Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR


MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINGKARAN PADA
SISWA KELAS XI MIPA 4 SMA NEGERI KARANGPANDAN
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2022/2023

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Penulisan Skripsi


pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh
WINDARTI KURNIA MAHARANI
NIM 1951500039

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2022
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil
Belajar Matematika Pokok Bahasan Persamaan Lingkaran
Pada Siswa Kelas XI MIPA 4 SMA Negeri Karangpandan
Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2022/2023
Nama : Windarti Kurnia Maharani
Nim : 1951500039
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing untuk dipertahankan di hadapan


Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Pada hari :
Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Dewi Susilowati, M.Pd. Isna Farahsanti, M.Pd.


NIP 196010281987032006 NIP 198803052015042185

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Andhika Ayu Wulandari, S.Si., M.Pd


NIP 198609162015042184

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................ .............i


PERSETUJUAN ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah........................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 6


A. Landasan Teori ............................................................................................. 6
1. Pembelajaran Matematika ...................................................................... 6
2. Model pembelajaran Kooperatif ........................................................... 10
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ....................................... 14
4. Hasil Belajar Siswa ............................................................................... 19
5. Materi Persamaan Lingkaran ................................................................ 22
B. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 24
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 27
D. Hipotesis ................................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 30


A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 30
B. Latar penelitian.......................................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel penelitian ................................................................ 31
D. Variabel Penelitian .................................................................................... 32
E. Prosedur Penelitian.................................................................................... 33
F. Instrumen Penelitian.................................................................................. 35
G. Teknik pengumpulan Data ........................................................................ 37
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 37
I. Instrumen Pengumpulan data .................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. lingkaran berpusat di O (0,0).............................................................22


Gambar 2.2. lingkaran berpusat di M (a,b) ............................................................23

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model pembelajaran Kooperatif ...............................13


Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu ............................................17
Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok .........................................17

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa di masa sekarang dan masa yang akan datang sangat

ditentukan oleh generasi muda sebagai penerus bangsa. Generasi muda yang

berkualitas dihasilkan dari adanya pendidikan yang berkualitas pula. Oleh

karena itu perlu adanya usaha demi kemajuan di bidang pendidikan. Pendidikan

merupakan investasi jangka panjang yang sangat berharga dan bernilai luhur,

terutama bagi generasi muda yang menentukan maju mundurnya bangsa.

Menurut Muhsetyo (2008:26) pembelajaran matematika adalah proses

pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan

terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika

yang dipelajari. Menurut Cobb (Suherman,2003:71) pembelajaran matematika

sebagai proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkontruksi

pengetahuan matematika. Dari uraian beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses

pembelajaran yang sistematis untuk mengkontruksi dan memperoleh

kompetensi tentang matematika.

Suatu pembelajaran akan tercapai dengan baik apabila menggunakan proses

pembelajaran berjalan secara aktif. Pembelajaran aktif adalah segala bentuk

pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses

pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa

dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Salah satu unsur yang

sering dikaji dalam hubungannya dengan keaktifan dan hasil belajar siswa

1
2

adalah model pembelajaran yang digunakan guru. Selama ini kegiatan

pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas berpusat pada guru atau

pembelajaran konvensional, sehingga siswa cenderung kurang aktif. Dengan

merubah paradigma pendidikan, dimana guru hanya berperan sebagai

pembimbing, motivator, dan fasilitator kemudian diharapkan siswalah yang

aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu

model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam

pembelajaran matematika, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa.

Zakaria dan Iksan (2007) menyatakan bahwa “belajar kelompok atau

kerjasama dipercaya paling efektif karena murid dengan aktif terlibat dalam

berbagai ide dan pekerjaan untuk melengkapi tugas akademis”. McMaster dan

Fuchs (2002) menyatakan bahwa “pada penelitian yang dilakukan pada tahun

1990-2000 menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif sangat berpengaruh

terhadap prestasi akademik siswa yang mempunyai kesulitan belajar”.

Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan

oleh siswa berupa pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang

memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar anggota

lainnya dalam kelompok tersebut melalui belajar secara kelompok, peserta

didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-

temannya. Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu

dari beberapa jenis model pembelajaran kooperatif. Dalam STAD siswa akan

dikelompokkan ke dalam kelompok kelompok kecil, terdiri dari individu


3

individu yang mempunyai latar belakang berbeda beda, baik dari segi prestasi,

jenis kelamin, maupun suku. Pada kelompok tersebut siswa akan bekerjasama.

Menurut Nurhadi (2004) bahwa Cooperative learning tipe STAD merupakan

model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa

kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota

kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis

kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, sedang).

Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling

membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar

sesama anggota tim.

Kenyataan saat ini hasil belajar matematika siswa masih rendah baik pada

jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Rendahnya hasil belajar

matematika siswa menurut survei IMSTEP-JICA(Development Of Science and

Mathematics Teaching for Primary and Second Education in Indonesia

(IMSTEP)-Japan international cooperation agency (JICA)) dikarenakan dalam

proses pembelajaran matematika guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada

latihan menyelesaikan soal. Dalam kegiatan pembelajaran, guru biasanya

menjelaskan konsep secara informatif, memberikan contoh soal dan

mengerjakan soal. Guru merupakan pusat kegiatan sedang siswa cenderung

pasif. Dengan demikian pengalaman belajar mereka tidak berkembang dan

membuat hasil belajar tidak mencapai standar yang diharapkan dan ditentukan.

Dengan latar belakang tersebut di atas, peneliti mencoba untuk menciptakan

suatu hal baru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran
4

koopeartif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika materi

persamaan lingkaran pada siswa kelas XI MIPA 4 SMA N Karangpandan

Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2022/2023.

B. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, mengingat luasnya ruang lingkup serta

keterbatasan waktu, tenaga serta kemampuan penulis, agar penelitian ini lebih

terarah dan mencapai tujuan, maka penelitian ini dibatasi:

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 4 SMA N Karangpandan

Kabupaten Karanganyar

2. Materi pelajaran Persamaan Lingkaran

3. Masalah yang diteliti mengenai pengaruh model pembelajaran Kooperatif

tipe STAD terhadap hasil belajar matematika.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah tersebut di atas,

maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap

hasil belajar matematika siswa pada materi persamaan lingkaran?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Kooperatif

tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa pokok bahasan

Persamaan Lingkaran pada siswa kelas XI MIPA 4 SMA N Karangpandan

Kabupaten Karanganyar.
5

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan

tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, dari hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan penelitian di masa yang akan datang.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memberikan suasana dan

pengalaman belajar yang baru serta menyenangkan sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru, model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat menjadi

alternatif dalam upaya menciptakan pembelajaran yang menjadikan

siswa lebih aktif lagi dan memudahkan memantau keberhasilan siswa

dalam menguasai materi.

c. Bagi sekolah, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam

upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan sebagai upaya

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

d. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan di bidang

pendidikan, dan sebagai upaya meningkatkan profesionalitas dalam

memperbaiki pembelajaran Matematika dikelas nantinya


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Segala (2010 :61) pembelajaran merupakan membelajarkan

peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar,

merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

merupakan komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru

sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Menurut Sudjana (2012 : 28) pembelajaran merupakan upaya yang

dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan

peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut

Hermawan (2013 : 9) pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu

proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara

guru dengan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan peserta

didik lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi

transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami,

dan disepakati oleh pihak-pihak terkait dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar yang

melibatkan pengajar dan peserta didik yang saling berinteraksi satu

sama lain untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yaitu pengalaman

6
7

belajar yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

b. Pengertian Matematika

Menurut Herman Hadojo (2003 : 123) matematika adalah suatu ilmu

yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur

yang abstrak dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. Untuk dapat

memehami struktur-struktur serta hubungan-hubungan, tentu saja

diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam

matematika itu.

James dan James (Suherman dkk, 2003:18) mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, dan

konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan

jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar,

analisis, geometri. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses

berpikir, oleh karena itu logik adalah dasar untuk terbentuknya

matematika.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan konsep-

konsep dan struktur-struktur yang abstrak serta hubungan di antara hal-

hal tersebut.

c. Matematika Sekolah

Suherman dkk. (2003 :55) mengemukakan bahwa matematika

adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang


8

diajarkan di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Matematika sekolah sering juga dikatakan sebagai unsur-unsur atau

bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau

berorientasi pada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK.

Matematika sekolah tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika,

yaitu objek kajian yang abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten.

Matematika sekolah berfungsi membentuk pola pikir siswa dalam

memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai keputusan yang sah.

d. Proses Pembelajaran Matematika

Menurut Muhsetyo (2008 :26) pembelajaran matematika adalah

proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian

kegiatan terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang

bahan matematika yang dipelajari. Menurut Bruner (Hudojo,2000:56)

pembelajaran matematika adalah belajar konsep dan struktur

matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari

hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya.

Belajar matematika berarti belajar tentang konsep-konsep dan struktur-

struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari

hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur tersebut

(Hudojo,2003:123). Dari uraian beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan pembelajaran matematika adalah sebuah proses belajar

tentang konsep-konsep dan struktur-struktur untuk mencari hubungan-

hubungan di antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut,


9

sehingga siswa mendapat pengalaman belajar dan pengetahuan dari

serangkaian kegiatan belajar yang terencana.

e. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika sekolah terdiri atas tujuan umum

dan tujuan khusus. Menurut Suherman dkk. (2003:58) tujuan umum

matematika diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,

meliputi dua hal yaitu: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup

menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang

selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran

secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. (2)

Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Tujuan khusus pembelajaran matematika pada masing-masing

satuan pendidikan adalah sebagai berikut: Tujuan pembelajaran

matematika di SMP adalah agar: (1) Siswa memiliki kemampuan yang

dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (2) Siswa memiliki

pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke

pendidikan menengah, (3) Siswa memiliki keterampilan matematika

sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk

dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran

matematika di SMA adalah agar: (1) Siswa memiliki pengetahuan

matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, (2)


10

Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan

matematika Pendidikan Dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan

yang lebih luas (di dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari,

(3) Siswa memiliki pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, logis, objektif, kreatif,

serta inovatif, dan (4) siswa memiliki kemampuan yang dapat

dialihgunakan (transferable) melalui kegiatan matematika SMA.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan

pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas. Menurut Agus Suprijono (2009:

46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merancang dan melaksanakan

aktivitas belajar mengajar (Udin Saripudin Winataputra,1997:78).

Model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto (2009:22)

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan


11

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar. Dari uraian beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar

pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik mudah

dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model

pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran

(student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling

membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam

memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Menurut Sunal dan

Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan pembelajaran kooperatif

merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus

dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja

sama selama proses pembelajaran.

Menurut Suprijono (2013 : 54) secara umum pembelajaran kooperatif

dianggap lebih diarahkan oleh guru dimana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah

yang dimaksud. Menurut Tukiran Taniredja, dkk (2011 : 55)

pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa


12

dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dari uraian beberapa pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok

kecil secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih aktif dan

semangat untuk belajar

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Stahl (dalam Tukiran Taniredja, dkk, 2011 :55) ciri-ciri

pembelajaran kooperatif adalah:

1. Belajar bersama dengan teman

2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman

3. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok

4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

5. Belajar dalam kelompok kecil

6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat

7. Keputusan tergantung pada siswa sendiri

8. Siswa aktif

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (dalam Tukiran Taniredja, dkk, 2011:55) tujuan

pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang

menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu

diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana

keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan


13

kelompoknya. Menurut Nurhadi (2003) memandang bahwa

pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih

asah, sehingga sumber belajar peserta didik bukan hanya guru dan buku

ajar, tetapi juga sesama peserta didik. Berdasarkan pendapat para ahli di

atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah

setiap peserta didik dapat mengrjakan sesuatu bersama-sama atau secara

berkelompok sehingga peserta didik dapat bertukar pendapat dan

menyamakan pikiran dan pemahaman.

e. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nurdyansyah dkk (2016) langkah-langkah perilaku guru


menurut model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model pembelajaran Kooperatif


Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan
Menyampaikan pembelajaran yang akan dicapai
Tujuan Dan pada kegiatan pelajaran dan
Memotivasi Siswa menekankan pentingnya topik
yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar
Tahap 2 Guru menyajikan informasi atau
Menyajikan materi kepada siswa dengan
Informasi jalan demonstrasi atau melalui
bahan bacaan
Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan bagaimana caranya membentuk
Siswa Ke Dalam kelompok-kelompok belajar dan
Kelompo- membimbing setiap kelompok
Kelompok Belajar agar melakukan tarmisi secara
efektif dan efisien
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-
Membeimbing kelompok belajar pada saat
Kelompok Bekerja mereka mengerjakan tugas
Dan Belajar mereka
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar
Evaluasi tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
14

Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk


Memberikan mengahargai baik upaya maupun
Penghargaan hasil belajar individu dan
kelompok

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD)

a. Pengertian model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert

Slavin dan teman-temannya di Univesitas John Hopkin. Menurut Slavin

(2007) model STAD ( Student Team Achievement Division) merupakan

variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini

juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA,

IPS, Bahasa Inggris, Teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada

tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Menurut Dian (2011) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan

bantuan lembaran kerja sebagai pedoman secara berkelompok,

berdiskusi guna memahami konsep-konsep, menemukan hasil yang

benar. Menurut Trianto (2017:68) Student Team Achievement Division

(STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang

menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-

5 peserta didik secara heterogen. Menurut Anas (2014:57) pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang terdiri dari lima

komponen utama dalam pembelajaran yaitu penyajian kelas, belajar

dalam kelompok, pengerjaan kuis, skor pengembangan, dan


15

penghargaan terhadap kelompok. Berdasarkan uraian beberapa

pendapat di atas pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu

model pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya siswa dibagi

menjadi kelompok-kelompok kecil yang mempunyai keragaman dalam

kemampuan, jenis kelamin, hingga sukunya

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Menurut Nurdyansyah dkk (2016 : 66) langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :

1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian kelompok

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, di mana setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan

heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,

gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan

tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru

memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.

Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media,

demonstrasi, pertanyaan atau masalah nayta yang terjadi dalam


16

kehidupan seharihari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan

kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan

serta cara-cara mengerjakannya.

4. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,

sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing

memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakuakn

pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila

diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang

materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap

presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan

kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini

dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung

jawab kepada dari sendari dalam memahami bahan ajar tersebut.

Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya

60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan

diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian


17

penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru

dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Menghitung Skor Individu

Menurut Slavin (Trianto,2007 : 55) untuk menghitung

perkembangan skor individu dihitung sebagaimana tabel sebagai

berikut:

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu


No Nilai tes Skor Perkembangan
1 Lebih dari 10 poin di bawah skor 0 poin
2 Dasar 10 poin
3 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 20 poin
4 Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30 poin
(pekerjaan sempurna)

b. Menghitung Skor Kelompok

Skor dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan

anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor

perkembangan individu anggota kelompok dan membagi

sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata

skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok

sebagaimana dalam tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok


No Rata-rata skor Kualifikasi
1 0≤N≥5 -
2 6 ≤ N ≥ 15 Tim yang baik (good team)
3 16 ≤ N ≥ 20 Tim yang baik sekali (great team)
4 21 ≤ N ≥ 30 Tim yang istimewa (super team)

c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh

predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada


18

masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria

tertentu yang ditetapkan guru).

c. Keunggulan dan Kelemahan STAD

1. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi

pelajaran yang sedang dibahas. Adanya anggota kelompok lain yang

menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena

dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

2. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,

belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal

yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

3. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa

yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan

dengan teman sebaya.

4. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan

dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

5. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

pengetahuannya. Pembentukan kelompok kecil memudahkan guru

untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

Disamping itu, Soewarso (1998) mengulas beberapa kendala dan

kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukanlah obat yang paling

mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok

kecil.
19

2. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak

dapat berlatih belajar mandiri.

3. Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian

kurikulum tidak dapat dipenuhi.

4. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.

5. Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

6. Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin

dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang

menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

4. Hasil Belajar Siswa

a. Pengertian Hasil belajar

Menurut (Hamalik, 2008: 30) Hasil belajar adalah bukti bahwa

seseorang telah belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999)

hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi

siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2006 : 22) hasil

belajar siswa dalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajar.
20

Howard Kingsley (Nana Sudjana, 2005: 85) membagi 3 macam hasil

belajar:

1) Keterampilan dan kebiasaan;

2) Pengetahuan dan pengertian; dan

3) Sikap dan cita-cita.

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari

semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa

karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah sesuatu hal yang didapatkan siswa setelah menerima

pengalaman belajar yang akan mengubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang baik.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi

yang ingin dijelaskan di sini adalah faktor yang mempengaruhi belajar

dari sisi sekolah yang meliputi:

1. Metode mengajar.

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih B.Karo

(M. Joko, 2006) adalah menyajikan bahan pelajaran kepada orang

lain itu diterima, dikuasai dan dikembangkan. Dari uraian di atas

jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar.


21

2. Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan

pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan

bahan pelajaran itu.

3. Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. proses

tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu

sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya

dengan gurunya.

4. Relasi siswa dengan siswa

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang

menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.

Akibatnya makin parah dan dapat mengganggu belajarnya.

5. Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah juga dalam belajar.hal ini mencakup segala aspek

baik kedisiplinan guru dalam mengajar karena kedisiplinan pendidik

juga dapat memberi contoh bagi siswa atau peserta didik.


22

5. Materi Persamaan Lingkaran

a. Pengertian Lingkaran

Lingkaran merupakan tempat kedudukan titik-titik pada bidang

yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. Titik tertentu ini

dinamakan sebagai pusat lingkaran. Jarak titik pusat ke titik pada

lingkaran dinamakan sebagai jari-jari.

b. Persamaan Lingkaran yang Berpusat di O(0, 0) dan Berjari-jari r

K
P(x,y)

O Q x

Gambar 2.1. lingkaran berpusat di O (0,0)

Rumus persamaan lingkaran yang berpusat di O (0,0) dan berjari-

jari r adalah 𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2.


23

c. Persamaan Lingkaran yang Berpusat di M (a,b) dan berjari-jari r

K
y P(x,y)

b
M(a,b) Q

a x

Gambar 2.2. lingkaran berpusat di M (a,b)

Rumus persamaan lingkaran yang berpusat di M (a,b) dan berjari-

jari r adalah (x-a)² + (y-b)² =r ² .

d. Persamaan Umum Lingkaran

Dari bentuk baku persamaan lingkaran (c), maka didapatkan bentuk

umum persamaan lingkaran sebagai berikut:

(x – a) ² + (y – b) ² = r²

x² – 2ax + a² + y²–2by+b²=r²

x ² + y² + (–2a)x + (–2b)y + (a² + b² – r ²) = 0

Misalkan:
1
A = –2a  a = −2 A

1
B = –2b  b = −2 B

C = a² + b² – r²  r² = a² + b² – C
24

1 1
 r² = (− 2 𝐴) ² + (− 2 𝐵) ²−C

1 1
 r =√4 𝐴2 + 4 B2 − 𝐶

Diperoleh persamaan umum lingkaran x² + y² + Ax + By + C = 0

1 1 1 1
dengan pusat (− 2 A, − 2 B) dan jari-jari r =√4 𝐴2 + 4 B 2 − 𝐶

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian Sarah Nur Azmi (2012) dengan judul “Perbandingan Antara

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Dengan

Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar

PAI”. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif membuat siswa

terlihat aktif pada saat diskusi berlangsung, tanya jawab antar peserta didik.

Mereka diberi kesempatan bukan hanya mengikuti kegiatan belajar mengajar

pada umumnya tetapi mereka saling bekerjasama untuk membantu temanya

satu sama lain sehingga terjadi proses transfer ilmu pengetahuan (Tranfer of

Knowledge), keterampilan dan sikap yang dimiliki. Sehingga demikian jelas

bahwa pembelajaran kooperatif memang lebih dapat meningkatkan

pencapaian hasil belajar siswa yang didukung dengan suasana belajar yang

menyenangkan serta para siswa yang saling bekerja secara kooperatif lebih

mampu mengidentifikasi perasaan-perasaan dalam percakapan dibanding

dengan siswa yang bekerja secara individu.


25

Persamaan penelitian ini adalah metode dan instrumen penelitian, yaitu

metode eksperimen dan instrumen penelitian yang digunakan yaitu hasil

belajar dan diuji melalui statistik Uji-t. Perbedaannya adalah jenis penelitian,

subjek yang diteliti dan materi dalam penelitian.

2. Penelitian Siska Endah Nurani, dkk (2020) dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Prestasi Belajar Siswa

SMA”. Hasil penelitian ini adalah kelas yang menggunakan model

pembelajaran tipe STAD nilai rata-rata prestasi belajaranya lebih tinggi dari

kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan

pembelajaran STAD mengharuskan siswa bekerja sama dengan satu tim

yang heterogen untuk mencapai keberhasilan. Artinya, dslsm dstu tim terdiri

dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa dengan

kemampuan tinggi dapat membantu anggotanya yang kesulitan memahami

materi sehingga semua naggota kelompok dapat memahami materi dengan

baik yang nantinya dapat meningkatkan keberhasilan kelompok maupun

individu. Ini sesuai dengan tujuan model pembelajaran STAD menurut

Priansa (2017:320) yang menyatakan bahwa tujuan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah menumbuhkan rasa tanggung jawab baik

individu maupun kelompok sehingga memperoleh hasil yang memuaskan.

Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh

positif terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruhnya adalah dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X MIPA 3 SMA

Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2019/2020.


26

Persamaan penelitian ini adalah jenis penelitian yaitu kuantitatif, dan subjek

penelitian. Perbedaannya adalah instrumen yang digunakan dan materi

dalam penelitian.

3. Penelitian Ummi Rosyidah (2016) denga judul “ Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Metro”. Hasil penelitian ini adalah ada

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap

hasil belajar. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Isjoni(2011)

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keinginan kelas, prestasi yang

dipertahankan dan prestasi aktual. Peningkatan nilai yang signifikan

disebabkan karena adanya treatment yaitu model pembelajaran kooperatif

Jigsaw yang lebih merangsang siswa untuk berpikir aktif dan mengharuskan

siswa untuk membaca agar mampu memperoleh poin yang tinggi ketika

treatment. Perlakuan yang diberikan peneliti adalah model pembelajaran

Jigsaw pada mata pelajaran matematika. Dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran Jigsaw siswa diajak untuk lebih bekerja sama terhadap

temanya dan menumbuhkan sikap percaya diri. Pembelajaran ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil

belajar siswa. Dari hasil analisis deskriptif dapat diketahui bahwa pemberian

perlakuan model pembelajaran kooperatif Jigsaw memberikan dampak

positif pada nilai siswa. Hal itu ditunjukkan dari adanya peningkatan nilai

yang signifikan pada kelas yang diberi perlakuan. Kelas yang diberi

perlakuan memiliki kesiapan dan persiapan yang lebih matang sebelum


27

mengikuti pembelajaran. Dengan adanya perlakuan dalam pembelajaran

akan melatih anak untuk untuk selalu berpikir aktif dan mendorong anak

untuk melakukan persiapan sebelum pembelajaran dilakukan. Persamaan

penelitian ini adalah jenis dan metode penelitian yaitu Kuantitatif dengan

metode eksperimen dan instrumen yang digunakan yaitu hasil belajar.

Perbedaannya adalah subjek penelitian dan variabel perlakuan

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir siswa dalam memahami dan menguasai suatu mata

pelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya adalah Pengaruh Model

STAD yang menjadi perhatian dalam penelitian ini. Untuk mengajarkan pokok

bahasan tertentu diperlukan cara mengajar yang tertentu pula. Hal ini disebabkan

cara mengajar yang dianggap baik untuk suatu materi pelajaran belum tentu

cocok untuk mengajarkan materi pelajaran yang lain. Umumnya siswa

beranggapan Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Penyebab

sulitnya pelajaran matematika dapat dikarenakan oleh berbagai faktor,

diantaranya matematika merupakan suatu objek abstrak, cara mengajar guru,

sajian buku yang kurang menarik maupun motivasi siswa yang rendah.

Pembelajaran Konvensional ini adalah pembelajaran dimana guru cenderung

lebih aktif dalam menyampaikan informasi kepada siswa, sehingga siswa

cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Guru menyampaikan materi dalam

bentuk utuh artinya guru yang lebih banyak berbicara dalam menerangkan

materi pelajaran dan contoh-contoh soal. Sedangkan siswa hanya memberikan

menerima materi pelajaran yang diberikan guru dan kemudian menghafalnya.


28

Serta banyak mengerjakan latihan. Emosi dan kesan negative siswa ini secara

langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Salah satunya cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif pembelajarannya bertujuan agar siswa

mudah memahami materi pelajaran dan menyenangkan. Didalam pembelajaran

kooperatif berisi model yang efektif yang dapat digunakan untuk meningkatkan

hasil belajar misalnya STAD karena model tersebut pembelajarannya dengan

adanya kerja sama dalam kelompok. Misalnya STAD dengan menggunakan

kelompok kecil dengan jumlah tiap anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa

secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,

penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

Berdasarkan paparan di atas, maka model dalam pembelajaran berpengaruh

terhadap tingkat hasil belajar siswa. Bahkan dapat dimungkinkan dengan

penerapan model pembelajaran yang lama, siswa mendapatkan hasil yang lebih

baik.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Model pembelajaran
Hasil Belajar
Kooperatif tipe STAD
29

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, kerangka berpikir dan penelitian yang relevan

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis pertama

Ho :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Model pembelajaran

kooperatif Student Teams Achievement Division(STAD) terhadap hasil

belajar Matematika siswa kelas XI SMA N Karangpandan Kabupaten

Karanganyar T.A 2022/2023.

Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan dari Model pembelajaran

kooperatif Student Teams Achievement Division(STAD) terhadap hasil

belajar Matematika siswa kelas XI SMA N Karangpandan Kabupaten

Karanganyar T.A 2022/2023.

2. Hipotesis kedua

Ho :Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari Model

pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division(STAD)

terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas XI SMA N

Karangpandan Kabupaten Karanganyar T.A 2022/2023.

Ha :Terdapat perbedaan yang signifikan dari model Model pembelajaran

kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap hasil

belajar Matematika siswa kelas XI SMA N Karangpandan Kabupaten

Karanganyar T.A 2022/2023.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitin ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan pendekatan

kuantitatif. Menurut Arikunto (2009:207) berpendapat bahwa penelitian

eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya akbiat dari suatu yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain

penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat.

Caranya adalah dengan membandingkan satu kelompok eksperimen yang diberi

perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima

perlakuan. Sedangkan menurut penelitian yang akan dilakukan dimaksudkan

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan

persamaan lingkaran pada siswa kelas XI SMA Negeri Karangpandan

Kabupaten Karanganyar T.A 2022/2023.

Pada kelompok pembelajaran yang akan dibandingkan sebagai subjek

penelitian yaitu kelompok pembelajaran menggunakan model pembelajaran

STAD dengan kelompok yang menggunakan metode konvensional. Kelompok

pertama dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kedua

dijadikan sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok akan diberikan materi

mata pelajaran Matematika.

30
31

B. Latar Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Karangpandan Kabupaten

Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap pelaksanaan

penelitian sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi penyusunan dan pengajuan proposal,

mengajukan ijin penelitian, sera penyusunan instrumen dan perangkat

penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2022.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti akan melaksanakan penelitian pada bulan Juli-

Oktober 2022.

c. Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan penyusunan laporan

penelitian, yang dimulai pada bulan Oktober 2022.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa XI MIPA 4 SMA Negeri

Karangpandan Kabupaten Karanganyar dengan jumlah 36 siswa.

C. Populasi dan Sample Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang


32

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Negeri

Karangpandan Kabupaten Karanganyar yang berjumlah 411 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi. Misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi itu. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar

refresentatif (mewakili).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik Random Sampling. Dari 12 kelas diperoleh kelas XI

MIPA 4 berjumlah 36 siswa sebagai kelas Eksperimen yang diajarkan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dan kelas MIPA 3 berjumlah 36 siswa sebagai kelas

kontrol menggunakan metode Konvensional.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Perlakuan

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) pada kelas Eksperimen dan model pembelajaran

konvensional pada kelas Kontrol.


33

2. Variabel Kontrol

a. Waktu : banyaknya waktu yang digunakan untuk pengajaran di kedua

kelas eksperimen adalah sama.

b. Buku : buku yang dipergunakan selama pembelajaran pada kelas

ekperimen maupun kelas kontrol adalah sama.

c. Bahan ajar : kedua kelas ekperimen dan kelas kontrol mendapat bahan

ajar yang sama selama pembelajaran.

3. Variabel tidak Terkontrol

IQ siswa, cara belajar siswa, pendidikan orang tua, keadaan ekonomi

siswa dan lingkungan siswa.

4. Variabel Terikat

Adalah variabel bergantung

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahap-tahap kegiatan dengan seperangkat alat

pengumpul data dan perangkat pembelajaran. Tahapan tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan, langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang prihal kegiatan

penelitian.

b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

c. Menyusun jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal yang ada

disekolah.
34

d. Menyusun rancangan pembelajaran dengan menggunakan model

Student Teams Achievement Division (STAD).

e. Menyiapkan instrument penilaian berupa tes.

f. Memvalidasi instrument penelitian oleh tim ahli berdasarkan indikator

yang ditetapkan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini, tahap pelaksanaan dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Sampel penelitian ini diambil 2 kelas secara acak yaitu kelas untuk

dijadikan kelas eksperimen dan 1 kelas untuk dijadikan kelas control.

b. Memberikan tes awal (Pre-test) kedua kelas untuk mengukur

kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan.

c. Melaksanakan pembelajaran dengan materi yang sama. Pada kelas

ekperimen diberikan model pembelajaran STAD dan pada kelas control

diberikan pembelajaran konvensional.

d. Memberikan tes akhir (Posttest) kepada kedua kelas untuk mengukur

tingkat penguasaan terhadap materi yang telah diajarkan. Soal yang

diberikan kepada kedua kelas, waktu dan lama pelaksanaannya adalah

sama.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Menghitung nilai hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelas.

b. Melakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk pretest dan

posttest.
35

c. Melakukan uji hipotesis.

d. Menghitung hasil belajar Matematika dan membandingkan apakah

pembelajaran dengan model pembelajaran STAD lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

e. Membuat kesimpulan dari data yang telah dianalisis.

F. Instrumen Penilaian

1. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan. Menurut Riyanto (2010:98) observasi partisipan adalah

observasi dimana orang yang melakukan pengamatan berperan serta ikut

ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi. Dalam observasi ini

penulis terlibat dalam proses pembelajaran Matematika.

2. Wawancara

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Salim dan Syahrum wawancara

ialah percakapan yang bertujuan biasanya antara dua orang (tetapi kadang-

kadang lebih yang di arahkan oleh salah seorang dengan maksud

memperoleh keterangan. Menurut Sugiyono (2017:194) wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

akan diteliti, dan apabila peneliti juga ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah dari responden tersebut sedikit.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah

alat pengumpul suatu informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan


36

secara lisan atau dijawab pula dengan lisan. Dalam wawancara ini yang

utama adalah adanya kontak langsung atau tatap langsung antara

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawab atau informasi atau pertanyaan yang telah diajukan

tersebut. Wawancara terhadap informan sebagai sumber data dan informasi

dilakukan dengan tujuan penggalian informasi tentang penelitian.

3. Tes

Tes merupakan sejumlah pernyataan yang harus ditanggapi dengan

tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek

tertentu dari orang yang dikenai tes. Teknik pengumpulan data dengan tes

akan memberikan informasi tentang karateristik seseorang atau sekelompok

orang. Tes ini dibagi menjadi dua yaitu tes awal (Pretest) dan tes akhir

(Posttest).

4. Dokumentasi Foto

Foto yang digunakan dalam penelitian eksperimen dapat dibuat sendiri

atau dibuat orang lain. Foto yang dbuat orang lain biasanya dalam bentuk

album pribadi atau instansi yang disimpan sebagai arsip mengenai suatu

kegiatan. Foto dapat memberikan gambaran umun tentang setting yang

dapat memberikan informasi aktual serta dapat digunakan bersama

informasi lainnya.

Foto dan film harus dipahami sesuai dengan konteks foto dibuat, siapa

yang membuat dalam kondisi apa, cara pengambilan foto, kesadaran orang

yang difoto. Data observasi termasuk yang dibuat dengan video camera.
37

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pre test dan post test

yakni eksperimen yang dilaksanakan pada dua kelompok dimana salah satunya

sebagai kelompok pembanding. Penelitian ini melibatkan dua kelas yakni kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas diberikan pre test dan selanjutnya

dikelas eksperimen diberikan perlakuan yakni pengajaran materi menulis puisi

menggunakan model pembelajaran STAD, sedangkan untuk kelompok kontrol

diberikan perlakuan berupa pemnbelajaran konvensional. Setelah selesai

pembelajaran kedua sampel diberikan post test.

H. Teknik Analisis Data

Untuk melakukan analisis data digunakan teknik analisis deskriptif.

Analisis deskriptif yaitu menggambarkan penelitian dengan membuat daftar

distribusi frekuensi dengan membuat histogram. Setelah data diproses maka

data diolah dengan teknik menghitung rata-rata dengan simpangan baku untuk

setiap kelas.

Menentukan rata-rata

∑𝑥
𝑋̅ =
𝑛

Menentukan Simpangan Baku

2
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)²
𝑆 =
𝑛(𝑛 − 1)
38

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

digunakan berdistribusi normal atau tidak.

Langkah-langkah uji hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Buat Ha dan H0

2. Buat tabel distribusi frekuensi

3. Hitung rata-rata dan simpangan baku

4. Menentukan batas atas dan batas bawah setiap kelas interval dari daftar

distribusi frekuensi

5. Menghitung Zi dari setiap batas kelas

𝑋𝑖 − 𝑥̅
𝑍𝑖 =
𝑠

6. Membuat tabel pembantu pengujian normalitas

7. Membuat kesimpulan

Ketentuan pengambilan kesimpulan adalah H0 jika

X2hitung < X2tabel

𝑛(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)


=
𝑛(∑ 𝑥²) − (∑ 𝑥) ²

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji Bartlet.

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
39

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan

uji homogenitas, maka dilanjutkan pengujian hipotesis untuk mengetahui

apakah ada pengeruh X (model pembelajaran kooperatif tipe STAD)

terhadap Y (hasil belajar matematika) kemudian data dianalisis

menggunakan rumus regresi linear sederhana. Kemudian untuk menguji

apaka ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI MIPA 4 SMA

Negeri Karangpandan, maka dibuktikan dengan menggunakan rumus uji

statistik t dengan analisis perhitungan thitung dan ttabel

𝑋̅1 −𝑋̅2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 1
𝑆√ +
𝑛1 𝑛2

I. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk melakukan analisis data digunakan teknik deskriptif. Analisis

statistik deskriptif yaitu untuk menggambarkan penelitian dengan membuat

daftar distribusi frekuensi dan membuat histogram. Setelah data diproses maka

data diolah dengan teknik menghitung rata-rata dengan simpangan baku untuk

setiap kelas.

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata Validity yang berarti sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Validitas suatu

tes harus selalu dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan tertentu.


40

𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛 ∑ 𝑥² − (∑ 𝑥)²}{ 𝑛 ∑ 𝑦² − (∑ 𝑦)²}

Keterangan :

n : Jumlah siswa yang mengikuti tes

𝑟𝑥𝑦 : Koefisien validitas tes

𝑥 : Nilai rata-rata hasil tes

𝑦 : Nilai hasil tes

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dimaknai sebagai suatu bentuk keteguhan dan ketetapan

atau kekonsistenan atau reliabilitas instrumen untuk mengukur sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat diyakini.

𝑁 ∑ 𝑆𝑖2
𝑟11 =( ) (1 − 2 )
𝑁−1 𝑆𝑡

Dimana:

N : Banyaknya butir soal

∑ 𝑆𝑖2 : Jumlah varians skor setiap item

𝑆𝑡2 : Varians total


DAFTAR PUSTAKA

Taniredja, T., Faridli, E.M., & Harmianto, S. (2011). Model-model Pembelajaran


Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Nurdyansyah, & Fahyuni, E, F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran.


Sidoarjo:Nizamia Learning Center.

Febriana,R., Fatmawati, B,S. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi


Aksara.

Rosyidah, U. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Metro.
Jurnal SAP Issn Volume, 1(2), 115-124.

Dinayanti. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative


Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata
Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli. Jurnal kreatif Tadulako Online, 4(9),
186-198.

Baroroh, K. (2009). Efektifitas Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan


Aktifitas dan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan,
6(2), 133-153.

Dewi,R,S. (2020). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Persamaan Lingkaran


Menggunakan Pendekatan Saintifik Berbantuan Geogebra. Jurnal Kajian
Pembelajaran Matematika, 4(2), 1-8.

Siagian,M,S. (2017). Pembelajaran Matematika Dalam Persfektif Konstrukivisme.


Jurnal Pendidikan Islam Dan Teknologi Pendidikan, 7(2), 61-73.

Kamarullah. (2017). Pendidikan Matematika di Sekolah Kita. Jurnal Pendidikan


dan Pembelajaran Matematika, 1(1), 21-32.

Hasnah,Z. (2021). Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Menumbuhkan


Keaktifan Siswa. Jurnal Studi Kemahasiswaan, 1(1), 1-13.

Nuraini,S,E., Afghohani,A., Exacta,A,P. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan, Sains, Sosial, Dan Agama, 6(2), 1-5.

Deliana, T. (2019). Penerapan Model Discovery Learning Meningkatkan Hasil


Belajar Matematika Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Rengat Barat Tahun
Pelajaran 2018/2019. Jurnal Mitra Pendidikan, 3(10), 1331–1343.

41
42

Fadillah, A. (2016). Analisis Minat Belajar Dan Bakat Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa. Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika Issn, 1(2),
113–122.

Giyanti. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Student Team


Achievement Division (STAD) Dan Rasa Percaya Diri Siswa Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1),1-43

Anda mungkin juga menyukai