerosesan atau ke
pembuangan akhir. Lokasi pemindahan sampah hendaknya memudahkan bagi sarana
pengumpul dan pengangkut sampah untuk masuk dan keluar dari lokasi pemindahan, dan
tidak jauh dari sumber sampah. Pemerosesan sampah atau pemilahan sampah dapat
dilakuykan di lokasi ini, sehingga sarana ini dapat berfungsi sebagai lokasi pemerosesan
tingkat kawasan. Pemindahan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan, yang dapat
dilakukan secara manual atau mekanik, atau kombinasi misalnya pengisian kontainer
dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke
atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).
Kegiatan ini dilakukan atas 2 langkah yaitu : pemindahan dari alat angkut yang lebih
kecil ke alat angkut yang lebih besar dan pada jarak yang jauh ketempat pembuangan akhir.
Setelah sampah berada pada TPS sampah tersebut diangkut oleh petugas kebersihan untuk di
musnahkan di TPS. Ada beberapa kota (kota besar) yang memiliki transfer station atau
tempat peralihan sementara. Transfer station merupakan tempat sementara sampah diletakan
sebelum dimusnahkan di TPA tetapi pada tempat ini diberikan perlakuan seperti pemilahan
kembali sampah-sampah yang dapat digunakan kembali atau sampah di kompres atau di
padatkan untuk mengurangi kadar air.
4. Phase disposal (Pemusnahan Sampah)
Sampah-sampah yang berasal dari TPS-TPS atau dari Transfer station dikumpulkan
dalam satu lokasi yang disebut tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Pada TPA ini
kegiatan yang dilakukan adalah pengolahan dan pemusnahan sampah. Pengolahan dan
pemusnahan sampah yang dilakukan di TPA bervariasi tergantung jenis sampah yang akan
di musnahkan.
Pengelolaan TPA adalah tanggung jawab pemerintah daerah, oleh karenanya setiap
daerah harus mempunyai TPA. TPA harus jauh dari pemukiman penduduk dan mempunyai
izin resmi sebagai tempat pemusnahan sampah. Sebelum dilakukan pemusnahan, biasanya
sampah dipilah sesuai jenisnya kemudian dimusnahkan.
Di Indonesia TPA ada yang melibatkan para pemulung untuk memilah sampah,
dimana apabila masih terdapat barang yang mempunyai nilai ekonomis atau laku jual
diambil oleh pemulung. Pemusnahan yang dilakukan di TPA antara lain : sanitary landfill,
incenerasi, dan biogas. Tapi kenyataannya TPA di Indonesia tidak ada yang menerapkan
sistem sanitary landfill dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai