Anda di halaman 1dari 18

PENGOLAHAN LIMBAH GOT MENJADI PUPUK

CAIR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perhatian masyarakat terhadap masalah pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini

menjadi meningkat. Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif

yang besar bagi lingkungan, dan jika dibandingkan dengan dampak positifnya bagi

peningkatan produktivitas tanaman pertanian pengaruh bahan kimia tersebut tidak

sebanding. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan

ekonomi ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif baik bagi kehidupan

manusia dan lingkungan sekitarnya.

Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak

biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan

mineral beberapa komoditi sayuran dan buah. Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut

akan berpengaruh fatal bagi siklus kelangsungan kehidupan, bahkan jika sayuran atau buah

yang telah tercemar tersebut dimakan oleh manusia secara terus menerus, tentunya akan

menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian.

Bertitik tolak dari hal tersebut, saat ini banyak masyarakat yang mengkonsumsi sayuran dan

buah terutama komoditi segar yang bebas bahan kimia. Mereka lebih suka membeli sayuran

dan buah yang bolong-bolong karena hama penyakit daripada sayuran dan buah segar yang

mulus tetapi banyak disemprot bahan kimia. Melihat kecenderungan masyarakat tersebut,
salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah mengembangkan

pertanian dengan sistem pertanian organik yang prinsip pengelolaannya “kembali ke alam”.

B. Perumusan Masalah

Got sebagai saluran pembuangan air lebih banyak ditemukan di daerah perumahan.

Masyarakat menjadikan got sebagai saluran pembuangan limbah cair rumah tangga. Limbah

cair rumah tangga yang banyak disalurkan ke got adalah sisa air mandi, air bekas cucian dan

limbah dapur. Pada umumnya, masyarakat kita beranggapan bahwa air got yang merupakan

bekas dari air cucian, air mandi dan limbah dapur dan lain sebagainya merupakan suatu

limbah yang tidak berguna, berbau tidak enak dan membuat lingkungan menjadi kotor

bahkan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Akan tetapi apabila kita cermati lebih jauh

ternyata limbah tersebut bia menjadi sesuatu yang akan sangat berguna bagi kegiatan

pertanian.

Air limbah got apabila ditangani secara lebih lanjut akan menjadi suatu pupuk yang akan

sangat berguna bagi tanaman dan sekaligus akan dapat meningkatkan kesuburan tanah

khusunya lahan pertanian atau dengan kata lain air got tersebut bisa dibuat sebagai pupuk cair

yang nantinya akan berguna dalam bidang pertanian.

C. Maksud dan Tujuan

Bakti Profesi ini memiliki maksud serta bertujuan untuk memberikan infomasi-informasi

terbaru kepada masyarakat, sehingga informasi tersebut dapat dimamfaatkan oleh masyarakat

setempat khusunya masyarakat di Lingkungan Surabaya baik digunakan untuk kebutuhan

sehari-hari ataupun dijadikan sebagai suatu peluang usaha baru yang nantinya akan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut.


D. Metode Bakti Profesi

Metode yang digunakan merupakan metode deskriptif, yakni metode yang menjelaskan

gambaran peristiwa yang terjadi sesuai dengan realita lapangan, meliputi permasalahan-

permasalahan yang ditemui serta kontribusi yang bisa diterapkan untuk memecahkan masalah

tersebut. Beberapa sumber informasi yang mendukung penulisan Laporan Bakti Profesi ini

antara lain:

- Hasil Survey dan Observasi di lapangan

- Dialog/wawancara dengan kelompok masyarakat

- Pengumpulan data sekunder dari literatur dan tempat kegiatan dilaksanakannya Bakti

Profesi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada tumbuhan agar tumbuhan tersebut

berkembang dengan baik ada dua jenis pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan yang alami tanpa ada penambahan

zat-zat kimia. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos. Sedangkan pupuk anorganik

adalah pupuk yang terbuat dari kombinasi beberapa jenis bahan kimia. Oleh karena itu dalam

pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak

mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat

berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke

daun (Indonesia, Wikipedia, 2007).


Pupuk yakni kandungan gizi yang sangat dibutuhkan. Dalam sistem pertanian

konvensional, zat pengguna yang sering dipakai adalah jenis urea serta yang dikenal dengan

nama TSF. Jenis itu dibuat secara besar-besaran dan dikeluarkan oleh perusahaan

resmi. Kandungannya tentu saja mempunyai zat-zat kimia buatan. Dalam dunia pupuk

organik ada dua macam pupuk alami, dikenal dengan nama pupuk kandang dan pupuk

kompos. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan yang telah kering dan tidak berbau.

Penggunaannya dapat dicampur tanah dengan ukuran yang seimbang google.com).

Pengolahan sampah dengan media fermentasi sampah organik akan menghasilkan dua jenis

pupuk yaitu cair dan kompos yang dapat digunakan sebagai penyubur tanaman. Secara garis

besar sampah terbagi menjadi dua jenis yaitu organik atau basah yaitu sampah yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan dan bersifat cepat membusuk, dan anorganik atau disebut kering yaitu

sampah yang tidak mudah busuk seperti logam, plastik, kaca dan lain-lain. Disebutkan,

sampah anorganik saat ini sudah banyak diolah dan didaur ulang sehingga cenderung tidak

menjadi masalah, tetapi untuk menangani sampah organik, pemerintahpun belum memiliki

teknik yang jitu, sehingga sampah jenis ini masih saja menjadi masalah besar yang tak

kunjung dapat diselesaikan.

Seperti cara-cara yang digunakan untuk menangani sampah organik, diantaranya dengan

melokalisir sampah di tempat tertentu dan membiarkannya tanpa pengolahan dengan cara

yang tepat serta landfill yaitu dengan memasukkan sampah ke dalam lubang kemudian

menimbunnya. Kedua cara tersebut sudah harus ditinggalkan, sebab cepat atau lambat akan

menimbulkan kerugian karena akan mencemari dan merusak lingkungan. Untuk itu, alat

media fermentasi sampah organik dapat mengolah sampah tersebut, sehingga nantinya

diharapkan dapat menurunkan volume sampah. Prinsip dasarnya adalah sampah organik tidak

keluar dari lingkungan produsennya yaitu rumah tangga, karena jika keluar pasti akan
menjadi masalah bagi pihak lain. Sampah organik juga harus diolah sendiri oleh

produsennya, yaitu rumah tangga.

Sedangkan peralatan yang digunakan adalah ember plastik yang dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat memisahkan antara sampah dengan cairannya, kemudian sprayer (alat

penyemprotan) dan bioaktivator yaitu cairan yang berfungsi fermentasi sampah sehingga

menjadi kompos.

Ada lima langkah menggunakan media fermentasi sampah organik yaitu sampah dipisahkan

dari anorganik, sampah organik dicacah sehingga berukuran 2-3 cm, kemudian dimasukkan

ke dalam ember plastik, disemprot bioaktivator yang sudah dicampur dengan air dengan

takaran tertentu dan ember plastik ditutup rapat agar terjadi proses fermentasi. Dengan

melakukan kelima langkah tersebut, setiap hari sampai ember plastik penuh, kemudian

dibiarkan selama 1-2 minggu. Keunggulan cara tersebut adalah tidak menimbulkan bau dan

tidak mendatangkan lalat. Dari proses fermentasi sampah organik tersebut akan dihasilkan

dua jenis pupuk yaitu cair dan kompos yang dapat digunakan sebagai penyubur tanaman dan

juga dapat dijual sebagai penambah penghasilan keluarga (Newsroom, Kominfo, 2007).

Dalam suatu hasil uji coba menunjukkan perbedaan signifikan antara penggunaan

pupuk organik dengan pupuk kimia. Di atas lahan 1.000 meter persegi, penyemprotan pupuk

cair organik berhasil menaikkan produksi 150 kg atau 1,5 kuintal, dengan umur panen 75

hari. Sedangkan, penggunaan pupuk kimia, hanya mendongkrak produksi maksimal 50 kg

dengan umur panen 85 hari. Keuntungan lain, penggunaan pupuk cair organik bisa meredam

laju pertumbuhan rumput penganggu (gulma). Bahkan, hama sejenis ulat pun, tidak berani

mendekat. Itu karena saripati gadung mengandung zat yang tak disenangi ulat. Sampah tidak

hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat. Sampah juga bisa dibuat sebagai pupuk

cair. Pupuk cair mempunyai banyak manfaat. Selain untuk pupuk, pupuk cair juga bisa
menjadi aktivator untuk membuat kompos, pupuk cair juga bisa disiramkan ke lubang WC

agar limbah tinja di dalam septik tank menjadi padat. Dua liter pupuk cair bisa menghemat

penyedotan tinja. Jika biasanya setahun sekali tinja harus disedot, bisa menjadi dua tahun

sekali (Kompas, 2006).

Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah

satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan

menghindari input bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik.

Namun petani sering mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung

rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah ini sebenarnya bisa

diatasi dengan memanfaatkan bioteknologi berbasis mikroba yang diambil dari sumber-

sumber kekayaan hayati. Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti

bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga, dan virus. Tanah pertanian yang subur

mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.

Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut.

Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu

berperan dalam menghancurkan limbah organik, recycling hara tanaman, fiksasi biologis

nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen, dan membantu

penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan

peran-peran penting mikroba tersebut. Teknologi kompos bioaktif salah satu masalah yang

sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan organik dan

status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan

memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik

yang telah mengalami penghancuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.


Limbah organik seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran binatang ternak tidak bisa

langsung diberikan ketanaman. Limbah organik harus dihancurkan/ dikomposkan terlebih

dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Proses

pengomposan alami memakan waktu yang sangat lama, antara enam bulan hingga setahun,

sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman. Proses pengomposan dapat

dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang berkemampuan

tinggi. Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan

menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk

biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec,

EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain (Dipo, Y, 2005).

Kentungan menggunakan pupuk cair :

1. Menurunkan biaya dan meningkatkan hasil

2. Dapat meminimalkan penggunaan pupuk lain dan mampu memaksimalkan produktivitas

tanaman.

3. Cocok untuk semua jenis tanaman

4. Mempercepat waktu panen

5. Dapat digunakan bersamaan dengan insektisida dalam aplikasi untuk semua jenis komoditi

tanaman

6. Ramah lingkungan

Keunggulan:

1. Mengandung kadar unsur hara makro dan mikro sebagai hasil senyawa organik

2. Merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan buah

3. Mencegah daun, bunga dan buah dari kelayuan.


4. Dalam pemakaiannya dapat dicampur dengan insektisida, fungisida dan bahan

sejenisnya.

5. Sangat aman dalam penggunaannya karena tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan

korosi pada alat.

6. Mudah dilarutkan

7. Bermanfaat sebagai pengatur dan perangsang tumbuh tanaman

(Wiratno, R, 2007).

Teknologi pengolahan sampah maupun system koordinasi pengolahan sampah akan

lebih efektif dan lebih efesien dengan adanya dukungan dan peran serta masyarakat. Dalam

hal ini, masyarakat bersedia memisahkan sampahnya di dalam dua bak sampah yang berbeda.

Yaitu satu bak untuk sampah organik dan yang satunya untuk sampah

anorganik. Memisahkan sampah dari sumbernya adalah pekerjaan primer pengolahan sampah

secara nasional. Secanggih apapun teknologi pengolahan sampah maupun sistemnya, tidak

akan berjalan lancar apabila proses pemisahan sampah dari masyarakat ini tidak

dilaksanakan. Pemisahan sampah atau sortasi sampah dengan tekhnologi tinggi memang

dapat dilakukan, tetapi biayanya mahal dan sangat tidak praktis.

Saat ini, masyarakat Indonesia belum terbiasa membuang sampah dalam kondisi

sudah dipilah-pilah antara sampah organik dengan anorganik. Berbeda dengan masyarakat

dinegara maju, seperti Amerika, Eropa, atau Jepang, yang telah memisahkan sampahnya,

bahkan katagorinya lebih mendetail, misalnya ada tempat sampah khusus botol dan tempat

khusus tutup botol. Cepat atau lambat, masyarakat Indonesia akan mencapai tahap kesadaran

ini apabila benar-benar diupayakan dan digerakkan. Jika, proses penyadaran ini tidak dipaksa
akan dilakukan maka kekuatan alamlah yang akan memaksa 200 juta penduduk Indonesia

untuk menyadari kesalahannya atas kerusakan lingkungan dan sosial yang ditimbulkan.

III. KEADAAN UMUM LOKASI BAKTI PROFESI

A. Deskripsi Daerah Lokasi

Lingkungan Surabaya merupakan bagian dari Kelurahan Ateuk Pahlawan Kecamatan

Baiturrahman. Secara keseluruhan Kelurahan Atauk Pahlawan terdiri dari lima lingkungan

yaitu Lingkungan Surabaya, Lingkungan Labui, Lingkungan Teladan, Lingkungan Pahlawan,

Lingkungan PJKA.

Lingkungan Surabaya memiliki luas ± 2 ha dan berbatasan dengan daerah-daerah sebagai

berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Jln. Tgk. Chik Ditiro

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Krueng Aceh

- Sebelah Timur berbatasan dengan Jln. T. Hasan Dek

- Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Krueng Do

Peta Lingkungan Surabaya dapat dilihat pada Lampiran 1.

B. Keadaan Alam dan Potensi Fisik Lokasi

Jika dilihat dari keadaan alam Lingkungan Surabaya maka dapat diketahui bahwa daerah

tersebut bukanlah suatu kawasan pertanian tetapi suatu daerah pemukiman yang padat

penduduk. Jika dilihat dari segi potensi fisiknya dimana banyaknya terdapat saluran

pembuangan limbah rumah tangga dan banyaknya limbah got yang dihasilkan usaha untuk
dikembangkannya pertanian tentunya sangat sulit maka daerah ini tentunya sangat cocok

untuk dijadikan sebagai daerah pengembangan usaha pembuatan pupuk cair.

C. Keadaan Perekonomian

Jumlah Penduduk
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Lingkungan Surabaya
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 665

2 Wanita 557
Jumlah 1222

Mata Pencaharian

Adapun mata pencaharian penduduk Lingkungan Surabaya sebagian besar adalah wiraswasta,

selain itu ada pula yang bekerja di Kantor, guru dan Dosen serta ada pula bekerja pada

beberap bidang lainnya seperti perdagangan dan lain-lain.

A. Keadaan Pemerintahan dan Kelembagaan

Kelurahan Ateuk Pahlawan terbagi kepada lima lingkungan. Setiap Lingkungan ini

mempunyai kepala masing-masing. Kepala-kepala Lingkungan inilah yang nantinya akan

bertanggung jawab kepala Lurah Ateuk Pahlawan. Tidak ubahnya dengan Lingkungan

lainnya Lingkungan Surabaya dipimpin oleh seorang Kepala Lorong. Kepala Lorong ini

nantinya akan mendengarkan keluh kesah dari penduduk Lingkungan Surabaya tersebut

untuk disampaikan langsung kepada Lurah. Adapun Struktur Pemerintahan Kelurahan Ateuk

Pahlawan dapat dilihat pada lampiran 2.


IV. PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan

1. Waktu dan Tempat

Kegiatan Bakti Profesi ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2007 yang bertempat di

Lingkungan Surabaya Kelurahan Ateuk Pahlawan Banda Aceh.

2. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan adalah :

- Tangki air berkapasitas 200 liter

- Ember

- Pengaduk

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah :

- Air got yang telah diendapkan materinya sebanyak 200 liter

- Mollase,berfungsi untuk membantu mempercepat reaksi pembentukan pupuk.

- Bioaktivator semai (berbentuk cair) sebanyak 2 liter. Jenisnya yaitu EM4 (Efective

Microorganisme) berfungsi untuk mempercepat reaksi terbentuknya pupuk cair.

3. Cara Pembuatan

Adapun cara pembuatan pupuk cair ini yaitu :

1. Bahan-bahan dimasukkan kedalam tangki, kemudian diaduk hingga merata.

2. Tangki ditutup rapat hingga hari ketiga.


3. Mulai hari keempat, bahan didalam tangki diaduk sekali setiap hari. Pengadukan

dilakukan hingga hari ketujuh.

4. Selanjutnya pada hari kedelapan tangki ditutup rapat dan didiamkan hingga hari ke-14

5. Pada hari ke-15 bahan didalam tangki telah menjadi pupuk cair dan siap dikemas atau

disimpan ditempat teduh.

B. Kegiatan Mandiri

Pelaksanaan Bakti Profesi yang tergabung dalam satu kelompok terdiri dari 5 (lima) orang,

guna memberikan sumbang saran kepada masyarakat mengenai ”pengolahan limbah got

menjadi pupuk cair”.

Kegiatan mandiri yang dilakukan yaitu:

1. Pertemuan antara peserta Bakti Profesi dengan koordinator bakti profesi. Bertujuan untuk

membentuk kelompok guna melancarkan segala kegiatan yang akan dilakukan termasuk

menentukan judul dari kegiatan tersebut sehingga dapat terkoordinir dengan baik.

2. Membaca literatur tentang teknologi tepat guna yang cocok diterapkan ditempat akan

dilaksanakannya kegiatan Bakti Profesi.

3. Mengumpulkan alat dan bahan yang akan digunakan, yang terdiri dari tangki air, mollase,

bioaktivator cair (EM4), air got yang telah diendapkan dan kayu sebagai pengaduk.

4. Melakukan percobaan membuat pupuk cair tersebut terlebih dahulu untuk membuktikan

bahwa percobaan ini nantinya akan berhasil dilaksanakan di masyarakat.

5. Berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing dan menemui Kepala Kelurahan tempat akan

dilaksanakan kegiatan, bertujuan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk

melaksanakan kegiatan bakti profesi ini.


6. Mengumpulkan kembali alat-alat dan bahan yang diperlukan dan membawanya ketempat

dilaksanakan Bakti Profesi.

7. Mempresentasikan dan demo kepada masyarakat tentang cara pembuatan pupuk cair

tersebut.

C. Kegiatan Kelompok

Adapun program kelompok yang telah direalisasikan adalah:

1. Tujuan Kegiatan adalah untuk memberikan informasikepada masyarakat tentang tata cara

pemamfaatan limbah got menjadi pupuk cair yang nantinya bisa juga dimamfaatkan sebagai

peluang usaha.

2. Tempat dan Waktu, kegiatan bakti profesi ini dilaksanakan di Lingkungan Surabaya

Kecamatan Baiturrahman kota Banda Aceh, yang dilaksanakan pada tanggal 7 September

2007, dari jam 16.30 s/d selesai.

3. Tindak lanjut dari kegiatan Bakti Profesi ini adalah agar masyarakat dapat memamfaatkan

limbah got menjadi pupuk cair serta bisa dimamfaatkan menjadi suatu peluang usaha.

D. Hasil Kegiatan

Adapun hasil kegiatan ini adalah masyarakat telah dapat memahami dan mampu membuat

sendiri pupuk cair dengan menggunakan limbah got, sehingga nantinya kegiatan ini bisa

dimamfaatkan untuk keperluan pertanian dan dapat juga dijadikan sebagai suatu peluang

usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka.

E. Faktor Pendukung dan Penghambat

1. Faktor Pendukung
a. Motivasi Mahasiswa

Kekompakan dan dorongan dari setiap anggot kelompok untuk menyukseskan kegiatan Bakti

Profesi.

b. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat yang hadir dalam kegiatan Bakti profesi dan antusias masyarakat

terhadap peragaan yang telah diperagakan oleh kelompok.

2. Faktor Penghambat

Adapun faktor penghambatnya adalah tempat peragaan kegiatan bakti profesi yang terasa

kurang nyaman karena dilaksanakan di lingkungan mesjid.

V. PERMASALAHAN YANG DITEMUKAN

A. Permasalahan

Ada atau tidaknya limbah got merupakan suatu permasalahan utama dalam pembuatan pupuk

cair ini. Hal ini disebabkan limbah got merupakan bahan dasar pembuatan pupuk ini. Daerah

yang mempunyai banyak saluran got dan penduduknya yang padat tentunya akan

menghasilkan banyak limbah got sehingga pupuk cair tersebut akan lebih mudah untuk

dibuat, tetapi untuk daerah yang tidak memiliki saluran got misalnya didesa-desa pelosok

tentunya ini akan menjadi suatu penghambat untuk membuat pupuk cair tersebut yang bahan

dasarnya merupakan air got.

Permasalahan lain yang bisa juga ditemui adalah agak sulitnya mencari bioaktifator cair yang

nantinya akan digunakan sebagai bahan yang mempercepat proses pembuatan pupuk cair ini.

Bioaktifator yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair ini adalah EM4. Kesulitan

mendapatkan EM4 ini diakibatkan karena terbatasnya toko-toko yang menjual bahan-bahan
kimia tersebut. Sedangkan untuk beberapa jenis bahan lainnya yaitu mollase dan tangki air

mudah dicari di pasaran. Khusus untuk daerah pelosok, bioaktifator, dan tangki akan sulit

untuk ditemukan karena terbatasnya tempat usaha yang menjualnya.

Permasalahan lainnya yang juga menjadi kendala adalah rasa malas dari masyarakat untuk

membuat pupuk cair tersebut karena selama ini masyarakat lebih sering membeli pupuk yang

tersedia di pasaran karena dianggap lebih mudah dan praktis yang padahal pemikiran tersebut

sebenarnya adalah salah.

B. Solusi Yang Ditawarkan

Pembuatan pupuk cair merupakan suatu solusi yang sangat tepat untuk mengatasi masalah

kelangkaan pupuk yang sering terjadi, dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang

disebabkan oleh limbah got dan tentunya pupuk cair ini tidak mengandung bahan-bahan

kimia sehingga nantinya tidak akan merusak tanah akan tetapi justru memperbaiki sifat tanah

yang sudah rusak akibat seringnya menggunakan pupuk kimia. Keunggulan yang lain yang

bisa didapat yaitu bisa dijadikan suatu peluang usaha karena sat ini sangat jarang sekali ada

yang memproduksi dan menjual pupuk cair ini.

Untuk permasalahan limbah got sebenarnya tidak menjadi suatu permasalahan yang berarti

karena limbah ini sangat mudah dicari apalagi bagi daerah yang mempunyai saluran got yang

teratur ditambah lagi dengan jumlah penduduknya yang padat tentunya akan menghasilkan

limbah got yang melimpah. Untuk daeraah yang tidak memiliki saluran got yang teratur maka

pupuk cair ini juga bisa dibuat dengan bahan dasar air biasa tetapi harus ditambahkan bahan

lain seperti kotoran ayam ataupun kotoran sapi sesuai dengan kebutuhan. Untuk mencari

bioaktifator memang menjadi sedikit kendala karena keterbatasan toko-toko yang

menyediakan bahan tersebut, tetapi kita bisa mencarinya dengan cara mengunjungi toko-toko
kimia yang ada tentunya kita akan mendapatkannya. Untuk daerah pelosok untuk mencari

bioaktifator dan tangki air maka bisa pergi kekota dan mencarinya disana.

Sedangkan untuk permasalahan tentang kebiasaan masyarakat untuk membeli pupuk di

pasaran bisa diatasi dengan memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang keunggulan-

keunggulan yang bisa didapat dengan pupuk cair tersebut. Antara lain tentang kemampuan

pupuk ini untuk memperbaiki sifat-sifat tanah karena pupuk ini merupakan pupuk dengan

bahan dasar bebas kimia yang berbeda dari pupuk yang dijual di pasaran yang rata-rata

mengandung bahan kimia yang apabila digunakan secara terus menerus maka akan merusak

sifat-sifat tanah. Hal lainnya yang perlu diberitahukan kepada masyarakat tersebut adalah

bahwa pembuatan pupuk cair ini bisa dijadikan sebagai suatu peluang usaha yang nantinya

akan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Karena usaha pupuk cair ini belum diketahui

oleh banyak orang secara umum dan khususnya di Nanggroe Aceh Darussalam.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan Bakti Profesi Pengolahan Limbah Got Menjadi Pupuk Cair ini,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

- Bakti Profesi merupakan suatu wadah bagi mahasiswa untuk dapat terjun langsung

kedalam masyarakat untuk menggali dan mentransfer ilmu yang didapat selama kuliah dalam

bentuk teknologi tepat guna.

- Pembuatan pupuk cair merupakan suatu solusi yang sangat tepat untuk mengatasi masalah

kelangkaan pupuk yang sering terjadi, dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan pupuk

cair ini tidak mengandung bahan-bahan kimia sehingga nantinya tidak akan merusak tanah
akan tetapi justru memperbaiki sifat tanah yang sudah rusak akibat seringnya menggunakan

pupuk kimia.

- Pembuatan pupuk cair ini bisa dijadikan sebagai suatu peluang usaha sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Saran-saran

Dari serangkaian pelaksanaan program Bakti Profesi yang telah dilaksanakan di Lingkungan

Surabaya kota Banda Aceh ada beberapa permasalahan yang ditemui dan diharapkan

mendapat perhatian dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan kedepan dapat lebih baik,

diantaranya:

- Perlu dilakukan ikatan kerjasama yang erat dengan instansi pemerintah disetiap daerah.

Dalam hal ini dapat berbentuk ikatan dinas antar Jurusan Teknik Pertanian dengan dinas-

dinas terkait.

- Pelaksanaan program mata kuliah Bakti Profesi harus mengalami penanganan yang lebih

profesional sehingga mamfaatnya dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan

mahasiswa.

- Sistim pelaksanaan Bakti Profesi supaya dapat lebih dikembangkan lagi sehingga proses

menggali dan dan menyalurkan ilmu dari mahasiswa ke masyarakat atau sebaliknya dapat

berjalan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
.
Dipo, Y, 2005. Pupuk Ramah Lingkungan, Bogor.

Indonesia, Wikipedia, 2007. Pupuk, Wikimedia Foundation.

Kompas, 2007. Pupuk Organik dan Pupuk Kimia, Jakarta.


Mutawakkil, SE, 2006. Pengolahan Limbah Got sebagai Peluang Usaha, Penebar
Swadaya, Jakarta.

Newsromm, Kominfo, 2007. Pengolahan Sampah Jadi Pupuk Cair dan Kompos, Departemen
Komunikasi dan Informatika.

Wiratno, R, 2007, Artikel Detail Tanaman Pangan, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai