Anda di halaman 1dari 6

BAB III

BIOGRAFI IMA>M AL-GHOZA>LI

A. Biografi Ima>m al-Ghoza>li


Hujjah al-Islam Zainudin at-T{usi Ima>m Abu H{a>mid bin
Muhammad ibn Muhammad al-Ghoza>li atau yang lebih dikenal
dengan Ima>m al-ghoza>li, merupakan salah satu ulama besar tokoh
tasawwuf. Dalam Islam, al-Ghoza>li dipandang sebagai pembela
terbesar tasawwuf suni yakni tasawwuf yang berlandaskan ajaran Ahlu
as-Sunnah wa al-Jama’ah. Selain tokoh tasawwuf, ima>m al-Ghoza>li
juga merupakan seorang faqi>h, mufassir, dan juga seorang tokoh
teolog. Nama al-Ghoza>li menurut sebagian riwayat diambil dari
pekerjaan ayahnya, yakni pemintal wol (al-Ghozzal). Ada juga yang
mengatakan bahwa nama al-Ghoza>li dinisbatkan pada suatu wilayah
yang bernama Ghozalah.1
Al-Ghoza>li lahir di T{us, kawasan Khurasan pada tahun 450 H.
lahir dari kelurga yang saleh. Ayahnya tidak pernah makan kecuali dari
usahanya sendiri yakni memintal bulu domba. Ayahnya juga sering
bers{uh{bah serta berkhidmah dengan para orang-orang alim dan
saleh. Keinginan terbesarnya kepada Allah adalah, agar Allah
memberikannya anak yang saleh dan alim. Ketika al-Ghoza>li masih
kecil, ayahnya meninggal. Sebelum ayahnya meninggal, beliau
menitipkan al-Ghoza>li dan saudaranya pada temannya yang
merupakan seorang sufi. Keduanya lantas diasuh oleh teman ayah al-
Ghoza>li, dengan bekal yang telah diberikan sebelumnya. Dan ketika
bekal tersebut telah habis, keduanya dimasukkan ke madrasah agar
tetap bisa belajar.2
Pada masa kecilnya, al-Ghoza>li belajar pada Syekh al-Ima>m
Ahmad bin Muhammad ar-Ro>dza>ka>niy di kota T{us. Setelah itu
beliau pergi ke kota Jurja>n dan belajar dengan Syekh Ima>m Abi al-
Qa>sim al-Isma>iliyyi. Tidak sampai disitu, dengan semangat belajar
yang membara, al-Ghoza>li berkelanan ke kota Naisabur untuk
memperluas ilmu pengetahuannya. Dikota tersebut al-Ghoza>li
menimba ilmu pada Ima>m Abu al-Ma’ali al-Juwainiy dan Imam al-

1
Abu al-Wafa al-Ghonimi at-Taftazani, SUFI Dari Zaman ke Zaman trj Madkhol fi
Ulumi at-Tasawwuf (Bandung: Penerbit Pustaka) h.148
2
Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghoza>li, al-Munqidz{ min ad-
dh{ola>l wa al-Mifs{ih{ bi al-Ah{wa>l (Lebanon: Dar al-Minha>j) h.18
H>{aromain. Bersama kedua Ima>m tersebut, al-Ghoza>li menguasai
berbagai ilmu. Mulai dari ilmu tentang mazab, khilaf, argumentasi,
logika, filsafat, dan ilmu lainnya.3 Ketika al-Juwainiy wafat, al-
Ghoza>li pergi ke Ma’sakar. Kabar kepergiannya itu sampai terdengar
oleh perdana mentri Nidz{am al-Mulk. Mendengar kabar itu, perdana
mentri mengundang al-Ghoza>li di majlisnya. Ketika berada di majlis,
al-Ghoza>li juga ikut berdiskusi dengan ulama lain, bahkan sesekali
beradu argument dengan mereka para orang-orang alim. Bermula dari
sinilah nama al-Ghoza>li semakin masyhur. Kepiawannya dalam
mengemukakan argumen sangat baik dan membuat orang lain kagum.
Atas dasar inilah, al-Ghoza>li diutus untuk menjadi guru di Baghdad
tepatnya di Madrasah an-Nidh{omiyyah (484 H).
Baghdad merupakan kota yang menjadi saksi atas kemasyhuran
nama al-Ghoza>li. Semua orang takjub akan kealimannya, kefasihan
bicaranya, dan luasnya wawasan pengetahuan al-Ghoza>li. Banyak
orang yang berbondong-bondong agar bisa bermujalasah dengan
beliau. Akan tetapi dengan adanya kemasyhuran yang telah ada, al-
Ghoza>li lebih memilih untuk menempuh jalan zuhud dan
meninggalkan itu semua. Beliau juga bermsksud untuk pergi ke
Baitullah al-Haram. Dan pada tahun 488 H, al-Ghoza>li
merealisasikan maksudnya tersebut. Sekembalinya dari haji, pada
tahun 489 H al-Ghoza>li pergi ke Damaskus dan menetap disana
kurang lebih 10 tahun. Selama di sana, al-Ghoza>li berupaya untuk
melakukan riya>dhoh, muja>hadah, dan kholwat. Di kota ini juga al-
Ghoza>li mengarang kitab yang sangat fenomenal, Ih{ya>’ al-
Ulu>middin.4
Dalam sebagian riwatat dikatakan bahwa, al-Ghoza>li berkali-
kali diminta untuk kembali mengajar di Madrasah an-Nidz{amiyyah.
Atas berbagai permintaan dan desakan, al-Ghoza>li lantas
menyetujuinya dan kembali ke Naisabur untuk mengajar. Akan tetapi
hal ini tidak berlangsung lama. Lagi-lagi beliau meninggalkan
perguruan tersebut dan kembali ke T{us. Disana al-Ghoza>li
menghabiskan waktunya untuk mengkhatamkan al-Qur’an, mengajar,
dan kebajikan-kebajikan lainnya. Hingga tiba pada tahun 505 H/1111
M al-Ghozali wafat tepatnya pada hari Senin, 14 Jumadil Akhir di
T{usia5

3
Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghoza>li, Muka>syafah al-Qulu>b trj
(Bandung: Marja’) h. 13
4
al-Ghoza>li, al-Munqidz{ min ad-dh{ola>l wa al-Mifs{ih{ bi al-Ah{wa>l ,..h.19
B. Keilmuan dan Tasawwufnya Ima>m al-Ghoza>li
Sudah tidak bisa diragukan lagi, Hujja al-Islam Ima>m al-
Ghoza>li merupakan tokoh dengan segudang ilmu pengetahuan.
Kepiawannya dalam mengemukakan teori-teori sangat mengagumkan.
Beliau kemas dengan rapi lantas disajikan dengan menarik. Sebagai
seorang faqih, beliau berlandaskan pada aliran Syafi’iyyah. Sebagai
seorang teolog, beliau mengikuti aliran Asy’ariyyah. Selain itu, al-
Ghozali juga merupakan ahli filasafat pada masanya. Dapat dibuktikan
dengan adanya kitab karangannya Taha>fut al-Fala>sifah. Dalam
kitab ini al-Ghoza>li mengupas tuntas tentang kritikannya tentang
filsafat.
Dalam dunia tasawwuf, al-Ghoza>li lebih condong ke tasawwuf
suni yang berlandaskan doktrin Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Al-
Ghozali sendiri sangat mengagumi beberapa tokoh sufi abad ketiga dan
keempat. Beliau juga belajar banyak tentang tasawwuf dengan al-
H{arits al-Muh{a>sibi. Tidak hanya itu al-Ghoza>li juga banyak
membaca beberapa karangan sufi abad ketiga dan keempat Hijriyah.
Dari sini beliau berpendapat bahwa, pada dasarnya tasawwuf itu
berdasarkan pengalaman dalam artian untuk menjadi sufi seseorang
tidak hanya cukup membaca atau belajar kitab-kitab tasawwuf. Akan
tetapi harus menyelami dunia tasawwuf dengan cara membersihkan
bathin, bermujahadah, zuhud, dan lain sebagainya. Dalam hal ini al-
Ghoza>li menyatakan

‫ وبني‬,‫فكم من الفرق بني أن يعلم حد الصحة وحد الشبع وأسباهبا وشروطها‬


‫ وبني أن يك ون س كران ب ل الس كران ال‬.‫أن يك ون اإلنس ان ص حيحا وش عبان‬
‫يعرف حد السكر‬

“Betapa berbedanya antara seseorang yang hanya mengetahui


batas-batas sehat dan kenyang, bahkan mengetahui sebab-sebabnya
dan syaratnya dengan seseorang yang memang benar-benar
mengalami keadaan sehat dan kenyang. Begitu juga, banyak yang
berada dalam keadaan sukr (mabuk) akan tetapi dia tidak mengetahui
batas-batasnya sukr (mabuk).”6
5
Abu al-Wafa al-Ghonimi, SUFI Dari Zaman ke Zaman trj Madkhol fi Ulumi at-
Tasawwuf,.. h.153

6
Abu al-Wafa al-Ghonimi, Madkhol ila> at-tasawwuf al-Isla>miy (Dar ats-Tsaqo>fah), h.
168
Setelah menyelami tasawwuf, akhirnya al-Ghoza<li
mengarahkan hidupnya untuk menempuh jalan para sufi. Jalan inilah
yang pada akhirnya menjadi obat dari penyakit rohaniyyah yang
menimpanya. Disebutkan dalam karanganya yakni al-Munqidz min ad-
Dhola>l, al-Ghoza<li pernah berada dalam keadaan dimana beliau
merasa resah dalam menjalani kehidupannya. Banyaknya sanjungan
orang-orang terhadapnya, bahkan banyaknya pangkat kemulyaan yang
mengelilinginya tidak membuatnya bahagia. Al-Ghoza>li akhirnya
berusaha merenung dan mencari akar permasalah yang Tengah
menyelimutinya. Setelah itu al-Ghoza>li sadar bahwa beliau sudah
tenggelam dalam dunia. Amal-amal yang telah dilakukannya ternyata
tidak semata-mata karena Allah, akan tetapi hanya untuk popularitas
semata. Menyikapi hal ini al-Ghoza>li sadar lantas berusaha
mendekatkan diri kepada Allah. Dari sinilah al-Ghoza>li mulai
memiliki kecondongan ilmu tasawwuf, ilmu yang mengajarkan
bagaimana cara membersihkan hati dari segala dosa, ilmu yang
mengajarkan bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah, serta
ilmu yang mengajarkan bagaimana cara menjadi hamba yang selalu
beribadah kepada Allah dengan tetap mengharapkan ridho Allah.

C. Karya-Karya Ima>m al-Ghoza>li


Ima>m al-Ghoza>li dalam kalangan manusia bagaikan mutiara
yang sangat indah dan tak ternilai. Kedalaman ilmunya sudah tidak
bisa diragukan lagi. Seakan-akan setiap kata yang keluar darinya
merupakan ilmu yang sangat berharga. Al-Ghoza>li juga merupakan
ulama yang sangat produktif dalam menyumbangkan karya tulisnya di
salam dunia khazanah keilmuan Islam. Karya-karya al-Ghoza>li itu
mencakup beberapa fan ilmu diantaranya, tafsir, hadits, tasawwuf,
filsafat, tauhid, dan ilmu-ilmu lainnya. Adapun karya-karya al-
Ghoza>li yaitu:
1. Ih{ya’ Ulumuddin
2. Tah{a>fatu al-Fala>sifah. Kitab ini dikarang al-Ghoza>li
untuk mendebat ajaran orang-orang falasifah. Al-Ghoza>li
menyajikan pembahasan dalam kitab ini dengan 20
permasalahan. 3 permasalahan dihukumi kufur, sedangkan 17
permasalahan dihukumi bid’ah.
3. Al-Iqtis{a>d fi al-I’tiqa>d. Kitab ini membahas ilmu kalam
4. Al-Munqidz min ad-Dhola>l. Kitab ini membahas puncak
dan rahasia-rahasia beberapa ilmu, dan beberapa kesalahan-
kesalahan beberapa madzhab.
5. Jawa>hir al-Quran. Dalam kitab ini al-Ghoza>li membahas
rahasia-rahasia dari ayat-ayat al-Qur’an
6. Miza>n al-Amal. Kitab ini membahas tentang filsafat agama
yang menjelaskan tujuan dari ilmu-ilmu agama.
7. Al-Maqs{ad al-Asna> fi> Ma’a>ni asma>illah al-H{usna
8. Al-Qist{>as al-Mustaqi>m. Kitab ini membahas cara untuk
menghilangkan perselisihan diantara makhluk.
9. Al-Mustad{hara>
10. H{ujjah al-H{aq
11. Mafs{al al-Khila>f fi> Us}u>l ad-Di>n
12. Ki>mya> as-Sa’a>dah
13. Al-Wasi>t}
14. Khula>s}ah al-Mukhtas}ar
15. Al-Waji>z
16. Al-Mustas{fa>
17. Mi’ya>r al-Ilmi
18. Misyka>h al-Anwa>r
19. Asra>r Ilm ad-Di>n
20. Akhla>q al-Abra>r wa an-Naja>h min al-Asyra>r
21. Bida>yah al-Hida>yah
22. Minha>j al-A>bidi>n
23. Al-Qurbah ila> Allah
24. Al-Arba’i>n fi> Us{u>liddin
25. Ilja>m al-Awa>m an Ilm al-Kala>m
26. Al-Ulu>m al-Diniyyah
27. Al-Maba>di wa al-Gho>yah
28. Asra>r ilmiddin
29. Al-Was{i>t
30. Dan masih banyak lagi7
Dari beberapa kitab yang ada, menjadi bukti akan keluasan
pengetahuan Ima>m al-Ghoza>li. Dan dari semua karya-karyanya,
kitab Ih{ya>’ Ulu>muddin (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama)
merupakan kitab yang sangat fenomanal. Dalam kitab ini al-Ghoza>li
membagi pembahasnnya menjadi empat bab. Pertama, Rubu’
al-‘Iba>da>t. Berisikan tentang ilmu, akidah, rahasia dari bersuci,
sholat, zakat, puasa, haji, adab membaca al-Qur’an, dan lainnya.
Kedua, Rubu’ al-a>da>t. Berisikan tentang adab makan, nikah,
hukum-hukum bekerja, halal haram, adab s}uhbah (berteman), dan
lainnya. Ketiga, Rubu’ al-Muhlika>t. Berisikan tentang aja>ib al-
qolb, riya>dhoh an-nafsi, afa>t syahwat perut dan farji, afa>t lisan,
7
al-Ghoza>li, Ih}ya> al-Ulu>muddi>n
afa>t ghodob dengki, dan lainnya. Keempat, Rubu’ al-Munjiya>t.
Berisikan tentang akhlak-akhlak terpuji seperti, taubat, sabar, syukur,
khouf roja’, zuhud, tauh{i>d tawakal, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai