Anda di halaman 1dari 2

Nama: Putri Risfa Melinda

Nim: G041211067
Prodi: Keteknikan Pertanian
Agama Islam

▪ Bagaimana islam memandang pluralitas?


Pluralitas adalah buah Islam yang berhubungan dengan risalahnya dan terkristalisasikan dalam
peradabannya. Karena pluralitas adalah ukuran kemajuan manusia, ketika ia menerima orang lain dan
berkoeksistensi bersamanya, dan ketika telah matang ia akan melihat sisi elemen dan sifat-sifat akhlak
serta faktor-faktor dan sifat-sifat kesatuan dan kesamaan. Karena era pemikiran manusia sekarang ini
adalah era kematangan dan karena Islam telah menjadi penutup-penutup risalah langit yang dikirim
kepada manusia ketika manusia telah mencapai taraf kedewasaan, maka pluralitas berhubungan dengan
syari’at Islam, umat dan peradabannya. Kita bisa mengetahui bagaimana Barat menciptakan tradisi
pemaksaan beragama, dan menjadikan pemaksaan dengan bentuk yang paling kejam sebagai cara untuk
menjadikan agama Kristen sebagai agama yang eksis, seperti yang terjadi pada Negara Mesir,
Andalusia dan yang lainnya, sehingga yang terjadi hanyalah bencana perpecahan bukan pluralitas.

Agama adalah ciptaan Allah SWT yang konstan. Esensinya adalah tauhid uluhiyah dan
mengesakan-Nya. Karena Allah SWT adalah Esa dan karena agama adalah ketetapan Ilahi maka agama
Allah SWT adalah satu. Diawali dari risalah-risalah agama sejak Nabi Adam a.s. hingga penutupnya,
Nabi Muhammad saw. Agama Ilahi yang satu ini adalah Islam. Sebagaimana firman-Nya “Barang
siapa yang mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu)
darinya”. (al-Imran: 85).

Namun yang berbeda dalam agama Islam adalah hukum-hukum dan furu’ dengan berbedanya
zaman, sedangkan syariat-syariat yang beragam itu adalah seperti jalan-jalan dan metode-metode
beragama dengan pokok-pokok agama Ilahi yang satu. Jika ada pluralitas syari’at dalam naungan agama
yang satu, juga ada pluralitas kepribadian setiap manusia, yang berbeda usahanya dalam rangka
kesatuan-kesatuan manhaj dan tujuan, dan pluralitas politik dalam naungan syari’at yang satu.Hal itu
terjadi karena adanya keragaman kemaslahatan masing-masing umat yang bermacam-macam serta
perbedaan sosio-geografis, budaya, dan tradisinya, sesuai dengan perbedaan aman dan waktu.Oleh
karena itu paham pluralisme agama sangat bertolak belakang dengan esensi agama Islam itu sendiri,
yang mengesakan Allah.

Para pengusung pluralisme agama seringkali mencari pembenaran bagi pendapatnya dari
bermacam sumber. Termasuk yang berasal dari ajaran Islam. Pemikiran dalam tasawuf biasanya
digunakan sebagai pintu gerbang untuk mencari pembenaran bagi gagasan syirik tersebut. Berbagai
gagasan Ibn al-Arabi termasuk sering dijadikan acuan untuk memberi pembenaran bagi gagasan semua
agama ialah sama benar. Mohd Sani Badron, seorang intelektual asal Malaysia yang pakar tentang Ibn
al-Arabi membantah pandangan semacam ini melalui tulisannya: Ibn al-Arabi tentang pluralisme
agama. Ibn al-Arabi bukanlah sosok yang menyamakan kebenaran setiap agama, sebagaiman sering
digambarkan kelompok Transendentalis. Dalam tulisannya Mohd Sani Badron, yang menulis tesis
Master dan disertasi Doktor tentang Ibn al-Arabi, menyimpulkan sebaliknya. Ibn al-Arabi menyatakan
dengan jelas dan tegas bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen adalah Kafir karena mengingkari
kebenaran ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW.

• Pluralitas bukan Pluralisme

Di dalam pluralitas terdapat kesatuan dan antara keduanya saling berhubungan. Dan bahwa
Allah SWT telah menjadikan perbedaan sebagai fitrah manusia. Denganya seluruh manusia berbeda-
beda dalam bentuk tubuhnya. Seandainya tidak ada perbedaan dan kekhasan ini niscaya hidup ini akan
menjadi pengulangan yang membosankan, yang padanya tidak ada keanekaragaman dan tidak
bermakna. Tidak ada ijtihad dan tidak ada pembaruan, serta tidak ada saling dorong dan kompetisi untuk
mewujudkan kebaikan, kemajuan dan peningkatan. Namun Islam tidak mentolerir paham pluralisme
agama yang mengatakan bahwa sebaik-baik agama menurut Allah, ialah semangat mencari kebenaran
yang lapang, tidak sempit, toleran, tanpa kefanatikan, dan tidak membelenggu jiwa. Ini adalah pendapat
yang sangat bertentangan dengan surat al-Maidah ayat 3 yang mengatakan bahwa sebaik-baik agama
dan agama yang diridhoi oleh Allah adalah Islam.

Anda mungkin juga menyukai