Ardiansyah A42121025
Seprina Pratiwi K A42121165
Andrianto A42121010
Zulfikar A42121060
Muhammad Tauhid A42121085
Finolisnawati kebamba A42119203
Riki Saputra A42121070
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat
dan kasih-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Strategi Pembelajaran
Penjaskes yang berjudul “Pendekatan Scientifik”. Didalam makalah ini
menjelaskan tentang Pendekatan Scientifik
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu
teman-teman dalam memahami mata kuliah Strategi Pembelajaran Penjaskes dan
dapat menambah wawasan serta bermanfaat pada saat melakukan praktikum dan
didalam kehidupan sehari-hari.
Akhir kata, kritik dan saran dari teman-teman sangat kami harapkan demi
kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
Daftar Isi
Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Esensi Pendekatan Scientifik..................................................................6
2.2 Pembelajaran Kontektual Learning......................................................8
2.3 Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme..............................................9
2.4 Implikasi Filsafat Dalam Ranah Pembelajaran PJOK......................14
2.5 Alur Pikir Pendekatan Scientivik PJOK Referensi...........................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan............................................................................................22
3.2 Saran.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang berpusat kepada
peserta didik, bukan kepada guru. Guru hanya sebagai fasilitator. Pendekatan
saintifik berisikan proses pembelajaran yang didesain agar peserta didik
mengalami belajar secara aktif melalui suatu tahapan-tahapan. Pendekatan
saintifik diperkenalkan pertama kali dalam dunia pendidikan di Amerika sejak
abad ke-19, pendekatan ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum
dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pendekatan saintifik juga dikenal
sebagai pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik ini lebih efektif dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional.
Pendekatan saintifik ini suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan
dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses
pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilainilai non-ilmiah.
Pendekatan saintifik ini sudah mencakup didalamnya komponen: mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan.
Komponenkomponen ini harus dimunculkan saat setiap pembelajaran, agar
siswa dapat berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dikelas maupun
diluar kelas. Pendekatan pembelajaran tematik di SD/MI pada kelas tinggi
sangat penting untuk menggunakan pendekatan saintifik, karena guru lebih
mudah melakukan penilaian dan siswa juga lebih mudah memahami
pembelajaran. Maka dari itu makalah ini kami buat agar kita mengetahui dan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan esensi pendekatan scientifik ?
2. Apa yang di maksud dengan pembelejaran kontektual learing ?
3. Apa yang di maksud dengan pembelajaran berbasis konstruktivisme ?
4. Apa yang di maksud dengan implikasi filsafat dalam ranah pembelajaran
PJOK ?
5. Apa yang di maksud dengan alur pikir pendekatan scientifik PJOK
referensi ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas,maka dapat di Tarik Tujuan Penulisan
yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui esensi pendekatan scientific
2. Mengetahui pembelajaran kontektual learning
3. Mengetahui pembelajaran berbasis konstruktivisme
4. Mengetahui implikasi filsafat dalam ranah pembelajaran PJOK
5. Mengetahui alur piker pendekatan scientific PJOK referensi
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Esensi Pendekatan Scientifik
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian esensi
adalah hakikat, inti, dan hal yang pokok. Secara bahasa, istilah ini bersumber
dari bahasa Latin, yaitu dari kata "essentia" yang artinya ada.
Pendekatan saintifik disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran dapat dipadankan dengan dengan suatu proses ilmiah. Karena
itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan
lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang
penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat
fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam
relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena
unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan
umum. Kemendikbud
Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dimulai dari
pengumpulan data melalui pengamatan, melakukan eksperimen, menanyakan,
mengolah informasi atau data, hingga mengomunikasikannya dalam proses
penerapan prinsip-prinsip keilmuan.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau
beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan pengetahan sebelumnya. Untuk dapat disebut
ilmiah, metode pencarian (methode of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti
dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat
serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan
menguji hipotesis.
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan
bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10
persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25
persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari
guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 50-70 persen.
Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas-
kelas bisa kita dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah.
Oleh sebab itulah, dalam Kurikulum 2013 diamanatkan tentang apa
sebenarnya esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran. Ada
sebuah keyakinan bahwa pendekatan ilmiah merupakan sebentuk titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah
psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa.
2.2 Pembelajaran Kontektual Learning
Belajar merupakan akibat adanya intraksi antara stimulus dan
respons.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan prilakunya.Menurut Slameto (2015:2) “Belajar ialah suatu proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam intraksi
dengan lingkungannya”. Adapun menurut Skinner dalam Dimyati dan
Mudjiono (2015:10) “Belajar adalah suatu prilaku.Pada saat orang belajar,
maka responnya menjadi lebih baik.Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responsnya menurun”.
Pembelajaran kontekstual menurut Nanik rubiyanto (2010) (Contextual
Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Model pembelajaran kontekstual tidak bersifat ekslusif akan
tetapi dapat digabung dengan model-model pembalajaran yang lain, misalnya:
penemuan, keterampilan proses, eksperimen, demonstrasi, diskusi, dan lain-
lain.
Pendekatan kontekstual dapat diimplementasikan dengan baik, dituntut
adanya kemampuan guru yang inovatif, kreatif, dinamis, efektif dan efisien
guna menciptakan pembelajaran yang kondusif. Guru tidak lagi menjadi satu-
satunya nara sumber dalam pembelajaran dan kegiatan telah beralih menjadi
siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran serta peran guru hanya sebagai
motivator dan fasilitator, maka semangat siswa dapat meningkat dengan
menggunakan metode, materi, dan media yang bervariasi.
Penerapan kegiatan mengkonstruk atau membangun sendiri
pengetahuan pada siswa, membuat siswa terlatih untuk bernalar dan berpikir
secara kritis melalui kegiatan inquiry atau menemukan sendiri masalah,
kebebasan bertanya (questioning), penerapan masyarakat belajar (learning
community) yaitu melatih siswa untuk bekerjasama, sharing idea, saling
berbagi pengalaman, pengetahuan, saling berkomunikasi sehingga terjadi
interaksi yang positif antar siswa dan pada akhirnya siswa terlibat secara aktif
belajar bersama-sama.
3.1 Kesimpulan
Perubahan yang terjadi pada Kurikulum 2013 dari kurikulum
sebelumnya. Bertujuan dalam rangka menerapkan pendidikan yang
bernutu untuk diterapkan pada sekolah/ madrasah. Agar mencetak peserta
didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
3.2 Saran
Bagi pengajar yang terpenting adalah mengubah mindset dan
memahami serta mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran
yang diterpkan pada Kurikulum 2013 ini dengan baik, sesuai dengan
standar proses yang telah dipersyaratkan sesuai dengan peraturan yang
diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA