Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN METODE TUTOR SEBAYA UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 1
GERUNG PADA MATERI TURUNAN TAHUN PELAJARAN
2018/2019

OLEH:
HANI JUITA SARI
16.01.03.106

Dosen Pembina Mata Kuliah


Muh. HABIB HUSNIAL PARDI, MA.
NIP: 197112311999031013

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2018
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN WALI

Proposal Hani Juita Sari, NIM. 16.0.10.3.106, yang berjudul “Pengaruh


Penggunaan Metode Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI SMAN 1 Gerung pada Materi Turunan Tahun Pelajaran
2018/2019” telah memenuhi syarat.

Disetujui pada tanggal 30 November 2018


Dosen Wali

Muh. Habib Husnial Pardi, MA


NIP: 197112311999031013
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hani Juita Sari
NIM : 16.01.03.106
Program studi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Universitas : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa PROPOSAL dengan judul


“Pengaruh Penggunaan Metode Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas XI SMAN 1 Gerung Tahun Pelajaran 2018/2019” ini secara keseluruhan
adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali pada bagian yang dirujuk
sumbernya.
Apabila dibelakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap dianulir
gelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Mataram.

Mataram, 30 November 2018


Saya yang menyatakan

HANI JUITA SARI


NIM. 16.01.03.106
DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
E. Hipotesis...............................................................................................
F. Orisinalitas Penelitian ..........................................................................
G. Definisi Istilah ......................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
A. Perspektif Teori yang Digunakan.........................................................
B. Kerangka Berpikir ................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
A. Rancangan Penelitian ...........................................................................
B. Deskripsi Variabel Penelitian...............................................................
C. Populasi dan Sampel ............................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
E. Instrument Penelitian ...........................................................................
F. Uji Validitas dan Reabilitas .................................................................
G. Prosedur Penelitian...............................................................................
H. Analisis Data ........................................................................................
REFERENSI SEMENTARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuaan
pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri.1
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya,
Educational Psychology: The Teaching-Leaching Process, mengungkapkan
dalam pernyataan ringkasnya bahwa belajar adalah “... a process of progressive
behaviour adaptation” (belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian
tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.2
Di dalam proses belajar, tentunya ada hambatan-hambatan yang
dialami oleh siswa, seperti masalah kesulitan dalam belajar. Burton
mengatakan bahwa siswa diduga mengalami kesulitan belajar apabila tidak
dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan belajar dalam waktu tertentu.
Siswa tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan dan tidak dapat
mencapai penguasaan materi. Oleh karena itulah siswa yang mengalami
kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap materi-materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru sehingga ia akan malas dalam belajar. Selain itu, anak
tidak dapat menguasai materi, bahkan menghindari pelajaran, mengabaikan
tugas-tugas yang diberikan guru, sehingga terjadi penurunan nilai belajar dan
prestasi belajar menjadi rendah.3
Tidak lepas dari itu, kesulitan belajar siswa bermacam-macam,
diantaranya adalah kesulitan belajar siswa terhadap matematika (dyscalculia).
Terjadinya kesulitan belajar matematika (dyscalculia), disebabkan karena

1
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Hal. 63
2
Ibid.
3
Subini, Nini. 2016. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Javalitera: Jakarta. Hal. 15
siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan
menakutkan.4 Meskipun demikian, siswa harus mempelajarinya karena
matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.5
Ketidakmampuan guru dalam menciptakan pembelajaran matematika
yang menarik, serta belum melibatkan siswa secara aktif, menjadikan
pembelajaran tidak efektif dan menyebabkan siswa kurang bersemangat, dan
cepat bosan untuk belajar matematika. Hal ini belum disadari oleh guru,
sehingga letak dan penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa juga belum
sepenuhnya teridentifikasi.6
Menurut Sadullah (2009:85) suatu metode dikatakan relevan, jika
metode tersebut dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan umum pendidikan,
yaitu kedewasaan.7 Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu
mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan adalah pendekatan dengan metode tutor sebaya, yaitu siswa
diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan bertanya bagi temannya
yang lain.8
Manfaat dari pelaksanaan pengajaran dengan tutor sebaya tidak hanya
akan dirasakan oleh tutornya saja, tetapi juga menjadi penambah semangat bagi
siswa yang dibimbingnya, ia akan lebih memahami konsep dari pada sebelum
pengajaran oleh tutornya.9
Di samping itu, menurut Ririn Wahyuningsih, M.Pd, tutor sebaya
adalah belajar dengan teman-teman sebaya/teman sekelasnya yang memiliki

4
Rahayu Sri Waskitoningtyas. 2016. “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Kota BalikPapan Pada Materi Satuan Waktu Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol. 5. No. 1, September 2016. Hal. 26
5
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. PT. Rineka Cipta:
Jakarta. Hal. 251
6
Loc.cit. Hal 26
7
Maman Ahdiyat dan Sarjaya. 2014. Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada Materi Pengolahan Data. Jurnal Formatif . Vol. 4 No. 1, hal. 71
8
Jesman. 2013. Meningkatkan Kemampuan Lompat Jauh Melalui Metode Tutor Sebaya pada
Siswa Kelas V SD Inpres 12 Baiya. Jurnal Jesman. Hal. 3
9
Didi Suprijadi. 2010. Pengaruh Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII
SMP Daarussalam Jakarta. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta. Vol. 3 No. 2. Hal 130
kemampuan lebih di dalam memahami suatu materi yang disampaikan oleh
guru, dengan cara:
1) Pilihlah sekelompok siswa yang memiliki kemapuan lebih dibandingkan
siswa yang lain dan tentunya siswa tersebut sudah memiliki pemahaman
terhadap suatu materi tertentu
2) Pilihlah materi yang memungkinkan untuk dipelajari siswa secara mandiri,
bagi materi ke dalam sub-sub materi
3) Bagi siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan banyaknya sub
materi yang sudah dibagikan oleh guru dan tempatkan siswa dengan
kemampuan lebih diantara teman-temannya yang lain untuk bertindak
sebgai tutor sebaya
4) Bagikan sub materi kepada masing-masing kelompok dan berikan tugas
kepada mereka untuk mempelajari dan mencari informasi tentang sub
materi yang didapatkan
5) Berikan mereka waktu yang cukup untuk mempersiapkan sub materi yang
akan disampaikan
6) Masing-masing kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi
sesuai dengan urutannya di depan kelas, guru bertindak sebagai narasumber
7) Guru menyampaikan kesimpulan dan memberikan klarifikasi seandainya
terjadi kekurangan disaat penyampaian sub materi oleh siswa.
Tutor sebaya memiliki pengaruh yang cukup signifikan di dalam
pembelajaran matematika. Salah satunya adalah disebabkan karena siswa yang
tidak mengerti terhadap suatu materi tidak akan malu bertanya kepada teman
sebayanya yang sudah mengerti, sehingga tidak menutup kemungkinan materi
yang awalnya tidak dipahaminya, setelah dijelaskan oleh temannya yang sudah
paham, bisa dipahaminya dengan mudah. Akibatnya kesulitan belajar siswa
terhadap suatu materi tersebut dapat diatasi dan secara tidak langsung, hal
tersebut dapat membantu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.10

10
Observasi di SMAN 1 Gerung, Jumat/ 26 Oktober 2018, jam 10.00
Selanjutnya, dari hasil studi tentang penerapan metode tutor sebaya,
Didi Suprijadi, Ida Ayu Putu Satyani, dkk, dll menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan metode tutor sebaya memiliki pengaruh yang sangat
besar, baik pada hasil belajar maupun pengalaman atau proses belajar siswa.11

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah penggunaan metode tutor sebaya dapat mengurangi dampak
kesulitan belajar dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
metode tutor sebaya dalam mengurangi dampak kesulitan belajar dan
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

D. Kajian Studi Terdahulu


1. Judul/Nama Peneliti/Tahun
1) Pengaruh Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VII SMP Daarussalam Jakarta, oleh Didi Suprijadi, tahun 2010
2) Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Pengolahan Data, oleh Maman Ahdiyat, tahun 2014
2. Variabel yang diteliti
Metode Tutor Sebaya (X), Hasil belajar (Y)
3. Hasil temuan
Terdapat perbedaan rata-rata antara prestasi belajar matematika yang diajar
menggunkaan pendekatan tutor sebaya dengan prestasi belajar matematika
yang diajar dengan metode konvensional. Hal tersebut ditunjukan dari uji
rata-rata yang diperoleh nilai thitung 2,089 dan ttabel 2,02, sehingga nilai
thitung berada pada daerah penolakan H0 dan penerimaan H1 dan

11
Ibid. Hal. 134
dikategorikan memiliki perbedaan yang sangat kuat (signifikan), antara
rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan pendekatan tutor
sebaya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika yang
menggunakan metode konvensional. Penerapan pembelajaran dengan
metode tutor sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar, baik pada hasil
belajar maupun pengalaman atau proses belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari hasil skor rata-rata yang diperoleh siswa yang diajarkan dengan
metode tutor sebaya.
4. Persamaan
Penelitian bertujuan untuk meneliti salah satu variabel yaitu metode tutor
sebaya yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel hasil belajar.
5. Perbedaan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan materi Pengolahan Data,
sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan materi
Persamaan Linier Satu Variabel.
Judul/nama peneliti/tahun Variable Hasil temuan Persamaan Perbedaan
yang diteliti
3) Pengaruh Tutor Metode Tutor Terdapat perbedaan rata-rata Penelitian bertujuan Pada penelitian ini,
Sebaya terhadap Hasil Sebaya (X), antara prestasi belajar matematika untuk meneliti salah peneliti menggunakan
Belajar Matematika Hasil belajar yang diajar menggunkaan satu variabel yaitu materi Pengolahan Data,
Siswa Kelas VII SMP (Y) pendekatan tutor sebaya dengan metode tutor sebaya sedangkan dalam
Daarussalam Jakarta, prestasi belajar matematika yang yang diduga memiliki penelitian yang akan
oleh Didi Suprijadi, diajar dengan metode pengaruh terhadap dilakukan menggunakan
tahun 2010 konvensional. Hal tersebut variabel hasil belajar. materi Persamaan Linier
4) Metode Tutor Sebaya ditunjukan dari uji rata-rata yang Satu Variabel.
untuk Meningkatkan diperoleh nilai thitung 2,089 dan
Hasil Belajar Siswa ttabel 2,02, sehingga nilai thitung
pada Materi berada pada daerah penolakan H0
Pengolahan Data, oleh dan penerimaan H1 dan
Maman Ahdiyat, dikategorikan memiliki perbedaan
tahun 2014 yang sangat kuat (signifikan),
antara rata-rata hasil belajar
matematika yang menggunakan
pendekatan tutor sebaya lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil
belajar matematika yang
menggunakan metode
konvensional. Penerapan
pembelajaran dengan metode
tutor sebaya memiliki pengaruh
yang sangat besar, baik pada hasil
belajar maupun pengalaman atau
proses belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari hasil skor rata-rata
yang diperoleh siswa yang
diajarkan dengan metode tutor
sebaya.
E. Kajian Teori
1. Pembelajaran
1) Pengertian
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran,
tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan diri siswa. Sanjaya
(2005:22) mengemukakan pembelajaran adalah membentuk kreasi
lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif
siswa. UU No. 20/2003, Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses
interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.12
Menurut Corey (sagala, 2010:61) pembelajaran adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.13
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan guru dan siswa dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan berupa ilmu pengetahuan,
kemahiran, tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan diri siswa
dalam suatu lingkungan belajar tertentu.
2) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran harus ditentukan terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan proses belajar mengajar. Guru harus dapat menentukan
metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam penyampaian
materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai
dengan baik. Majid (2015: 23) menyatakan metode pembelajaran

12
Dwi Reni Okta Riani. Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 2 Way Huwi” (Bandar Lampung:
Universitas Lampung, 2017). Hal. 8
13
Afandi, Muhammad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Unissula Press:
Semarang. Hal. 15
merupakan penyajian efektif dari muatan/konten tertentu pada suatu
pembelajaran sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Aqib (2013: 70) juga mengemukakan metode pembelajaran
didefinisikan sebagai cara yang digunkan guru, yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sumantri (2015:
3) menyatakan metode adalah cara atau prosedur yang digunakan oleh
fasilitator (guru) dalam interaksi pembelajaran dengan memperhatikan
keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan tertentu.14
Macam-macam metode pembelajaran antara lain:
a. Metode karya wisata (out door)
Menurut Anitah (2008: 5.29) Pembelajaran outdoor hampir identik
dengan pembelajaran karya wisata artinya aktivitas belajar siswa
dibawa ke luar kelas. Pembelajaran ini harus direncanakan,
dalikasanakan, dan dievaluasi secara sistematis dan sistemik.
Sering dalam implementasi pembelajaran outdoor, siswa tidak
memiliki panduan belajar sehingga esensi kegiatan tersebut kurang
dirasakan manfaatnya. Pembelajaran outdoor selain untuk
peningkatan kemampuan juga lebih bersifat untuk peningkatan
aspek-aspek psikologi siswa, seperti rasa senang dan rasa
kebersamaan yang selanjutnya berdampak terhadap peningkatan
motivasi belajar siswa. Karakteristik dari pembelajaran outdoor
yaitu menemukan sumber bahan pelajaran sesuai dengan
perkembangan masyarakat, dilaksanakan di luar kelas/sekolahan,
memiliki perencanaan, aktivitas siswa lebih muncul dari pada guru,
aspek pembelajaran merupakan salah satu implementasi dari
pembelajaran berbasis kontekstual. (Anitah, 2008: 5.29).
b. Metode talking stick
Metode pembelajaran talking stick adalah Metode pembelajaran
yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang

14
Loc.cit. Hal. 10
tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pokoknya, Sugihharto (http://id.shvoong.com/
socialsciences/ education/ 2156062 pengertian-metode-talking
stick/). Metode pembelajaran talking stick dipergunakan guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berorientasi pada
terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang
diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru
menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan
pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa
yang sedang memegang tongkat, itulah yang yang memperoleh
kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
c. Metode discovery learning
Menurut Djamarah (2008: 22) discovery learning adalah belajar
mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar
ini, guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak berbentuk final,
tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan
sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan
masalah.
d. Metode brainstorming
Metode brainstorming merupakan bentuk dari pengembangan
metode diskusi. Model diskusi banyak dikembangkan menjadi
metode pembelajaran baru, salah satunya yaitu metode
brainstorming. Diskusi adalah model pembelajaran yang
membahas suatu masalah oleh sejumlah anggota kelompok, setiap
anggota kelompok bebas untuk menyumbangkan ide, saran,
pendapat, informasi yang dimiliki, dan gagasan. Setiap anggota
bebas untuk menanggapi, didukung, atau bahkan tidak sepihak.
Sedangkan dalam metode brainstorming semua ide atau gagasan
ditampung oleh ketua kelompok dan hasilnya kemudian dijadikan
peta gagasan. Hasil dari peta gagasan menjadi kesepakatan bersama
dalam kelompok. Menurut Danajaya (2010: 79), brainstorming
adalah metode pembelajaran dirancang untuk mendorong
kelompok mengekspresikan berbagai macam ide dan menunda
penilaian-penilaian kritis. Setiap orang menawarkan ide yang
dicatat, kemudian dikombinasikan dengan berbagai macam ide
yang lainnya. Pada akhirnya kelompok tersebut setuju dengan hasil
akhirnya.
Brainstorming adalah metode pembelajaran yang mendorong
kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap
anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang
diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai
pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri
dalam menyumbangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap
benar (Hasibuan, 2008: 21).
e. Metode diskusi
Diskusi menurut Suryosubroto (2009:167) adalah percakapan
ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk
saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama
mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas
suatu masalah. Menurut Wahab (2008:100) diskusi adalah suatu
tugas yang benarbenar memerlukan keahlian sedangkan menurut
Sagala (2011:208) Diskusi adalah percakapan ilmiah yang reponsif
berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-
pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide
ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung
dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan
masalahnya dan untuk mencari kebenaran. Dalam diskusi selalu ada
suatu pokok yang dibicarakan. Dalam percakapan itu diharapkan
para pembicara tidak menyimpang dari pokok pembicaraan.
Mereka harus selalu senantiasa kembali kepada pokok masalahnya.
Pada hakikatnya diskusi berbeda dengan percakapan, situasi lebih
santai kadang diselingi dengan humor. Dalam diskusi, semua
anggota turut berfikir dan diperlukan disiplin yang ketat. Metode
diskusi menurut Suryosubroto (2009:167) adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan
kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas
sesuatu masalah.
f. Metode luar kelas
Kajawati (1995) menyatakan bahwa metode outdoor study atau
metode di luar kelas adalah metode di mana guru mengajak siswa
belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan
dengan tujuan mengakrabkan siswa dengan lingkungannya.
Melalui outdoor study lingkungan luar kelas dapat digunakan
sebagai sumber belajar. Peran guru di sini adalah sebagai motivator,
artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif,
kreatif dan akrab dengan lingkungan, (Muslisch, M, 2009 : 239).
Hal- hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar metode
pembelajaran di luar kelas (outdoor study) berhasil dengan baik
diantaranya adalah a) mampu mengidentifikasi objek outdoor study
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, b) membuat perencanaan
dan panduan siswa dalam melaksanakan outdoor study, c) mampu
mempersiapkan bahan dan alat akan digunakan dalam kegiatan, d)
mampu mengontrol, memfasilitasi dan membimbing aktivitas siswa
selama melaksanakan kegiatan, e) mampu menilai kegiatan outdoor
study.15
2. Tutor sebaya
1) Pengertian
Dalam kamus bahasa Indonesia (Qonita Alya 2009 : 818 ) Tutor adalah
orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau

15
Afandi, Muhammad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Unissula Press:
Semarang. Hal. 83-124
sejumlah kecil mahasiswa, Tutorial adalah pembimbing kelas (tutor)
untuk seorang mahasiswa atau sekelompok kecil mahasiswa.
Sedangkan Sebaya adalah sama umurnya (tuanya).
Ada beberapa teori dalam mendasari strategi pembelajaran dengan tutor
sebaya adalah sebagai berikut :
a. Zaini (dalam Suyitno, 2004 : 36) mengatakan bahwa metode belajar
yang paling baik adalah mengajarkan kepada orang lain. Oleh
karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai
strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam
mengerjakan materi kepada temantemannya.
b. Conny Semiawan (dalam Suherman dkk, 2003 : 276)
mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah siswa yang pandai
memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai.
c. Suryo dan Amin (1982:51) yang dimaksud dengan tutor sebaya
adalah seorang atau berapa orang siswa yang ditunjuk dan
ditugaskan untuk membantu siswasiswa tertentu yang mengalami
kesulitan belajar.16
Menurut Suherman, dkk (2003: 34) tutor sebaya adalah sekelompok
siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan
pelajaran yang dipelajarinya. Bantuan belajar oleh tutor sebaya dapat
menghilangkan kecanggungan. Bahasa tutor sebaya lebih mudah
dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah
diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang
paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya sehingga seluruh siswa dapat tuntas dalam
pembelajaran (Sukmadinata, 2007: 55).
Slavin (dalam Isjoni, 2009: 17) tutor sebaya adalah model pembelajaran
yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong

16
Didi Suprijadi. 2010. Pengaruh Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VII SMP Daarussalam Jakarta. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta. Vol. 3 No. 2. Hal 130
para siswa Ischak dan Warji (dalam Suherman, 2003:276) berpendapat
bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap
bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.17
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tutor
sebaya merupakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan semua
siswa di dalam kelas, di mana siswa yang telah menguasai suatu materi
memberikan bantuan terhadap temannya yang belum memahami materi
yang bersangkutan.
2) Langkah-langkah metode tutor sebaya
Silberman (2006: 185), langkah-langkah dalam tutor sebaya adalah
sebagai
berikut.
a) Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok. Buatlah sub-sub
kelompok dengan jumlah yang sesuai dengan topik yang akan
diajarkan.
b) Beri tiap kelompok sejumlah informasi, konsep, atau keterampilan
untuk diajarkan kepada siswa lain. Topik yang diberikan kepada
siswa harus saling berkaitan.
c) Perintahkan tiap kelompok untuk menyusun cara dalam menyajikan
atau mengajarkan topik mereka kepada siswa lain. Sarankan mereka
untuk menghindari cara mengajar sistem ceramah atau pembacaan
laporan, doronglah mereka untuk menjadikan pengalaman belajar
sebagai pengalaman yang aktif.
d) Berikan waktu yang mencukupi untuk merencanakan dan
mempersiapkannnya (baik di dalam maupun di luar kelas).
Kemudian perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran
mereka. Beri tepuk tangan atas usaha keras mereka.

17
Dwi Reni Okta Riani. Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 2 Way Huwi” (Bandar Lampung:
Universitas Lampung, 2017). Hal. 21-22
e) Guru bisa membuat variasi dengan memerintahkan siswa mengajar
atau memberi bimbingan kepada siswa lain secara individual atau
kelompok kecil. Selain itu berikan kesempatan tiap kelompok untuk
memberi siswa tugas membaca sebelum memulai pelajaran mereka.
Zaini (dalam Suyitno, 2004: 34) langkah-langkah model pembelajaran
tutor sebaya adalah sebagai berikut:
a) Pilih materi yang memungkinkan untuk dipelajari siswa secara
mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi.
b) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang
heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru.
Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak
sebagai tutor sebaya.
c) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi.
Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor
sebaya.
d) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas
e) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi
sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai
narasumber utama.
f) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan
sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi
seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.18
3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutor Sebaya
Djamarah (2010: 26-27), kelebihan pelaksanaan tutor sebaya sebagai
berikut.
a) Adakalanya hasil lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai
perasaan takut atau enggan bertanya kepada gurunya.

18
Loc.cit. Hal. 22-24
b) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan bermanfaat bagi dirinya sendiri
untuk memperkuat konsep yang dibahas.
c) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang
tanggung jawab dalam mengemban tugas, dan melatih kesabaran.
d) Mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal
perasaan sosial.
Adapun kekurangan dari pelaksanaan tutor sebaya adalah:
a) Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena merasa
hanya berhadapan dengan temannya.
b) Ada beberapa anak yang malu bertanya karena takut rahasianya
diketahui oleh teman sebayanya.
c) Bagi guru sulit menentukan tutor yang tepat bagi seseorang atau
beberapa orang yang dibimbingnya.19
3. Belajar dan Hasil Belajar
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya, Educational
Psychology: The Teaching-Leaching Process, mengungkapkan dalam
pernyataan ringkasnya bahwa belajar adalah “... a process of progressive
behaviour adaptation” (Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian
tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan
eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan
mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan
dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “...acquisition of any
relatively permanent change in behaviour as a result of practice and
experience” (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya
adalah process of acquiring responses as a result of special practice
(belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya
latihan khusus).20

19
Ibid. Hal. 24-25
20
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hal. 64-65
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil
latihan dan pengalaman.
Hasil merupakan sesuatu yang diperoleh oleh individu setelah individu
tersebut melakukan suatu pekerjaan/kegiatan. Dalam kegiatan
pembelajaran terdapat istilah yang disebut dengan hasil belajar. Suprijono
(2013: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
potensi kemanusiaan saja.
Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Hasil belajar merupakan hal yang amat penting, hasil belajar dapat
memberi informasi tentang pencapaian tujuan instruksional siswa. Hasil
belajar yang baik akan terwujud apabila proses belajar atau kegiatan
pembelajaran berjalan dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar adalah kegiatan yang memanfaatkan metode
pembelajaran variatif, yaitu menggunakan metode tutor sebaya.
Bloom (dalam Poerwanti, 2008: 65) membagi hasil belajar menjadi tiga
ranah, yaitu:
1) Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari lima aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari tiga aspek,
yakni penerimaan jawaban, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada lima aspek dalam ranah psikomotorik: (a)
gerakan refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c) kemampuan
perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, dan (e) gerakan
ketrampilan.21
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai
isi bahan pengajaran. (Sudjana. 2004: 23).22
4. Matematika
Menurut Depdiknas (2003, p.723) “Matematika adalah ilmu tentang
bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan”. Ditinjau
dari struktur dan urutan unsur-unsur pembentuknya.
Russel dalam Hamzah B. Uno (2009, p.108) mendefinisikan bahwa
matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-
bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang
dikenal itu tersusun baik (konstruktif), secara bertahap menuju arah yang
rumit (kompleks) dari bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan riil ke
bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan
integral, dan menuju matematika yang lebih tinggi.
Matematika merupakan suatu studi yang digunakan dalam menyelesaian
masalah mengenai bilangan dari arah yang dikenal itu tersusun baik
(konstruktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks).
Berdasarkan definisi-definisi yang dipaparkan oleh para ahli tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang bbidang
kajiannya bersifat abstrak yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan.

21
Loc.cit. Hal. 31-32
22
Maman Ahdiyat dan Sarjaya. 2014. Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada Materi Pengolahan Data. Jurnal Formatif . Vol. 4 No. 1. Hal. 74
F. Referensi
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Afandi, Muhammad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah.
Unissula Press: Semarang .
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada:
Jakarta
Didi Suprijadi. 2010. Pengaruh Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP Daarussalam Jakarta. Jurnal Ilmiah Faktor
Exacta. Vol. 3 No. 2.
Dwi Reni Okta Riani. Skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 2
Way Huwi” (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2017).
Jesman. 2013. Meningkatkan Kemampuan Lompat Jauh Melalui Metode Tutor
Sebaya pada Siswa Kelas V SD Inpres 12 Baiya. Jurnal Jesman.
Maman Ahdiyat dan Sarjaya. 2014. Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika pada Materi Pengolahan Data. Jurnal Formatif . Vol.
4 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai