Oleh:
R. ARSHY IBNU ALWAHIDI
181710101091
DAFTAR ISI
COVER
Halaman Judul........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iv
LEMBAR PEMBIMBINGAN..............................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................vi
RINGKASAN.......................................................................................................vii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................2
1.2 Tujuan.....................................................................................................3
1.3 Manfaat...................................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Lidah Buaya............................................................................................5
2.2 Teh ......................................................................................................6
2.3 Flavoring Agent.......................................................................................7
2.4 Uji Organoleptik.....................................................................................9
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN................................11
3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................11
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................11
3.3 Pelaksanaan..........................................................................................11
3.4 Prosedur Analisa..................................................................................13
3.5 Analisa Data..........................................................................................14
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...............................................15
4.1 Sejarah dan Profil UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura..........................................................................15
4.2 Visi dan Misi.........................................................................................17
4.3 Lokasi UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura................................................................................................18
iii
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PEMBIMBINGAN
Judul Magang Kerja : Pembuatan Teh Lidah Buaya (Aloe vera) dengan
Penambahan Bahan Flavoring di UPT Pegembangan Agribinis Tanaman Pangan
Dan Hortikultura Jawa Timur
Nama : R. Arshy Ibnu Alwahidi
NIM : 181710101091
Tempat : UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura (PATPH) Jawa Timur
Waktu : 18 Oktober 2021 – 1 Desember 2021
Menyetujui,
Pembimbing Lapang
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Magang Kerja dengan judul “Karakteristik Sensoris Teh Lidah Buaya
(Aloe vera) dengan Variasi Flavoring Agent di UPT Pengembangan
Agribisnis Tanaman Pangan Dan Hortikultura Jawa Timur” adalah karya R.
Arshy Ibnu Alwahidi telah diuji dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Mengetahui
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
Teknologi Hasil Pertanian Akademik
Dr. Triana Lindriati, S.T., M.P. Dr. Ir. Sih Yuwanti, M.P
NIP 196808141998032001 NIP 196507081994032002
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember
RINGKASAN
BAB 1. PENDAHULUAN
daun lidah buaya (Satriadi dkk., 2015). Menurut Suprabowo (2017), kulit lidah
buaya merupakan bagian dari tanaman tersebut yang sering menjadi limbah dan
tidak dimanfaatkan sedangkan pembuatan teh herbal dari lidah buaya merupakan
suatu alternatif yang memiliki persentase keuntungan paling tinggi dibandingkan
produk lain seperti jus, koktail, rainbow cake, dan kerupuk. Hasil penelitian
Mulyanita dkk. (2019) juga telah menyatakan bahwa kulit dari lidah buaya
mengandung flavonoid sebanyak 12,376 µg QE/mg. Flavonoid merupakan salah
satu senyawa polifenol yang memiliki sifat antioksidan (Dewi dkk., 2018). Akan
tetapi, teh lidah buaya memiliki karakteristik rasa dan aroma yang kurang disukai.
Teh lidah buaya memiliki karakteristik rasa pahit yang cukup kuat sehingga tidak
disukai oleh konsumen (Rusanti dan Hendrawati, 2018). Oleh karena itu, perlu
ditambahkan flavoring agent untuk meningkatkan cita rasa teh lidah buaya agar
dapat diterima oleh konsumen.
Flavoring agent merupakan bahan yang digunakan untuk memberikan rasa
dan aroma segar, mengurangi rasa atau efek akustika alkohol, dan menutupi rasa
tidak enak dari suatu produk (Witono dalam Nurazizah, 2022). Bahan-bahan yang
dapat digunakan sebagai flavoring agent untuk meningkatkan cita rasa teh lidah
buaya, yaitu lemon, kayu manis, dan daun mint. Senyawa turunan aldehid dalam
kayu manis telah sering digunakan sebagai bahan untuk menutupi rasa yang
kurang diterima (Fitriya dan Alfionita, 2018). Kandungan minyak atsiri dalam
daun mint memiliki kemampuan dalam memberikan cita rasa yang khas dan kuat
pada suatu produk seperti obat, parfum, kosmetik, dan juga pangan (Sari dalam
Laoli, 2019). Lemon sendiri merupakan bahan yang memiliki karakter rasa dan
aroma yang kuat sehingga sering digunakan sebagai bahan flavoring pada
berbagai produk. (Priambodo, 2015). Akan tetapi, bahan-bahan tersebut belum
teruji mampu memperbaiki cita rasa teh lidah buaya sehingga diperlukan
pengujian sensori untuk menguji karakteristik sensorinya.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya magang kerja di UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura adalah sebagai berikut:
10
1.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya magang kerja di UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang karakteristik teh lidah buaya dengan
penambahan lemon, kayu manis, daun mint sebagai flavoring agent
pada pihak UT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Jawa Timur dan masyarakat secara umum.
2. Meningkatkan pemanfaatan komoditas lidah buaya di UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
3. Memberi informasi dan pengetahuan terkait cara mengolah lidah
buaya menjadi teh herbal lidah buaya di UT Pengembangan
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur
11
enzim di dalam lidah buaya, yaitu enzim bradikinase, lipase, dan protease.
Kandungan senyawa-senyawa dalam lidah buaya memiliki anyam manfaat dalam
bidang kesehatan sebagai immuno-modulator, antioksidan, anti-aging, antivirus,
antiinflamasi, dan antidiabetes (Itrat dan Zarnigar, 2013).
Lidah buaya merupakan tanaman yang terebar dari Meksiko, India,
Amerika, Afrika, Australia, dan Iran dan tergolong dalam famili Liliciae.
Daunnya terdiri dari tiga lapisan , yaitu lapisan tipis dan keras berwarna hijau
yang dilapisi kutikula yang tebal, lapisan gel, serta lapisan lateks tipis yang berada
tepat di bawah kulitnya (Cheng dkk., 2014). Penelitian dari Sianturi (2019)
menunjukkan bahwa kulit dari lidah buaya mengandung beberapa senyawa
polifenol, seperti kafein, asam sinapat, kuersetin, kuersitrin, rutin, mirisetin,
epikatekin, dan asam gentisat. Polifenol alami atau flavonoid tersebut dapat
berperan sebagai antioksidan dalam tubuh.
Benzidia dkk. (2019) telah membuktikan bahwa kulit daun lidah buaya
memiliki kandungan tanin yang terdiri dari berbagai senyawa. Senyawa-senyawa
tanin yang ditemukan dalam kulit daun lidah buaya meliputo asam butanoat,
heksana, pyranton, 9-oxononanoic acid, diisobutyl phthalate, 9-heptadecanone,
butyl cyclobutyl phthalate, butyl isobutyl phthalate, asam palmitat, dibutyl
phthalate, phthalic acid, etil palmitat, butyl decyl phthalate, butyl octyl phthalate,
phytol, 17-octadecyonic acid, asam linoleat, asam linolenat, butyl palmitate, etil
oktadekanoat, chrysarobin, asam krisofinat, dan diisooctylphtalate. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa senyawa tanin dalam daun kulit lidah buaya
memiliki aktivitas antioksidan yang baik meskipun masih lebih rendah
dibandingkan dengan asam askorbat.
2.2 Teh
Teh dibagi menjadi dua golongan, yaitu teh herbal dan teh non-herbal. Teh
nun herbal merupakan teh yang terbuat dari daun teh. Teh herbal merupakan
minuman yang mengandung herbal bekhasiat untuk kesehatan. Teh ini biasa
dibuat dari biji-bijian, dedaunan, bunga, dan akar berbagai tanaman. Konsumsi teh
herbal serupa dengan teh biasa, yaitu dengan diseduh seperti biasa (Patin dkk.,
13
2018). Teh herbal umumnya memiliki rasa yang tergolong enak untuk dikonsumsi
masyarakat sehingga dapat dikonsumsi secara rutin. Bahan yang digunakan untuk
pembuatan jenis teh ini biasanya berasal dari tanaman hortikultura atau Tanaman
Obat Keluarga (TOGA) yang umumnya sudah terkenal memiliki manfaat
kesehatan (Triandini dkk., 2022). Tanaman yang tergolong TOGA diantataranya
adalah jahe, kunyit, temulawak, lengkuas, dan sambiloto (Rahmawati dkk., 2019).
Akan tetapi, perkembangan teknologi pangan sampai saat ini telah memperluas
potensi tanaman di luar TOGA untuk dimanfaatkan menjadi teh herbal. Tanaman-
tanaman yang sampai saat ini telah dikembangkan menjadi teh herbal diantaranya
adalah daun kelor, gaharu, alpukat, pare, dan lidah buaya. Spesifikasi mutu teh
herbal maupun nun herbal dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Spesifikasi Mutu Teh dalam Kemasan
No Jenis Uji Satuan Peryaratan
1 Keadaan air seduhan
Hijau kekuningan sampai
Warna -
kuning kecoklatan
Bau - Khas teh bebas bau asing
Rasa - Khas teh bebas rasa asing
2 Kadar air %, b/b maks. 8
3 Kadar ekstrak dalam air %, b/b min. 32
4 Kadar abu total %, b/b maks. 8
Kadar abu larut dalam air dari
5 %, b/b min. 45
abu total
6 Kadar abu tak larut dalam asam %, b/b maks. 1
Alkalinitas abu larut dalam air
7 %, b/b 1-3
(sebagai KOH)
8 Serat Kasar %, b/b maks. 16
9 Cemaran logam
Timbal (Pb) mg/kg maks. 20
Tembaga (Cu) mg/kg maks. 150
Seng (Zn) mg/kg maks. 40
Timah (Sn) mg/kg maks. 40
Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,03
Cemaran Arsen (As) mg/kg maks. 1
10 Cemaran Mikroba
koloni/
Angka lempeng total maks. 3 × 103
g
Bakteri Coliform APM/g
Sumber: BSN (2000)
Teh herbal merupakan minuman fungsional yang memiliki karakteristik
14
sensori bau, rasa, dan warna yang khas. Minuman ini berfungsi untuk memenuhi
gizi tubuh atau meningkatkan fungsi fisiologis khusus dalam tubuh. Minuman
fungsional disyaratkan memiliki dua fungsi utama yaitu mengandung nilai gizi
dan memiliki aspek sensori yang baik (Tavita dkk., 2022).
dkk., 2014).
2.3.3 Mint
Daun mint merupakan salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan
sebagai flavoring agent pada suatu produk. Daun ini memiliki kandungan minyak
atsiri yang memiliki senyawa mentol dan menthone di dalamnya. Kandungan
tersebut menyebabkan daun mint memiliki karakteristik aroma wangi dan cita rasa
dingin yang menyegarkan sehingga sering dimanfaatkan karena karakteristiknya
banyak disukai. Daun mint sering digunakan di pasta gigi, permen, minuman, dan
berbagai produk lainnya (Anshori dkk., 2009).
Daun mint memiliki kandungan senyawa fungsional seperti vitamin C,
provitamin A, fosfor, zat besi, kalsium, dan potasium. Selain itu, terdapat juga
kandungan serat, klorofil, dan fitonutrien di dalamnya. Daun mint dipercaya
memiliki manfaat dalam memulihkan stamina tubuh, meredakan sakit kepala,
mencegah demam, antioksidan, dan menjaga kesehatan mata (Maulina, 2012).
masing-masing aspek sensori yang dimiliki suatu produk. Pengujian ini pada
umumnya menggunakan panelis yang tidak terlatih dalam jumlah banyak sebagai
asumsi bahwa mereka mewakili kelompok konsumen tertentu. Pengujian ini
paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan panelis terhadap
produk yang disajikan. Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik, misalnya
sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka.
Skala tersebut dapat direntangkan sesuai kebutuhan penguji. Pengolahan dari
pengujian hedonik dapat diolah dengan teknik skorsing (Sari Putri dan Mardesci,
2018).
18
Mulai
Surat balasan izin magang dari UPT PATPH yang dikirimkan ke jurusan via Whatsapp
Selesai
Pangan dan Hortikultura Jawa Timur. Akan tetapi, semua keputusan yang diambil
mengenai sasaran kegiatan magang kerja ini dapat diatur ulang bersama dengan
pihak UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa
Timur. Hal tersebut dapat disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember.
Namun, besar harapan kami untuk pihak UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur dapat mempertimbangkan usulan
kami.
menggunakan sistem irigasi drip atau tetes dan jet spray atau semprot. Sistem
irigasi di PUSPA LEBO ini sudah tidak menggunakan sistem irigasi yang modern
sehingga semuanya sudah bisa dikontrol dengan alat. Dengan penggunaan sistem
irigasi drip dan jet spray ini dapat lebih efisien karena menghemat waktu dan
tenaga kerja. Sehingga semuanya sudah bisa dikontrol dengan alat. Penggunaan
sistem irigasi drip dan jet spray ini dapat lebih efisien karena menghemat waktu
dan tenaga kerja.
Pada pertengahan Tahun 2008 kebun PUSPA LEBO digabungkan dengan
Balai Teknologi Pertanian (BTP) Bedali, Lawang menjadi sebuah unit kerja baru
yang bernama Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan
dan Hortikultura (UPT PATPH). Pada Tahun 2009 mulai dibuka kunjungan
agrowisata dari sekolah-sekolah baik SD, SMP, SMA, dan juga untuk mahasiswa
yang ingin melakukan penelitian ataupun magang. Kegiatan agrowisata dilakukan
untuk layanan publik, wisata dan layanan edukasi mengenai kegiatan hulu sampai
hilir.
Pada awal terbentuknya jenis kegiatan yang dilakukan oleh UPT
Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura berupa operasional
laboratorium (Uji Tanah, Kultur Jaringan, Pengolahan Hasil Panen) dan
pengelolaan beberapa kebun yang berlokasi di Bedali-Lawang, Dau-Malang,
Bulukerto - Batu dan Puspa Lebo-Sidoarjo. Perkembangan yang dikelola oleh
UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura selanjutnya
terdapat penambahan beberapa kebun, dengan pengembangan komoditas
unggulan masing-masing yaitu Kebun Cemengkalang Sidoarjo, Kebun Dlanggu
Mojokerto, Kebun Kebomas Gresik, dan Kebun Pelem Kediri. Struktur dan tata
kelola UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura pada
Dinas di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada akhir tahun 2016
sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 113 Tahun 2016 tentang Nomenklatur,
Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, maka
pengelolaan UPT PATPH dikendalikan oleh seorang kepala UPT dibantu dengan
seorang kepala sub bagian tata usaha dan seorang kepala seksi pelayanan teknis.
23
dan agrowisata. Struktur organisasi selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Lidah Buaya
Pemetikan
Pencucian
Pengupasan Kulit
Larutan
Pembilasan Kapur Sirih
33
34
Proses pembuatan teh lidah buaya terdiri dari beberapa tahap seperti
pemetikan daun lidah buaya, pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan,
pencampuran teh lidah buaya dan flavoring agent, serta pengemasan. Teh lidah
buaya yang dibuat pada pengamatan ini terdiri dari 3 jenis berdasarkan flavoring
agent yang ditambahkan, yaitu bubuk kayu manis, daun mint, dan lemon. Proses
pembuatan teh lidah buaya ditunjukkan oleh diagram alir pada Gambar 5.1.
5.1.1 Pemetikan dan Pendiaman
Daun lidah buaya yang siap untuk dipetik adalah daun lidah buaya dewasa
yang panjangnya lebih dari 30 cm dengan berat sekitar 0,5 – 1 kg. Tujuan
dipilihnya daun lidah buaya dengan ukuran tersebut adalah karena semakin besar
dimensi daun maka akan semakin banyak kulit lidah buaya yang bisa diambil. Hal
tersebut disebabkan karena daun lidah buaya yang berukuran besar memiliki luas
permukaan daun yang lebih besar juga. Proses pemetikan daun lidah buaya dapat
dilihat pada Gambar 5.2.
Perendaman kulit daun lidah buaya di dalam larutan kapur sirih dilakukan
untuk menghilangkan sisa-sisa getah dan gel yang masih menempel. Pradnyani
dkk. (2018) menyatakan bahwa perendaman lidah buaya dalam larutan kapur sirih
dengan konsentrasi 1% dapat menghilangkan sisa-sisa gel dan getah yang masih
ada sehingga dapat mengurangi rasa pahit ketika dikonsumsi. Perendaman kulit
daun lidah buaya dalam larutan kapur sirih juga dapat memperkeras teksturnya
karena kalsium klorida dapat membentuk kristal dan mengalami pengendapan
ketika bereaksi dengan air.
5.1.6 Pengeringan
Kulit daun lidah buaya yang sudah direndam kemudian diletakkan pada
tray dehydrator untuk dilakukan pengeringan. Dehydrator merupakan alat yang
memiliki fungsi untuk mengeringkan makanan atau bahan pangan dengan cara
mengurangi kadar air dalam bahan tanpa memanggangnya seperti oven. Alat ini
38
sangat efektif untuk digunakan ketika kita tidak ingin kehilangan cita rasa asli dari
suatu bahan pangan. Pengeringan kulit daun lidah buaya menggunakan oven akan
menyebabkan kulit daun menjadi gosong, oleh karena itu dehydrator merupakan
alat yang tepat untuk digunakan dalam proses pengeringan ini. Jenis Food
dehydrator yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5.6.
5.1.8 Pengemasan
Bubuk kulit lidah buaya yang sudah dihaluskan kemudian dikemas ke
dalam teabag berbentuk segi empat. Teabag merupakan kemasan teh yang terbuat
dari filter paper dan bersifat tahan panas. Sejumlah 40 g bubuk kulit daun lidah
buaya dimasukkan ke dalam kemasan lalu ditambahkan 10 g flavoring agent yaitu
bubuk lemon, bubuk kayu manis, atau bubuk daun mint. Kemudian, dilakukan
sedikit pengadukan menggunakan tusuk gigi atau benda lain yang cukup kecil
untuk masuk ke dalam teabag. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk
menyamaratakan persebaran bubuk kulit daun lidah buaya dan flavoring agent
yang tela ditambahkan. Proses pengemasan dapat dilihat pada Gambar 5.8.
40
(a) Varian Kayu Manis (b) Varian Lemon (c) Varian Daun Mint
Gambar 5.9 Gambar Tiga Varian Seduhan Teh Lidah Buaya
41
Gambar 5.10 Diagram batang Hasil Uji Ogranoleptik Warna Teh Lidah Buaya
Warna pada teh lidah buaya disebabkan oleh dua senyawa yaitu senyawa
fenolik dan klorofil. Senyawa fenolik akan teroksidasi secara enzimatis ketika
daun lidah buaya dipotong. Bagian sel yang terluka menyebabkan senyawa
42
Gambar 5.11 Diagram batang Hasil Uji Ogranoleptik Aroma Teh Lidah Buaya
Rata-rata skor uji hedonik seluruh sampel memiliki nilai di bawah 4 yang
dapat diartikan bahwa sebagian besar panelis kurang suka dengan aroma yang
dihasilkan oleh setiap sampel teh lidah buaya. Penelitian yang dilakukan oleh
Rusanti dan Hendrawati (2018) terkait penambahan teh lidah buaya pada thai tea
menunjukkan hasil yang serupa. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma thai tea
semakin menurun seiring meningkatnya kandungan lidah buaya dalam thai tea
44
data pengamatan menunjukkan bahwa teh lidah buaya dengan tambahan daun
mint kurang disukai oleh sebagian besar panelis. Hal ini dapat disebabkan oleh
penyimpanan bubuk daun mint yang kurang tepat sehingga senyawa volatil
cenderung sudah berkurang banyak ketika digunakan karena mudah sekali
menguap (Hadi dalam Sucianti dkk., 2021).
5.2.5 Rasa
Rasa merupakan salah satu aspek sensori yang penting untuk menentukan
tingat kesukaan konsumen terhadap suatu produk (Maligan dkk., 2018). Diagram
pada Gambar 5.12 menunjukkan bahwa rata-rata skor rasa yang dimiliki oleh
masing-masing perlakuan adalah 2,8 pada sampel dengan tambahan daun mint;
3,00 pada sampel dengan tambahan kayu manis; dan 2,90 pada sampel dengan
tambahan lemon. Dapat dilihat bahwa selisih skor rata-rata dari masing-masing
sampel tidak berbeda jauh. Selisih skor rata-rata semua sampel hanya sebesar 0,1
– 0,2.
3
3.05
3 2.9
2.95
2.9
2.8
2.85
2.8
2.75
2.7
2.65
Daun Mint Kayu Manis Lemon
Gambar 5.12 Diagram batang Hasil Uji Ogranoleptik Rasa Teh Lidah Buaya
antrakuinon yang bermanfaat di bidang farmasi namun memiliki rasa yang sangat
pahit (Tensiska dkk., 2017).
Penambahan daun mint pada bahan pangan umumnya dapat meningkatkan
citarasa dan memberikan efek minty karena kandungan mentol pada minyak atsiri
dalam daun mint (Sucianti dkk., 2021). Akan tetapi, skor rata-rata sampel teh
lidah buaya dengan penambahan bubuk mint menunjukkan bahwa panelis kurang
suka terhadap karakteristik rasanya. Daun mint memiliki kandungan berbagai
senyaw ester seperti menthyl asetat dan monoterpene yang memberikan aroma
dan flavor yang khas (Alankar dalam Anggraini dkk., 2014). Walaupun begitu,
penambahan bubuk daun mint pada teh lidah buaya tidak memberikan efek
signifikan dalam menutupi citarasa lidah buaya yang kuat.
Hal serupa juga terjadi pada teh lidah buaya yang diberi tambahan bubuk
kayu manis. Skor rata-rata uji hedonik rasa sampel tersebut juga menunjukkan
bahwa panelis kurang suka terhadap karakteristik rasanya. Kayu manis merupakan
bahan yang sering digunakan dalam berbagai produk pangan untuk memperbaiki
citarasa produk tersebut. Sinamaldehid dan eugenol merupakan dua senyawa yang
bertanggung jawab dalam memberikan citarasa khas kayu manis. Sinamaldehid
juga mampu berperan menjadi antioksidan yang dapat mencegah terjadinya
pembentukan zat oksidatif dalam tubuh (Yulianto dalam Nasir dkk., 2020).
Lemon merupakan salah satu buah yang sering digunakan dalam industri
pangan karena memiliki citarasa asam dan segar. Rasa asam khas tersebut berasal
dari asam askorbat yang merupakan precursor dari vitamin C yang sangat
bermanfaat menjadi antioksidan dalam tubuh (Wijaya dalam Pratiwi dkk., 2019).
Akan tetapi, penambahan bubuk lemon pada teh lidah buaya tidak memberikan
efek signifikan dalam meningkatkan citarasa teh tersebut. Skor rata-rata uji
hedonik rasa pada teh lidah buaya dengan penambahan bubuk lemon
menunjukkan bahwa panelis kurang suka terhadap karakteristik rasa yang dimiliki
teh tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Widowati dkk. (2022) yang
menyatakan bahwa bubuk lemon memberikan rasa pahit ketika ditambahkan pada
produk pangan. Penambahan bubuk lemon memberikan rasa pahit yang
disebabkan oleh kandungan limoninen yang terdapat pada kulit buah lemon.
47
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang kerja yang telah diperoleh dalam pembahasan,
maka didapatkan kesimpulan antara lain:
1. Pengembangan lidah buaya di UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura menjadi teh lidah buaya dapat
dilakukan meskipun masih dibutuhkan pengamatan lebih lanjut untuk
menemukan flavoring agent yang dapat membantu memperbaiki cita
rasa teh lidah buaya.
2. Penambahan kayu manis, lemon, dan daun mint tidak memberikan
pengaruh yang signifikan pada karakteristik warna, aroma, dan rasa
dari teh lidah buaya.
6.2 Saran
Pengembangan komoditas lidah buaya di UPT Pengembangan Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura menjadi teh herbal dapat dilakukan tetapi
dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menentukan jenis dan kadar flavoring
agen yang akan digunakan untuk memperbaiki warna, aroma, dan rasa dari
produk tersebut agar dapat diterima oleh konsumen.
48
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, B.S., T.N. Aprilia, A. Nursiwi. 2020. Pengaruh Lama Blanching dan
Rumus Petikan Daun Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, serta Sensoris
Teh Daun Tin (Ficus carica). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 12(1): 1-
11.
Ammad, F., O. Moumen, A. Gasem, S. Othmane, K. Hisashi, B. Zebib, O. Merah.
2018. The potency of lemon (Citrus limon L.) essential oil to control some
fungal diseases of grapevine wood. Comptes Rendus Biologies. 341(2): 97-
101.
Anggraini, T., D. Silvy, S.D. Ismanto, dan F. Azhar. 2014. Pengaruh Penambahan
Peppermint (Mentha piperita, L.) terhadap Kualitas Teh Daun Pegagan
(Centella asiatica, L. Urban). Jurnal Litbang Industri. 4(2): 79-88.
Anjani, P.P)., S. Andianty, dan T.D. Widyaningsih. 2015. Pengaruh Penambahan
Pandan Wangi dan Kayu Manis pada Teh Herbal Kulit Salak Bagi
Penderita Diabetes. Jurnal Pangan dan Argoindustri. 3(1): 203-214.
Anshori, J. A., Muchalal, dan Sutarno. 2009. Synthesis ff Menthol from Pulegol
Catalyzed by Ni/-Al2o3. J. Chem. 9(1): 89-94.
Asiah, N., F. Septiyana, U. Saptono, L. Cempaka, dan D.A. Sari. Identifikasi Cita
Rasa Sajian Tubruk Kopi Robusta Cibulao pada Berbagai Suhu dan
Tingkat Kehalusan Penyeduhan. Barometer. 2(2): 52-56.
Barceloux, D. G. 2008. Cinnamon (Cinnamomum spesies) dalam Medical
Toxicology of Natural Substances: Foods, Fungi, Medicinal Herbs, Toxic
Plants, and Venomous Animals. New Jersey: John Wiley & Sons.
Fadlillah, H.N., L. Nuraida, dan E.H. Purnomo. 2015. Kepedulian Konsumen
terhadap Label dan Informasi Bahan Tambahan Pangan (BTP) pada Label
Kemasan Pangan di Kota Bogor. Jurnal Mutu Pangan. 2(2): 119-126.
Fatchullah, A., J. Auffadiina, G. Sarah, C. Peggy, L. Kurniasari, P. Dwi, A.
Gading, L. Gaby, M. Zakaria, M. Nabil, dan G. Setyo. Implementasi Food
Dehydrator pada Pengeringan Bunga Telang sebagai Produk Teh Umkm
49
Flavonoids From Citrus Peels. Food Science and Human Wellness. 3(3-4):
104-109.
Rismuanandar dan F.B. Paimin. 2001. Kayu Manis: Budi Daya dan Pengolahan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rorong, J. A. 2013. Analisis Asan Benzoat dengan Perbedaan Preparasi pada
Kulit dan Daun Kayu Manis (Cinnamon burmanni). Chem. Prog. 6(2): 81-
85.
Rusanti, W.D. dan T.Y. Hendrawati. 2018. Pengaruh Penambahan Teh Lidah
Buaya (Aloe Tea) terhadap Sifat Fitokimia Minuman ThaiTea. Seminar
Nasional Sains Dan Teknologi 2018. Jakarta: Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Setyaningsih, D., A. Apriyanto, dan M.P. Sari. 2014. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Argo. Bandung: PT. Penerbit IPB Press.
Sucianti, A., N.M. Yusa, dan I.M. Sugitha. 2021. Pengaruh Suhu Pengeringan
terhadap Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Teh Celup Herbal Daun
Mint (Mentha piperita L.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 10(3): 378-
388.
Sudaryat, Y., M. Kusmiyati, C.R. Pelangi, A. Rustamsyah, dan D. Rohdiana.
2015. Aktivitas Antioksidan Seduhan Sepuluh Jenis Mutu Teh Hitam
(Camellia sinesis L.). Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 18(2): 95-100.
Sulistiyati, T.D., dan N.L. Aryani. 2022. Karakteristik Organoleptik Es Krim
Rumput Laut (E. Spinosum) dengan Penambahan Sari Jeruk Lemon
(Citrus Limon) ebagai Sumber Vitamin C. Journal of The Fisheries and
Marine Research. 6(1): 115-119.
Suryati, N., E. Bahar, dan Ilmiawati. 2017. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak
Aloe vera terhadap Pertumbuhan Escherichia coli secara In Vitro. Jurnal
Kesehatan Andalas. 6(3): 518-522.
Suryono, C., L. Ningrum, dan T.R. Dewi. 2018. Uji Kesukaan dan Organoleptik
terhadap 5 Kemasan dan Produk Kepulauan Seribu Secara Deskriptif.
Jurnal Pariwisata. 5(2): 95-106.
Tensiska, D.M. Sumanti, dan V.H. Sari. 2017. Pemanfaatan Kulit Lidah Buaya
52
(Aloe vera Linn.) dan Bunga Rosela ( Hibiscus Sabdariffa Linn.) dalam
Pembuatan Minuman Herbal. Jurnal Penelitian Pangan. 2(1): 1-8.
Wahid, P. 2000. Peluang Pengembangan dan Pelestarian Lidah Buaya (Aloe
vera). Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura dan Aneka Tanaman.
Widiyanto, I., B.K. Anandito, dan L.U. Khasanah. 2013. Ekstraksi Oleoresin
Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) : Optimasi Rendemen dan
Pengujian Karakteristik Mutu. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 6(1): 7-
15.
Widowati, A. N. A., A. M. Legowo, S. Mulyani. 2022. Pengaruh Penambahan
Kulit Buah Lemon (Citrus limon (L.)) Kering terhadap Karakteristik
Organoleptik, Total Padatan Terlarut, pH, Kandungan Vitamin C dan Total
Fenol Teh Celup Daun Kelor (Moringa oleifera). Jurnal Teknologi
Pangan. 6(1): 30-39.
Yasir, M., M. Mailoa, dan P. Picauly. 2019. Karakteristik Organoleptik Teh Daun
Binahong dengan Penambahan Kayu Manis. Jurnal Teknologi Pertanian.
8(2): 53-57.
53
LAMPIRAN
Rasa
No
Panelis Kode kode kode
.
544 369 122
Nadiyah Nur
1 3 3 3
Afifah
2 Fatimatul Fitriyah 2 2 3
3 Tyas Ebrilia Utama 3 4 5
4 Andri Kurniawan 2 3 3
M. Ade Bahtiar
5 3 3
5 Rolis
Elok Trie Kusuma
3 5 4
6 Ningrum
7 Bella Ratna Mitta 2 4 2
8 Ma'ratus Sholichah 2 2 2
Eka Ardiana
5 4 3
9 Lestari
Putri Salsa Fira
10 5 4 3
Wahyu Sinta Dewi
Anjakhafi
3 4 2
11 Yahyalloh
Fajar Bagas
2 1 2
12 Mahardika
Trinata Melina
13 3 2 4
Fardani
Nazula Zahrotul F.
1 2 3
14 L.
15 Nur Badriya 2 3 2
16 Ratnawati 3 1 2
Sindy Oktavia
3 3 4
17 Ruwaida
18 Muhimatul Hanisah 2 4 2
19 Sayla Rizqi Kafiya 2 3 3
20 Siti Mahmudah 3 3 3
Total 56 60 58