1
Abu al-Wafa al-Ghonimi at-Taftazani, SUFI Dari Zaman ke Zaman trj Madkhol fi
Ulumi at-Tasawwuf (Bandung: Penerbit Pustaka) h.148
2
Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghoza>li, al-Munqidz{ min ad-
dh{ola>l wa al-Mifs{ih{ bi al-Ah{wa>l (Lebanon: Dar al-Minha>j) h.18
H>{aromain. Bersama kedua Ima>m tersebut, al-Ghoza>li menguasai
berbagai ilmu. Mulai dari ilmu tentang mazab, khilaf, argumentasi,
logika, filsafat, dan ilmu lainnya.3 Ketika al-Juwainiy wafat, al-
Ghoza>li pergi ke Ma’sakar. Kabar kepergiannya itu sampai terdengar
oleh perdana mentri Nidz{am al-Mulk. Mendengar kabar itu, perdana
mentri mengundang al-Ghoza>li di majlisnya. Ketika berada di majlis,
al-Ghoza>li juga ikut berdiskusi dengan ulama lain, bahkan sesekali
beradu argument dengan mereka para orang-orang alim. Bermula dari
sinilah nama al-Ghoza>li semakin masyhur. Kepiawannya dalam
mengemukakan argumen sangat baik dan membuat orang lain kagum.
Atas dasar inilah, al-Ghoza>li diutus untuk menjadi guru di Baghdad
tepatnya di Madrasah an-Nidh{omiyyah (484 H).
Baghdad merupakan kota yang menjadi saksi atas kemasyhuran
nama al-Ghoza>li. Semua orang takjub akan kealimannya, kefasihan
bicaranya, dan luasnya wawasan pengetahuan al-Ghoza>li. Banyak
orang yang berbondong-bondong agar bisa bermujalasah dengan
beliau. Akan tetapi dengan adanya kemasyhuran yang telah ada, al-
Ghoza>li lebih memilih untuk menempuh jalan zuhud dan
meninggalkan itu semua. Beliau juga bermsksud untuk pergi ke
Baitullah al-Haram. Dan pada tahun 488 H, al-Ghoza>li
merealisasikan maksudnya tersebut. Sekembalinya dari haji, pada
tahun 489 H al-Ghoza>li pergi ke Damaskus dan menetap disana
kurang lebih 10 tahun. Selama di sana, al-Ghoza>li berupaya untuk
melakukan riya>dhoh, muja>hadah, dan kholwat. Di kota ini juga al-
Ghoza>li mengarang kitab yang sangat fenomenal, Ih{ya>’ al-
Ulu>middin.4
Dalam sebagian riwatat dikatakan bahwa, al-Ghoza>li berkali-
kali diminta untuk kembali mengajar di Madrasah an-Nidz{amiyyah.
Atas berbagai permintaan dan desakan, al-Ghoza>li lantas
menyetujuinya dan kembali ke Naisabur untuk mengajar. Akan tetapi
hal ini tidak berlangsung lama. Lagi-lagi beliau meninggalkan
perguruan tersebut dan kembali ke T{us. Disana al-Ghoza>li
menghabiskan waktunya untuk mengkhatamkan al-Qur’an, mengajar,
dan kebajikan-kebajikan lainnya. Hingga tiba pada tahun 505 H/1111
M al-Ghozali wafat tepatnya pada hari Senin, 14 Jumadil Akhir di
T{usia5
3
Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghoza>li, Muka>syafah al-Qulu>b trj
(Bandung: Marja’) h. 13
4
al-Ghoza>li, al-Munqidz{ min ad-dh{ola>l wa al-Mifs{ih{ bi al-Ah{wa>l ,..h.19
B. Keilmuan dan Tasawwufnya Ima>m al-Ghoza>li
Sudah tidak bisa diragukan lagi, Hujja al-Islam Ima>m al-
Ghoza>li merupakan tokoh dengan segudang ilmu pengetahuan.
Kepiawannya dalam mengemukakan teori-teori sangat mengagumkan.
Beliau kemas dengan rapi lantas disajikan dengan menarik. Sebagai
seorang faqih, beliau berlandaskan pada aliran Syafi’iyyah. Sebagai
seorang teolog, beliau mengikuti aliran Asy’ariyyah. Selain itu, al-
Ghozali juga merupakan ahli filasafat pada masanya. Dapat dibuktikan
dengan adanya kitab karangannya Taha>fut al-Fala>sifah. Dalam
kitab ini al-Ghoza>li mengupas tuntas tentang kritikannya tentang
filsafat.
Dalam dunia tasawwuf, al-Ghoza>li lebih condong ke tasawwuf
suni yang berlandaskan doktrin Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Al-
Ghozali sendiri sangat mengagumi beberapa tokoh sufi abad ketiga dan
keempat. Beliau juga belajar banyak tentang tasawwuf dengan al-
H{arits al-Muh{a>sibi. Tidak hanya itu al-Ghoza>li juga banyak
membaca beberapa karangan sufi abad ketiga dan keempat Hijriyah.
Dari sini beliau berpendapat bahwa, pada dasarnya tasawwuf itu
berdasarkan pengalaman dalam artian untuk menjadi sufi seseorang
tidak hanya cukup membaca atau belajar kitab-kitab tasawwuf. Akan
tetapi harus menyelami dunia tasawwuf dengan cara membersihkan
bathin, bermujahadah, zuhud, dan lain sebagainya. Dalam hal ini al-
Ghoza>li menyatakan
6
Abu al-Wafa al-Ghonimi, Madkhol ila> at-tasawwuf al-Isla>miy (Dar ats-Tsaqo>fah), h.
168
Setelah menyelami tasawwuf, akhirnya al-Ghoza<li
mengarahkan hidupnya untuk menempuh jalan para sufi. Jalan inilah
yang pada akhirnya menjadi obat dari penyakit rohaniyyah yang
menimpanya. Disebutkan dalam karanganya yakni al-Munqidz min ad-
Dhola>l, al-Ghoza<li pernah berada dalam keadaan dimana beliau
merasa resah dalam menjalani kehidupannya. Banyaknya sanjungan
orang-orang terhadapnya, bahkan banyaknya pangkat kemulyaan yang
mengelilinginya tidak membuatnya bahagia. Al-Ghoza>li akhirnya
berusaha merenung dan mencari akar permasalah yang Tengah
menyelimutinya. Setelah itu al-Ghoza>li sadar bahwa beliau sudah
tenggelam dalam dunia. Amal-amal yang telah dilakukannya ternyata
tidak semata-mata karena Allah, akan tetapi hanya untuk popularitas
semata. Menyikapi hal ini al-Ghoza>li sadar lantas berusaha
mendekatkan diri kepada Allah. Dari sinilah al-Ghoza>li mulai
memiliki kecondongan ilmu tasawwuf, ilmu yang mengajarkan
bagaimana cara membersihkan hati dari segala dosa, ilmu yang
mengajarkan bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah, serta
ilmu yang mengajarkan bagaimana cara menjadi hamba yang selalu
beribadah kepada Allah dengan tetap mengharapkan ridho Allah.