Anda di halaman 1dari 7

Rizki Adianto Bunyamin

2502069683
Prodi Desain Interior, School of Design, Universitas Bina Nusantara

Bacalah soal dengan teliti sebelum menjawab. Selamat ujian dan semoga sukses!
Essay (bobot 40%)
1. Uraikan apa yang dimaksud dengan hati nurani dan bagaimana hati nurani dijustifikasi
sebagai basis penilaian moral! (Panjang jawaban = 100-200 kata, bobot 10%) (LO 3)

= Menurut Gea, Rachmat dan Wulandari (2006:290) Ada sebuah pandangan umum bahwa hati
nurani merupakan salah satu media Tuhan mewahyukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, semua
orang beriman dianjurkan untuk memperhatikan suara yang ada di dalam hatinya sendiri.

Hati nurani adalah masalah penting bagi setiap orang percaya. Setiap mukmin tidak hanya
bergantung pada ilmu pengetahuan, material dan budaya sebagai landasan untuk menanggapi
berbagai peristiwa konkrit yang berada di luar dirinya.

Seperti dijelaskan di atas, hati nurani adalah keadaan yang melaluinya Tuhan mengungkapkan
diri-Nya. Dalam keadaan ini, Tuhan berbicara kepada setiap orang percaya tentang bagaimana
menanggapi setiap situasi atau peristiwa tertentu yang dia temui setiap hari. Oleh karena itu,
sikap dasar orang beriman adalah mendengarkan tuntutan Allah melalui hati nuraninya untuk
menanggapi setiap situasi atau peristiwa yang ada di luar dirinya. 

Referensi : Diktat CB Agama (penulis: Tim Dosen CBDC, Binus University)

2. Jelaskan sikap rendah hati dan mau memaafkan sebagai ekspresi dari penghayatan iman akan
Tuhan sebagai Maha Pengampun dan Maha Penyayang! (Panjang jawaban = 100-200 kata,
bobot 10%) (LO 4)

= Kesediaan Allah untuk mengampuni umat-Nya merupakan tanda kasih-Nya yang besar bagi
umat manusia. Islam mengajarkan bahwa Allah mengampuni. Dia mencintai orang dan
memaafkan. Jadi mintalah maaf padanya atas kesalahan yang telah kamu lakukan padanya. Kata-
kata seperti itu tertuang dalam setidaknya 13 ayat yang tersebar di 13 surah Alquran, termasuk
suara Al-Hajj 60. Dengan kata lain, disebutkan bahwa Tuhan itu pengasih dan pengampun. Allah
mengampuni segala dosa, betapapun besar atau beratnya, kecuali mereka yang
mempersekutukan-Nya dengan yang lain atau menyamakan Allah dengan tuhan-tuhan lain.
Artinya, bagaimana mungkin Tuhan memberikan atau mengampuni orang yang menjadikan ilah
lain sebagai penyembahnya. Kenapa tidak minta ampun saja kepada Tuhan yang mereka kutuk
(Al-Qur'an Surat An-Nisa, ayat 48 dan 105). 

Referensi : Diktat CB Agama (penulis: Tim Dosen CBDC, Binus University)

3. Jelaskan pengertian eco-theology dan sebutkan aksi nyata penerapan pandangan itu
berdasarkan ajaran agama yang Anda anut! (Panjang jawaban = 100-200 kata, bobot 10%)
(LO 4)

= Menurut Bdk, Roderick Frazier Nash (1989, hal. 55) Pandangan teologi tentang ekologi alam
bisa disarikan dalam konsep Eco-Theology atau eko-teologi. Ekologi berasal dari kata Yunani
oikos, artinya rumah. Ekologi merupakan studi tentang bagaimana organism di dalam alam
saling beriteraksi satu sama lain dalam konteks lingkungannya. Sedangkan teologi berarti
pandangan atau filosofi tentang Tuhan. Esensi pemikiran ekoteologi adalah adanya kesatuan
yang melekat antara berbagai unsur, yaitu Tuhan, manusia dan seluruh esensi alam. 

Aksi nyata penerapan pandangan menurut agama islam dapat ditemukan selama ibadah haji. Jika
jamaah berniat memasuki tanah Ihram atau Haram, jamaah tidak boleh mencabut pohon,
menyakiti hewan, atau bahkan mencabuti rumput. Konsep perlindungan lingkungan juga
diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui Program Kawasan Lindung (Hima), yaitu
kawasan khusus perlindungan pemerintah yang tujuannya untuk melestarikan kehidupan
ekosistem di dalam hutan. Nabi juga membuat cagar alam di sekitar Madinah untuk melindungi
lembah dan tumbuhannya. 

Referensi : Diktat CB Agama (penulis: Tim Dosen CBDC, Binus University)


Asmanto, A. (2015). Revitalisasi Spiritualitas Ekologi Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Tsaqofah, 11(2), 333–354. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v11i2.272

4. Mengapa nilai religiusitas-spiritualitas perlu dihayati dan diterapkan dalam dunia kerja atau
profesi? (Panjang jawaban = 100-200 kata, bobot 10%) (LO 4)

= Secara konseptual, religiusitas dan spiritualitas sangat erat kaitannya karena memiliki nilai
kolaboratif. Religiositas merupakan kegiatan yang berkaitan dengan ajaran, ajaran, nilai, ibadah
dan penghayatan. Spiritualitas, sebaliknya, dikaitkan dengan pengetahuan diri dan pemahaman
diri, sehingga seseorang dapat memotivasi diri sendiri untuk mengungkapkan nilai-nilai batin
dalam kehidupan sosial. Religiusitas membentuk spiritualitas menjadi kemandirian dan tanggung
jawab terhadap diri sendiri dan kehidupan sosial.
Di era milenial, religiusitas dapat mengantarkan spiritualitas menuju pengenalan diri sesuai
dengan nilai-nilai agama. Agar agama tidak kehilangan eksistensinya di milenium. Agama
adalah bentuk religiusitas institusional yang menghasilkan religiusitas fungsional dan material.
Bentuk religiusitas ini menciptakan spiritualitas yang lebih menyatu dengan nilai-nilai agama. 

Referensi : Byron, William J. 2010. The Power of Principles Etika untuk Budaya Baru
Perusahaan, Yogyakarta:Kanisius.

Kasus (bobot 60%)


Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 5
Peranan Agama Digugat
Tidak bisa dimungkiri, setiap agama masih memiliki konflik internal. Tidak sedikit agama
yang terkuras banyak energi dan tenaganya oleh persoalan internal yang berlarut-larut. Sekalipun
persoalan konflik internal, misalnya, bisa dikelola secara baik, tidak ada jaminan pula upaya
membangun kerja sama dan hubungan dengan agama lain bisa dengan mudah dapat dibangun.
Perbedaan keyakinan telah membawa prasangka ideologis dan saling curiga di antara para
pemeluk agama. Sikap prasangka dapat memburuk menjadi permusuhan.
Kondisi semacam ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus karena akan merusak kehidupan
sosial bersama. Sangat diperlukan interaksi, dialog, toleransi, dan komunikasi antaragama untuk
keluar dari kebuntuan. (Sumber: Kompas, 7 Nopember 2022).

Soal Kasus:
5. Berdasarkan kasus dalam artikel di atas jawablah pertanyaan berikut:
a. Paparkan pandangan Anda (yang bersumberkan pada ajaran agama Anda) terkait paragraf
kedua artikel di atas, khususnya pernyataan “Sangat diperlukan interaksi, dialog, toleransi,
dan komunikasi antarumat beragama” (sertakan argumen yang menguatkan atau
mendukung pandangan Anda)! (Panjang jawaban = 150-250 kata, 15%) (LO 4)

= Menurut pandangan saya, Dialog antaragama merupakan konsep perdamaian yang baik yang
dapat diimplementasikan dalam konteks perdamaian dunia. Karena dalam dialog antaragama,
umat antaragama harus bisa saling memahami dan menghormati keyakinan masing-masing. 

Unsur komunikasi memegang peranan penting dalam membangun toleransi (harmoni) antar umat
yang berbeda agama. Kajian komunikasi antarbudaya memperkuat koeksistensi damai,
memungkinkan perbedaan diterima, melihat budaya sebagai berkah bukan bencana, dan
berupaya melakukan upaya damai untuk mereduksi Hal itu bertujuan untuk menumbuhkan rasa
saling percaya dan menghormati. Mencegah terjadinya konflik peradaban dengan mendirikan
forum dialog untuk mencapai kesepahaman. Teori-teori yang dapat dijadikan dasar penjelasan
adalah teori perilaku sosial, teori interaksi simbolik, teori sikap sosial, teori komunikasi
(collective and interpersonal, lodge theory). 

Oleh karena itu, kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan antar umat beragama
berdasarkan toleransi, saling pengertian dan saling menghormati dalam pengamalan ajaran
agama dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Keberadaan kerukunan ini sangat penting
disamping kebutuhan yang berkaitan dengan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Karena
kerukunan ini merupakan prasyarat tercapainya persatuan bangsa, dan integrasi ini merupakan
prasyarat keberhasilan bangsa. pembangunan nasional. 
Referensi : https://www.umy.ac.id/dialog-antar-agama-di nilai-bagus-sebagai-konsep-

perdamaian

http://graduate.uinjkt.ac.id

b. Apa hal-hal kongkrit (khususnya terkait dialog dan kerjasama) yang perlu dilakukan oleh
umat beragama untuk meminimalisir atau bahkan mencegah lahirnya konflik antar agama?
(Panjang jawaban = 150-250 kata, 15%) (LO 4)

= Menurut pendapat saya, Dialog antar umat beragama merupakan bentuk kerukunan dan
kerukunan karena adanya pandangan dan pendekatan positif antar pihak. Dialog mengarah pada
keharmonisan yang lebih besar dan saling pengertian. Kecenderungan untuk berdialog tidak
hanya berhenti sebagai cara hidup, tetapi juga menjadi cara hidup. Arah dialog bukanlah untuk
berbenturan, tetapi untuk memahami satu sama lain dengan lebih baik dan mencapai kesepakatan
yang universal dan utuh. Dialog juga digunakan sebagai sarana komunikasi untuk menjembatani
kesenjangan ketidaktahuan dan kesalahpahaman dalam budaya yang berbeda dan untuk
mengungkapkan pendapat dalam bahasa masing-masing. Dialog tidak hanya ditujukan untuk
hidup berdampingan secara damai melalui toleransi dengan pemeluk agama lain, tetapi juga
secara aktif berpartisipasi dalam keberadaan pemeluk agama lain. 
Kerjasama antar umat beragama ditandai dengan saling menghormati lembaga keagamaan yang
sama dan berbeda agama, saling menghormati hak dan kewajiban umat beragama, dan saling
menghormati antar umat beragama sama dan berbeda. Kebebasan beragama adalah salah satu
hak yang paling mendasar, bersama dengan hak asasi manusia lainnya. Kebebasan beragama
bersumber langsung dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Kebebasan beragama bukanlah hadiah dari negara, bukan juga hadiah dari sebuah institusi. Jadi
agama tidak bisa dipaksakan. 
Referensi : Permana, A. Golung, A.M, & Kalesaran, E. R. 2015. Peran Komunikasi Tokoh
Agama Dalam Menekan Tingkat Konsumsi Miras di Kalangan Remaja Kelurahan Malendeng.
Jurnal Acta Diurna Komunikasi. Vol.4(5).

Nurcholis Majid, “Dialog Agama-agama dalam Perspektif Universalisme al-Islam” dalam


Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF, Passing Over – Melintasi Batas Agama, (Jakarta :
Gramedia Pustaka, 1998), h. 6

Bacalah artikel di bawah ini untuk menjawab soal nomor 6

Substansi Agama
Substansi agama yang paling primordial adalah keheningan dan kedamaian. Dalam arti
yang paling primordial, agama adalah tempat pelarian dari kekacauan dunia (fuga mundi).
Agama menjadi tempat pelarian dari kegaduhan dan maksiat dunia karena orang merasa bahwa
hanya dalam hening dan damai Tuhan hadir di sana untuk memberikan ajaran dan pesannya.
Dunia dengan segala ingar bingarnya adalah tempat dosa. Dunia sosial adalah dosa, maka orang
harus pergi dari dunia dan mengasingkan diri untuk menemukan keheningan dan kedamaian.
Inilah substansi agama yang paling primordial. (Sumber: Kompas, 30 Januari 2022).

Pertanyaan :
6. Berdasarkan kasus dalam artikel di atas jawablah pertanyaan berikut:
a. Kemukakan pandangan Anda tentang substansi agama sebagaimana digambarkan dalam
artikel di atas (hubungkan dengan praktek penghayatan kongkritmu dengan tuntutan peran
kehidupan yang harus Anda jalankan). (Panjang jawaban = 150-250 kata, 15%) (LO 4)

b. Sebagai seorang yang beriman dan beragama, bagaimana Anda mengembangkan diri
menjadi pribadi yang religius di tengah-tengah hingar bingarnya dunia ini sebagaimana
digambarkan dalam artikel di atas? (Panjang jawaban = 150-250 kata (15%) (LO 4)
Sebagai orang yang beriman dan beragama, saya mengandaikan adanya sikap percaya tuhan dan
cinta pada diri sendiri. Mencintai diri berarti melakukan yang terbaik untuk diri saya sendiri,
yaitu dengan mengembangkan kemampuan yang saya miliki untuk memelihara kesehatan fisik,
mental, dan sosial yang baik.

Untuk menjadi pribadi yang religius, saya mengembangkan diri saya untuk memiliki iman yang
utuh. Iman yang kuat ditandai dengan sifat amanah, ikhlas melakukan sesuatu, tekun, disiplin
dengan waktu, bersyukur dengan apa yang telah saya miliki, sabar, dan bersikap adil. Selain itu,
saya juga harus memiliki akhlak yang mulia, dengan selalu berbuat baik sesuai dengan ajaran
yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah. Untuk menjadi pribadi yang religius saya harus
memiliki keimanan yang utuh dan akhlak yang mulia. Karena kalau tanpa itu, islam dan iman tak
dapat sepaham. Jadi, saya harus meyakini rukun iman, selalu menjalankan ibadah tepat waktu
dengan taat dan memiliki pengalaman dalam hidup dengan sebaik mungkin.

Referensi : Diktat CB Agama (penulis: Tim Dosen CBDC, Binus University)


Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama,  (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012)

Anda mungkin juga menyukai