Anda di halaman 1dari 2

3.

Az-Zumar (39) ayat 9


‫خخخأرأة أوأينرهجخخوااَ أرنحأمخخأة أربَبنهخخۦِۦ‬ ‫جدداَ أوأقاَنئ دماَ أينحأذهر ٱ ن ل‬
‫ل ن‬ ‫أأممنن ههأو قأقنن ت‬
‫ت أءاَأناَأء ٱلمنينل أساَ ن‬
٩‫ب‬ ‫قهنل أهنل أينسأتنويِ ٱلمنذيأن أينعألهموأن أوٱلمنذيأن أل أينعألهموۦِأن إنمنأماَ أيأتأذمكهر أ ه اوهلوااَ ٱنلأنلقأب ن‬
Artinya :
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.

Tafsir Ayat:
Allah berfirman : Apakah orang yang beribadah secara tekun dan tulus di waktu-
waktu malam dalam keadaan sujud akan berdiri secara mantap demikian juga yang rukuk dan
duduk atau berbaring, sedang ia terus menerus takut siksa akhirat dan saat yang sama
senantiasa mengharapkan rahmat Tuhannya sama dengan mereka yang baru berdoa saat
mendapat musibah dan melupakan-Nya ketika memperoleh nikmat serta menjadikan bagi Allah
sekutu-sekutu? Tentu saja tidak sama! Katakanlah : “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui hak-hak Allah dan mengesakan-Nya dengan orang yang tidak mengetahui hak Allah
dan mengkufuri-Nya? Sesungguhnya orang yang dapat menarik banyak pelajaran adalah Ulul
Albab, yakni orang-orang yang cerah pikirannya.[6]
Awal ayat di atas ada yang membacanya aman dalam bentuk pertanyaan dan ada juga yang
membacanya amman. Yang pertama merupakan bacaan Naafi, ini merupakan pendapat Ibnu
Katsir, dan Hamzah. Ia terdiri dari huruf alif dan man yang berarti siapa. Kata man berfungsi
sebagai subjek (mubtada), sedang predikat (khabar)-nya tidak tercantum karena telah
diisyaratkan oleh kalimat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-
adakan bagi Allah sekutu-sekutu dan seterusnya. Menurut Quraish bahwa bacaan
kedua amman adalah bacaan mayoritas ulama. Ini pada mulanya terdiri dari dua kata
yaitu am dan man, lalu digabung dalam bacaan dan tulisannya. Ia mengandung dua kemungkinan
makna. Yang pertama kata am yang berfungsi sebagai kata yang digunakan bertanya. Maka
dengan demikian ayat ini bagaikan menyatakan “Apakah si kafir yang mengadakan sekutu-
sekutu bagi Allah sama dengan yang percaya dan tekun beribadah? Yang kedua,
kata am berfungsi memindahkan uraian ke uraian yang lain, serupa dengan kata bahkan. Makna
ini menjadikan ayat di atas bagaikan menyatakan. “ Tidak usah mengancam mereka, tapi
tanyakanlah apakah sama yang mengada-adakan sekutu bagi Allah dengan yang tekun
beribadah? Sedangkan kata qaanit terambil dari kata qanuut, yaitu ketekunan dalam ketaatan
disertai dengan ketundukan hati dan ketulusannya. Sementara itu, ulama menyebut juga nama-
nama tertentu bagi tokoh yang dinamai qaanit oleh ayat di atas, seperti Sayyidina Abu Bakar,
atau ‘Ammar Ibnu Yasir ra. dan lain-lain. Ini merupakan contoh dari sekian tokoh yang dapat
menyandang sifat tersebut. Dengan kata lain ayat di atas menggambarkan sikap lahir dan batin
siapa yang tekun itu. Sikap lahirnya digambarkan oleh kata-kata saajidan/ sujud dan qaaiman/
berdiri sedangkan sikap batinnya dilukiskan oleh kalimat yahdzaru al-akhirata wa yarjuu ar-
rahmah/ takut kepada akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya. [7]

Analisa :
Pada ayat tersebut terlihat adanya hubungan orang yang mengetahui (berilmu) dengan
melakukan ibadah di waktu malam, takut terhadap siksaan Allah di akhirat serta mengaharapkan
ridha dari Allah; dan juga menerangkan bahwa sikap yang demikian itu merupakan salah satu ciri
dari ulul al-bab, yaitu orang yang menggunakan hati untuk menggunakan dan mengarahkan ilmu
pengetahuan tersebut pada tujuan peningkatan akidah, ketekunan beribadah dan ketinggian
akhlak yang mulia.
Sehubungan dengan ayat ‫هممل يسممتوى اللممذّين يعلمممون واللممذّين ل يعلمممون‬, al-Maraghi mengatakan:
“Katakanlah hai rasul kepada kaummu, adakah sama, orang-orang yang menengetahui bahwa ia
akan mendapatkan pahala karena ketaatan kepada tuhannya dan akan mendapatkan siksaan
disebabkan karena kedurhakaannya dengan orang yang mengetahui al-hal yang demikian itu?”
Ungkapan pertanyaan dalam ayat ini menunjukan bahwa yang pertama (orang-orang yang
mengetahui) akan dapat mencapai derajat kebaikan; sedangkan yang kedua (-orang-orang yang
tidak mengetahui) akan mendapatkan kehinaan dan keburukan.
Imam Al Qurtubi berkata: "Menurut Az-Zujaj Radhiyallahuanhu, maksud ayat tersebut yaitu
orang yang tahu berbeda dengan orang yang tidak tahu, demikian juga orang taat tidaklah sama
dengan orang bermaksiat. Orang yang mengetahui adalah orang yang dapat mengambil manfaat
dari ilmu serta mengamalkannya. Dan orang yang tidak mengambil manfaat dari ilmu serta tidak
mengamalkannya, maka ia berada dalam barisan orang yang tidak mengetahui"

Anda mungkin juga menyukai