Anda di halaman 1dari 8

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Tafsir Tarbawi Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag.

Q.S. AT-TAHRIM AYAT 6 & Q.S. AS-ASYU’ARA AYAT 214-216

Disusun Oleh:
Kelompok VII

Abdurrahman Azkiya (190101010058)


Muhammad Jikri (190101010032)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2020

1
2
DAFTAR ISI
I
1
1
1
1
2
A. Ijma....................................................................................................................................2
8
9
9
12
13
15
6
25
25
25
26

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan syari’at islam, umat islam perlu mengetahui dalil-dalil
yang menjelaskan tentang syari’at tersebut. Baik tata cara, larangan maupun
perintah tertulis untuk melakukannya. Alqur’an dan Hadits merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam menjelaskan syari’at islam.
Keduanya merupakan dalil nash yang kehujjahannya diakui dan disepakati oleh
umat islam di seluruh penjuru dunia sebagai ajaran dasar mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ijma dan macam-macam Ijma
2. Apa itu rukun, syarat, serta objek Ijma ?
3. Kemungkinan terjadinya Ijma’ sekarang ini
4. Apa pengertian Qiyas dan macam-macam Qiyas
5. Apa itu rukun dan, syarat, serta objek Qiyas
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Ijma dan macam-macam Ijma
2. Untuk mengetahui rukun, syarat, serta objek Ijma
3. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya Ijma’ sekarang ini
4. Untuk mengetahui pengertian Qiyas dan macam-macam Qiyas
5. Untuk mengetahui apa saja rukun dan, syarat, serta objek Qiyas

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Q.S. At-Tahrim ayat 6

‫َّاس َواحْلِ َج َارةُ َعلَْي َها َماَل ئِ َكةٌ ِغاَل ٌظ‬ ِ ِ َّ


ُ ‫ود َها الن‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
ُ ُ‫ين َآمنُوا قُوا أَن ُف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم نَ ًارا َوق‬
)6( ‫صو َن اللَّهَ َما أ ََمَر ُه ْم َو َي ْف َعلُو َن َما يُ ْؤ َم ُرو َن‬ ِ
ُ ‫ش َد ٌاد اَل َي ْع‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At Tahrim/66: 6).
Dalam suasana peristiwa yang terjadi di rumah tangga Nabi saw., seperti
diuraikan oleh ayat-ayat yang lalu, ayat di atas memberi tuntutan kepada kaum
beriman bahwa: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu, antara
lain dengan meneladani Nabi, dan pelihara juga keluarga kamu, yakni istri.
Anak-anak, dan seluruh yang berada dibawah tanggung jawab kamu, dengan
membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan juga batu-batu
antara lain yang dijadikan berhala-berhala. Diatasnya, yakni yang menangani
neraka itu dan bertugas menyiksa penghuni-penghuninya, adalah malaikat-
malaikat yang kasar-kasar hati dan perlakuannya, yang keras-keras perlakuannya
dalam melaksanakan tugas penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah
menyangkut Apa yang dia perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang
mereka jatuhkan kendati mereka kasar tidak kuranng dan juga tidak berlebih dari
apa yang diperintahkan Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan masing-
masing penghuni neraka, dan mereka juga senantiasa dan dari saat ke saat
mengerjakan dengan mudah apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.1
1
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Lentera Hati.

2
Dalam penyiksaan itu, para malaikat tersebut senantiasa juga berkata: Hai
orang-orang kafir yang enggan mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya,
janganlah kamu mengemukakan uzur, yakni mengajukan dalih untuk
memperingan kesalahan dan siksa kamu, pada hari ini. Karena, kini bukan lagi
masanya untuk memohon ampun atau berdalih, ini adalah masa jatuhnya sanksi,
sesungguhnya kamu saat ini hanya diberi balasan sesuai apa yang kamu dahulu
ketika hidup di dunia selalu kerjakan.
Ayat enam di atas menggunakan bahwa dakwah dan pendidikan harus
bermula dari rumah. Ayat di atas, walau secara redaksional tertuju kepada kaum
pria (ayah), itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju
kepada perempuan dan lelaki (Ibu dan Ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa
(misalnya ayat yang memerintahkan berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki
dan perempuan. Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-
anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing
bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk
menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta
dinaungi oleh hubungan yang harmonis.

Malaikat yang disifati dengan ‫ ِغاَل ٌظ‬gilazh/kasar bukan lah dala arti kasar

jasmaninya, sebagaimana dalam bebrapa kitab tafsir, karena malaikat adalah


makhluk-makhluk halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini, kata tersebut
harus dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapannya. Mereka telah
diciptakan Allah khusus untuk menangani neraka. “Hati” mereka tidak iba atau
tersentuh oleh rintisan, tangis, atau permohonan belas kasih, mereka dicpitakan

ٌ ‫ ) ِش َد‬syidad/keras-
Allah dengan sifat sadis, dan karena itulah maka mereka ( ‫اد‬

keras, yakni makhluk-makhluk yang keras hatinya dank eras pula perlakuannya.

3
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ijma adalah suatu dalil syara’ yang memiliki
tingkat kekuatan argumentative di bawah dalil-dalil nash (Al-Qur’an dan Hadits).
Ia merupakan dalil pertama setelah Al-Qur’an dan Hadits. Yang dapat dijadikan
pedoman dalam menggali hukum-hukum syara’.
Pada masa Rasulullah masih hidup, tidak pernah dikatakan ijma dalam
menetapkan suatu hukum, karena segala permasalahan dikembalikan kepada
beliau, apabila ada hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui hukumnya.
Menurut bahasa, qiyas berarti mengukur, atau menyamakan sesuatu dengan yang
lain. Para ahli Ushul Fiqih merumuskan qiyas dengan : “manyamakan atau
mengukur sesuatu kejadian yang tidak ada nash Al-Qur’an dan Hadist tentang
hukumnya dengan kejadian yang disebutkan dalam nash karena ada kesamaan
antara dua kejadian itu didalam illat hukum tersebut. Qiyas terbagi menjadi tiga
yaitu : illat ,qiyas dalalah, qiyas syabah dan adapun rukun dan syarat qiyas ialah
terbagi menjadi empat yaitu: ashl, hukum ashl, afa’u, dan illat.
B. Saran
Dalam pembahasan makalah ini kami yakin masih memiliki banyak
kekurangan. Kami berharap kritik dan saran kepada seluruh pembaca agar dalam
pembuatan makalah yang akan datang dapat terselesaikan dengan baik. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaiakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk para
pembaca.

4
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Lentera Hati.

Anda mungkin juga menyukai