Anda di halaman 1dari 5

A.

Kurikulum KBK
Menurut Depdiknas (2002) sebagaimana dikutip Sholeh Hidayat bahwa Kurikulum Berbasis
Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.

KBK merupakan kurikulum yang menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan


pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah, yang berkaitan dengan
pekerjaan yang ada dimasyarakat. Sehingga peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran
terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan.

Kurikulum yang berbasis kompetensi ini memberikan keleluasaan kepada lembaga Sekolah
untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat
mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan
masyarakat sekitar sekolah. Dengan demikian sekolah diharapkan dapat melakukan proses
pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan yang diharapkan, materi yang diajarkan
relevan dengan kebutuhan masyarakat, berorientasi pada hasil (Output), dan dampak
(Outcome), serta melakukan penilaian, pengawasan, dan pemantauan secara terus dan
berkelanjutan.

Kurikulum tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Menekankan kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi Kurikulum dapat diperluas,


diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa.
2. Berpusat pada siswa.
3. Orientasi pada proses dan hasil.
4. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.
5. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, (siswa dapat belajar dari apa saja).
6. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.
7. Belajar sepanjang hayat: (1) Belajar mengetahui (Learning how to know) (2) Belajar
melakukan (Learning how to do) (3) Belajar menjadi diri sendiri (Learning how to be)
(4) Belajar hidup dalam keberagaman (Learning how to live together)

Tujuan dari dibentuknya kurikulum yang berbasis kompetensi ini adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya dimasa datang dengan
mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill).Yang dimaksud dengan kecakapan
hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi
problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, KBK
memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Artinya melalui KBK
diharapkan siswa memiliki kemampuan standar minimal yang harus
dikuasai. Kedua, implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses
pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Dalam pembelajaran
tidak sekedar diarahkan untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi
itu dapat menunjang dan mempengaruhi kemampuan berfikir dan kemampuan bertindak
sehari-hari. Ketiga, evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses
belajar. Kedua sisi evaluasi itu sama pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi
dilakukan secara utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, tetapi sikap
dan keterampilan.
B. Kurikulum 2013
Ciri-ciri dan Karakteristik
Setiap kurikulum memiliki karakteristik masing-masing, demikian halnya
Kurikulum 2013 yang dirancang oleh pemerintah. Adapun kurikulum 2013 dirancang
dengan karakteristik sebagai berikut ( Kemendikbud, 2013) :

1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat
dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi
dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).

Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri khas, antara lain sebagai berikut. 1 Tiap mata
pelajaran mendukung semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terkait satu dengan yang lain serta memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi
inti tiap kelas. 2 Konsep dasar pembelajaran mengedepankan pengalaman individu melalui
observasi meliputi menyimak, melihat, membaca, mendengarkan, bertanya, asosiasi,
menyimpulkan, mengomunikasikan, menalar, dan berani bereksperimen yang tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan kreativitas siswa. Pendekatan ini lebih dikenal
dengan sebutan pembelajaran berbasis pengamatanobservation-based learning. Selain itu
proses pembelajaran juga diarahkan untuk membiasakan siswa beraktivitas secara
kolaboratif dan berjejaring untuk mencapai suatu kemampuan yang harus dikuasai oleh
siswa pada aspek pengetahuan kognitif yang meliputi daya kritis dan kreatif, kemampuan
analisis dan evaluasi. Sikap afektif, yaitu religiusitas, mempertimbangkan nilai-nilai
moralitas dalam melihat sebuah masalah, mengerti dan toleran terhadap perbedaan
pendapat. Keterampilan 9 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti psikomotorik
meliputi terampil berkomunikasi, ahli dan terampil dalam bidang kerja. 3 Pendekatan
pembelajaran adalah student centered. Artinya proses pembelajaran berpusat pada siswa,
guru berperan sebagai fasilitator atau pendamping dan pembimbing siswa dalam proses
pembelajaran. Selain itu pendekatan bersifat active and cooperative learning, yaitu dalam
proses pembelajaran siswa harus aktif untuk bertanya, mendalami, dan mencari
pengetahuan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan
eksperimen pribadi dan kelompok, metode observasi, diskusi, presentasi, melakukan
proyek sosial dan sejenisnya. Pembelajaran bersifat contextual, yaitu pembelajaran harus
mengaitkan dengan konteks sosial di mana siswa hidup, yaitu lingkungan kelas, sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menunjang capaian
kompetensi siswa secara optimal. 4 Penilaian untuk mengukur kemampuan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan hidup siswa yang diarahkan untuk menunjang dan memperkuat
pencapaian kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa di abad ke-21. Dengan demikian,
penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran adalah penunjang
pembelajaran itu sendiri. Dengan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka
sudah seharusnya penilaian juga dapat dikreasi sedemikian rupa hingga menarik,
menyenangkan, tidak menegangkan, dapat membangun rasa percaya diri dan keberanian
siswa dalam berpendapat, serta membangun daya kritis dan kreativitas. 5 Di sekolah dasar,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai penghela mata pelajaran lain sikap dan keterampilan
berbahasa dan pendekatan tematik diberlakukan 10 Buku Guru Kelas I SD dari kelas satu
sampai kelas enam kecuali pada mata pelajaran pendidikan agama.

Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 lebih lanjut menjelaskan bahwa Penilaian hasil
belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut.[13]

1.      Objektif, berarti penilaian berbasis pada standard an tidak dipengaruhi faktor


subjektivitas penilai.
2.      Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3.      Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporannya.
4.      Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengabilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5.      Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur dan hasilnya.
6.      Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
C. Kurikulum Merdeka
Berbasis Projek dan Karakter

Pembelajaran lebih berfokus pada pemerolehan pengetahuan melalui pratikum atau percobaan.
Istilahnya "learn by doing". Jadi siswa tidak hanya sekedar menghafal suatu konsep, melainkan
ikut terlibat untuk mengamati suatu fenomena tentang suatu konsep. 

Pembelajaran inilah yang akan menjadikan anak belajar bermakna. Model pembelajaran yang
sering digunakan akan berbasis penemuan atau solusi seperti :

 Inquary
 Problem Based Learning (PBL) 
 Project Based Learning (PjBL)
 Discovery Learning (DL)

Pelaksanaan percobaan dan pembuatan projek akan mengasah soft skills siswa seperti


kemampuan berkomunikasi, kerja sama, kepemimpinan, berpikir kritis, dan manajemen waktu

Penanaman karakter profil pelajar Pancasila terjadi secara tersirat. Including dalam proses


pembelajaran. Tentunya cakap dalam berbagai hal tanpa diimbangi dengan sikap yang benar
tidak akan memberikan kebermanfaatan bagi khalayak umum. 
 
Diharapkan peserta didik berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri
utama:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
2. Berkebinekaan global
3. Bergotong royong
4. Mandiri
5. Bernalar kritis
6. Kreatif
Peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari isu penting seperti gaya hidup
berkelanjutan, toleransi, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan
berdemokrasi. Nantinya peserta didik akan dilatih untuk melakukan aksi nyata sebagai respon
terhadap isu-isu tersebut.

2) Fokus pada Materi Esensial

Semua materi pelajaran memang penting untuk dipelajari. Namun, waktu belajar yang tersedia
di sekolah sangat terbatas. Sehingga alangkah baiknya jika kita berfokus pada materi esensial
yang paling berguna.

Siswa akan memilki waktu yang cukup untuk mendalami kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.

 Literasi adalah kemampuan menganalisis bacaan dan memahami konsep di balik tulisan


 Numerasi adalah kemampuan untuk menganalisis menggunakan angka 
Kedua kompetensi tersebut akan sering digunakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari, terlepas apapun profesinya di masa depan.

Materi ajar yang tercantum pada kurikulum merdeka lebih sedikit tetapi pembahasannya
mendalam. Tentunya lebih baik seperti ini dibanding belajar banyak hal tetapi mudah dilupakan
karena kurang mendalami. 

Pada setiap materi ajar terdapat pertanyaan esensial yang sebenarnya akan memandu siswa
mengetahui hal-hal yang akan dipelajari. Pertanyaan tersebut diharapkan mampu dijawab siswa
sesuai dengan pengalaman belajarnya. 

3) Fleksibilitas bagi Guru dan Siswa

Guru dapat melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta


didiknya masing-masing. Tentunya kemampuan setiap anak berbeda-beda. Tugas guru adalah
menilai kompetensi awal peserta didik dan memfasilitasinya. 

Apabila mayoritas siswa memiliki gaya belajar kinestetik maka pembelajaran didominasi
dengan demontrasi atau percobaan. Apabila terdapat siswa yang memiliki kemampuan yang
kurang maka guru dapat meminta siswa lain menjadi tutor sebaya.

Pada jenjang pendidikan menengah atas, siswa dapat memilih mata pelajaran yang diminatinya.
Mata pelajaran yang dipilih berkaitan dengan cita-citanya. Misalnya saja ada siswa yang ingin
menjadi Teknik Sipil maka dia akan memilih mata pelajaran Fisika dan Matematika.

Kesimpulan
Pada dasarnya setiap kurikulum mempunyai kelebihan dan kekurangan ada persamaan dan
ada perbedaan, karena kurikulum perlu dikembangkan seiring perkembangan zaman, namun pokok
dasar konsep pembelajaran tetap sama, baik dalam proses pembelajaran dan proses penilaian.
Mungkin ada sedikit system yang berbeda dari segi pembelajaran dan penilaian, seperti bentuk raport,
tolok ukur kelulusan dan fasilitas ujian yang selalu mengikuti perkembangan zaman, untuk materi PAI
saya kira sama dari dulu sampai sekarang, mungkin di sedikit perbedaan ialah materi yang dulu
diajarkan dikelas 5 sekarang diajarkan dikelas 4, begitu seterusnya, sehingga pengetahuan anak lebih
luas dan mendalam. Namun tantangan zaman membuat semua terasa sama, antara bentuk
perkembangan dan tantangannya relative sama, system berkembang tantanganpun ikut berkembang.
Sehingga Pendidikan harus lebih mendominasi kehidupan, cara berprilaku dalam berbangsa dan
bernegara, taat hukum dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku dan tetap mengedepankan
akhlakul karimah

‫المحافظة على القديم الصالح واألخذ باالجديد األصلح‬

Anda mungkin juga menyukai