SKRIPSI
Oleh:
NYI SAFITRI
NIM: 200730014
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
Nyi Safitri
200730014
21 Oktober 2023
Nyi Safitri
200730014
i
Penerapan Model Mastery Learning Berbantuan Media
Audiovisual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Xi Pada Materi Gelombang Bunyi Di Sma Negeri 2
Dewantara
Nyi Safitri
200730014
21 Oktober 2023
21 Oktober 2023
ii
Penerapan Model Mastery Learning Berbantuan Media
Audiovisual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Xi Pada Materi Gelombang Bunyi Di Sma Negeri 2
Dewantara
Nyi Safitri
200730014
21 Oktober 2023
21 Oktober 2023
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas
Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Malikussaleh. dengan judul “Penerapan Model Mastery Learning Berbantuan Media Audiovisual
Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Xi Pada Materi Gelombang Bunyi Di SMA
Negeri 2 Dewantara” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan
tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Herman Fithra, S.T., M.T., IPM., Asean. Eng selaku Rektor
Universitas Malikussaleh
2. Bapak Dr.Ir. Azhari, M.Sc., IPM., Asean. Eng selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
3. Bapak Fajrul Wahdi Ginting, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bantuan, dorongan
dan bimbingan selama proses penyusunan proposal sampai dengan selesainya
Tugas Akhir Skripsi ini.
4. Ibu Safriana, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
5. Bapak Syafrizal, S.Si.,M.Si selaku Penguji I dan Validator instrumen penelitian yang
memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitan dapat terlaksana
sesuai dengan tujuan.
6. Ibu Faradhillah, S.Pd., M.Pd selaku Penguji II yang sudah memberikan koreksi
perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.
7. Bapak Mustafa, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Dewantara yang telah
memberi izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
8. Ibu Fadhillaini S.Pd selaku wakil kurikulum sekaligus guru mata pelajaran fisika
iv
yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses
penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
9. Bapak/Ibu para guru dan staf SMA Negeri 1 Dewantara yang telah memberi
bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir
Skripsi ini.
10. Ayahanda Abdul Rahmat dan Ibunda Robito S.Ag yang telah menjadi orang tua
terhebat, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih
sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.
11. Untuk ketiga kakak penulis, Delila Eldina S.Pd.I, Lahara Devi S.Pd, dan Witri
Amelia S.E, beserta abang ipar terima kasih atas segala perhatian, kasih sayang dan
motivasi serta doanya.
12. Teman-teman Fisika kelas A2 khususnya Sri Widia Ningsih dan Novita Varadilla,
Cut Riska Faiza yang saling menguatkan dalam lika-liku pembuatan skripsi ini.
13. Teman-teman Adiba kos yaitu Nurbaity Tanjung, Mahindun Manurung, Hafizah
Ritonga, dan Astria Ningsih terima kasih sudah membantu penulis dalam
menyukseskan seminar proposal hingga sidang skripsi penulis.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi
amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa
dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang
membutuhkannya.
Aceh Utara, 21 Oktober 2023
Penulis
Nyi Safitri
v
MOTTO PERSEMBAHAN
Kamu orang berharga tetaplah bersyukur tata dan tataplah masa depan hingga
bermanfaat untuk orang lain
-Penulis-
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
2.3 Pemahaman Konsep.……………………………….…...…...…..……. 5
2.4 Suhu dan Kalor Konsep.…………………………..………..………… 6
2.5 Kajian Penelitian Relevan.………………………….……...……...….. 7
2.6 Kerangka berfikir ………………….……………….……...……...….. 8
2.7 Pertanyaan Penelitian ……...………………………….…...……...….. 9
BAB III METODE PENELITIAN……....…...……………………..……...…. 10
3.1 Metode dan Desain Penelitian…………………….……...…..…...… 11
3.2 Tempat dan Waktu..…...……….…..……………….……...…....….. 11
3.3 Populasi dan Sampel..…...……….…..…...………….…………..….. 11
3.4 Variabel Penelitian..…...……….…..…...………...….…………..….. 11
3.5 Tahapan Intervensi Tindakan.. ….…...……………..……..……..….. 11
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…..……..……..…..……... 11
3.7 Validitas dan Reabilitas Instrumen..…...……….…..……..…..……... 11
3.8 Teknik Analisis Data..…...……….…..…...………….……..…....….. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……....…...………………………..…. 12
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian……………………...….………....…...… 12
4.2 Pembahasan..…...……….…..…………………….…………......….. 12
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……....……..…………. 13
5.1 Kesimpulan …………………………………….…….……..…....… 13
5.2 Implikasi ..…...……….…..……………………..…………….....….. 13
5.3 Saran ..…...……….…..…...…………………….…………..…...….. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..……………. 15
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian................................................................................69
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.......................................70
Lampiran 3 Silabus.....................................................................................................71
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).............................................73
Lampiran 5 Validasi RPP...........................................................................................100
Lampiran 6 Validasi Soal Pemahaman Konsep.........................................................106
Lampiran 7 Hasil Observasi.......................................................................................142
Lampiran 8 Hasil Lembar Kerja Siswa......................................................................156
Lampiran 9 Soal Pretest dan Posttest.........................................................................168
Lampiran 10 Jawaban Soal Pretest dan Posttest........................................................176
Lampiran 11 Uji Validasi Pemahaman Konsep.........................................................177
Lampiran 12 Uji Realiabilitas.....................................................................................178
Lampiran 13 Taraf Kesukaran....................................................................................179
Lampiran 14 Daya Pembeda.......................................................................................180
Lampiran 15 Analisis Kriteria Soal............................................................................181
Lampiran 16 Hasil Wawancara..................................................................................183
Lampiran 17 Dokumentasi.........................................................................................185
Lampiran 18 Nama-nama Siswa.................................................................................188
Lampiran 19 Biodata..................................................................................................189
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan
penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam negara itu baik
kualitasnya. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi banyak
faktor misalnya dari siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan.
pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek
dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun
Nasional Pasal 1 menjelaskan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dimilikinya, masyarakat,
bangsa dan Negara. Selain itu, Pendidikan mempunyai peranan penting dalam suatu bangsa,
Pendidikan harus dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman.
bertujuan meningkatkan sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, berbudi pekerti,
berdisiplin, bertanggung jawab, mandiri, dan cerdas (Damanik & Bukit, 2013:17). Salah satu
1
Sekolah merupakan suatu wadah sebagai tempat terjadinya proses belajar dan
dapat di implementasikan dalam bentuk interaksi yang bersifat eduktif, dan diakhiri dengan
evaluasi untuk mengukur dan menilai tingkat percapaian tujuan pembelajaran yang
oleh kebiasaan belajar siswa. Kebiasaan belajar biasanya menunjukkan tingkat dimana siswa
terlibat dalam tindakan ketika belajar yang ditandai dengan rutinitas belajar yang tepat
(misalnya materi) yang terjadi di lingkungan kondusif untuk belajar (Crede & Kuncel,
2008:427). Kebiasaan belajar didefenisikan sebagai tindakan yang dapat diperoleh dengan
adanya pengetahuan , keterampilan dan sikap (Beech, 2011:1). Selain itu dengan
dilakukannya penggabungan kebiasaan belajar dalam mengajar dan strategi belajar akan
Pada hakikatnya, setiap siswa adalah individu yang unik, mempunyai tingkat kemampuan,
minat, dan bakat yang berbeda-beda, baik dalam hal intensitas maupun arah. Guru yang
mempunyai tingkat kesabaran tinggi akan dapat menunjukkan kepada siswa-siswanya bahwa
semua orang mampu mempelajari sesuatu (termasuk materi ajar di kelas), walaupun dengan
alokasi waktu dan upaya yang berbeda-beda. Sehingga guru harus memahami masing-masing
siswa dalam ketuntasan belajarnya. Agar sukses siswa harus dapat dengan tepat menganalisis
dalam bentuk tertulis dan / atau lisan (Illahi & Khandai, 2015:2). Salah satu konten pelajaran
Mata pelajaran Fisika ditingkat SMA/MA dipandang penting untuk diajarkan sebagai
mata pelajaran tersendiri karena memberikan bekal ilmu kepada peserta didik. Fisika
merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemikiran tingkat tinggi sehingga siswa sulit
2
memahami materi dalam Fisika. Sedangkan menurut Hidayat dan Sutrisno (2000:80) dalam
Viclara (2013:12) menyatakan bahwa Fisika adalah ilmu yang impiris yaitu pernyataan fisika
harus didukung oleh serangkaian observasi baik dilakukan melalui eksperimen maupun
melalui pengukuran lapangan. Dalam belajar Fisika, keaktifan siswa sangat diperluka.
Keaktifan dalam belajar Fisika terletak pada dua segi, yaitu aktif dalam bertindak (hands
activity) dan aktif berfikir (minds activity) (National Resarch Council, 1996:20). Mims
menyebutkan bahwa siswa akan akan aktif jika siswa dapat menghubungkan pengetahuan
baru dengan pemahaman awal mereka (Mims, 2003:1). Namun menghubungkan antara
keduanya dalam pembelajaran fisika tidaklah mudah. Oleh sebab itu dibutuhkan kebiasaan
belajar yang baik agar siswa dapat melakukan serangkaian observasi pada mata pembelajaran
hari Senin tanggal 26 September 2022. Terlihat bahwa ketika pembelajaran Fisika di mulai,
awalnya siswa cenderung memperhatikan guru namun beberapa waktu kemudian banyak
siswa tidak fokus lagi dan tidak memperhatikan guru menerangkan didepan kelas. Sehingga
dapat diketahui bahwa kebiasaan siswa yang terlihat hanya mengikuti apa yang di perintahkan
guru tanpa adanya keaktifan siswa dalam merespon pembelajaran tersebut. Jika guru bertanya,
tidak adanya inisiatif dari siswa untuk menjawab secara sendiri namun harus dipilih oleh guru
siswa yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya, ketika siswa di beri tugas,
mereka tidak serius mengerjakannya dan sebagian siswa malah bermain dan ribut.
sebagaimana yang diketahui kurikulum 2013 ini guru sebagai fasilisator. Siswa yang dituntut
aktif dalam pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran fisika. Dalam proses belajar Fisika,
siswa dituntut untuk dapat menguasai bahan pelajaran. Cara mengikuti pelajaran antara lain
membaca dan mempelajari materi yang telah lalu dan materi selanjutnya. Karena sebelum
3
menjelaskan pelajaran selanjutnya, guru bertanya beberapa pertanyaan kepada siswa siswa
tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dimana siswa harus terbiasa mengulang
dengan kakak letting yang sedang PPL di SMA Negeri 2 Dewantara, Ia mengatakan bahwa
masih ada siswa tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan guru. Agar tidak jenuh dan bosan
dalam pelajaran fisika, guru sering memberikan siswa belajar secara kelompok. Namun
kebiasaan siswa dalam belajar kelompok, terdapat siswa yang tidak aktif. Terlihat juga ketika
kebiasaan siswa dalam menghadapi ujian, ulangan dan latihan pelajaran fisika. Siswa panik,
dan juga belajarnya di tumpukan atau disebut juga sistem kebut semalam. pendapat siswa
mengenai kebiasaan belajar pada mata pelajaran fisika perlu diketahui sejak dini oleh guru.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan
mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dan bekerja sendiri sehingga
terjadi peningkatan hasil belajar, yakni siswa menguasai bahan pelajaran secara tuntas,
menyeluruh, dan utuh. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model mastery learning dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa dala memanahami
konsep fisika. Menurut Suryosubroto (2009) “Mastery learning merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar”. Belajar tuntas (Mastery Learning)
adalah pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik
dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Nasution (2009)
menjelaskan bahwa “mastery learning dalam proses mengajar-belajar secara ideal adalah
agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa”. Dalam usaha mencapai
penguasaan penuh perlu diselidiki prasyarat bagi pengesuaian itu. Salah satu Prasyaratnya
adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasi dan tujuan itu harus dituangkan
dalam alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa.
4
Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan, peneliti tertarik untuk melakukan riset
kepada siswa di SMA Negeri 2 Dewantara dengan menerapkan model Mastery Learning
dengan bantuan media audiovisual, untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model
mastery learning dengan bantuan media visual dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa pada pelajaran fisika, terkhususnya materi medan magnet yang dianggap sulit oleh
sebagian siswa.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengkaji dan mengidentifikasi kebiasaan belajar
Fisika tersebut dengan melakukan penelitian yang berjudul ”Penerapan Model Mastery
Siswa Kelas XI Pada Materi Suhu dan Kalor di SMA Negeri 2 Dewantara”.
menjadi identifikasi masalah pada “Penerapan Model Mastery Learning Dengan Berbantuan
Media Visual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Suhu
1. Siswa seringkali tidak memahami materi terkait persamaan matematis yang ada pada
fisika.
2. Guru perlu melakukan inovasi pembelajaran agar siswa dapat dengan mudah memahami
3. Kualitas hasil belajar melalui pemahaman konsep siswa pada mata pembelajaran Fisika
tergolong rendah.
5
1. Jenis pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah pembelajaran dengan model mastery
2. Materi yang akan digunakan pada penelitian ini hanya tentang materi Suhu dan Kalor.
3. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Dewantara untuk
terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa kelas XI pada materi Suhu dan Kalor dengan
menerapkan model Mastery Learning dengan berbantuan media visual di SMA Negeri 2
Dewantara?
mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa kelas XI pada materi Suhu dan Kalor
dengan menerapkan model Mastery Learning dengan menggunakan media visual di SMA
Negeri 2 Dewantara.
Ha: Terdapat pengaruh model Mastery Learning dengan berbantuan media Visual terhadap
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model Mastery Learning dengan berbantuan
media Visual terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas XII dibandingkan kelas kontrol
6
1.7 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
secara lebih lanjut, khususnya pada materi Suhu dan Kalor untuk mengetahui
dengan menggunakan model mastery learning dengan bantuan media visual yang digunakan.
sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
penerapan model mastery learning dengan bantuan media visual untuk meningkatkan
2. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pembelajran baru disekolah dan
3. Bagi Guru, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu model pembelajaran
disekolah untuk meningkatkan pemahaman konsep dan juga sebagai masukan dalam
pengelolaan kelas dan kondisi belajar mengajar yang aktif menerapkan model mastery
dan melatih diri dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan baik di dalam
7
5. Bagi pembaca, dapat memberikan motivasi untuk mengembangkan dan melakukan
penelitian lainnya.
dapat menguasai secara tuntas standar kompetensi dari suatu unit pelajaran. Asumsi yang
digunakan dalam pembelajaran tuntas ini yaitu jika setiap siswa diberikan waktu sesuai
dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan dan jika siswa tersebut
menghabiskan waktu yang diperlukan maka besar kemungkinan siswa akan mencapai
2. Media Visual (image atau perumpamaan) merupakan peran yang sangat penting dalam
menumbuhkan minat, dan memberikan hubungan antara isi materi ajar dengan dunia
nyata.
kembali materi yang diperoleh dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar”. Belajar tuntas (Mastery Learning)
adalah model pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat
belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Nasution (2009) menjelaskan
bahwa “mastery learning dalam proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang
dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa”. Dalam usaha mencapai penguasaan penuh
perlu diselidiki prasyarat bagi pengesuaian itu. Salah satu Prasyaratnya adalah merumuskan
secara khusus bahan yang harus dikuasi dan tujuan itu harus dituangkan dalam alat evaluasi
Benyamin S. Bloom, Fred S. Keller dan James H. Block dengan model pembelajaran
mastery learning berpendapat bahwa sekitar 95% dari anak sesungguhnya dapat menguasai
secara tuntas bahan pelajaran yang diberikan. Dengan praktek pengajaran yang biasa jumlah
ini jauh lebih kecil. Banyak siswa yang hanya menguasai sebagian kecil dari bahan ajaran,
dengan menerapkan konsep belajar tuntas, jumlah ini dapat ditingkatkan. Asumsi yang
digunakan dalam pembelajaran tuntas ini yaitu jika setiap siswa diberikan waktu sesuai
dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan dan jika siswa tersebut
menghabiskan waktu yang diperlukan maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat
9
penguasaan itu. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu atau siswa tidak menggunakan
waktu yang diperlukan maka siswa tidak akan mencapai tingkat penguasaan belajar (Asep
Herry Hernawan, 2010:5). Model Mastery Learning ini terdiri atas lima tahap, yaitu orientasi
terbimbing (guided practice) dan latihan mandiri (independent practice). Tujuan proses
belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh
peserta didik. Ini disebut mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh
(Nasution, 2013).
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model mastery
Mastery Learning atau belajar tuntas adalah salah satu filsafat yang mengatakan bahwa
dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik
hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan disekolah. Pada pelaksanaan pembelajaran
ini, siswa yang mengalami kesulitan belajar akan mendapatkan pelajaran remedial dan siswa
yang menguasai kajian diberikan program pengayaan. Pembelajaran lebih ditekankan pada
peran guru mendorong keberhasilan siswa secara individual dan dievaluasi menggunakan
1) Para siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai dengan
harapan pengajar.
2) Bakat seorang siswa dalam suatu bidang pengajaran tertentu dapat diramalkan. Baik
tingkatnya maupun satuan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut
10
3) Tingkatan hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh siswa
mempelajarinya.
5) Setiap siswa memperoleh kesempatan yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang
1) Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai
2) Guru menyusun strategi tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus yang
hendaknya dikuasai oleh siswa. Guru juga menetapkan tingkat penguasaan yang harus
dicapai siswa.
3) Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajaran menjadi satuan-
satuan bahan ajaran yang kecilyang mendukung pencapaian sekelompok tujuan khusus
tersebut.
4) Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran
5) Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan acuan
patokan.
11
. Belajar
1. Menetapkan isi Bertanya tentang isi
pembelajaran. pembelajaran.
Meninjau ulang Mengingat kembali
pembelajaran pembelajaran
selanjutnya sebelumnya.
Orientasi Menetapkan tujuan Memahami tujuan
pembelajaran. pembelajaran yang harus
Menetapkan dicapai.
langkah-langkah Bertanya/mendiskusikan
pembelajaran langkahlangkah
pembelajaran.
2. Menjelaskan / Memerhatikan, bertanya.
memeragakan Mendiskusikan,
konsep bertanya.
keterampilan baru. Menjawab tes yang
Menggunakan diberikan guru.
Penyajian media visual /
audiovisual untuk
menjelaskan tugas.
Mengevaluasi
tingkat untuk kerja
siswa.
3. Guru memberikan Memerhatikan, bertanya,
contoh langkah- mendiskusikan.
langkah penting Menjawab pertanyaan
dalam guru.
menyelesaikan Mencermati umpan balik
tugas / soal. dari guru, jika ada hal
Memerhatikan, yang belum jelas
bertanya, bertanya lagi pada guru.
mendiskusikan.
Guru memberikan
12
pertanyaan pada
Latihan siswa.
testruktur Guru memberikan
umpan balik (yang
bersifat korektif)
atas kesalahan
siswa dan
mendorongnya
untuk menjawab
dengan benar
setiap tugas yangn
diberikan.
4. Guru memberikan Siswa mengerjakan
tugas. tugas dengan semi
Guru mengawasi bimbingan.
semua siswa Siswa mengerjakan
secara merata. tugas dengan semi
Latihan Guru memberikan bimbingan.
terbimbing umpan balik, Guru mencermati umpan
memuji, dan balik dari guru, jika ada
sebagainya. hal yang belum jelas
bertanya lagi pada guru.
5. Guru memberi Siswa mengerjakan
tugas mandiri. tugas dikelas / dirumah
Guru memberi secara mandiri.
tugas mandiri. Mencermati umpan balik
Guru memberikan dari guru, jika ada hal
Latihan beberapa tugas yang belum jelas
mandiri mandiri sebagai bertanya lagi pada guru.
latar untuk Mengerjakan tugas yang
meningkatkan diberikan secara mandiri.
retensi siswa.
13
2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Model Mastery Learning
Model mastery learning memiliki beberapa keunggulan di pembelajaran adalah:
1) Model ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep
CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri,
2) Mastery learning memberi pikiran yang efisien dan efektif untuk mentransformasikan
pembelajaran secara optimal masing-masing peserta didik. Oleh karena itu, prosedur
ketuntasan akan bermanfaat pada masing-masing guru untuk membuat investasi dan
usaha yang memberikan hasil dalam bentuk ketuntasan belajar pada semua peserta didik,
3) Model ini berorientasi kepada peningkatan produktivitas hasil belajar, yakni siswa
4) Dalam model ini, guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuatif,
baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
5) Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur secara
berlanjut serta berdasarkan ukuran keberhasilan (standar prilaku) yang jelas dan spesifik.
6) Pada hakikatnya, model ini tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau tidak naik kelas
karena siswa yang ternyata mendapat hasil yang kurang memuaskan atau masih dibawah
target dari hasil yang diharapkan, terus menerus dibantu oleh rekannya dan guru.
koherensi yang tinggi dengan garis-garis besar program pengajaran bidang studi.
8) Mastery learning relatif mudah dan murah. Artinya menyesuaikan metode pembelajaran
yang ada, bahan yang diperlukan, dan karakteristik dari semua peserta didik sehingga
14
9) Ketika direncanakan dengan baik, mastery learning membuat belajar dan pembelajaran
menjadi lebih efisien. Peserta didik menjadi tahu bahwa mereka perlu belajar, dan guru
tahu bahwa mereka perlu untuk memberi bantuan macam apa yang secara individu
1) Model ini sulit dalam pelaksanaan karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti
3) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara lama akan mengalami hambatan untuk
menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.
4) Model ini sudah tentu memerlukan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana dan waktu
yang cukup besar, sedangkan sekolah-sekolah kita pada umumnya masih langka dalam
5) Model ini menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara luas, menyeluruh,
merupakan indra kita yang mempunyai kemampuan paling besar untuk menghayati dunia di
sekitar kita. Berbagai penelitian telah mendukung pernyataan tersebut, walaupun tidak ada
kesepakatan umum tentang berapa besar distribusi indra penglihatan di banding indra yang
lain. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan non
verbal. Pesan verbal-visual terdiri dari kata- kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan
pesan non verbal – visual adalah pesan yang dituangkan kedalam simbol-simbol non verbal
15
visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia bisa disebut bahasa visual inilah yang
Dalam menerima pesan-pesan visual, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada dua
variabel yang sangat penting, yaitu perkembangan usia anak dan latar belakang budaya yang
mencakup membaca visual secara tepat, memahami makna yang terkandung didalamnya,
menghubungkan unsur-unsur isi pesan visual dengan pesan verbal atau sebaliknya, serta
makna isi pesan, dan menyederhanakan makna dalam bentuk visualisasi. Menurut Bough
dalam Arsyad (2004) bahwa kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui
indera pandang/ visual, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi
dengan indera lainnya, sementara itu Dale dalam Arsyad (2004) memperkirakan bahwa
pemerolehan hasil belajar melaui indera pandang/ visual berkisar 75%, melalui indra dengar
sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%.Salah satu upaya untuk memudahkan
peserta didik dalam menerima informasi dari guru serta dapat belajar dengan menyenangkan
Sukiman (2012: 29) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa, sehingga
merangsang pikiran, perasaan, perhatian,dan minat serta kemauan siswa untuk mencapai
empat jenis, yaitu : 1) media visual; 2) media audio; 3) media audio; 4) media berbasis
computer.
16
Media visual merupakan media pembelajaran yang menyalurkan pesan lewat indera
pandang atau penglihatan. Media visual terdiri dari berbagai macam jenis, diantaranya adalah
media grafis, media OHP, dan modul. Media visual dapat diguakan untuk menggambarkan
suatu kejadian yang belum pernah dilihat siswa, kejadian yang dekat dengan diri siswa
maupun kejadian yang pernah dialami sendiri oleh siswa sehingga siswa teringat Kembali
informasi yang didapatkan pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan taksonomi Bloom,
kemampuan pemahaman adalah hasil belajar yang lebih tinggi dari kemampuan menghafal.
Pemahaman diartikan sebagai kemampuan membangun suatu makna dari suatu hal yang
menerapkan apa yang dimengerti ke dalam kondisi dan situasi lainnya (Natalia, 2017).
Konsep awal dibangun karena adanya pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelumnya,
ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. pengalaman inilah yang akan membawa
konsep awal (Wahyudi et al., 2013). Kemampuan pemahaman konsep sangat penting bagi
siswa (Janatin, 2019). Maka dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep merupakan
adalah pondasi bagi jaringan ide yang menuntun pemikiran seseorang. Sehingga pemahaman
terhadap suatu konsep fisika sangat dibutuhkan dalam proses pemecahan masalah fisika.
Pemahaman konsep siswa dapat diketahui melalui hasil tes (Utomo et al., 2014).
Pemahaman konsep siswa di ukur dari hasil nilai setelah menyelesaikan tes yang diberikan.
17
Pemahaman konsep siswa dapat diketahui melalui hasil tes (Utomo et al., 2014). Menurut
Bloom dalam ( Anderson et al, 2001), dalam tingkatan proses kognitif pemahaman
(Understand) terdapat tujuh indikator yang dapat dikembangkan berdasarkan kategori proses
Mewakilkan
Menerjemahkan
2. Mencontohkan Menggambarkan Menemukan contoh khusus
Memberi contoh ilustrasi dari suatu
konsep/prinsip materi.
18
dimiliki oleh suatu kategori.
Menginterpolasikan disajikan.
Memprediksikan
6. Membandingkan Mengontraskan Mencari hubungan antara
Memetakan dua ide, atau objek atau hal-
1) Teknologi Sonar
Pada dasarnya sonar memiliki bagian yang memancarkan gelombang ultrasonik atau disebut
transmiter (emitter) dan bagian yang dapat mendeteksi datangnya gema (gelombang pantul)
yang disebut sensor (receiver). Gelombang yang dipancarkan oleh transmiter diarahkan
menuju sasaran, kemudian akan dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver. Jaraknya
dapat ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan dari gelombang dipancarkan
sampai diterima. Jika gelombang ultrasonik diarahkan lurus ke dasar laut, kedalaman laut
dapat dihitung dari panjang waktu antara pancaran gelombang yang turun dan naik kembali
setelah dipantulkan.
19
Gambar 2.16. Sonar untuk mengukur kedalaman laut Sumber : https://fisikazone.com.
2) USG (Ultrasonografi)
Dalam bidang kedokteran, getaran gelombang ultrasonik yang berenergi rendah dapat
digunakan untuk mendeteksi/menemukan penyakit yang berbahaya di dalam organ tubuh,
misalnya di jantung, payudara, hati, otak, ginjal, dan beberapa organ lain. Pengamatan
ultrasonik pada wanita hamil untuk melihat perkembangan janin dalam uterus dengan
menggunakan ultrasonografi.
Sumber : http://www.alatuji.com.
Crack Depth Gauge adalah alat uji untuk mengukur retakan baik kedalaman maupun lebar
keretakan. Dalam beberapa bidang diantaranya Crack Depth Gauge dirancang untuk
mendeteksi kemungkinan kecacatan. Salah satunya dengan cara menggunakan deteksi suara
yang dapat mendeteksi saat material tersebut diuji. Dengan menerapkan teknologi
(Ultrasound), kecepatan serta ketepatan data input yang ditampilkan alat ini semakin
mempermudah kerja kita semua. Adapun besaran yang ada pada gelombang bunyi yaitu:
20
a. Cepat Rambat Bunyi
Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat merambat dalam medium padat,
cair, dan gas. Cepat rambat bunyi tergantung pada sifat-sifat medium rambat, maka bunyi
mempunyai cepat rambat yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan partikel medium
maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat padat.
2. Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin cepat bunyi
merambat.
Cepat rambat bunyi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
𝑣=𝜆.ƒ
Keterangan :
v = cepat rambat bunyi
λ = panjang gelombang bunyi f = frekuensi bunyi
Cepat rambat bunyi tergantung pada mediumnya:
1) Cepat rambat bunyi di dalam medium gas.
𝛾𝑅𝑇
√
𝑣 =𝑀𝑟
Keterangan :
v = cepat rambat bunyi (m/s) γ = tetapan Laplace
R = tetapan gas umum (J/mol K) T = suhu mutlak (K)
Mr = massa molekul relatif (kg/mol)
𝐵
𝑣√=
𝜌
Keterangan :
v = cepat rambat bunyi (m/s) B = modulus Bulk (N/m2)
𝜌 = massa jenis zat cair (kg/m3)
3) Cepat rambat bunyi di dalam medium zat padat.
𝐸
𝑣= √
𝜌
21
Keterangan :
v = cepat rambat bunyi (m/s) B = modulus Young (N/m2)
𝜌 = massa jenis zat padat (kg/m3)
b. Dawai
Gitar merupakan alat musik yang menggunakan dawai sebagai sumber bunyinya. Gitar
dapat menghasilkan nada-nada yang berbeda dengan jalan menekan bagian tertentu pada
senar itu saat dipetik. Nada yang dihasilkan dengan pola paling sederhana disebut nada dasar,
kemudian secara berturut-turut pola gelombang yang terbentuk menghasilkan nada atas ke 1,
nada atas ke 2, nada atas ke 3 dan seterusnya.
1) Pipa organa
Adapun sumber bunyi yang menggunakan kolom udara sebagai sumber getarnya disebut
juga pipa organa contohnya pada seruling, terompet, atau piano. Pipa organa dibagi
menjadi pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup.
Gambar 2.22. Seruling dan terompet contoh pipa organa Sumber : Anissa (2020)
a. Pipa organa terbuka
Nada dasar
Jika sepanjang pipa organa terbentuk ½ gelombang , maka nada yang dihasilkannya disebut
nada dasar
L = ½ λ maka λ = 2L
sehingga persamaan frekuensi nada dasar untuk pipa organa terbuka.
𝑣
= 2𝐿 0
22
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 1 gelombang , maka nada yang dihasilkannya disebut
nada atas ke-1
Gambar 2.24. Nada atas 1 pipa organa terbuka Sumber: Anissa (2020)
Pipa organa dengan panjang L, dimana L = 1 λ maka λ = L. Frekuensi nada atas ke 1 adalah
2𝑣 𝑣
ƒ = =
Nada atas ke- 2
b. Jika sepanjang pipa organa terbentuk 3/2 gelombang , maka nada yang dihasilkannya
disebut nada atas ke-2.
Gambar 2.26 Nada dasar pipa organa tertutup Sumber : Anissa (2020)
L = ¼ λ maka λ = 4L
Nada ke -1
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 3/4 gelombang , maka nada yang dihasilkannya
23
disebut nada atas ke-1
Perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh sumber bunyi berupa pipa
organa tertutup dengan frekuensi nada dasarnya
ƒ0: ƒ1:ƒ2 = 1: 3: 5
𝐴 4𝜋𝑟2
Keterangan :
I = Intensitas bunyi (W/m2)
P = Energi tiap waktu atau daya (W) A = Luas (m2)
Dapat diketahui intensitas gelombang bunyi pada suatu titik berbading terbalik dengan
kuadrat jarkanya dari sumber bunyi, maka perbandingan intensitas bunyi di dua tempat
yang berbeda jaraknya terhadap satu sumber bunyi Ternyata kuat bunyi yang terdengar
oleh telinga tidak berbanding lurus dengan besarnya intensitas bunyi. Misalnya, jika
intensitas awal 10-5 Wm-2 dan dinaikkan menjadi 2 x 10 -5
Wm-2, ternyata telinga kita
tidak mendengar bunyi dua kali lebih kuat, bahkan telinga merasa mendengar bunyi
yang hampir sama kuatnya. Oleh karena jangkauan intesitas bunyi yang dapat
didengar manusia sangat besar maka dibuatlah suatu besaran yang menyatakan
intensitas dalam bilangan yang lebih kecil. Besaran ini dinamakan taraf intensitas
bunyi disingkat TI
24
25
2) Taraf Intensitas
Yang dimaksud dengan taraf intensitas bunyi adalah logaritma perbandingan
antara intensitas bunyi dengan intensitas ambang pendengaran.
c. Efek Doppler
Efek Dopler adalah peristiwa naik atau turunnya frekuensi gelombang bunyi yang terdengar
penerima bunyi ketika sumber bunyi bergerak mendekat atau menjauh. Contoh efek Dopler dapat dilihat
pada gambar dibawah. Pada saat sumber suara diam, kedua penerima mendengar besar frekuensi yang
sama. Saat sumber suara bergerak, salah satu penerima mendengar frekuensi yang lebih besar dari
sebelumnya dan penerima lain mendengar frekuensi yang lebih kecil dari sebelumnya. Persamaan Efek
Doppler adalah :
Sebelum peneliti meneliti tentang model mastery learning (belajar tuntas) dengan menggunakan
media visual, sebelumnya sudah ada yang menerapkan model mastery learning (belajar tuntas).
28
Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
KERANGKA BERFIKIR
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Pengumpulan Data
Analisis Data
Hasil
menguasai bahan pelajaran secara tuntas dengan penyediaan waktu belajar yang cukup. Pengajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan
itu sendiri. Dengan menggunakan model pembelajaran ini akan membuat siswa lebih aktif dan lebih
29
paham materi yang diberikan oleh guru, apabila ada siswa yang kesulitan dalam proses pembelajaran
maka akan dibantu oleh siswa lainnya dan guru. Pembelajaran ini menekankan pada peran atau
tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual, dan juga pada interaksi
Model pembelajaran mastery learning sangat baik digunakan untuk dapat meningkatkan
kemampuam kognitif siswa karena pada pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif dan lebih
berinisiatif dalam memecahkan masalah sendiri sehingga materi yang diberikan oleh guru dapat
dikuasai secara tuntas sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa meningkat. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat memang memerlukan keahlian tersendiri dan para guru harus pandai memilih
model yang dipergunakannya, oleh karena itu kesesuaian antara materi dengan model pembelajaran
sangat penting dalam proses pengajaran untuk itu penulis mengangkat materi mengenai turunan dengan
menggunakan mastery learning sebab pada materi ini banyak rumus-rumus yang harus digunakan
untuk dapat menyelesaikan soal-soal sehingga kemampuan pemahaman konsep belajar siswa
meningkat.
Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah terdapat peningkatan kemampuan
pemahaman konsep siswa pada materi Suhu dan Kalor melalui penerapan model mastery learning
BAB III
METODE PENELITIAN
30
3.1.1 Metode
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang pendidikan, yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu di dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara professional. Penelitian Tindakan kelas
merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
Pelaku tindakan dari penelitian ini tidak lain adalah guru yang berusaha memperbaiki proses
kegiatan belajar yang terjadi di kelasnya. Hal ini dikarenakan hanya guru yang mengetahui kondisi yang
sebenarnya di kelas dan tidak ada yang lebih memahaminya kecuali guru. Untuk itu, masalah dalam
penelitian tindakan kelas harus berasal dari guru. Namun dalam melakukan penelitian ini, seorang guru
memerlukan bantuan dari beberapa orang yang membantunya melakukan kegiatan penelitian. Untuk itu,
penelitian ini disebut penelitian kolaborator, yaitu penelitian yang melibatkan orang lain selain peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh guru dan kolaborator yang berusaha mencari solusi dari
3.1.2 Desain
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau
classroom based action research. Setiap siklus terdiri dari: perencanaan (planning), tindakan (action),
PTK juga dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas
melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas terdapat beberapa kata kunci (Key words) yang perlu
diperhatikan, yakni:
a. PTK bersifat reflektif, yaitu PTK diawali dari proses perenungan atas dampak tindakan yang
b. PTK dilakukan oleh pelaku tindakan, yaitu PTK di rancang, dilaksanakan, dianalisis oleh guru
31
yang bersangkutan dalam rangka ingin memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya di
kelas. Kalaupun dilakukan secara kolaboratif, pelaku utama PTK tetap oleh guru yang
bersangkutan.
d. PTK dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah proses
pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi dari dalam upaya memecahkan
masalah-masalah tersebut dengan cara melakukan tindakan yang terencana dan menganalisis setiap
pengaruh dari perlakuan itu dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
serta membantu memperdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran dikelas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran mastery learning
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Dewantara yang terletak di Jalan BTN Arun, Desa
Paloh Lada, Krueng Geukueh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Adapun alasan
a. Menurut pengetahuan peneliti di sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian dengan judul
yang sama.
b. lokasi tersebut mempunyai masalah dalam hasil belajar fisika karena kemampuan pemahaman
konsep siswa masih rendah, terutama pada materi Suhu dan Kalor.
Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester ganjil, dengan waktu disesuaikan pada
jadwal pelajaran fisika di kelas XI MIPA, SMA Negeri 2 Dewantara yaitu hari Senin tanggal 26
September 2022.
Menurut (Sugiyono, 2016) Populasi adalah wilayah generalisi yang terdiri atas objek atau subjek
32
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian yang akan dilakukan ini yaitu keseluruhan
siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Dewantara kelas XI MIPA 2 jumlahnya 25 siswa Alasan memilih
kelas XI MIPA sebagai populasi karena materi yang akan dipelajari merupakan materi kelas XI MIPA.
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Ardat, 2013).
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 yang berjumlah 23 orang sebagai kelas
kontrol dan XI MIPA 2 yang berjumlah 25 orang sebagai kelas tindakan. Latar belakang kelas XI MIPA
1 sebagai kelas kontrol yaitu untuk membandingkan hasil tes pemahaman kelas eksperimen dengan
hasil tes pemahaman kelas XI MIPA 1 yang diketahui memiliki tingkat akademik yang lebih baik.
Pada penelitian ini teknik sampling yang peneliti pilih adalah purposive sampling, teknik ini
menentukan pemilihan sampel dengan alasan atau pertimbangan tertentu, sampel ini direkomendasikan
Variabel pada penelitian yang akan dilakukan ada dua, yaitu variabel terikat (dependent
variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat pada penelitian ini yaitu
pemahaman konsep siswa dengan variabel bebasnya adalah model mastery learning menggunakan
media visual.
Prosedur yang dilakukan adalah pelaksanaan proses empat komponen kegiatan yang terdapat
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dinamakan siklus. Pelaksanaan dalam siklus penelitian
akan dilakukan berulang-ulang sampai indikator yang telah ditentukan dalam pembelajaran telah
tercapai, jika belum tercapai maka siklus penelitian terus menerus dilanjutkan sampai pada siklus
berikutnya. Setiap siklus penelitian ini memiliki empat komponen yang terdiri dari: perencanaan
a. Perencanaan (planning)
33
Sebelum peneliti melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti memberikan tes soal
kemampuan awal sebanyak 10 butir soal, untuk melihat sejauh mana pemahaman Konsep siswa
sebelum diterapkan pembelajaran mastery learning. Rencana kegiatan yang dilakukan adalah:
2. Pemilihan materi yang menyangkut berbagai kompetensi dasar yang akan dicapai beserta
( RPP ) pada materi suhu dan kalor dengan menggunakan mastery learning.
b. Tindakan (action)
Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan perencanaan tersebut ke dalam
2. Pada tahap kegiatan pembelajaran dalam setiap pertemuan, guru menjelaskan kepada siswa
tentang tujuan pembelajaran, apersepsi dan memberikan pengarahan tentang cara belajar siswa
3. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan memberikan kesempatan waktu yang cukup kepada
siswa untuk berkolaborasi dalam membahas defenisi dan rumus suhu dan kalor.
4. Memberikan beberapa masalah tentang materi suhu dan kalor yang diajarkan.
6. Mengadakan uji tes kemampuan pemahaman konsep siswa dengan jumlah soal pilihan
c. Pengamatan (observasi)
34
Pengamatan dilakukan terhadap hasil-hasil atau dampak tindakan-tindakan yang dilakukan
anak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran mastery learning.
Hambatan apa yang dialami tiap siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung, dan bahan
untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan penerapan model mastery learning
Data yang dikumpulkan meliputi: (i) data tentang proses pembelajaran di kelas selama
pembelajaran berlangsung, (ii) data kemajuan hasil pemahaman konsep belajar siswa pada materi
d. Refleksi (reflection)
Setelah tindakan dan pengamatan dilakukan, selanjutnya dilakukan refleksi yaitu upaya
untuk mengkaji segala hal yang terjadi atau sesuatu hal yang belum tuntas dari tindakan yang
dilakukan. Dalam hal ini untuk mengetahui perkembangan kemampuan pemahaman konsep belajar
siswa, perubahan suasana pembelajaran di kelas, dan perkembangan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran pada siklus I,
Kegiatan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Pada siklus II ada tambahan
perbaikan dari tindakan sebelumnya yaitu menggunakan media visual dengan tujuan untuk
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasi dan
intrumen tes yang digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa respon siswa. Observasi merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dengan alat
observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau teliti. Tes adalah instrumen pengumpulan data untuk
mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan pembelajaran. Instrumen
35
penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
belajar tentang materi Suhu dan Kalor. Tes hasil belajar yang diberikan berbentuk pilihan berganda
(multiple choice). Tes pilihan berganda ialah tes obyektif dimana masing-masing item disediakan lebih
dari 2 kemungkinan jawaban dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling
benar. Jumlah soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 soal pada setiap pertemuan
Dalam hal ini, peneliti menggunakan skor tanpa denda dimana untuk setiap soal diberi skor 1
untuk jawaban yang benar dan diberi skor 0 untuk jawaban yang salah. Lembaran tes hasil belajar ini
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep materi Suhu dan Kalor setiap
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan, yaitu valid dan reliabilitas, akan lebih
baik jika memiliki nilai tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Sebelum tes kemampuan
pemahaman konsep diberikan kepada siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument kepada siswa
kelas atas yang telah mempelajari materi tersebut. Adapun uji instrumen meliputi validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya beda. Untuk itu instrumen tes terlebih dahulu harus di analisis.
36
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan apabila data dari seluruh responden atau
sumber data lain telah terkumpul (Sugiyono, 2016). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tahap analisis
data adalah tahap akhir dalam penelitian ini, karena pada tahap ini akan memberikan kesimpulan yang
didapatkan oleh peneliti dari seluruh proses penelitian yang telah dilaksanakan.
Setelah seluruh tindakan dilakukan, peneliti dan kolaborator malakukan interpretasi hasil
analisis. Interpretasi hasil analisis disajikan tidak hanya dalam bentuk foto melainkan juga pada akhir
setiap siklus, peneliti dan kolaborator menghitung persentase pencapaian dengan kriteria keberhasilan
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah 80% dari jumlah siswa memperoleh skor
pemahaman konsep 75, sebagai indikasi bahwa model mastery learning dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa SMA NEGERI 2 Dewantara. Jika kemampuan berbicara siswa belum
mengalami peningkatan pada satu siklus, maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya
sampai mencapai target yang ditentukan. Oleh karena itu analisis yang digunakan dalam pengolahan
lapangan yang diisi oleh observer sebanyak beberapa kali pertemuan. Lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran diisi dengan cara mengchecklist dengan pilihan jawaban yang benar diantara empat
Arikunto.
Menurut (Arikunto & Cepi, 2010) nilai akhir atau posttest siswa ditentukan dengan
menggunakan rumus:
37
nilai %=
∑ skor mentah x 100 %
skor total
Setelah itu menginterprestasikan nilai presentase sesuai dengan skor penilaian sesuai tabel
berikut.
rumus:
Dimana:
N = jumlah siswa.
Berdasarkan kriteria pemahaman konsep belajar siswa, jika telah terdapat 85% siswa yang
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah mendeskripsikan data yang telah diorganisir jadi bermakna, yakni
kegiatan analisis data berupa penyusunan atau penggabungan dari sekumpulan informasi yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Dimana setelah data diolah, maka disajikan
c. Penarikan Kesimpulan
memberikan kesimpulan atas temuan-temuan yang telah dinterprestasikan dalam sajian data serta
memberikan rekomendasi atau sasaran yang terkait dengan merumuskan permasalahan dan tujuan
38
penelitian. Dimana setelah data disajikan, maka peneliti menarik kesimpulan dari sajian data tersebut
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan
peneliti. Data-data yang didapatkan oleh peneliti dari hasil penelitian ini meliputi temuan hasil
observasi, aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil tes tertulis siswa setelah tindakan dilakukan. Hasil
penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana dalam setiap siklus mendeskripsikan beberapa aspek, yaitu
meliputi: Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup, hasil belajar, dan refleksi. Selanjutnya di dalam Pembahasan
pembelajaran, dan hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus memerlukan
waktu satu kali pertemuan atau 2 x 45 menit atau 90 menit. Data yang diteliti adalah siswa kelas XI
SMA Negeri 2 Dewantara yang terletak di Jalan BTN Arun, Desa Paloh Lada, Krueng Geukueh,
Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, Aceh dengan jumlah siswa 25 orang.
pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru kelas XI. Hasil observasi yang diperoleh yaitu proses
pembelajaran yang dilakukan didominasi oleh guru atau berpusat pada guru sedangkan siswa hanya
menerima pembelajaran dari apa yang diceramahkan dan didemonstrasikan guru. Ketika proses
pembelajaran IPA berlangsung tidak adanya kegiatan percobaan atau eksperimen yang melibatkan
39
siswa secara langsung ke dalam pembelajaran. guru hanya mengarahkan siswa untuk tertib dan mecatat
dengan mendengar apa yang disampaikan guru, sehingga menimbulkan kebosanan dalam pembelajaran.
4.1.1 Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan awal dari penelitian tindakan kelas. Pada siklus
I peneliti menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada
(Reflect). Materi yang disampaikan di siklus I ini adalah Kalor. Rpp yang dibuat pada siklus I ini
dirancang sedemikian rupa dengan mengacu pada kurikulum Merdeka dengan karakteristik sebagai
berikut:
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan menerapkan pendekatan
inkuiri terdapat pada langkah-langkah pembelajarannya. Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan
tahap ask (bertanya) dengan mengajukan beberapa permasalahan kepada siswa yang selanjutnya
masalah tersebut akan diselidiki pada tahap investigate (penyelidikan) dengan cara berkelompok, maka
dibentuk anggota kelompok secara heterogen artinya didalam setiap kelompok terdapat siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya siswa akan membuat laporan bersama dengan
kelompok pada tahap create (menghasilkan), setelah itu siswa diajak berdiskusi dan mempresentasikan
hasil percobaannya pada tahap discuss (diskusi) untuk mengetahui hasil percobaan yang telah
40
dilakukan oleh masing-masing kelompok, dan yang terakhir adalah tahap reflect (refleksi). Dalam
proses pembelajaran dengan menerapkan pendakatan inkuiri, guru hanya berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator, siswa tidak menerima pembelajaran begitu saja, tetapi siswa menemukan dan
memperoleh pengetahuan dengan kegiatan percobaan. Untuk mengetahui pemaparan yang lebih rinci
dapat dilihat dalm bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran.
Pada tindakan siklus I guru/peneliti membagi siswa kedalam 5 kelompok, Sehingga peneliti
harus mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan kerjakan oleh masing-masing kelompok
belajar sebagai alat untuk melakukan penyelidikan. Selain itu diakhir kegiatan pembelajaran siswa akan
diberikan tes tertulis berupa soal evaluasi sehingga peneliti harus mempersiapkan soal evaluasi beserta
kunci jawabannya. Untuk mengetahui data aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung peneliti mempersiapkan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi yang akan
diisi oleh observer. Dan terakhir peneliti mempersiapkan alat percobaan yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Tindakan siklus I ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Dewantara pada hari Rabu, tanggal 7 juli
2023 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Materi yang diajarkan mengenai gaya dapat mempengaruhi
bentuk benda. Pelaksanaan tindakan siklus I sesuai dengan RPP yang disusun dengan menerapkan
pendekatan inkuiri yang terdiri dari lima tahap yaitu bertanya (Ask), Penyelidikan (Investigate),
Menghasilkan (create), Diskusi (Discuss), dan Refleksi (Reflect). pembelajaran pada siklus I ini diikuti
oleh siswa kelas XI sebanyak 23 orang karena 2 orang siswa tidak hadir dengan alasan sakit. Dalam
1) Kegiatan Awal
Sebelum dimulainya pembelajaran guru memberikan lembar observasi kepada wali kelas dan
teman sejawat sebagai observer. Pada kegiatan awal/pendahuluan hampir semua kegiatan dapat
terlaksana selama ± 10 menit, kecuali kegiatan berdoa untuk mengawali pembelajaran tidak terlaksana
41
karena siklus I dilaksanakan selepas jam istirahat kelas namun guru menggantinya dengan kegiatan
siswa membersihkan kelas dengan cara mengambil sampah yang berada dibawah tempat duduk mereka.
Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dari guru yang kemudian siswa menjawab salam
secara serentak, selanjutnya guru memerintah siswa untuk membersihkan kelas dengan mengambil
sampah yang berada dibawah meja dan tempat duduknya, siswa semangat membersihkan kelas karena
guru menghitung sampai sepuluh detik kelas harus bersih. Selanjutnya guru mengabsen siswa dan
siswa mengangkat tangan serta berkata “hadir” sebagai tanda bahwa mereka hadir mengikuti
pembelajaran dan pada saat itu siswa yang hadir berjumlah 23 orang dan dua orang siswa tidak hadir
Guru mengkondisikan siswa dengan memperingatkan cara duduk yang baik ketika sedang belajar
untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif sehingga pembelajaran berjalan dengan tertib. Lalu
guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan sebelumnya tentang gaya, “kalian masih
ingat apa yang dimaksud dengan Suhu dan Kalor?” setelah itu guru memberikan apersepsi untuk
menggali pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan
kepada siswa seperti, “Apakah kalian pernah melihat ibu kalian menggoreng telur? Apa yang ibu kalian
rasakan disekitar kompor api tersebut?” Lalu guru mendapatkan berbagai jawaban yang diungkapkan
oleh siswa, seperti : pernah, sering, rasanya pasti ada perubahan suhu menjadi panas dan lain-lain.
Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai bahwa tujuan pembelajaran
kali ini siswa dapat menyimpulkan hasil percobaan bahwa Kalor (perpindahan suhu).
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, proses pembelajaran dilakukan dengan lima tahapan yaitu: tahap bertanya (Ask),
tahap penyelidikan (Investigate), tahap menghasilkan (Create), tahap (Discuss), dan tahap (Reflect),
Pada tahap bertanya (Ask) kegiatan yang dilakukan yaitu, guru mengajukan beberapa permasalahan
42
kepada siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan, seperti : Apakah kalian pernah membuat
kerajinan tangan? Jika pernah, pernahkah kalian membuat kreasi/mainan dari tanah liat atau plastisin?
apa yang kamu buat? Bagaimana bentuk tanah liat sebelum kalian berkreasi? Pada tahap ini siswa
menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban yang berbeda-beda seperti pernah, tidak
pernah, sering, membuat patung, membuat asbak, membuat celengan, bentuk tanah liat awalnya tidak
berbentuk, dll. Kemudian guru menunjukkan dua buah plastisin dengan bentuk yang berbeda. Setelah
itu siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian siswa diberi kebebasan untuk menentukan
hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut dalam penyelidikan, ketika siswa mengajukan
pertanyaan siswa lain menjawab pertanyaan temannya, kemudian siswa secara bebas membuat hipotesis
jawaban untuk dikaji lebih lanjut. Sementara itu guru memberi tanggapan dengan tidak langsung
membenarkan atau menyalahkan, tetapi guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
memberi tanggapan. Siswa berpikir tentang hipotesis yang mereka pikirkan untuk dibuktikan dalam
percobaan. Pada siklus I ini siswa kesulitan dan malu-malu untuk mengajukan pertanyaan dan membuat
hipotesis sehingga guru harus mengarahkan siswa. Siswa terlihat antusias untuk melakukan kegiatan
penyelidikan.
Pada tahap penyelidikan siswa melakukan kegiatan percobaan sebagai cara untuk menyediki
permasalahan yang didapatkan sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan dan hipotesis yang mereka
pikirkan tentang apa yang menyebabkan benda (plastisin) berubah bentuk. Siswa menyimak penjelasan
dari guru bahwa untuk membuktikan dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, mereka akan
diberi kesempatan untuk menyelidiki sendiri dalam kegiatan percobaan gaya dapat mempengaruhi
bentuk benda secara berkelompok sehingga siswa dapat mengetahui jawabannya. Ketika guru sedang
menjelaskan siswa terlihat tidak sabar dan antusias untuk segera melakukan kegiatan percobaan , hal
tersebut dapat dilihat pada lembar observasi asktivitas guru dan siswa. (terlampir) Guru membagi siswa
kedalam lima kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa karena jumlah siswa
dikelas 25 orang. Sebelum kegiatan pembelajaran guru telah merencanakan pembagian kelompok,
43
dengan maksud anggota kelompok terdiri dari anak yang heterogen yaitu anak pandai, anak sedang dan
anak yang kurang. Tujuannya supaya ketika proses pembelajaran anak yang pandai bisa membimbing
temannya. Pada saat pembagian kelompok ada dua siswa yang tidak hadir, sehingga kelompok yang
seharusnya terdiri dari lima siswa, hanya terdiri dari 4 siswa. Proses pengelompokkan berlangsung
gaduh karena siswa berebut untuk menentukan tempat duduk sehingga guru harus menentukan tempat
duduk untuk masing-masing kelompok. Bahkan ada siswa (SP) yang menolak untuk satu kelompok
dengan seorang siswa lainnya (APT), guru tidak membiarkan hal itu begitu saja. Guru harus
memberikan pengertian dan membujuk siswa untuk tetap melanjutkan kegiatan dengan kelompok yang
ditentukan. Setelah siswa sudah siap dan berkumpul dengan kelompoknya, guru membagikan LKS
masing-masing kelompok 1 buah serta membagikan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan percobaan kepada masing- masing kelompok. Sebelum setiap kelompok melakukan kegiatan
percobaan, guru memberikan pengarahan supaya siswa lebih memahami apa yang diperintahkan di
dalam LKS. Namun ketika guru sedang memberikan pengarahan tidak semua siswa mendengarkan,
bahkan ada kelompok yang terdiri dari NFL, RZL, FMN, RFK, TRK langsung melakukan kegiatan
sebelum pengarahan dari guru selesai sehingga guru menegur kelompok tersebut untuk mendengarkan
pengarahan terlebih dahulu. Setiap kelompok melakukan percobaan secara aktif, selama melakukan
percobaan guru terus memberi bimbingan kepada kelompok yang belum mengerti dalam melakukan
percobaan. Ketika proses percobaan berlangsung ada siswa (ALW) yang bermain-main dengan alat
percobaan, sehingga menghambat kegiatan percobaan kelompok tersebut, hal itu membuat harus
guru menegur siswa tersebut. Selain itu ada juga siswa yang tidak melakukan apa-apa (WL dan FTB),
hanya melihat dan mengandalkan teman kelompoknya melakukan kegiatan percobaan. Hal sebaliknya
terjadi pada kelompok yang berbeda, karena ada siswa (NFL) yang tidak memberikan kesempatan
kepada teman sekelompoknya untuk melakukan kegiatan percobaan. Sehingga pada siklus I ini tidak
semua kelompok dapat bekerjasama dengan kelompoknnya secara baik saat proses penyelidikan dalam
percobaan berlangsung.
membuat penjelasan dari percobaan dengan mengisi LKS yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan
diskusi kelompok itu untuk menjawab permasalahan tentang gaya dapat mempengaruhi bentuk benda
berdasarkan hasil percobaan. masing-masing kelompok berdiskusi dengan menyusun data untuk
mengisi LKS, sedangkan guru berkeliling untuk melihat pekerjaan setiap kelompok dan membimbing
kelompok yang mengalami kesulitan atau membimbing kelompok yang belum mengerti dari pertanyaan
d) Tahap (Discuss)
Pada tahap ini dua perwakilan siswa dari masing-masing kelompok menyajikan informasi yang
dihasilkan mengenai gaya dapat mempengaruhi bentuk benda di depan kelas. Awalnya dua orang
perwakilan kelompok yang maju ke depan harus ditunjuk oleh guru karena tidak ada yang mau untuk
menjadi perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil percobaan yang didapat di depan kelas.
Namun, untuk kelompok seterusnya dua orang perwakilan dengan kesadaran sendiri maju dan
mempresentasikan hasil percobaannya tanpa harus ditunjuk oleh guru. Pada saat kegiatan diskusi
berlangsung tidak semua siswa fokus memperhatikan temannya yang sedang mempresentasikan hasil
percobaannya, terlihat dari data-data yang diperoleh pada lembar pengamatan bahwa banyak siswa yang
masih sibuk memainkan alat percobaan dan menyelesaikan hasil percobaan kelompoknya.
e) Tahap (Reflect)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan menggunakan waktu untuk meninjau kembali hasil
pengamatan yang telah dilakukan apakah permasalahan awal, alur penelitian dan kesimpulan sudah
sesuai atau belum dengan hasil diskusi? Siswa berdiskusi kelompok kembali setelah mereka berdiskusi
kelas, setiap kelompok merefleksi hasil percobaannya, tetapi banyak siswa yang masih belum bisa
membuat kesimpulan bahkan ada yang belum mengerti istilah kesimpulan. Selain itu juga beberapa
siswa (ALW, RK, ISN) terlihat memukul- mukul meja dan tidak berdiskusi kembali dengan teman
kelompoknya sehingga kendisi kelas sangat bising dan tidak kondusif. Guru tidak membiarkan mereka
45
begitu saja, guru harus menegur siswa supaya keadaan kelas kembali tertib. Siswa menyimak penguatan
dan koreksi yang disampaikan oleh guru dan temannya, mengenai proses dan hasil investigasi yang
telah dilakukan melalui kegiatan percobaan. guru memberikan penguatan bahwa gaya dapat berupa
dorongan atau tarikan dapat mempengaruhi bentuk benda. Misalnya: platisin yang berbentuk bulat
3) Kegiatan Akhir
Pada tahap ini, guru dan siswa menyimpulkan hasil percobaan bersama- sama, siswa harus
dibimbing untuk dapat menyimpulkan percobaan. setelah itu guru tidak memberikan penghargaan
terlebih dahulu kepada siswa/kelompok terbaik seperti yang ditulis dalam RPP dan lembar observasi.
Guru terlebih dahulu memberikan tes sebagai evaluasi dari akhir pembelajaran secara individu, siswa
mengerjakan soal tersebut dengan tertib, sedangkan guru berkeliling melihat siswa mengerjakan soal.
Setelah siswa selesai mengerjakan mereka mengumpulkan pekerjaannya kepada guru. Ketika semuanya
telah mengumpulkan tugasnya guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling tertib dan
kepada siswa yang berani maju kedepan untuk mempesentasikan hasil percobaannya. Kemudian guru
menyampaikan informasi kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan belajar mengenai besar gaya
terhadap perubahan bentuk benda. Terakhir siswa bersiap-siap untuk pulang dengan merapikan tempat
duduknya dan guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas.
Negeri 2 Dewantara adalah 75. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas, hal tersebut
dikarenakan hasil belajar siswa kelas XI yang masih rendah, sehingga KKM yang digunakan hanya 75.
Jadi, apabila nilai siswa ≥75, maka siswa tersebut dinyatakan lulus. Namun apabila nilai siswa < 75,
maka siswa tersebut dinyatakan belum lulus. Berikut data hasil evaluasi siklus I :
Tabel 4.1
Data Hasil Tes Evaluasi Pemahaman Siswa siklus I
46
No Kode Siswa Nilai KKM Keterangan
1 WL 60 75 Tidak tuntas
2 APT 80 75 Tuntas
3 NFL 90 75 Tuntas
4 RK 50 75 Tidak tuntas
5 SPN 50 75 Tidak tuntas
6 ALG 90 75 Tuntas
7 AG - 75 Tuntas
8 ALW 80 75 Tuntas
9 BDM 80 75 Tuntas
10 DS 70 75 Tidak tuntas
11 DL 80 75 Tuntas
12 FMN 80 75 Tuntas
13 FTB 70 75 Tidak tuntas
14 HRI 90 75 Tuntas
15 HRA 100 75 Tuntas
16 HSN 80 75 Tuntas
17 RB 80 75 Tuntas
18 RM 100 75 Tuntas
19 BDS 40 75 Tidak tuntas
20 RZL 80 75 Tuntas
21 NK 90 75 Tuntas
22 FKR 70 75 Tidak tuntas
23 WWN - 75 Tuntas
24 AZM 80 75 Tuntas
25 NY 90 75 Tuntas
Jumlah nilai 1800
Rata-rata 78,2
Presentase 72%
TB = S ≥ 75
x 100 %
n
= 18 x 100 = 72%
25
47
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil tes evaluasi siklus I masih banyak siswa yang belum
mencapai nilai KKM. 7 dari 23 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Perolehan hasil tes evaluasi tersebut
didistribusikan kedalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Distribusi Hasil Evaluasi Pemahaman Siswa siklus I
X =
= 2300
23
= 78,2
Sedangkan untuk perbandingan nilai rata-rata kelas antara siklus I dan pra siklus disajikan ke
Grafik 4.1
Perbandingan Pemahaman Konsep Berdasar Nilai Rata-rata Kelas Siklus I
48
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa dari 23 jumlah siswa yang mengikuti evaluasi pada
siklus I kebanyakan memperoleh nilai 80 yaitu sebanyak 9 orang siswa, siswa yang memperoleh nilai
terendah sebanyak satu orang dengan perolehan nilai 40, sedangkan siswa yang memperoleh nilai
tertinggi sebanyak dua orang dengan perolehan nilai 100. Skor ideal pada siklus I ini yaitu100. Dan
grafik menunjukkan bahwa hasil pemahaman konsep siswa pada siklus I meningkat.
KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran IPA adalah 75. Dengan demikian siswa yang
telah mencapai KKM berjumlah 18 orang siswa dengan presentase sebesar 75% dan tujuh siswa lainnya
Grafik 4.1
Ketuntasan Pemahaman Konsep Belajar Siklus I
49
d. Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, nilai rata-rata kelas setelah
dilaksanakan siklus I lebih tinggi dibandingkan sebelum dilaksanakan siklus I. Secara umum
pembelajaran dapat dikatakan berjalan dengan baik tetapi belum optimal karena dalam pelaksanaan
penelitian pada siklus I ini terdapat beberapa kekurangan dalam proses kegiatan pembelajaran sehingga
diperlukan usaha perbaikan. Berikut temuan-temuan yang muncul pada saat pelaksanaan tindakan
siklus I yaitu: Siswa tidak fokus dan konsetrasi Ketika pembelajaran akan dimulai, pada tahap Ask
(bertanya) masih banyak siswa yang malu dan kesulitan untuk bertanya, siswa kurang terkontrol ketika
pembagian kelompok sehingga keadaan kelas menjadi gaduh. Selanjutnya banyak siswa masih yang
bertanya ketika akan mengerjakan lembar kerja siswa karena guru kurang jelas ketika menjelaskan
petunjuk mengerjakan LKS dan siswa tidak memperhatikan guru ketika memberikan petunjuk
pengerjaan lembar kerja siswa, pada tahap Investigate (penyelidikan) siswa sudah melakukan kegiatan
sesuai dengan perintah pada LKS namun ada siswa yang telihat tidak mengikuti kegiatan dengan aktif
bersama teman kelompoknya, ada juga siswa yang tidak memberikan kesempatan kepada teman-teman
kelompoknya untuk melakukan kegiatan penyelidikan, pada tahap create (menghasilkan) tidak semua
siswa ikut berpartisipasi mengisi lembar kerjas siswa yang telah diberikan dikarenakan LKS hanya satu
disetiap kelompok. Pada tahap discuss (diskusi) Tidak ada siswa yang mau maju untuk
mempresentasikan hasil percobaan sehingga guru harus menunjuk siswa untuk maju. Ketika diskusi
kelas, suasana tidak kondusif masih ada siswa yang asik bermain-main dengan alat percobaan, bermain-
main dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan siswa yang mempresentasikan hasil
percobaan didepan kelas karena guru tidak memerintahkan siswa untuk mengumpulkan alat percobaan
terlebih dahulu. dan pada tahap Reflect (refleksi) semua kelompok memeriksa kembali pekerjaan yang
kurang benar. Pada siklus I ini 7 orang siswa yang belum mencapai nilai KKM.
Dari kekurangan-kekurangan yang telah dipaparkan maka dapat direkomendasikan bahwa untuk
perbaikan siklus II diantaranya, guru harus memberikan petunjuk yang lebih jelas, memperhatikan
proses kegiatan kerja kelompok agar seluruh siswa ikut serta dalam kerja kelompok, memberikan LKS
50
kepada masing-masing siswa, memberi tahu kepada siswa untuk memperhatikan teman yang sedang
mempresentasikan hasil percobaan didepan kelas. memberikan penghargaan atau reward untuk siswa
yang mau maju dan mempresentasikan hasil percobaanya. Kekurangan-kekurangan pada pembelajaran
IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri akan menjadi acuan peneliti untuk memperbaiki
4.1.2 Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 November 2022, materi tentang kalor dapat
mempengaruhi bentuk benda dengan rincian : Kalor dapat merubah bentuk suatu benda sesuai dengan
sifat benda dan besar kalor. Pendekatan yang digunakan sama seperti Siklus I yaitu pendekatan inkuiri.
a. Perencanaan
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat untuk siklus II pada dasarnya
mengacu pada siklus I dan merupakan perbaikan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
siklus I . Dimana pada siklus II ini ada perbaikan yang telah dipaparkan dalam refleksi, yaitu : pada
saat kegiatan pendahuluan guru melakukan kegiatan permainan untuk melatih konsentrasi siswa yaitu
permainan “dengar dan jawab” dalam kegiatan inti, guru memberikan LKS kepada masing-masing
siswa. Selain itu, guru memerintahkan siswa untuk memperhatikan guru ketika menjelaskan petunjuk
pengerjaan lembar kerja siswa agar tidak bertanya lagi cara mengerjakan lembar kerja siswa yang diisi
secara kelompok. Untuk membuat siswa agar tidak ribut, guru dan siswa membuat perjanjian jika guru
berkata “kelas XI” dengan nada tinggi siswa menjawab dengan kata “siap” nada tinggi juga, namun
ketika guru berkata “kelas XI tanpa suara siswa menjawab dengan kata “siap” tanpa mengeluarkan
suara. Untuk pemaparan lebih rinci dapat dilihat dalam bentuk RPP terlampir pada lampiran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan penelitian sesuai dengan perencanaan tindakan penelitian yang telah
dirumuskan pada tahap perencanaan sebelumnya. Pelaksanaan penerapan pendekatan inkuiri pada
pembelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk benda dalam rangka meningkatkan hasil
51
belajar siswa kelas XI SMA Negeri 2 Dewantara, dilaksanakan dengan tahap-tahap kegiatan
pembelajaran sesuai dengan pendekatan inkuiri yaitu terdiri dari lima tahap kegiatan pembelajaran.
tindakan pembelajaran pada siklus II sama dengan siklus I dengan menggunakan pendekatan inkuiri.
Pembelajaran siklus II ini diikuti oleh 24 orang dari 25 orang siswa karena 1 orang siswa tidak hadir
1) Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan semua kegiatan dapat terlaksana dengan cukup baik selama 10
menit. sebelum pembelajaran dimulai guru memberikan lembar observasi kepada wali kelas dan teman
sejawat sebagai observer seperti yang dilakukan pada siklus I. Pembelajaran diawali dengan kegiatan
berdoa dipimpin oleh ketua kelas. Setelah berdoa guru mengabsen siswa, ketika guru menyebutkan
nama siswa, siswa yang bersangkutan mengangkat tangannya dan berkata “hadir” sebagai bukti bahwa
mereka hadir dalam pembelajaran. guru mengkondisikan siswa untuk melatih konsentrasi siswa dengan
menggunakan permainan “dengar dan jawab”. Siswa terlihat bersemangat ketika mengikuti permainan
tersebut dan menjadi fokus. Untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif supaya pembelajaran
mudah dikondisikan guru dan siswa membuat perjanjian, jika guru berkata “kelas XI” dengan nada
tinggi siswa menjawab “siap” dengan nada tinggi namun ketika guru berkata “kelas XI” dengan nada
rendah siswapun menjawab dengan nada rendah dan jika guru berkata “kelas XI” tanpa suara siswa juga
menjawab tanpa mengeluarkan suara. Setelah itu guru memberikan apersepsi dengan mengulas sedikit
materi sebelumnya. Guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya
tentang pengaruh kalor terhadap bentuk benda. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan melakukan
tanya jawab. “Masih ingat dengan pembelajaran sebelumnya mengenai kalor?” siswa menjawab “masih
buk”. “Percobaan apa yang kalian lakukan mengenai kalor 2 minggu kemarin?” jawaban siswa
beragam namun sesuai dengan kegiatan yang pernah dilakukan. Selanjutnya guru menuliskan tujuan
pembelajaran di papan tulis dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
52
2) Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, proses pembelajaran melalui 5 tahapan yaitu: tahap bertanya (Ask), tahap
penyelidikan (Investigate), tahap menghasilkan (Create), tahap (Discuss), dan tahap (Reflect), yang
Pada tahap bertanya (Ask) kegiatan yang dilakukan yaitu, guru mengajukan beberapa permasalahan
Pada tahap penyelidikan siswa melakukan kegiatan percobaan seperti pada siklus I sebagai cara untuk
menyediki permasalahan yang didapatkan sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan dan hipotesis
yang mereka pikirkan namun pada siklus II ini tentang besar gaya dan sifat kalor terhadap perubahan
bentuk benda. Guru menjelaskan bahwa siswa akan melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan
dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, seperti pada siklus I, mereka akan diberi kesempatan
untuk menyelidiki sendiri dalam kegiatan percobaan gaya dapat mempengaruhi bentuk benda secara
berkelompok sehingga siswa dapat mengetahui jawabannya namun LKS pada siklus II ini diberikan
kepada masing-masing siswa sehingga setiap siswa aktif untuk mengisi LKS yang mereka dapatkan.
Pada siklus II ini antusias siswa tidak berkurang untuk melakukan kegiatan percobaan karena alat dan
bahan percobaan pada siklus II lebih banyak dari percobaan pada siklus I dan siswa masih terlihat tidak
sabar. Selanjutnya guru merintah siswa berkumpul dengan kelompok yang telah dibentuk pada siklus I
dan siswa langsung mengerti kemudian menuju ke tempat yang telah ditentukan oleh guru. Pada
pembagian kelompok siswa keadaan kelas masih dapat terkontrol oleh guru karena siswa bisa
mengikuti kegiatan sesuai dengan perintah guru. Pada saat pembagian kelompok ada satu siswa yang
tidak hadir. Setelah siswa sudah siap dan berkumpul dengan kelompoknya, guru membagikan LKS
masing-masing siswa satu buah namun dalam pengerjaannya tetap dengan kelompoknya masing-masing
serta membagikan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan percobaan kepada
53
masing-masing kelompok yaitu paku, kertas origami, balon, plastisin. Pada saat membagikan alat
percobaan guru lupa untuk membawa batu sehingga guru memerintahkan kepada masing-masing
perwakilan untuk mengambil batu yang berada disekitar sekolah selama 10 detik, siswapun berlarian
untuk mengambil batu yang ada di lingkungan sekolah. Sebelum setiap kelompok melakukan kegiatan
percobaan, guru memberikan pengarahan supaya siswa lebih memahami apa yang diperintahkan di
dalam LKS. Namun ketika guru sedang memberikan pengarahan tidak semua siswa mendengarkan,
masih ada saja beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru yang sedang memberikan pengarahan,
untuk membuat siswa mendengarkan penjelasan guru, guru tidak menegur siswa tetapi guru
memberikan informasi bahwa siwa terbaik yang mengikuti kegiatan pembelajaran samapi akhir dengan
tertib maka akan diberikan hadiah. Hal itu membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
dengan tertib. Setiap kelompok melakukan percobaan secara aktif, selama melakukan percobaan guru
memberi bimbingan kepada kelompok yang belum mengerti dalam melakukan percobaan. pada saat
kegiatan percobaan setiap siswa aktif dengan kelompoknya karena siswa mendapatkan LKS yang harus
mereka isi. Sehingga pada siklus II ini semua kelompok dapat bekerjasama dengan kelompoknnya
Pada tahap ini seluruh kelompok selesai melakukan percobaan,masing- masing siswa menjawab
persoalan dan membuat penjelasan dari percobaan dengan mengisi LKS yang telah diberikan oleh
guru. Kegiatan diskusi kelompok itu untuk menjawab permasalahan tentang gaya dapat merubah
bentuk suatu benda sesuai dengan sifat benda dan besar gaya hasil percobaan. masing-masing kelompok
berdiskusi dengan menyusun data untuk mengisi LKS, sedangkan guru berkeliling untuk melihat
pekerjaan setiap kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan atau membimbing
kelompok yang belum mengerti dari pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Tahap menghasilkan ini
tidak terdapat siswa yang tidak mengerjakan dan mengandalkan teman kelompoknya karena mereka
d) Tahap (Discuss)
54
Pada tahap ini masing-masing kelompok selesai melakukan percobaan dan mengisi LKS, guru
memerintahkan siswa untuk mengumpulkan LKS dan alat percobaan agar siswa fokus ketika
melakukan kegiatan diskusi kelas. dua perwakilan siswa dari masing-masing kelompok menyajikan
informasi yang dihasilkan mengenai gaya dapat merubah bentuk suatu benda sesuai dengan sifat benda
dan besar gaya di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
hasil diskusinya didepan kelas tanpa menunjuk siswa. Dua perwakilan dari kelompok tiga maju dengan
kesadaran siswa sendiri disusul dua perwakilan dari kelompok empat, dua, satu, satu dan terakhir
kelompok lima. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung hampir semua siswa fokus memperhatikan
temannya yang sedang mempresentasikan hasil percobaan, terlihat dari data-data yang diperoleh pada
lembar pengamatan bahwa beberapa siswa yang tidak fokus selalu melihat keluar kelas ketika siswa
menanggapi hasil percobaan yang disajikan temannya di depan kelas. Hasil dari setiap kelompok
berbeda-beda, sehingga masing-masing kelompok memeriksa kembali hasil percobaannya pada tahap
refleksi
e) Tahap (Reflect)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan menggunakan waktu untuk meninjau kembali hasil pengamatan
yang telah dilakukan apakah permasalahan awal, alur penelitian dan kesimpulan sudah sesuai atau
belum dengan hasil diskusi? Siswa berdiskusi kelompok kembali setelah mereka berdiskusi kelas, setiap
kelompok merefleksi hasil percobaannya, pada siklus II ini siswa tidak mengalami kesulitan dalam
membuat kesimpulan. Siswa menyimak penguatan dan koreksi yang disampaikan oleh guru dan
temannya, mengenai proses dan hasil investigasi yang telah dilakukan melalui kegiatan percobaan. guru
memberikan penguatan bahwa besar gaya yang diberikan untuk mengubah bentuk benda tidak sama.
Misalnya: besar gaya yang diperlukan untuk mengubah bentuk batu lebih besar dibandingkan dengan
3) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil percobaan bersama- sama. Pada siklus II ini
55
siswa sudah mulai bisa menyimpulkan percobaan, walaupun masih ada siswa yang perlu dibimbing
untuk menyimpulkan percobaannya. Guru menuliskan kesimpulan yang telah disepakati dipapan tulis
setelah seluruh siswa mengumpulkan LKS mereka, sedangkan siswa menulis kesimpulan akhir dibuku
tulis mereka masing-masing. Kemudian siswa diberikan tes secara individu sebagai evaluasi dari akhir
pembelajaran, siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tertib. Saat siswa mengerjakan soal tersebut
guru berkeliling melihat kegiatan siswa. Setelah waktu yang ditentukan untuk mengerjakan soal telah
setelah melakukan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri mengalami peningkatan dari
siklus I setelah mengerjakan lembar evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
56
10 HRI 80 90 Tuntas
11 HRA 100 80 Tuntas
12 HSN 70 80 Tuntas
13 RB 70 70 Tuntas
14 RM 100 90 Tuntas
15 BDS 80 100 Tuntas
16 RZL 70 100 Tuntas
17 RFK 60 70 Tuntas
18 ISN 70 70 Tuntas
19 ND 90 90 Tuntas
20 ST 80 100 Tuntas
21 RSD 80 90 Tuntas
22 SST 90 100 Tuntas
23 WWN - 90 Tuntas
24 AZM 70 80 Tuntas
25 NK 80 70 Tuntas
Berikut grafik peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II.
100%
80%
60%
40%
Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II terjadi
peningkatan. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh setelah pembelajaran dengan menerapkan
57
pendekatan inkuiri menunjukkan peningkatan, yaitu nilai rata-rata disiklus II menjadi 81,6.
nilai rata-rata dan tingkat keberhasilan ketuntasan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan dan menunjukan sudah diatas batas kelulusan yang telah ditentukan peneliti
dengan keberhasilan ketuntasan belajar siswa sebesar 100%. Hal ini menunjukan bahwa
prestasi belajar siswa sudah meningkat dan mencapai KKM yang telah ditentukan pada
d. Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II yang telah dijabarkan
sebelumnya, siswa sudah dapat menerima pembelajaran dengan baik, dan siswa sudah
mulai terbiasa menpendekatan inkuiri ini, siswa sudah bisa bekerjasama dengan baik
sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dengan hasil belajar yang telah
diperoleh siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas dan persentase pencapaian KKM
siswa yang sudah mencapai KKM dari siklus I, dan Siklus II mengalami peningkatan. Hal
ini menjadi bukti untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini bahwa penerapan
pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok gaya dapat
mempengaruhi bentuk suatu benda. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini sudah mencapai hasil yang signifikan, ketuntasan hasil belajar yang
mencapai 100% ini menurut widoyoko termasuk kedalam kategori sangat baik sehingga
penelitian ini dihentikan pada siklus II. Selain itu karena berhubung dengan kondisi waktu
yang tidak memungkinkan dan melihat hasil belajar siswa sudah signifikan jadi penelitian
4.2 Pembahasan
58
pendekatan inkuiri bahwa hasil belajar siswa di kelas XI SMA Negeri 2 Dewantara
meningkat. Pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi
bentuk suatu benda di kelas XI SMA Negeri 2 Dewantara cocok untuk diterapkan karena
dengan pendekatan tersebut terbukti siswa menjadi lebih aktif untuk mengikuti
pembelajaran dan pembelajaran berpusat pada siswa, siswa melakukan penyelidikan pada
saat percobaan sehingga siswa lebih banyak belajar untuk memecahkan masalah secara
mandiri.
1. Perencanaan
siklusnya dengan menyusun RPP, membuat LKS, menyiapkan alat percobaan, dan
menyusun instrumen pengumpulan data seperti lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
RPP memuat SK, KD, Indikator, tujuan, pelaksanaan yang terdiri kegiatan pendahuluan,
(create), diskusi (discuss), dan refleksi(reflect) ), dan kegiatan akhir, pedoman penskoran.
Materi dalam RPP siklus I adalah gaya dapat mempengaruhi bentuk suatu benda. Dalam
pelaksanaan RPP siklus I, tahapan pembelajaran pada saat percobaan siswa melakukan
Sedangkan materi RPP siklus II yaitu Gaya dapat merubah bentuk suatu benda sesuai
dengan sifat benda dan besar gaya. Perbaikan pada siklus II yaitu guru melakukan
2. Pelaksanaan
inkuri pada mata pelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi bentuk suatu benda dapat
59
dikatakan berhasil karena dalam proses pembelajaran siswa secara aktif terlibat langsung
untuk mencari dan menemukan jawaban atas permasalahan yang ada dalam pembelajaran.
hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Majid (2013, hlm. 222)yaitu:
1) Pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
Dalam penelitian ini juga guru sebagai peneliti mempunyai penguasaan teori yang
dibuat.
penjelasan bahwa dalam proses pembelajaran siswa akan mampu bekerjasama dalam
ini juga siswa akan terlibat dalam pengerjaan tugas yang diberikan oleh guru bersama
anggota kelompoknya, siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang
selanjutnya pembelajaran dengan model ini memberikan penjelasan bahwa siswa belajar
tidak hanya mendapatkan dari guru saja, tetapi dari teman sejawat pun dapat dilakukan.
dengan siklus II dapat dilihat bahwa aktivitas guru dan siswa pada setiap siklusnya
Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas guru maupun siswa terdapat beberapa
60
kekurangan yang terjadi pada Siklus I, kekurangan- kekurangan tersebut antara lain: guru
dan siswa tidak melakukan kegiatan berdoa diawal kegiatan pembelajaran, guru masih
kesulitan membuat siswa fokus dan konsentrasi ketika pembelajaran akan dimulai,
siswa kesulitan dan malu-malu untuk mengajukan pertanyaan dan membuat hipotesis
sehingga guru harus mengarahkan siswa, guru kurang jelas dalam memberikan
proses pengelompokkan, tidak semua siswa aktif mengerjakan Lembar Kerja Siswa. Pada
kelebihan-kelebihan pada Siklus I. Berdasarkan hasil refleksi Siklus I, pada kegiatan awal
mengenai pengaruh gaya terhadap bentuk benda, LKS dibuat untuk masing-masing
siswa sehingga tidak ada siswa yang saling mengandalkan ketika mengisi lembar kerja
siswa.
Awal mula melakukan penelitian ini, peneliti melakukan uji coba instrumen tes
pemahaman konsep siswa yang akan dipakai saat penelitian berlangsung dengan cara
memvalidkan instrumen penelitian terlebih dahulu. Pembahasan uji persyaratan
analisis akan dijelaskan sebagai berikut:
3.1 Analisis Instrumen Tes
a. Uji Validitas Butir Soal
Uji validitas butir soal ini, dilakukan dengan 2 tahap antara lain: uji validasi ahli dan
validasi item seperti berikut ini:
61
1) Uji Validasi Ahli
Uji validasi ahli ini bertujuan untuk mengetahui soal yang akan peneliti gunakan
layak atau kurang layak untuk diberikan kepada siswa pada saat penelitian. Pertama
soal divalidkan oleh ahli materi terlebih dahulu. Pada penelitian ini, peneliti memilih
Bapak Syafrizal, S.Si., M.Si, selaku ahli materi dari dosen Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Malikussaleh. Hasil dari uji validasi soal tersebut menghasilkan
soal layak diuji coba ke siswa dengan syarat revisi sesuai saran yanng diberikan. Hal
ini dapat dilihat dari hasil validasi soal pemhaman konsep siswa pada (lampiran 6)
Kemudian, soal tes pemahaman konsep diuji kembali ke siswa untuk melihat
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal. Peneliti mengambil
sampel dari sekolah yang relevan yaitu SMA Negeri 1 Dewantara. Sampel
berjumlah 35 siswa yang berasal dari kelas XII MIPA 1. Sebelumya sampel telah
mempelajari materi gelombang bunyi. Soal yang telah dijawab siswa kemudian
diinterpretasikan ke dalam beberapa uji lainnya.
2) Validasi Item
Berikut adalah rangkuman hasil validitas soal yang dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut ini :
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Soal Tes Pemahaman Konsep Siswa
Keterangan Nomor Butir Soal Jumlah
Valid 4, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24
24, 25, 27, 28, 29, 30, 33, 35, 36, 38, 39
Tidak Valid 1, 2, 3, 5, 6, 11, 12, 15, 16, 23, 26, 31, 32, 16
34, 37, 40
Berdasarkan tabel 4.1 dari 40 soal yang telah diuji t hitung dengan nilai ttabel = 0,334
didapatkan 24 soal valid dan 16 soal tidak valid yang dapat dilihat pada (Lampiran 11
).
b. Uji Reliabilitas
Hasil pengujian yang telah dihitung, reliabilitas soal mendapatkan nilai rhitung = 0,903
yang menyatakan bahwa instrumen penelitian reliabel karena rhitung
= 0,903 > rtabel = 0,334, maka soal dapat digunakan untuk pretest dan posttest.
Berdasarkan tabel 4.2 semua soal yang berjumlah 40 termasuk ke dalam kategori
sedang. Perhitungannya dapat dilihat pada (Lampiran 13).
d. Uji Daya Pembeda
Rangkuman yang diperoleh dari uji daya pembeda setiap butir soal bisa dilihat
pada tabel 4.3 berikut ini :
Berdasarkan tabel 4.3 dari 40 soal terdapat 3 butir soal dengan kategori sangat jelek,
11 butir soal kategori jelek, 6 butir soal kategori cukup, 12 butir soal kategori baik,
dan 8 soal kategori sangat baik. Perhitungannya dapat dilihat pada (Lampiran 14).
66
Siswa aktif menanggapi video pembelajaran/konten yang ada
9 Ya
pada edmodo
10 Siswa mengerjakan tugas yang tersedia di edmodo Ya
67
Aktivitas Siswa dalam pembelajaran (Dirumah)
68
5 Siswa membuat hasil kesimpulan kelompok Ya
69
Aktivitas Siswa dalam pembelajaran (Dikelas)
Manfaat dari pendekatan inkuiri ini yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada siklus
dapat dikatakan berhasil karena ada peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa dari
siklus I sampai siklus II yaitu skor rata-rata siswa pada siklus I yaitu 72,4 dan pada siklus
II skor rata-rata siswa diperoleh 81,6. Dari hasil tersebut diketahui bahwa siswa yang
dengan menerapkan pendekatan inkuiri ini siswa mendapatkan nilai di atas KKM.
71
Pada siklus I masih terdapat tujuh orang siswa atau 25% yang belum tuntas atau belum
mencapai nilai KKM. Pada siklus II seluruh siswa atau 100% siswa dapat mencapai nilai
KKM.
Perolehan hasil belajar ini berdampak pada meningkatknya aktivitas siswa dalam proses
atas permasalahan yang diberikan. Siswa mulai percaya diri dalam mengungkapkan
pendapatnya dan kerjasama siswa selama proses pembelajaran dengan teman sejawatnya
sangat baik. Selain itu, selama kegiatan diskusi berlangsung tidak ada lagi yang
mendominasi dalam diskusi ataupun siswa yang hanya diam dan bermain saja.
Keberhasilan penerapan pendekatan inkuiri ini belum tentu berhasil jika diterapkan dalam
materi lain, karena tergantung pada guru yang menguasai teori pembelajaran dengan
menerapkan ini. Maka dari itu, guru dan peneliti yang akan melakukan penelitian dengan
teori menggunakan pendekatan pembelajaran ini agar proses pembelajaran yang telah
BAB V
5.1 Kesimpulan
72
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan, terlihat bahwa pada siklus I
kemampuan berbicara siswa belum meningkat, dalam hal ini siswa yang mencapai
skor >75 hanya sebesar 59%. Hal ini membuat peneliti dan kolaborator melanjutkan
penelitian menuju siklus II. Setelah dilakukan perlakuan pada siklus II, ternyata
kemampuan berbicara siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu 90%
jumlah siswa mencapai persentase skor >75. Hasil ini telah memenuhi target penelitian
yang telah ditentukan, yaitu 80% dari jumlah siswa memperoleh persentase skor
kemampuan berbicara sebesar >75. Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti dan
kolaborator sepakat untuk menghentikan penelitian cukup sampai siklus II saja, karena
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif serta pembelajaran yang menarik sehingga
siswa tenggelam dalam pembelajaran yang dilakukan (immertion), siswa belajar meniru
contoh yang baik (demonstration), guru memberi kesempatan berbagai kegiatan yang
kebersamaan dan tanggung jawab pada siswa (responsibility), memberikan reward atau
respon positif terhadap anak ketika berbicara, baik bercerita, bertanya, mengajukan
pendapat atau idenya tentang suatu hal (employment), dan mengulas kembali materi yang
Timur.
5.2 Implikasi
73
Implikasi hasil penelitian ini adalah dalam pembelajaran berbicara untuk siswa
pendekatan whole language ini bertujuan agar siswa sekolah dapat menjadi pribadi yang
berani untuk berbicara menjadi komunikator yang baik, serta kaku di dalam kelas. Hal ini
tentu saja akan memberikan manfaat jangka panjang bagi siswa ketika siswa telah dewasa,
siswa tidak mengalami kesulitan ketika diberikan kesempatan untuk berbicara di depan
5.3 Saran
mengembangkan kemampuan berbicara siswa, baik siswa kelas rendah maupun kelas
tinggi. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan whole language ini tidak hanya
kemampuan berbicara saja yang dapat berkembang, tetapi keterampilan berbahasa seperti
membaca, menulis dan menyimak juga dapat diajar karena pendekatan whole
siswa di dalam kelas, secara tidak langsung kemampuan bersosialisasi siswa pun akan ikut
74
teman dan orang-orang disekitarnya. Melalui pendekatan whole language, siswa dapat
karena dikemas melalui kegiatan bermain sehingga sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan siswa.
2. Bagi Guru
Pemilihan pendekatan dan metode yang tepat sangat diperlukan untuk dapat
dengan lebih menyenangkan dan lebih alami karena disini siswa diberi kesempatan untuk
kelas yang kondusif, kaya akan tulisan, dan menyenangkan sehingga merangsang minat
kemampuan berbicara anak, maka pemberian sarana dan dukungan berupa kesempatan
untuk anak mengekspresikan diri, menyampaikan keinginan, ide atau pendapatnya melalui
berbicara sangat diperlukan agar anak tidak merasa malu atau takut untuk belajar
75
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Cepi, Safruddin AJ. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Zainal Aqib dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Yrama Witya, 2010.
Asep Herry Hernawan. 2008. Makna Ketuntasan dalam Belajar. Bandung: FIP
Universitas Pendidikan Indonesia.
Daryanto. 1993. Media Visual untuk Pengajaran Teknik. Tarsito Bandung. Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery- Learning)
Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Alfansyur, A., & Mariyani, M. (2020). Seni Mengelola Data: Penerapan Triangulasi
Teknik, Sumber Dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial. Historis: Jurnal
Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 5(2), 146-150.
Alighiri, D., Drastisianti, A., & Susilaningsih, E. (2018). Pemahaman konsep peserta didik
materi larutan penyangga dalam pembelajaran multiple representasi. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 12(2).
Pengembangan
Ananda, Kompetensi
Rusydi. (2020). Guru). Medan:
Penelitian CV. Pusdikra
Tindakan Mitra Jaya.
Kelas (Teori dan Praktik untuk
Angraini, G., & Sriyati, S. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta
didik SMA N Kelas X di Kota Solok Pada Konten. Biologi. Journal of Education
Informatic Technology and Science (JeITS), 1(1), 114-124.
76
Arifin, Z., & Retnawati, H. (2017). Pengembangan Instrumen Pengukur Higher Order
Thinking Skills Matematika Peserta didik SMA Kelas X. PYTHAGORAS: Jurnal
Pendidikan Matematika, 12(1), 98–108. Brookhart, S. M. (2010). How to Assess
Hinger Other Thinking Skill in Your Classroom. Virginia: ASCD.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., & Zamroni. (2018). Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Arnyana, I. B. P. (2019). Pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi 4c
(communication, collaboration, critical thinking and creative thinking) untuk
menyongsong era abad 21. Prosiding: Konferensi Nasional Matematika dan IPA
Universitas PGRI Banyuwangi, 1(1), i-xiii.
Astuti, L.S. (2017). Penguasaan Konsep IPA Ditinjau dari Konsep Diri dan Minat Belajar
Peserta didik. Jurnal Formatif, 7(1), 40-48.
Aqib, Z., & Chotibuddin, M. (2018). Teori dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas:
(PTK). Yogyakarta: Deepublish. Azulianingsih, V. (2018). Analisis Miskonsepsi
Materi Archaebacteria dan Eubacteria dalam Buku Teks Biologi SMA Kelas X di
Kabupaten Banyumas. Jurnal Prodi Pendidikan Biologi, 7(6), 435-440.
Batubara, I. H. (2017). Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis melalui
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dan geogebra di SMA
Freemethodist Medan. MES: Journal of Mathematics Education and Science, 3(1),
47-54.
Darmadi, H., (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika
Belajar Peserta didik. Yogyakarta. CV Budi Utama.
Darmawati. 2017. Pengembangan Instrumen Tes untuk Mengukur kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi pada Materi Pelajaran Matematika di SMPN 17 Makassar. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar: Makassar.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fauzia, H. A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD. Primary: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 7(1), 40-47.
Gunarto, 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula Press.
Hidayati, A. U. (2017). Melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran
matematika pada peserta didik sekolah dasar. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar, 4(2), 143-156. Husnaeni. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran
dan Kemampuan Awal Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman
Konsep Peserta Dididk Kelas X IPA SMA Negeri 22 Makassar (Studi pada Materi
Pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Tesis: Program Pascasarjana Universitas
Negeri Makassar.
Isroátun & Rosmala, A., (2021). Model-model Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bumi
Aksara
77
Januariawan, I. W., Wijaya, I. K. W. B., Supadmini, N. K., & Dewi, D. N. (2020).
Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Pendekatan Open-
Ended. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 125-140.
https://repo.undiksha.ac.id/3011/9/1613021009-LAMPIRAN.pdf
http://journal.ummat.ac.id/index.php/orbita/article/download/6924/3807
https://repo.undiksha.ac.id/4139/9/1513021076-LAMPIRAN.pdf
http://repository.uki.ac.id/9521/7/DaftarPustaka.pdf.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/58172/2/SKRIPSI%20NADHILA
%20KHAIRUNA.pdf
http://repository.upi.edu/637/6/S_PGSD_0902842_CHAPTER3.pdf
78
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
79
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan
Penelitian
80
Lampiran 3 Silabus
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Dewantara Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : XI (Sebelas)
Kompetensi Inti :
KI-1 dan KI-2 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional,
dan kawasan internasional”.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan
81
Kegiatan Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pokok IPK Penilaian Sumber Belajar
Pembelajaran Waktu
3.10 Menerapkan Gelombang Bunyi: Mengamati Memahami Tes 12 x 45’ Buku Fisika
konsep dan Karakteristik foto/video/animasi penggunaan Pilihan Siswa Kelas
prinsip gelombang bunyi tentang gelombang sonar di Berganda XI,
gelombang Cepat rambat pemeriksaan janin laut, bunyi dan Kemendikbu
bunyi dan gelombang bunyi dengan USG, permasalahannya, d Tahun
cahaya dalam Azas Doppler penggunaan karakteristik cahaya, 2017
teknologi Fenomena dawai gelombang sonar difraksi, dan Buku refensi
dan pipa organa di laut, bunyi dan interferensi. yang
Intensitas dan permasalahannya, Menjelaskan tentang relevan,
taraf intensitas karakteristik cepat rambat bunyi, Lingkungan
cahaya, difraksi, azas Doppler setempat
Gelombang Cahaya: dan interferensi. Menjelaskan tentang
Spektrum cahaya Mendiskusikan intensitas bunyi,
Difraksi tentang cepat difraksi kisi,
rambat bunyi, azas interferensi
Doppler,
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP) KELAS
EKSPERIMEN
1
Sekolah : SMA Negeri 1 Dewantara
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Gelombang Bunyi dan Cahaya
Alokasi Waktu : 12 JP / 6 TM + 2JP Tambahan
A. Kompetensi Inti
KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara
efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
3.10 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan Memahami penggunaan gelombang sonar di laut, bunyi dan
cahaya dalam teknologi permasalahannya, karakteristik cahaya, difraksi, dan
interferensi.
Menjelaskan tentang cepat rambat bunyi, azas doppler
Menjelaskan tentang intensitas bunyi, difraksi kisi, interferensi.
2
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1. Memahami penggunaan gelombang sonar di laut, bunyi dan permasalahannya, karakteristik cahaya, difraksi, dan interferensi.
2. Menjelaskan tentang cepat rambat bunyi, azas Doppler
3. Menjelaskan tentang intensitas bunyi, difraksi kisi, interferensi
4. Presentasi hasil diskusi tentang cepat rambat bunyi, azas Doppler, intensitas bunyi, dawai, pipa organa, difraksi kisi dan interferensi.
5. Melaksanakan percobaan untuk menyelidiki fenomena karakteristik dan cepat rambat gelombang bunyi dan pipa organa.
D. Materi
Pembelajaran
Gelombang
Bunyi:
1. Karakteristik gelombang bunyi
2. Cepat rambat gelombang bunyi
3. Azas Doppler
4. Fenomena dawai dan pipa organa
5. Intensitas dan taraf intensitas,
Gelombang Cahaya
1. Difraksi kisi
2. Interferensi.
E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Flipped Classroom
3
F. Media
Pembelajaran
Media :
1. Lembar penilaian
2. LCD Proyektor
3. Lembar Kerja Siswa dan simulasi phet
Alat/Bahan :
1. Spidol, papan tulis
2. Laptop & infocus
G. Sumber Belajar
1. Buku Fisika Siswa Kelas XI, Kemendikbud, Tahun 2017
2. Buku referensi yang relevan dan internet
3. Video pembelajaran
4. Lingkungan setempat.
5. Power Point / PPT.
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 (2 × 30 Menit)
Aktivitas Siswa
Tahap Aktivitas Guru Dikelas (Live-Synchronous Learning) Diluar Kelas ( Self-directed
Asynchronous Learning) dengan
edmodo
4
1. Persiapan rencana Pembelajaran Log in pada akun edmodo sebagai siswa dan
2. Persiapan materi memasukkan kode kelas agar tergabung
pembelajaran.mengenai dengan kelas maya yang telah dibuat oleh
karakteristik dan cepat rambat guru.
Pre-Action
gelombang bunyi.
3. Kesiapan akun edmodo guru
dan Kelengkapan unggahan
akun edmodo guru.
Pendahuluan : 10’ 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru 1. Siswa membuka halaman edmodo.
Siswa mencatat tugas yang harus 2. Siswa mengunduh materi video
1. Melakukan pembukaan dengan dilaksanakan dirumah (diluar pembelajaran karakteristik dan cepat
salam pembuka dan berdoa sekolah) rambat gelombang bunyi sesuai
sebelum memulai pelajaran 2. Siswa mengerjakan soal arahan.
2. Memeriksa kehadiran siswa. pemahaman (pre-test) 3. Siswa mencoba menemukan konsep dan
3. Menyiapkan fisik dan psikis mempelajari materi tentang
siswa dalam mengawali karakteristik dan cepat rambat
kegiatan pembelajaran. gelombang bunyi dirumah dan
Inti : 40’ menyusun bahan diskusi melalui video
1. Penjelasan kepada siswa tentang yang telah dikirim guru melalui
mekanisme pembelajaran edmodo.
dengan model flipped classroom 4. Mengerjakan tugas yang telah
Action berbantuan edmodo. disampaikan guru melalui
2. Pengecekkan video pembelajaran
kesiapan perangkat Catatan :
siswa dan Pembelajaran di rumah waktu disesuaikan
kelengkapan materi. dengan kebutuhan siswa dalam
3. Penyampaian tugas untuk mempelajari materi.
mengarahkan kegiatan
pembelajaran pertemuan ke 2
Memberikan uji pemahaman
dasar (pre-test)
5
Penutup : 10’
Pertemuan 2 (2 × 30 Menit)
Aktivitas Siswa
Tahap Aktivitas Guru Dikelas (Live-Synchronous Learning) Diluar Kelas ( Self-directed
Asynchronous Learning) dengan
edmodo
1. Persiapan rencana Log in pada akun edmodo sebagai siswa.
Pembelajaran
2. Persiapan materi pembelajaran
Pre-Action azaz doppler dan dawai.
3. Kesiapan akun edmodo guru
dan Kelengkapan unggahan
akun edmodo guru
6
Pendahuluan : 10’ 1. Siswa menyajikan materi yang 1. Siswa membuka halaman edmodo.
1. Melakukan pembukaan dengan telah dirangkum pada saat dirumah 2. Siswa mengunduh materi video
salam pembuka dan berdoa mengenai karakteristik dan cepat pembelajaran Azas Doppler dan Dawai
sebelum memulai pelajaran rambat gelombang bunyi. sesuai arahan.
2. Memeriksa kehadiran siswa. 2. Siswa memperhatikan 3. Siswa mencoba menemukan konsep dan
3. Menyiapkan fisik dan psikis percobaan dengan simulasi Phet. mempelajari materi tentang Azas Doppler
siswa dalam mengawali 3. Siswa berkelompok dan Dawai dirumah dan menyusun bahan
Action
kegiatan pembelajaran mengerjakan tugas yang diskusi melalui video yang telah dikirim
Inti : 40’ diberikan guru. guru melalui edmodo.
1. Kegiatan pembelajaran dengan 4. Siswa mempresentasikan 4. Mengerjakan tugas yang telah
tugas kelompok masing-
masing.
model flipped classroom disampaikan guru melalui video pembelajaran
berbantuan edmodo Catatan :
a. Mengecek kesiapan
siswa terhadap materi Pembelajaran di rumah waktu disesuaikan
yang telah diunduh dan dengan kebutuhan siswa dalam mempelajari
dipelajari dirumah. materi
b. Memberikan
tugas kelompok
c. Memfasilitasi kegiatan
diskusi dengan
memanfaatkan simulasi
Phet untuk melakukan
percobaan terkait
karakteristik dan cepat
rambat gelombang bunyi.
2. Penjelasan kepada siswa tentang
mekanisme pembelajaran dengan
model flipped classroom pada
pertemuan selanjutnya.
7
Penutup : 10’
1. Melalui tanya-jawab siswa
membuat kesimpulan
Post-Action terkait materi .
2. Melakukan refleksi
sebagai penguatan
pemahaman siswa
terhadap materi
karakteristik dan cepat
rambat gelombang bunyi.
3. Berdoa dan memberikan
salam
4. Evaluasi kegiatan
pembelajaran oleh guru
selaku peneliti. Dan
Perencanaan pertemuan ke 3
mengenai pipa organa.
Pertemuan 3 (2 × 30 Menit)
Aktivitas Siswa
Tahap Aktivitas Guru Dikelas (Live-Synchronous Learning) Diluar Kelas ( Self-directed
Asynchronous Learning) dengan
edmodo
1. Persiapan rencana Log in pada akun edmodo sebagai siswa.
Pembelajaran
2. Persiapan materi
Pre-Action pembelajaran.pipa organa
3. Kesiapan akun edmodo guru
dan Kelengkapan unggahan
8
akun edmodo guru
Pendahuluan : 10’ 1. Siswa menyajikan materi yang 1. Siswa membuka halaman edmodo.
1. Melakukan pembukaan dengan telah dirangkum pada saat 2. Siswa mengunduh materi video
salam pembuka dan berdoa dirumah yaitu tentang Azaz pembelajaran Pipa organa sesuai arahan.
sebelum memulai pelajaran Doppler dan Dawai. 3. Siswa mencoba menemukan konsep dan
2. Memeriksa kehadiran siswa. 2. Siswa duduk sesuai kelompoknya mempelajari materi Pipa organa dirumah.
3. Menyiapkan fisik dan psikis 3. Perwakilan kelompok 4. Siswa mencatat materi dan menyiapkan
siswa dalam mengawali mengambil kertas acak yang pertanyaan terkait materi pipa organa yang
Action kegiatan pembelajaran berisikan soal- soal. tidak mereka paham.
Inti : 40’ 4. Siswa berkelompok Catatan :
1. Kegiatan pembelajaran dengan mengerjakansoal yang Pembelajaran di rumah waktu disesuaikan
model flipped classroom diberikan guru. dengan kebutuhan siswa dalam mempelajari
berbantuan edmodo 5. Siswa mempresentasikan tugas materi
a. Mengecek kesiapan kelompok masing-masing.
siswa terhadap materi
yang telah diunduh dan
dipelajari dirumah.
b. Memberi arahan kepada
siswa untuk duduk sesuai
kelompok yang
sebelumnya sudah
dibagikan.
c. Memfasilitasi diskusi kelas
dengan membahas soal-
soal.
d. Memberikan kertas yang
berisikan soal-soal secara
acak yang terdiri dari 1
soal tentang azaz doppler
dan 1 soal tentang dawai
soal tersebut nantinya
9
akan diambil oleh
perwakilan kelompok
2. Penjelasan kepada siswa tentang
mekanisme pembelajaran dengan
model flipped classroom pada
pertemuan selanjutnya.
Penutup : 10’
1. Melalui tanya-jawab siswa
Post-Action membuat kesimpulan
terkait materi .
2. Melakukan refleksi
sebagai penguatan
pemahaman siswa
Pertemuan 4 (2 × 30 Menit)
Aktivitas Siswa
10
Dikelas (Live-Synchronous Learning) Diluar Kelas ( Self-directed
Tahap Aktivitas Guru Asynchronous Learning) dengan
edmodo
1. Persiapan rencana Log in pada akun edmodo sebagai siswa.
Pembelajaran
2. Persiapan materi pembelajaran
mengenai intensitas dan taraf
Pre-Action
intensitas.
3. Kesiapan akun edmodo guru
dan Kelengkapan unggahan
akun edmodo guru
Pendahuluan : 10’ 1. Siswa menyajikan bahan materi 1. Siswa membuka halaman edmodo.
1. Melakukan pembukaan dengan pipa organa yang telah dirangkum di 2. Siswa mengunduh materi video
salam pembuka dan berdoa rumah. pembelajaran Intensitas dan Taraf
Action
sebelum memulai pelajaran 2. Siswa duduk berkelompok sesuai Intensitas sesuai arahan.
2. Memeriksa kehadiran siswa. dengan kelompoknya 3. Siswa mencoba menemukan konsep dan
3. Menyiapkan fisik dan psikis 3. Siswa melaksanakan percobaan mempelajari materi tentang Intensitas dan
siswa dalam mengawali pipa organa Taraf Intensitas dirumah dan menyusun
kegiatan pembelajaran 4. Siswa mengerjakan pertanyaan yang bahan diskusi melalui video yang telah dikirim
Inti : 40’ terdapat pada lembar kerja siswa guru melalui edmodo.
1. Kegiatan pembelajaran 5. Siswa mempresentasikan 4. Mengerjakan tugas yang telah disampaikan
dengan model flipped tugas kelompok masing- guru melalui video pembelajaran.
classroom berbantuan masing. Catatan :
edmodo Pembelajaran di rumah waktu disesuaikan
a. Mengecek kesiapan dengan kebutuhan siswa dalam mempelajari
siswa terhadap materi materi
yang telah diunduh dan
dipelajari dirumah.
b. Mengarahkan siswa
untuk duduk sesuai
kelompok yang telah
dibagikan sebelumnnya.
11
c. Memfasilitasi diskusi
siswa dengan
menyiapkan alat
percobaan pipa organa
dan lembar kerja siswa.
2. Penjelasan kepada siswa
tentang mekanisme
pembelajaran dengan
model flipped classroom
pada pertemuan
selanjutnya
Penutup : 10’
1. Melalui tanya-jawab siswa
membuat kesimpulan
terkait materi .
2. Melakukan refleksi
sebagai penguatan
pemahaman siswa
terhadap materi pipa
organa.
3. Berdoa dan memberikan
salam
4. Evaluasi kegiatan
Post - pembelajaran oleh guru
Action selaku peneliti.
5. Perencanaan pertemuan
ke 5 mengenai difraksi
kisi.
Lampiran 5 RPP
12
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 1 Dewantara
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Gelombang Bunyi dan Bunyi
Alokasi Waktu : 12 JP / 6 TM
A. Indikator
1. Memahami penggunaan gelombang sonar di laut, bunyi dan permasalahannya, karakteristik cahaya, difraksi, dan interferensi.
2. Menjelaskan tentang cepat rambat bunyi, azas doppler
3. Menjelaskan tentang intensitas bunyi, difraksi kisi, interferensi
B. Tujuan
Setelah melakukan pembelajaran, maka diharapkan :
1. Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi
2. Melakukan percobaan tentang gelombang bunyi dan/atau cahaya, berikut presentasi hasil percobaan dan makna fisisnya
misalnya sonometer, dan kisi difraksi
C. Materi
Pembelajaran
Gelombang
Bunyi:
1. Karakteristik gelombang bunyi
2. Cepat rambat gelombang bunyi
3. Azas Doppler
4. Fenomena dawai dan pipa organa
5. Intensitas dan taraf intensitas,
13
Gelombang Cahaya
1. Difraksi kisi
2. Interferensi.
D. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Direct Instruction
Metode : Diskusi, Ceramah, Tanya Jawab
E. Media
Pembelajaran
Media :
1. Lembar penilaian
2. LCD Proyektor
3. Lembar Kerja Siswa dan simulasi phet
4. Power Point (PPT)
Alat/Bahan :
1. Spidol, papan tulis
2. Laptop & infocus
F. Sumber Belajar
1. Buku Fisika Siswa Kelas XI, Kemendikbud, Tahun 2017
2. Buku referensi yang relevan.
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
14
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu
16
Kegiatan Penutup Siswa menyimpulkan pembelajaran. 10 Menit
Siswa memimpin doa dan menjawab salam
Merefleksi kegiatan pembelajaran.
Menginformasikan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya.
Meminta peserta didik untuk menjaga
kebersihan dan kerapihan laboratorium
(penumbuhan karakter dan budaya disiplin).
Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan dan motivasi tetap
semangat belajar dan diakhiri dengan berdoa
dan salam..
Pertemuan 3
17
Kegiatan Penutup Siswa menyimpulkan pembelajaran. 10 Menit
Siswa memimpin doa dan menjawab salam
Merefleksi kegiatan pembelajaran.
Menginformasikan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya.
Meminta peserta didik untuk menjaga
kebersihan dan kerapihan laboratorium
(penumbuhan karakter dan budaya disiplin).
Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan dan motivasi tetap
semangat belajar dan diakhiri dengan
berdoa dan salam
Pertemuan 4
Pertemuan 5
19
Kegiatan inti Siswa mempresentasikan hasil diskusi 40 Menit
dengan bimbingan guru.
Presentasi hasil diskusi tentang cepat rambat Siswa bertanya jika terdapat kata yang
bunyi, azas Doppler, intensitas bunyi, kurang dipahami.
dawai, pipa organa, difraksi kisi dan Siswa menjawab beberapa pertanyaan
interferensi dari sesi diskusi.
Pertemuan 6
20
Kegiatan awal Menjawab salam. 10 Menit
Memperhatikan petunjuk guru.
Mengucapkan salam Menjawab pertanyaan guru.
Mengkondisikan kelas Mengemukakan pendapat.
Menyampaikan tujuan
pembelajaran pertemuan hari ini.
Membuat apersepsi mengenai Gelombang
Bunyi dan Cahaya
21
H. Penilaian
Penilaian
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Menerapkan konsep dan prinsip gelombang Penilaian Keterampilan melalui percobaan tentang Melalui pengamatan perilaku sikap
bunyi dan cahaya dalam teknologi sesuai gelombang bunyi dan/atau cahaya, berikut spiritual dan sikap sosial dalam melakukan
dengan instrumen dan rubrik penilaian presentasi hasil percobaan dan makna fisisnya percobaan dan pemaparan hasil percobaan
pengetahuan misalnya sonometer, dan kisi difraksi sesuai sesuai dengan instrument penilaian sikap
dengan instrumen dan lembar ceklis penilaian (disiplin, tanggung jawab dan kerjasama).
Keterampilan
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Dewantara Guru Mata Pelajaran
22
23
Lampiran 6 Validasi RPP Pentian
24
25
Lampiran 6 Validasi Soal Pemahaman Konsep
Indikator
Pemahaman Indikator Soal Soal Kunci Jawaban Valid Tidak
Konsep Valid
Mengklasifikasi Mengklasifikasikan 1. Perhatikan karakteristik a. 1, 4, dan 5 ✓
kan yang termasuk gelombang berikut!
karakteristik
1) Gelombang longitudinal Pembahasan :
gelombang bunyi
2) Gelombang transversal
3) Tidak dapat merambat melalui zat Ciri-ciri gelombang bunyi
gas 1) Gelombang bunyi merambat
4) Tidak dapat merambat searah dengan arah
melalui ruang hampa rambatnya (Gelombang
5) Mengalami difraksi longitudinal).
Berdasarkan ciri-ciri gelombang tersebut, 2) Memerlukan medium
yang sesuai dengan ciri-ciri gelombang seperti zat cair, zat padat
bunyi ditunjukkan dan gas untuk merambatkan
oleh nomer…. getarannya.
a. 1, 4, dan 5 3) Sifat-sifat gelombang bunyi
26
b. 2, 3, dan 5 yaitu: Pemantulan,
c. 3, 4, dan 5 Pembiasan,Difraksi, Interferensi,
d. 2, 4, dan 5 Pelayangan.
e. 3, 4, dan 5
Skripsi. Lutfiyah, 2021
( UNDIKSHA)
27
Inferensi/ Inferensi/ 2. Jarak sumber bunyi dengan pendengar a. Cepat Rambat Bunyi ✓
Menyimpulkan Menyimpu lkan dibagi dengan selang waktu yang
pengertian cepat dibutuhkan gelombang bunyi untuk
Pembahasan :
rambat gelombang sampai ke pendengar disebut ?
bunyi a. Cepat Rambat Bunyi
b. Frekuensi Bunyi
c. Periode Bunyi Dimana :
d. Panjang Gelombang
e. Longitudinal : Cepat Rambat Bunyi (m/s)
Deka Maulid : Jarak Tempuh (m)
: waktu (s)
(https://www.scribd.com/document/
25306 8000/Tes-Pemahaman-Konsep)
28
Mengklasifikasi Mengklasifikasikan 3. (I) Interferensi (III) Reflksi c. (I), (II) dan (III) ✓
kan sifat-sifat (II) Difraksi (IV) Polarisasi
gelombang bunyi. Yang merupakan sifat gelombang bunyi Pembahasan :
yaitu ?
Sifat-sifat gelombang bunyi
a. (I), (II) dan (IV) yaitu: Pemantulan, Pembiasan,
b. (II), (III) dan (IV) Difraksi, Interferensi,
c. (I), (II) dan (III) Pelayangan.
d. (I), (III) dan (IV)
e. Semua Benar
Deka Maulid
(https://www.scribd.com/document/253
06 8000/Tes-Pemahaman-Konsep)
29
Inferensi/ Inferensi/ 4. Nada bunyi akan terdengar d. Amplitudonya kecil ✓
Memprediksika Memprediksikan lemah jika...
n hal yang a. Frekuensinya tinggi
b. Frekuensinya rendah Pembahasan :
mempengaruhi
c. Amplitudonya Besar
kuat dan lemahnya d. Amplitudonya Kecil Semakin besar amplitudonya
bunyi. e. Periodenya tidak beraturan maka nada akan semakin keras,
Kupas Tuntas Soal Fisika SMA, Tufik begitu juga sebaliknya.
Hidayat, No. 14
30
Membandingka Membandingkan 5. Perhatikan pernyataan berikut! c. 2 dan 3 ✓
n peristiwa 1) Frekuensinya Berkurang.
32
Inferensi/ Inferensi/ 7. Cepat rambat suatu bunyi akan e. Jarak sumber bunyi ke ✓
Menyimpulkan Menyimpulkan bergantung pada …. pendengar
hubungan cepat a. Besar amplitudo
b. Warna nada Pembahasan :
rambat bunyi
c. Jenis frekuensi
dengan jarak dan d. Luas jarak yang terbentang
waktu tempuh. antara sumber dan pendengar
e. Jarak sumber bunyi ke pedengar Dimana :
: Cepat Rambat Bunyi (m/s)
https://gurubaru.com : Jarak Tempuh (m)
: waktu (s)
33
Mengklasifikasi Mengklasifikasikan 8. Jenis bunyi yang memiliki b. Nada ✓
kan defenisi yang ada frekuensi yang teratur disebut ….
pada gelombang a. Dentum Pembahasan:
b. Nada
bunyi.
c. Desah Nada merupakan jenis bunyi
d. Timbre yang memiliki frekuensi teratur.
e. Gema
https://gurubaru.com
34
Menjelaskan Menjelaskan proses 9. Pelayangan terjadi karena e. Dua gelombang yang beda ✓
terjadinya adanya interferensi... frekuensi kecil
pelayangan bunyi a. Dua gelombang yang sama Pembahasan :
b. Lebih dari dua gelombang yang
sama frekuensinya Pelayangan terjadi ketika ada
c. Dua gelombang yang dua
berlawanan arah getarnya
35
d. Dua gelombang yang beda nada dibunyikan dengan
frekuensi besar frekuensi yang sedikit berbeda.
e. Dua gelombang yang beda Dengan demikian, pelayangan
frekuensi kecil bunyi terjadi karena interferensi
https://roboguru.ruangguru.com dua gelombang yang beda
frekuensinya kecil.
36
Inferensi/ Inferensi/ 10. Tinggi rendahnya suara bergantung c. Frekuensi ✓
Menyimpulkan Menyimpulkan hal pada..
yang a. Periode Pembahasan :
b. Panjang Gelombang
mempengaruhi
c. Frekuensi Tinggi rendahnya nada suara
tinggi rendahnya d. Pola Getar bergantung pada frekuensi.
suara/bunyi. e. Kecepatan Semakin besar frekuensi
gelombang bunyi maka makin
https://roboguru.ruangguru.com tinggi pula nada yang
dihasilkan.
37
Menjelaskan Menjelaskan 11. c. A > B > C ✓
perbandingan
kecepatan
Pembahasan:
gelombang bunyi
Bagaimana perbandingan kecepatan
pada medium gelombang bunyi yang melewati Bunyi merambat paling cepat
zat tersebut ? melalui medium zat
a. A = B = C atau benda padat, zat cair
b. A > C > B kemudian gas.
c. A > B > C A>B>C
38
d. A < B < C
e. A = B > C
Deka Maulid
(https://www.scribd.com/docum
ent/25306 8000/Tes-
Pemahaman-Konsep)
b.
d.
39
e.
Deka Maulid
(https://www.scribd.com/docum
ent/25306 8000/Tes-
Pemahaman-Konsep)
Sehingga diperoleh:
40
Manfaat bunyi pantul dapat digunakan untuk mengukur jarak
ditunjukkan pada pernyataan sumber ke bidang pantul, dimana
nomor...... sifat bunyi pantul tersebut dapat
diterapkan dalam hal :
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4 Mengukur kedalaman laut
c. 2 dan 3 Mengukur jarak antara dua
d. 1 dan 3 tempat.
e. Benar semua
https://roboguru.ruangguru.co
m
Inferensi/ Inferensi/ 14. c. Frekuensi pada wadah A < B ✓
Memprediksi Memprediksi
frekuensi yang Pembahasan :
disajikan pada
Gelas yang memiliki sedikit air
gambar. lebih nyaring dibandingkan
dengan gelas yang berisi air
banyak, hal ini dapat terjadi
Dari wadah di atas yang menghasilkan karena pada saat gelas sedikit
frekuensi paling tinggi ialah, jika air, kolom udara semakin besar.
diketahui wadah tersebut identik ? Ketika airnya banyak maka kolom
a. Frekuensi pada wadah A = B udaranya kecil. Besar/kecilnya
b. Frekuensi pada wadah A > B kolom udara ini mempengaruhi
c. Frekuensi paada wadah A < B frekuensi bunyi, semakin besar
d. Wadah A dan B tidak kolom udaranya semakin besar
menghasilkan pula frekuensi bunyinya.
frekuensi Semakin kecil kolom udaranya
e. Tidak ada frekuensi maka semakin kecil juga
Deka Maulid frekuensinya maka suara akan
terdengar rendah.
(https://www.scribd.com/document/25306
8000/Tes-Pemahaman-Konsep)
41
Inferensi/ Inferensi/ 15. d. Tidak, karena frekuensi yang ✓
Memprediksi Memprediksi diterima A > B
keadaan pada Pembahasan :
Berdasarkan gambar pendengar A
fenomena
Jika pendengar dekat dengan
gelombang bunyi
42
mendengarkan bunyi sama kuat dengan sumber bunyi maka frekuensi yang
pendengar B, apakah prediksi tersebut diterima pendengar lebih besar
benar ? dibandingkan pendengar yang
a. Ya, karena amplitudo yang jauh dari sumber bunyi.
diterima A = B
b. Ya, karena frekuensi yang diterim
A=B
c. Tidak, karena amplitudo yang
diterima A > B
d. Tidak, karena frekuensi yang
diterima A > B
e. Ya , karena panjang
gelombangnya
sama
Deka Maulid
(https://www.scribd.com/document/25
306 8000/Tes-Pemahaman-Konsep)
43
Inferensi/ Inferensi/ 16. Laju gelombang bunyi pada zat cair b. ✓
Menyimpulkan Menyimpulkan dinyatakan dengan ... Pembahasan :
rumus laju a.
b. Keterangan :
gelombang bunyi c. v = cepat rambat bunyi (m/s) B =
pada medium cair modulus Bulk (N/m2)
𝜌 = massa jenis zat cair (kg/m3)
44
d.
e.
45
Mengklasifikasi Mengklasifikasikan 17. Bunyi yang dapat didengar hewan c.Ultrasonik ✓
kan jenis gelombang A adalah 25 kHz. Hewan
bunyi kelelawar mampu mendengar suara Pembahasan :
... Gelombang ultrasonik merupakan
a. Infrasonik gelombang mekanik longitudinal
b. Audiosonik dengan frekuensi diatas
c. Ultrasonik 20kHz (>20000 Hz).
d. Supersonik
e. Megasonik
https://roboguru.ruangguru.com
46
Inferensi/ Inferensi/ 18. Tingkat intensitas suatu bunyi d. perbandingan antara intensitas ✓
Menyimpulkan Menyimpulkan menyatakan nilai logaritma suatu bunyi dengan intensitas
pengertian Taraf dari... arnbang pendengaran manusia
a. perbandingan antara daya
intensitas bunyi.
disuatu tempat dengan daya yang Pembahasan:
dihasilkan oleh suatu sumber Besarnya intensitas suatu sumber
bunyi. bunyi dapat dinyatakan dengan
b. intensitas suatu bunyi persamaan berikut :
persatuan luas permukaan
c. intensitas suatu bunyi pada Keterangan:
jarak tertentu =Taraf intensitas bunyi (dB)
d. perbandingan antara intensitas = Intensitas sumber bunyi
suatu bunyi dengan intensitas
arnbang pendengaran manusia
e. intensitas suatu bunyi pada
waktu tertentu
47
(Watt/m2)
OSN Tingkat Kabupaten/Kota = Intensitas ambang (Watt/m2)
Inferensi/ Inferensi/ 19. Pada gambar dibawah ini, sebuah c. Tidak dapat merambat dalam ✓
Menyimpulkan Menyimpulkan bel listrik yang berada didalam ruang hampa
konsep gelombang sebuah sungkup yang tertutup.
bunyi pada bel
Pembahasan:
listrik.
Gelombang bunyi digolongkan
dalam gelombang mekanik,
dimana dalam perambatannya
membutuhkan medium
perambatan. Hal ini tampak
pada pemandangan yang terjadi
pada sungkup. Ketika udara
dalam sungkup masih ada, maka
bunyi akan merambat keluar
48
Kemudian bel dibunyikan dan udara melalui
dalam sungkup dikeluarkan. medium udara tersebut. Namun
Setelah
udara dari sungkup habis dikeluarkan, ketika udara dalam sungkup habis
bunyi bel listrik tidak terdengar maka tidak ada lagi suara yang
lagi. Berdasarkan peristiwa dapat didengar atau yang
tersebut dapat di simpulkan dikeluarkan dari sungkup. Sebab
bahwa bunyi.... tidak ada lagi medium yang
a. Tidak terjadi dalam ruang digunakan bunyi untuk
tertutup merambat keluar sungkup. Jadi
b. Terbawa oleh udara bunyi tidak dapat merambat
keluar sungkup melalui ruang hampa udara.
c. Tidak dapat merambat dalam
ruang hampa
d. Tidak dapat melalui zat padat
e. Dapat merambat diruang
hampa
49
Inferensi/ Inferensi/ 20. Seorang astronot menggunakan b. Bulan tidak ada udara(hampa ✓
Menyimpulkan Menyimpulkan gelombang radio untuk udara)
konsep gelombang berkomunikasi di Bulan. Astronot
tidak bisa berkomunikasi secara Pembahasan:
bunyi dalam
langsung karena . . .
kehidupan sehari- a. Bulan merupakan tempat sunyi Syarat merambatnya gelombang
hari. b. Bulan tidak ada udara (hampa bunyi yaitu adanya medium
udara) berupa zat padat, cair maupun
c. Bulan tidak ada sinyal HP gas/udara. Dibulan tidak ada
d. Bulan memerlukan pesawat udara maka
e. Bulan memiliki udara bunyi tidak dapat merambat di
50
Lampiran 7 Hasil Observasi
51
Lampiran 8 Hasil Lembar Kerja Siswa
52
53
Lampiran 13 Taraf Kesukaran
54
55
Lampiran 18 Nama-nama Siswa
NO JK NAMA
1 P Ayu Komang Amanda Gunawan
2 P Ayu Resti Melinda
3 P Dominica Ivone Devita Maheswari
4 L Gde Pandyata Prathama
5 L I Dewa Gede Krishna Kanhaiya Chintamani
6 L I Gede Juna Darma Putra
7 L I Gede Made Wahyu Setiawan
8 P I Gusti Ayu Made Winda Maharani
9 L I Gusti Bagus Agung Kasumayana
10 L I Gusti Bagus Anom Suryadinata
11 L I Gusti Made Wawan Adi Putra
12 L I Gusti Ngurah Agung Krisna Widiantara Bagus Putra
13 L I Gusti Ngurah Wahyu Krisna
14 L I Made Edo Gresta Sutrisna
15 L I Made Govinda Duta Paramahamsa
16 L I Made Narendra Aiswarya Darma
17 L I Putu Anandika Wira Pratama
18 L I Putu Andi Wiratama Putra
19 L I Putu Igharcita Mattangwan
56
20 L I Putu Yoga Satwika
21 P Kadek Arya Dwi Sastrani
22 P Kadek Ayu Melly Andari
23 P Kadek Ayu Mirah Ariyani
24 P Kadek Mahatma Dwi Maharani
25 P Ni Kadek Mei Permatasari
26 P Ni Luh Irma Diyanti
57
58