Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA

DALAM MENYELESAIKAN SOALCERITA MATERI


HIMPUNAN

Skripsi
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : SOFIA NOORSEHA


NPM : 201913500398

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhn Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat, nikmat serta karunianya kepada penulis karena telah

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih saya ucapkan kepada

dosen pembimbing yaitu Ibu Seruni, M.Pd yang telah memberikan tugas ini

kepada kami semua.

Skripsi ini dibuat sebatas dengan kemampuan dan pengetahuan yang penulis

miliki. Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan dapat

berguna untuk menambah pengetahuan kita. Saya selaku penulis sangat menyadari

banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam membuat penelitian ini. Sehingga

saya sangat berharap agar bisa mendapatkan kritik dan saran yang membangun

agar nantinya pembuatan penelitian lainnya akan menjadi lebih baik di masa yang

akan datang.

Semoga skripsi ini dapat dengan mudah dipahami oleh para pembaca. Dan penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan banyak informasi dan berguna bagi

semuanya. Saya selaku penulis mengucapkan permintaan maaf apabila dalam

pembuatan makalah ini ini terdapat banyak kekurangan ataupun kesalahan.

Jakarta, 20 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................4
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................8
C. Fokus Masalah ...........................................................................................8
D. Rumusan Masalah ......................................................................................9
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................9
F. Manfaat Penelitian .....................................................................................9
G. Sistematika Penulisan ..............................................................................11
II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ................................ 12
A. Deskripsi Teori Terkait .............................................................................12
A. Hakikat Kecerdasan Logika Matematika ............................................ 12
B. Pembelajaran Materi Himpunan .......................................................... 35
C. Pembelajaran Matematika dalam Bentuk Soal Cerita ......................... 42
B. Penelitian yang relevan .............................................................................44
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................48
B. Desain Penelitian ..................................................................................48
C. Subjek Penelitian ..................................................................................49
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................49
E. Teknik Analisis Data ............................................................................50
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ..............................................................51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 55
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika bukan merupakan suatu hal asing yang terdengar di

telinga. Dalam segala aspek kehidupan kita tidak pernah terlepas dari

peran matematika, setiap saat selalu dihadapkan dengan yang namanya

matematika, karena matematika merupakan komponen penting dalam

kehidupan. Menurut (Efendi, 2021; Ali, 2015; Almira, 2016) matematika

merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting di dalam pendidikan.

Mata pelajaran matematika ini perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar menengah hingga perguruan tinggi, sebagai

kurikulum universal yang dikemukakan oleh (Rostika, 2017; Endang,

2019; Indriyani, 2018) dalam mendasari perkembangan teknologi modern.

Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik

dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah dan kompetetif.

Dalam pembelajaran matematika, peserta didik mayoritas terlalu

fokus pada rumus saja. Pernyataan ini membuat pembelajaran peserta

didik dapat terhambat, khususnya pada materi yang membutuhkan

pengaitan konsep-konsep yang tidak lagi sederhana. Namun nyatanya,

menurut peserta didik penggunaan kalimat yang terdapat pada soal


matematika menuntut peserta didik untuk lebih cermat dalam memahami

soal serta menyelesaikannya. Oleh karena itu, banyak yang meyakini

bahwa menyelesaikan soal erat kaitannya dengan kecerdasan yang dimiliki

peserta didik, selain itu kecerdasan merupakan salah satu faktor penting

untuk mempengaruhi prestasi peserta didik. Menurut Howard Gardner

(1983) mengungkapkan bahwa kecerdasan dibagi menjadi 9 jenis yaitu

kecerdasan verbal linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan

spasial, kecerdasan gerak kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan

intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis dan

kecerdasan eksistensial.

Pada dasarnya setiap peserta didik itu unik, karena memiliki

kecerdasan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini

dikarenakan kecerdasan bukanlah sifat kepribadian, tetapi kualitas hasil

belajar serta perkembangan dan kondisi peserta didik. Salah satu

kecerdasan yang dimiliki oleh setiap peserta didik adalah kecerdasan

logika matematika terutama pada saat pembelajaran matematika sangat

digunakan kemampuan kecerdasan tersebut. Menurut (Irvaniyah, 2014;

Relawati, 2021; Fauzi, 2017) mengungkapkan bahwa kecerdasan logika

matematika adalah kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif

dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis

pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan

kemampuan berpikir. Kecerdasan logika matematika sering dipandang dan

dihargai lebih tinggi dari jenis-jenis kecerdasan lainnya.


Kecerdasan matematika dibedakan dalam 6 komponen, yaitu

kemampuan abstraksi, kemampuan logika berpikir, pemahaman yang

spesifik, kekuatan intuitif, kemampuan menggunakan rumus atau formula

serta daya ingat atau imajinasi berpikir matematika. Kecerdasan logika ini

dicirikan sebagai kemampuan yang dimiliki otak kiri dan juga amat

penting karena membantu mengembangkan keterampilan berpikir. Peserta

didik mudah berpikir logis karena dilatih mental dan belajar alur

penyelesaian yang benar. Upaya untuk mengembangkan belajar berhitung

dimana dapat dilakukan dengan melalui soal cerita, namun tidak hanya

terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial

dan emosional, karena itu pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik,

bervariasi dan menyenangkan. Peserta didik yang memiliki kecerdasan

logika matematika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan

menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadi sesuatu.

Peserta didik tersebut menyenangi berpikir secara konseptual,

misalnya menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi

terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik ini cenderung menyukai

aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan

masalah matematika. Peserta didik yang memiliki kecerdasan logika

matematika yang tinggi akan memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi

pula. Oleh karena itu, peserta didik tersebut mudah mengenal dan

menghafal rumus-rumus selain itu juga mudah untuk diajak berpikir secara

ilmiah. Pada saat pembelajaran matematika berlangsung peserta didik


tersebut akan mendengarkan dan memperhatikan dengan cermat sehingga

konsep-konsep yang diberikan oleh si pendidik dapat dipahami dengan

baik oleh peserta didik terutama pada saat diberikan soal dalam bentuk

cerita.

Penyajian soal dalam bentuk cerita merupakan usaha meciptakan

suatu cerita untuk menerapkan konsep yang sedang dipelajari sesuai

dengan pengalaman sehari-hari. Biasanya peserta didik akan lebih tertarik

untuk menyelesaikan soal-soal atau masalah yang ada hubungannya

dengan kehidupannya. Peserta didik diharapkan dapat menafsirkan kata-

kata dalam soal, melakukan kalkulasi dan menggunakan prosedur-

prosedur relevan yang telah dipelajarinya. Soal cerita melatih para peserta

didik berpikir secara analisis, melatih kemampuan menggunakan tanda

operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian),

serta prinsip-prinsip atau rumus-rumus dalam materi himpunan yang telah

dipelajari. Soal cerita juga berkaitan dengan soal HOTS (Hight Order

Thinking Skill) di mana dalam soal cerita tersebut membutuhkan tingkat

pemahaman analisis soal yang tinggi. Untuk sampai pada hasil yang

diinginkan, dalam menyelesaikan soal cerita peserta didik memerlukan

kemampuan-kemampuan tertentu.

Kemampuan tersebut terlihat pada “pemahaman soal” yakni

kemampuan apa yang diketahui dari soal, apa yang ditanyakan dalam soal,

apa saja informasi yang diperlukan dan bagaimana akan menyelesaikan

soal tersebut. Kegiatan pembelajaran tidak hanya menerima informasi dari


pendidik saja tetapi juga mengolah informasi sebagai masukan untuk

meningkatkan kemapuan pada setiap peserta didik. Mayoritas pendidik

selama ini hanya menggunakan metode ceramah dan belum menggunakan

metode lainnya sehingga pada saat pembelajaran berlangsung, peserta

didik mengalami kesulitan untuk memahami materi pembelajaran

matematika terutama pada bentuk soal cerita. Oleh karena itu, peserta didik

menganggap bahwa matematika sulit untuk dipelajari. Tentu saja hal ini

sangat mempengaruhi tingkat kecerdasan logika menjadi rendah pada

peserta didik. Kenyataan seperti ini sangat memprihatinkan mengingat

matematika sangat berpengaruh dalam meningkatkan kecerdasan logika

matematika.Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,

maka penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti diberi judul “Analisis

Kecerdasan Logika Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi

Himpunan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka

terdapat identifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Matematika masih dirasa sulit oleh peserta didik.

2. Peserta didik kurang cermat dalam menyelesaikan soal cerita

matematika.

3. Kurangnya interaksi antar pendidik dan peserta didik.

C. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus masalah

pada peneltian ini sebagai berikut:


1. Membantu peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita

matematika pada materi himpunan dengan mudah dan cermat.

2. Melatih kecerdasan logika matematika pada setiap peserta didik

dalam pembelajaran matematika berlangsung.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang mejadi pokok

permasalahan penelitian ini adalah bagaimana kecerdasan logika

matematika dalam membantu peserta didik dalam menyelesaikan

permasalahan terkait soal cerita materi himpunan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kecerdasan logika siswa

melalui soal cerita matematika pada materi himpunan.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun praktis. Diantaranya sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis
Beberapa manfaat penelitian secara teoritis:
1. Bagi peserta didik
a) Untuk mengetahui sejauh mana tingkatan kecerdasan

logika matematika setiap peserta didik.


b) Pemberian evaluasi berupa soal cerita pada materi

himpunan dan diharapkan dapat meningkatkan

kecerdasan logika matematika.

2. Bagi pendidik

a) Sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatan

kecerdasan logika matematika.

b) Memberikan motivasi dan dorongan kepada setiap

peserta didik untuk meningkatan kecerdasan logika

terutama pada pembelajaran matematika di sekolah.

3. Bagi sekolah

a) Sebagai alternatif dalam meningkatkan mutu

pendidikan.

b) Memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia

pendidikan, khususnya pendidikan matematika.

4. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman tentang

menganalisis kecerdasan logika matematika dalam

menyelesaikan soal cerita materi himpunan.

b. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengukur sejauh
mana kecerdasan logika matematika pada peserta didik terutama
dalam menyelesaikan soal cerita materi himpunan, sehingga
penelitian ini dapat berguna untuk khalayak umum khususnya
untuk guru matematika yang ada di Indoenesia ini.
G. Sistematika Penulisan
• Bab I : Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini meliputi latar belakang

penelitian, identifikasi masalah, fokus masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

• Bab II : Landasan Teori dan Kerangka Berpikir

Pada bab landasan teori dan kerangka berpikir ini meliputi

deskripsi teori terkait dan penelitian yang relevan.

• Bab III : Metode Penelitian

Pada bab metode penelitian ini meliputi waktu dan tempat

penelitian, metode penelitian, subjek penelitian, metode

pengumpulan data, teknik analisis data dan pemeriksaan keabsahan

data.

• Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab hasil penelitian dan pembahasan ini meliputi

deskripsi data dan pembahasan hasil temuan.

• Bab V : Simpulan dan Saran

Pada bab simpulan dan saran ini meliputi kesimpulan dan

saran dari penelitian tersebut.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Deskripsi Teori Terkait

A. Hakikat Kecerdasan Logika Matematika


a. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata dasar cerdas yaitu cerdik dan pintar,

kesempurnaan perkembangan akal budi, cepat mengerti jika mendengar

keterangan dan cepat tanggap dalam menghadapi masalah. Kecerdasan

merupakan kemampuan peserta didik untuk bisa memecahkan

permasalahan, mampu beradaptasi dengan baik, mampu mengubah arah

tindakan serta mengkritik diri sendiri. Kecerdasan yang biasa disebut

dengan intelegensi berasal dari bahasa Latin “intelligence” yang berarti

menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Kecerdasan atau

intelegensi yang merupakan kemampuan untuk memahami dunia dengan

berpikir secara rasional dan menggunakan berbagai macam sumber secara

efektif. Sangat penting untuk mengetahui arti dari kecerdasan, sehingga

kita mengetahui bahwa intelegensi tersebut tidak hanya dipandang

berdasarkan IQ saja.

Menurut Charles Spearman kecerdasan dibagi menjadi 2 yaitu

kecerdasan umum yang biasa disebut sebagai faktor (g) dan kecerdasan

spesifik yang biasa disebut sebagai faktor (s). Kecerdasan faktor umum (g)

ini berkaitan dengan kecerdasan umum pada peserta didik yang dibawa

sejak lahir. Artinya, setiap peserta didik sudah memiliki kecerdasan faktor

umum ini, tetapi berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Oleh
karena itu, pada kecerdasan faktor umum ini memiliki 3 konsep kognisi

yang membedakan faktor (g) pada setiap individu, yakni konsep

menangkap pengalaman, konsep mengembangkan relasi dan konsep

mengembangkan korelasi. Ketiga konsep ini memiliki kemampuan yang

berbeda-beda setiap peserta didik tergantung pada besaran faktor (g).

Semakin besar faktor (g) yang dimiliki oleh peserta didik, semakin kuat

ketiga konsep tersebut dimilikinya.

Kecerdasan spesifik yang biasa disebut dengan kecerdasan faktor (s)

bersifat khusus atau spesifik. Kecerdasan ini berkaitan dengan

keterbatasan peserta didik pada bidang tersebut. Artinya, setiap peserta

didik sudah memiliki kecerdasan faktor spesifik ini, tetapi terbatas dan

berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Kecerdasan faktor (s) juga

memiliki karakteristik yaitu kecerdasan ini dipelajari dan diperoleh dari

lingkungan serta jumlah muatan (s) pada setiap peserta didik berbeda-

beda. Oleh karena itu, kecerdasan ini dominan di bidang yang dikuasai

oleh setiap peserta didik.

Ada beberapa tokoh lain yang memberikan definisi kecerdasan

sebagai berikut:

• Kecerdasan merupakan kemampuan atau keterampilan untuk

memecahkan masalah maupun menciptakan produk yang bernilai di

dalam satu ataupun lebih bangunan budaya tertentu. (Gregory)


• Kecerdasan merupakan suatu kemampuan menghadapi serta

menyesuaikan diri terhadap situasi baru dengan tepat dan efektif

(C.P. Chaplin)

• Kecerdasan merupakan kemampuan untuk belajar, keseluruhan

pengetahuan yang diperoleh, serta kemampuan dalam beradaptasi

dengan situasi baru maupun lingkungan pada umumnya. (Anita E.

Woolfolk)

• Intelegensi merupakan kemampuan dalam mengarahkan pikiran

atau tindakan. Kemampuan guna mengubah arah tindakan apabila

tindakan sudah dilakukan serta kemampuan untuk mengkritik diri

sendiri. (Alfred Binet dan Theodore Simon)

• Intelegensi merupakan suatu kemampuan bertindak dengan terarah,

berpikir rasional juga menghadapi lingkungan secara efektif. (David

Wechsler)

• Intelegensi merupakan kemampuan untuk memahami masalah yang

sulit, ekonomis, abstrak, dan diarahkan pada tujuan sehingga

memiliki nilai sosial serta berasal dari sumbernya. (George D.

Stoddard)

Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk mengatasi

masalah, untuk menyesuaikan diri, untuk belajar, dan mengkritik diri

sendiri.

Selain memahami definisi dari kecerdasan, kita juga harus memahami

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan, antara lain


(1)
Faktor bawaan atau biologis merupakan faktor yang ditentukan oleh sifat

yang dibawa sejak lahir, batas kesanggupan atau kecakapan peserta didik
(2)
dalam memecahkan masalah, Faktor minat dan pembawaan yang khas

merupakan faktor yang mengarah kepada perbuatan suatu tujuan dan

merupakan dorongan bagi perbuatan tersebut, (3)Faktor pembentukan atau

lingkungan merupakan faktor dari segala keadaan di luar diri seseorang


(4)
yang mempengaruhi perkembangan intelegensi, Faktor kematangan

merupakan faktor tiap organ dalam tubuh manusia mengalami


(5)
pertumbuhan dan perkembangan, Faktor kebebasan merupakan faktor

yang dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang

dihadapi, di samping kebebasan memilih metode juga bebas dalam

memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Tentunya peserta didik yang memiliki kecerdasan yang tinggi sejak

usia dini sangat berbeda. Tanda-tanda tersebut bisa dilihat dalam kegiatan

sehari-hari. Berikut beberapa tanda-tanda seseorang memiliki kecerdasan

yang tinggi sejak usia dini, yaitu:

a) Memiliki imajinasi serta aktivitas yang tinggi

Imajinasi memiliki arti daya pikir untuk membayangkan,

berangan-angan atau menciptakan sebuah gambar, kejadian atau

pengalaman, khayalan. Imajinasi ada kaitannya dengan akal dan

pikiran peserta didik tentang sesuatu. Setiap peserta didik memiliki

imajinasi yang berbeda-beda.

b) Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi


Rasa keingintahuan yang tinggi merupakan suatu sikap dan

tindakan yang selalu berusaha untuk memahami sesuatu secara

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar. Mereka akan selalu berusaha untuk mencari cara agar

keingintahuannya dapat terpenuhi. Entah bertanya pada yang lebih

paham atau mencari tahu dengan sendiri melalui buku dan media

lainnya.

c) Memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal

Minat merupakan dimensi dari aspek afektif yang berperan

dalam kehidupan. Minat merupakan sumber motivasi yang

menjadi pendorong peserta didik untuk melakukan sesuatu yang

diinginkan. Minat dipengaruhi diri sendiri dan juga lingkungan

sekitar.

d) Berani mengajukan pendapat terhadap suatu kejadian

Peserta didik dengan kecerdasan yang tinggi akan berani

mengemukakan pendapatnya. Mereka akan percaya jika apa yang

akan disampaikan adalah benar. Jika tidak direspon dengan baik,

mereka tidak akan kesal dan marah. Berikut beberapa tips untuk

mendapatkan pendapat antara lain, kenali diri sendiri, memahami

informasi seputar topik yang akan dibahas, perhatikan mimik dan

nada suara, yakin dengan apa yang akan disampaikan serta jangan

memotong pembicaraan orang lain.

e) Mampu mengingat hal-hal yang dialami


Peserta didik dengan kecerdasan yang tinggi cenderung

akan memiliki daya ingat yang kuat. Hal ini membuat mereka

mampu mengingat hal-hal yang pernah dialami.

f) Senang dalam menunjukkan ekspresi

Ekspresi menjadi salah satu cara dalam berkomunikasi.

Ekspresi menjadi salah satu cara dalam memberitahukan perasaan

yang sedang dialami. Ekspresi dibagi menjadi 3 yaitu, ekspresi

senang, ekspresi marah dan ekspresi sedih.

g) Tingkat kepercayaan diri yang tinggi

Peserta didik dengan kecerdasan tinggi memiliki

kepercayaan diri yang tinggi, mereka memiliki perasaan yang

positif terhadap dirinya, memiliki keyakinan yang kuat atas dirinya

serta pengetahuan akurat terhadap kemampuang yangdimiliki.

Berikut beberapa gambaran peserta didik yang memiliki

kepercayaan diri yang tinggi antara lain, dapat melakukan sesuatu

yang dipercayai sebagai sesuatu yang benar meskipun orang lain

meragukan, berani untuk mengambil risiko dan selalu berusaha

lebih untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, mengakui

kesalahan yang dilakukan dan bisa menjadikan sebagai pelajaran

kedepannya, tidak tergantung pujian dan akan menunggu orang

lain memberikan selamat atas keberhasilan kita serta menerima

pujian secara ramah dan senyum.


h) Mampu menyelesaikan masalah sendiri

Peserta didik dengan kecerdasan yang tinggi akan berusaha

untuk mencari jalan keluar dalam masalah yang dialaminya.

Mereka akan cendereung mencari jalan keluar tersebut secara

santai, tidak terburu-buru tetapi tepat pada sasaran.

b. Pengertian Logika

Logika adalah sebuah istilah yang berhubungan dengan pikiran

manusia. Logika sebagai salah satu cabang ilmu filsafat yang dapat

dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang filsafat sendiri,

logika tidak dapat dipisahkan dalam proses mencari suatu kebenaran atau

kesahihan. Logika bisa dikatakan sebagai logika scientia ataupun ilmu

logika. Dilihat dari logika sebagai ilmu, logika mempelajari kebolehan

manusia untuk berpikir secara sejajar, teratur, dan tepat. Adapun objek

material yang dipakai ilmu logika adalah berpikirin sesuai nalar, sementara

objek formal dari logika adalah pemikiran yang dipelajari dari aspek

ketepatannya.

Untuk dapat memperdalam pemahaman terkait logika, ada

beberapa pengertian logika yang dikemukakan oleh beberapa ahli,

yakni:

a) Aristoteles

Aristoteles mengungkapkan logika adalah ajaran mengenai

berpikir secara ilmiah membahas wujud pikiran itu sendiri dan

hukum yang mengendalikan pikiran.


b) William Alston

William Alston menjabarkan logika adalah pengkajian atau

studi terkait penyimpulan secara cermat upaya untuk memutuskan

segala ukuran guna memilah penyimpulan mana yang sah dan

mana yang tidak sah.

c) Soekadijo

Soekadijo berpendapat bahwa logika adalah suatu teknik

atau cara yang memang diciptakan atau dibuat untuk meneliti

ketepatan manusia dalam menalar.

d) Louis O Kattsoff

Kattsoff memahami bahwa logika adalah ilmu pengetahuan

terkait penyimpulan yang sejajar atau lurus. Logika menjabarkan

mengenai aturan-aturan dan cara guna mencapai suatu kesimpulan,

setelah didahului oleh suatu perangkat bernama premis atau

asumsi.

Selain mengetahui definisi dari logika, kita juga harus mengetahui macam-

macam logika sebagai berikut:

a) Logika Alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi peserta didik yang

berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh

keinginan-keinginan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah

tiap peserta didik sudah ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari

dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.


b) Logika Ilmiah

Logika ilmiah adalah memperhalus, mempertajam pikiran

serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang

merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.

Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja

dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman.

Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau

paling tidak dikurangi.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa logika adalah ilmu pikir atau

ilmu berpikir atau keterampilan berpikir. Sejak kecil peserta didik telah

bisa berpikir menggunakan nalar dan akal. Tanpa disadari, berpikir logis

dapat membuat peserta didik menjadi semakin cerdas. Sebab,

membiasakan peserta didik mengolah dan menganalisis suatu informasi,

mencari fakta dan kebenaran di baliknya serta mengambil kesimpulan dan

keputusan yang tepat. Tak bisa dipungkiri, belajar logika perlu usaha yang

cukup extra karena semua ilmu harus menggunakan hukum logika yang

bermanfaat untuk membantu peserta didik berpikir secara tepat dan benar.

Logika memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan

pengetahuan serta pengkajian tertentu. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan,

ia menjadi dasar yang menentukan pemikiran agar lurus, tepat dan sehat.

Oleh karena itu, fungsi logika itu sendiri adalah untuk menyelidiki,

merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang ditepati. Selain itu

dalam kehidupan sehari-hari logika membantu peserta didik untuk bisa


berpikir secara koheren serta dapat membedakan antara kebenaran dan

validasi. Menggunakan data untuk membuat kesimpulan menjadikan

peserta ddik lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan bertindak

Ketika kita berbicara tentang logika, tentu saja logika memiliki manfaat

yang akan dirasakan, antara lain melatih berpikir objektif dan cermat,

melatih berpikir sistematis dan efisien, membantu berpikir secara teratur

serta mengasah berpikir secara mandiri dan tajam.

Setelah mengemukakan beberapa manfaat diatas, logika ini memiliki

cara agar peserta didik bisa berpikir dengan logika atau berpikir secara

logis karena memiliki pikiran logis tidak instans, tetapi butuh proses.

Diantaranya ialah berpikir panjang sebelum membuat keputusan,

berorientasi pada masa depan, bertindak berdasarkan perhitungan,

mengajukan pertanyaan, isi waktu luang dengan mengerjakan hobi yang

kreatif serta mengatur strategi pada saat ingin melakukan suatu hal.

Adapun cara lain yang bisa dicoba pada setiap peserta didik yaitu berusaha

untuk berpikir secara objektif dan memiliki target hidup yang lebih terarah.

Selain itu dengan mempelajari ilmu logika ini sangat mampu dipercayai

karena mempunyai sistem berpikir yang logis atau yang masuk akal serta

berusaha meyakinkan seseorang entah dalam pernyataan tulis maupun

lisan untuk menerima pernyataan itu sebagai benar atau untuk bertindak

sebagai tanggapan atasnya karena premis untuk mendukungnya adalah

rasional atau kritis. Fungsi logika sendiri dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan di mana dalam pertanyaan itu terdapat syarat untuk bisa

menjawabnya.

Setiap peserta didik memiliki tingkatan berpikir dengan logikanya

berbeda-beda. Hal ini ditentukan dari latar belakang kehidupan,

lingkungan di sekitar, tingkat pendidikan dan juga kadar pemahaman

peserta didik itu sendiri. Untuk bisa melatih logika, maka peserta didik

harus mampu berpikir secara sistematis. Oleh karena itu, dibutuhkan

komponen untuk bisa berpikir dengan logika atau berpikir secara logis.

Menurut Arif Rohman mengemukakan bahwa berpikir dengan logika atau

berpikir secara logis memiliki 3 komponen, antara lain concept

(pengertian), decision (keputusan) dan reasoning (penalaran).

c. Pengertian Matematika

Matematika merupakan “ilmu pasti”, artinya setiap hasil jawaban

matematika selalu tepat tidak bisa ditawar contohnya, 2+2=4 karena dari

sejak dahulu hingga sekarang hasilnya pun tetap 4 tidak bisa menjadi 5,6,7

dan lain sebagainya maka dari itu matematika disebut sebagai “ilmu pasti”.

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir serta

penalaran, sehingga logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.

Di dalam kehidupan sehari-hari matematika itu sangat sering digunakan,

biasanya bisa digunakan untuk melakukan proses jual beli jika memiliki

sebuah dagangan, menentukan jam dan lain-lain. Selain itu, matematika

bisa digunakan dalam dunia pekerjaan seperti dibidang kedokteran,

komputer, ekonomi dan bidang ilmu lainnya. Maka dari itu matematika
merupakan ilmu yang harus dipelajari, karena jika tidak bisa

mempelajarinya dalam melakukan hal apapun kita akan merasakan

kesulitan dan juga dengan mempelajari matematika dapat membantu kita

untuk bisa berpikir secara sistematis.

Matematika menggunakan perhitungan yang riil sehingga bisa

didapatkan hasil pemecahan masalah yang jelas, sehingga tidak heran

hampir di semua bidang membutuhkan ilmu matematika. Bukan hanya itu,

bahkan dengan melalui ilmu matematika, para ilmuwan dapat menciptakan

dan mengembangkan teknologi yang lebih canggih lagi. Belajar

matematika merupakan belajar bermakna, dalam artian dimana konsep

matematika harus benar-benar dimengerti atau dipahami sebelum sampai

pada latihan mengaplikasiannya. Pembelajaran matematika adalah proses

pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian

kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi

tentang ilmu matematika yang dipelajari. Adapun tujuan pembelajaran

matematika yakni untuk memecahkan masalah, membentuk kepribadian

peserta didik dan melatih pola pikir yang lebih terkonsep.

Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari

kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu

pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian

kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara

induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan

eksperimen. Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat


dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar

untuk semua keadaan harus dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam

matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima

kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif. Contoh teorema

matematika:

• Dua bilangan ganjil dijumlahkan akan menghasilkan bilangan

bulat, misal 1 + 5 = 6. Akan dibuktikan benar. Misal 𝑎 dan 𝑏

adalah bilangan bulat, maka 2𝑎 + 1 dan 2𝑎 + 1 adalah

bilangan ganjil. Jika dijumlahkan:

(2𝑎 + 1) + (2𝑏 + 1) = 2𝑎 + 2𝑏 + 2

= 2(𝑎 + 𝑏 + 1)

Karena 𝑎 + 𝑏 + 1 adalah bilangan bulat, maka untuk setiap

2(𝑎 + 𝑏 + 1) adalah bilangan genap.

Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal

ini karena matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan,

kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya

pada teorema. Konsep-konsep amtematika tersusun secara hierarkis,

terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana

sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk

mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat,

harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep

selanjutnya. Dalam pembelajaran matematika pendidik seharusnya

menyiapkan kondisi peserta didik agar mampu menguasai konsep-konsep


yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang lebih

kompleks. Strruktur matematika adalah sebagai berikut :

a. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan

Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dan lain-lain.

Unsur-unsur ini ada, tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.

b. Unsur-unsur yang didefinisikan

Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-

unsur yang didefinisikan.

Misal : sudut, persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan

tertutup sederhana, bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan

KPK dan lain-lain

c. Aksioma dan postulat

Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur yang

didefinisikan dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan

aksioma atau postulat.

d. Misal : Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.

Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya sama besar. Melalui

sebuah titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang tegak lurus ke

sebuah garis yang lain. Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai

sebuah sudut yang lebih besar dari 900.


e. Dalil atau Teorema

Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan aksioma maka

disusun teorema-teorema atau dalil-dalil yang kebenarannya harus

dibuktikan dengan cara deduktif.

Misal : Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap. Jumlah ketiga

sudut pada sebuah segitiga sama dengan 1800 Jumlah kuadrat sisi

siku-siku pada sebuah segitiga siku- siku sama dengan kuadrat

sisi miringnya.

Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada

matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola

dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model yang merupkan

representasinya untuk membuat generalisasi.

Misal :

Jumlah a bilangan genap selamanya sama dengan a2 .

Contoh : a = 1 maka jumlahnya = 1 = 12 .

Selanjutnya 1 dan 3 adalah bilangan-bilangan ganjil jumlahnya adalah 4 =

22. Berikutnya 1, 3, 5, dan 7, maka jumlahnya adalah 16 = 42 dan

seterusnya. Dari contoh-contoh tersebut, maka dapat dibuat generalisasi

yang berupa pola yaitu jumlah a bilangan ganjil yang berurutan sama

dengan a2 . Matematika disebut ilmu tentang hubungan karena konsep

matematika satu dengan lainnya saling berhubungan. Misalnya : Antara

persegi panjang dengan balok, antara persegi dengan kubus, antara kerucut

dengan lingkaran, antara 5 x 6 = 30 dengan 30 : 5 = 6. Antara 102 = 100


dengan √100 = 10. Demikian juga cabang matematika satu dengan lainnya

saling berhubungan seperti aritmatika, aljabar, geometri dan statistika, dan

analisis.

Selain itu matematika juga memiliki kegunaan, diantaranya adalah:

1. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain dalam artian ilmu-

ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari

matematika. Contoh:

• Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi

melalui konsep Probabilitas.

• Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk

memecahkan masalah tentang kelistrikan.

• Dengan matematika, Einstein membuat rumus yang dapat

digunakan untuk menaksir jumlah energi yang dapat diperoleh

dari ledakan atom.

• Dalam ilmu pendidikan dan psikologi, khususnya dalam teori

belajar, selain digunakan statistik juga digunakan persamaan

matematis untuk menyajikan teori atau model dari penelitian.

• Dalam ilmu kependudukan, matematika digunakan untuk

memprediksi jumlah penduduk dan lain-lain.

• Dalam seni grafis, konsep transformasi geometric digunakan

untuk melukis mosaik.

• Dalam seni musik, barisan bilangan digunakan untuk

merancang alat musik.


• Banyak teori-teori dari Fisika dan Kimia (modern) yang

ditemukan dan dikembangkan melalui konsep Kalkulus.

• Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran

dikembangkan melalui konsep Fungsi Kalkulus tentang

Diferensial dan Integral.

2. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya

dalam kehidupan sehari-hari. Contoh:

• Memecahkan persoalan dunia nyata.

• Mengadakan transaksi jual beli, maka manusia memerlukan

proses perhitungan matematika yang berkaitan dengan

bilangan dan operasi hitungnya.

• Menghitung luas daerah.

• Menghitung jarak yang ditempuh dari suatu tempat ke tempat

yang lain.

• Menghitung laju kecepatan kendaraan.

• Membentuk pola pikir menjadi pola pikir matematis, orang

yang mempelajarinya kritis, sistimatis dan logis.

• Menggunakan perhitungan matematika baik dalam pertanian,

perikanan, perdagangan, dan perindustrian.


d. Pengertian Kecerdasan Logika Matematika

Kecerdasan logika matematika merupakan kecerdasan yang

berkaitan dengan angka dan segala implikasinya. Ilmu dasar yang

berkaitan adalah matematika. Ilmu ini mempelajari tentang seluk-beluk

angka yaitu aritmatika, deret angka, mengoperasikan angka dan

pemecahan masalah numerik. Ilmu matematika kemudian meluas dengan

bidang-bidang kehidupan lainnya seperti; ekonomi, konstruksi, fisika, dan

teknologi. Peserta didik yang memiliki kecerdasan ini menyukai kegiatan

menganalisis. Masykur & Fathani mengungkapkan bahwa kecerdasan

logika matematika merupakan kemampuan berpikir dengan menerapkan

logika yang benar, memahami, dan menganalisis pola-pola, serta

memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.

Setiap peserta didik memiliki kecerdasan dan gaya belajar masing-

masing yang mendukung aktif dalam bidang tertentu. Biasanya yang

menjadi faktor peserta didik memiliki kecerdasan logika matematika

adalah faktor bawaan dari keturunan, lingkungan, nutrisi dan kejiwaan.

Kecerdasan logika matematika dapat dipahami melalui beberapa

karakteristik sebagai berikut:

✓ Senang menyimpan sesuatu dengan rapi dan teratur.

✓ Merasa senang jika mendapat arahan secara bertahap dan

sistematis.

✓ Mudah mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan

menyelesaikan masalah (problem solving).


✓ Tidak menyukai ketidakteraturan atau acak-acakan.

✓ Dapat mengalkulasi soal-soal hitungan dengan cepat.

✓ Senang teka-teki yang rasional.

✓ Sulit mengerjakan soal yang baru jika pertanyaan sebelumnya

belum dijawab.

✓ Kesuksesan mudah diraih jika dilakukan dengan terstruktur dan

tahapan yang jelas.

✓ Jika memakai komputer senang bekerja melalui program

spreadsheet dan database.

✓ Tidak merasa puas jika sesuatu yang dilakukan atau dipelajari tidak

memberikan makna dalam kehidupan.

Kecerdasan logika matematika menurut Thomas Amstrong dalam buku 7

Kinds of Smart tahun 2002, adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Ciri-

ciri dari kecerdasan ini adalah:

✓ Mempunyai kemampuan penalaran. Peserta didik yang mempunyai

kemampuan penalaran dapat dilihat dari peserta didik yang memiliki

skor yang tinggi dalam soal-soal yang mengutamakan hubungan antara

suatu isyarat dengan isyarat yang lain.

✓ Mempunyai kemampuan mengurutkan. Peserta didik yang mempunyai

kemampuan mengurutkan yang baik dapat dilihat dari peserta didik

yang dapat dengan cepat mengurutkan bilangan bulat, maupun

bilangan pecahan dengan tepat.


✓ Berpikir dalam pola sebab-akibat. Peserta didik yang dapat berpikir

dalam pola sebab-akibat dapat dilihat dari peserta didik yang dapat

menjawab soal-soal yang mempunyai pola sebabakibat seperti

menyimpulkan rumus, menjawab soal cerita dengan tepat.

✓ Mampu menciptakan hipotesis. Peserta didik yang dapat menciptakan

hipotesis dapat dilihat dari peserta didik yang mampu menjawab soal

matematika yang berhubungan dengan cerita yang memerlukan

dugaan sementara.

✓ Mencari keteraturan konseptual atau pola numerik. Peserta didik yang

dapat mencari keteraturan konseptual dan pola numerik dapat dilihat

dari peserta didik yang mampu mengisi bilangan-bilangan maupun

huruf-huruf yang hilang dalam suatu pola matematika.

✓ Pandangan hidupnya bersifat rasional. Peserta didik yang mempunyai

pandangan rasional dapat dilihat dari peserta didik yang selalu

memiliki dasar atas jawaban dari semua soal matematika yang dijawab.

Pada tahun 2002, Campbell menguraikan bahwa peserta didik yang

memiliki kecerdasan logika matematika mempunyai sifat-sifat anatara lain,

merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam lingkungannya, mengenal

konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab dan akibat,

menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata (konkret),

baik objek maupun konsep-konsep, menunjukkan keterampilan pemecahan

masalah secara logis, memahami pola-pola dan hubungan-hubungan, mengajukan


dan menguji hipotesis, menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis

seperti memperkirakan (estimating), perhitungan algoritme (calculating

algorithms), menafsirkan statistik (interpreting statistics), dan menggambarkan

informasi visual dalam bentuk grafik (gambar), menyukai operasi yang kompleks

seperti kalkulus, fisika, pemrograman komputer, atau metode penelitian, berpikir

secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis, merumuskan

berbagai model, mengembangkan contoh-contoh tandingan dan membuat

argumen-argumen yang kuat, menggunakan teknologi untuk memecahkan

masalah matematis, mengungkapkan ketertarikan dalam karir-karir seperti

akuntansi, teknologi komputer, hukum, mesin dan ilmu kimia serta menciptakan

model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam

dan matematika. Intelegensi numberi atau logika matematika merupakan indikator

kuat intelegensi umum. Kecerdasan ini menunjukkan sejauh mana kemampuan

seseorang untuk berpikir dan menghitung himpunan. Kecerdasan ini dapat diukur

dengan menggunakan tes soal cerita himpunan, memaknai tiap kalimat soal cerita

dan memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui . Dari penjabaran diatas

maka peneliti mengukur kecerdasan logika matematika dengan menggunakan tes

perhitungan matematika sederhana dan soal cerita logika matematika yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kecerdasan ini yang nantinya

menunjukkan sejauh mana kemampuan seseorang dapat melakukan perhitungan

matematika sederhana, membaca soal cerita dengan cermat dan menyelesaikan

soal cerita logika matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Terdapat beberapa manfaat memiliki kecerdasan logika matematika yaitu:


✓ Membantu anak meningkatkan logika.

✓ Memperkuat ketrampilan berpikir dan mengingat.

✓ Menemukan cara kerja pola dan hubungan.

✓ Mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah.

✓ Mengembangkan kemampuannya dalam mengelompokkan.

✓ Mengerti akan nilai (harga) suatu angka atau bilangan

e. Ruang Lingkup

Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat

kompetensi matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh

peserta didik pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika.

Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil

belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya.

Pengorganisasian dan pengelompokkan pada materi didasarkan menurut

disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang

hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi

matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar,

trigonometri, peluang dan statistik serta kalkulus. Secara garis besar tidak

ada perubahan drastis mengenai materi yang diajarkan di jenjang SD,

SMP, SMA/K pada standar isi terbaru yang tercantum pada Permendikbud

Nomor 7 Tahun 2022. Hanya sedikit penataan ulang materi dan modifikasi

kalimat untuk menyesuaikan perubahan kompetensi yang diharapkan.

Rangkuman ruang lingkup materi matematika terbaru ini

bersumber dari Permendikbud terbaru yakni Permendikbud Nomor 5


Tahun 2022 tentang SKL dan Permendikbud Nomor 7 Tahun 2022 tentang

standar isi. Ruang lingkup yang ada pada sekolah menengah pertama

antara lain:

i. Operasi aritmetika pada bilangan real diterapkan secara efisien

untuk menyelesaikan masalah kontekstual.

ii. Rasio mencakup pengertian dan penerapannya dalam

penyelesaian masalah. Rasio meliputi skala, proporsi, dan laju

perubahan.

iii. Bentuk, persamaan, dan pertidaksamaan aljabar digunakan

untuk menyelesaikan masalah (linear satu variabel dan sistem

persamaan linear dua variabel)

iv. Relasi dan fungsi (domain, kodomain, range) disajikan dalam

bentuk-bentuk untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah

yang mencakup pemahaman dan aplikasi fungsi linear serta

pengenalan fungsi nonlinear.

v. Luas permukaan dan volume bangun ruang dapat ditentukan

untuk menyelesaikan masalah kontekstual.

vi. Konsep dasar geometri, seperti hubungan antarsudut, sifat-sifat

kekongruenan dan kesebangunan, transformasi tunggal, dan

teorema Pythagoras diterapkan untuk menyelesaikan masalah.

vii. Interpretasi data melalui berbagai tampilan data dan ukuran

pemusatan.
viii. Peluang dan frekuensi relatif satu kejadian diterapkan pada

suatu percobaan sederhana.

B. Pembelajaran Materi Himpunan


Himpunan adalah rentetan objek yang memiliki sifat yang dapat

didefinisikan dengan jelas atau segala koleksi benda-benda tertentu yang

dianggap sebagai satu kesatuan. Dalam ilmu matematika, terdapat teori

himpunan baru saja diciptakan di masa akhir abad ke-19, pada saatnya

merupakan bagian yang tersebar dalam pendidikan matematika yang mulai

diperkenalkan bahkan sejak tingkat sekolah dasar. Teori ini merupakan

bahasa untuk menjelaskan matematika modern. Mayoritas pembelajaran

materi himpunan disampaikan dengan metode ceramah. Metode seperti ini

terkadang membuat para siswa merasa bosan, jenuh dan tidak ada motivasi

untuk belajar. Inilah yang membuat hasil belajar siswa mengenai materi

himpunan tidak memuaskan.

Permasalahan ini bisa saja terjadi karena kurangnya inovasi dan

kreativitas guru dalam mengeksplorasi metode pembelajaran di kelas.

Selain itu terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat


1)
pembelajaran di kelas terutama pada pelajaran matematika, yakni latar
2)
belakang peserta didik, minat peserta didik dalam mempelajari
3) 4)
matematika, sikap peserta didik dalam mempelajari matematika,
5)
motivasi belajar peserta didik, gaya belajar peserta didik. Dengan

pembelajaran yang berbasis pada masalah dalam kehidupan sehari-hari,

diharapkan siswa bisa lebih termotivasi untuk mempelajari materi tentang


himpunan. Keberadaan himpunan tidak semata-mata hanya satu saja ya,

melainkan ada 4 jenis yang memiliki karakteristik tersendiri. Nah, berikut

adalah penjelasannya:

a) Himpunan Kosong

Sesuai dengan namanya, maka himpunan yang satu ini

tidak memiliki atau bahkan tidak mempunyai anggota satu pun.

Himpunan Kosong akan dinotasikan dengan lambang berupa

∅ atau {}. Dalam penerapannya, banyak orang yang tidak dapat

membedakan antara himpunan kosong dengan himpunan yang

tidak tepat (bukan himpunan). Pada himpunan kosong ini terjadi

apabila anggotanya memang benar-benar tidak ada, sehingga

kumpulan atau himpunan tersebut termasuk dalam himpunan

kosong. Namun, jika anggotanya tidak jelas, dalam artian tidak

dapat dapat dibedakan apakah suatu objek yang dimaksud

termasuk anggotanya atau tidak, maka kumpulan tersebut bukanlah

suatu himpunan. Contoh himpunan kosong:

✓ Himpunan A adalah himpunan mahasiswa jurusan

Pendidikan Matematika yang berusia 20 tahun.

✓ Himpunan B adalah himpunan hari yang memiliki awalan

huruf “S”.

✓ Himpunan C adalah himpunan bilangan ganjil yang dapat

habis dibagi 2.
Untuk memahami keberadaan himpunan kosong ini, harus berhati-

hati dengan angka nol (0). Hal tersebut karena angka nol (0)

bukanlah himpunan kosong, tetapi justru anggota dari himpunan

yang memang bernilai nol (0). Contohnya, ada himpunan 5

bilangan cacah pertama, maka tentu saja angka 0 termasuk dalam

anggota himpunan tersebut.

b) Himpunan Semesta

Yakni suatu himpunan yang dapat memuat seluruh objek

yang tengah dibicarakan. Himpunan semesta ini disebut juga

dengan himpunan semesta pembicaraan alias set universum,

sehingga akan dilambangkan sebagai S atau U. Contohnya:

✓ Himpunan anak SMP Kramatjati yang memakai masker

berwarna putih. Maka himpunan semestanya adalah

himpunan semua anak SMP Kramatjati.

✓ Himpunan nama-nama hari yang dimulai dengan huruf A.

Maka himpunan semestanya adalah himpunan nama-nama

hari selama seminggu.

✓ A = {merah, kuning, hijau}. Maka, himpunan semesta yang

mungkin adalah B = {warna-warna lampu lalu lintas} atau

C = {warna-warna pelangi}

c) Himpunan Hingga

Yakni suatu himpunan yang jumlah anggotanya terhingga

alias dapat dihitung. Jenis himpunan ini sering disebut dengan


finite set. Contoh: A = {x│x bilangan asli <7}. Jika ditulis dalam

bentuk tabulasi maka A = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Banyaknya anggota

terhingga dari himpunan A (dapat dihitung), yakni 6 (enam).

d) Himpunan Tak Hingga

Yakni jenis himpunan yang memiliki anggota tidak

terhingga alias tidak dapat dihitung, sehingga tidak mungkin ditulis

secara rinci, apalagi jika menggunakan metode tabulasi. Maka

yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan tanda “…” (tiga

titik) yang dibaca “seterusnya”. Himpunan ini disebut juga dengan

istilah infinite set. Contoh: A = {x│x bilangan asli >15}

Maka A dapat ditulis dengan A = {16, 17, 18,…}. Dibaca

himpunan A adalah himpunan bilangan 16, 17, 18 dan seterusnya.

Dalam Matematika, cara menulis dan menyatakan himpunan

adalah sebagai berikut ini:

a) Cara pendaftaran, yaitu dengan menulis semua anggota

himpunan dalam kurung kurawal, serta antara anggotanya

dipisahkan dengan koma. Langkah ini baik digunakan untuk

himpunan dengan banyak anggota tak terhingga.

b) Cara merumuskan, yaitu dengan mendefinisikan sifat-sifat

yang harus dipenuhi oleh setiap anggota himpunan tersebut.

Untuk cara ini syarat tersebut dapat langsung diperkatakan atau

ditulis menggunakan notasi pembentuk himpunan.


Selanjutnya di dalam penelitian ini juga akan membahas mengenai

operasi himpunan yang terdiri dari:

1. Irisan Dua Himpunan

Irisan dari dua himpunan 𝑋dan 𝑌 merupakan himpunan

yang anggotanya ada di himpunan 𝑋 dan juga ada di himpunan

𝑌. Irisan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda “∩”.

Contoh:

𝑋 = {4,5,6,7}

𝑌 = {6,7}

Maka 𝑋 ∩ 𝑌 = {6,7}

2. Gabungan Dua Himpunan

Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan

yang terdiri dari semua anggota himpunan A dan himpunan B,

dimana anggota yang sama hanya ditulis satu kali. Gabungan

antara dua himpunan dinotasikan oleh simbol “∪”.

A gabungan B ditulis A ∪ B = {x|x ϵ A atau x ϵ B}

Contoh:

A = {3, 4}

B = {1,2,3,4,5,6,7}

A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}

3. Selisih Dua Himpunan


Selisih dua himpunan A dan B adalah himpunan dari semua

anggota himpunan A tetapi tidak dimiliki himpunan B. elisih

antara dua buah himpunan ini dinotasikan dengan tanda “-“.

Contoh:

A = {a, b, c, d, e}

B = {a, c, e, g, i}

A-B = {b, d}

4. Komplemen

Komplemen suatu himpunan adalah himpunan lain yang

memuat semua anggota semesta yang tidak dimiliki oleh

himpunan tersebut. Komplemen A dinotasikan dengan AC.

Contoh:

A = {a, d, f, h}

S = {a, b, c, d, e, f, g, h, i}

Maka AC = {b, c, e, g, i}

❖ Contoh Soal Materi Himpunan


1) Diketahui:

A = { x | 4 ≤ x ≤ 8, x ⋲ bilangan asli }.

B = { x | 6 ≤ x ≤ 10, x ⋲ bilangan cacah }.

Maka tentukanlah anggota dari A ∪ B ?

Pembahasan :

A = { 4, 5, 6, 7, 8}

B = {6, 7, 8, 9, 10}
A ∪ B merupakan himpunan yang anggotanya adalah

gabungan semua anggota A dan semua anggota B, maka:

A ∪ B = { 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}

Jadi, anggota dari himpunan A ∪ B adalah { 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10}.

2) Suatu kelas terdiri dari 40 orang siswa, dan diantaranya ada

15 orang siswa yang menyukai pelajaran matematika, lalu ada

13 orang siswa yang menyukai pelajaran bahasa inggris dan

yang 7 orang siswa yang menyukai keduanya. Berapa banyak

siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika maupun

bahasa inggris?

Pembahasan:

Misal

x = banyak siswa yang tidak menyukai kedua pelajaran.

Maka:

Banyak siswa yang hanya menyukai matematika adalah 15 –

7 = 8 orang siswa.

Banyak siswa yang hanya menyukai bahasa inggris adalah 13

– 7 = 6 orang siswa.

Himpunan tersebut bisa digambarkan dengan diagram venn

sebagai berikut:
40
Matematika Bahasa Inggris

8 7 6

Banyak anak yang tidak menyukai kedua pelajaran ialah :

40 = 8 + 7 + 6 + x

40 = 21 + x

x = 40 – 21

x = 19

Jadi, banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika

maupun bahasa inggris adalah 19 orang.

C. Pembelajaran Matematika dalam Bentuk Soal Cerita


Soal cerita merupakan uraian kalimat yang dituangkan dalam

bentuk cerita atau rangkaian kata-kata yang menguraikan suatu pertanyaan

yang harus dipecahkan mengenai masalah kehidupan sehari-hari maupun

masalah lainnya. Soal cerita berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari

yang mana untuk menyelesaikannya menggunakan kalimat matematika

yang memuat operasi hitung (+, −,×,÷) , bilangan, dan relasi (>, <, ≤, ≥
, =) . Selain itu soal cerita juga merupakan salah satu permasalahan yang

menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Pembelajaran soal cerita

dapat digunakan sebagai cara untuk melatih siswa menyelesaikan masalah.

Dalam soal cerita siswa dituntut untuk dapat memahami maksud dari

permasalahan dan menemukan cara penyelesaiannya.

Masalah timbul ketika siswa berhadapan langsung dengan permasalahan

yang tidak dapat menemukan jawaban atau pemecahan secara langsung.

Hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami inti atau maksud dari

soal cerita tersebut, yang akhirnya berujung pada kesalahan dalam

menyelesaikan soal cerita seperti belum dapat menulis kalimat matematika

dengan benar dikarenakan siswa tidak dapat memahami permasalahan

yang terkandung di dalam soal cerita tersebut. Soal cerita pada penelitian

ini adalah soal matematika yang disusun dalam bentuk soal cerita yang

berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Soal cerita

memiliki karakteristik sebagai berikut:

✓ Berbentuk uraian yang memuat beberapa konsep matematika sehingga

siswa ditugaskan untuk merinci konsep-konsep yang terkandung dalam

soal.

✓ Secara umum uraian soalnya merupakan aplikasi konsep matematika

dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan nyata, sehingga siswa seakan-

akan menghadapi kenyataan yang sebenarnya.

✓ Siswa dituntut untuk menguasai materi tes dan bisa mengungkapkannya

dalam bahasa tulisan yang baik dan benar.


✓ Baik untuk menarik hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki

siswa dengan materi yang sedang dipikirkan.

B. Penelitian yang relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan:

a. Nisa (2020) pada jurnal penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan

Antara Kecerdasan Logis Matematika dengan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa”, menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan logis

matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X IPA

SMAN Jenggawah Jember. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan

analisis regresi linear sederhana dengan melihat hasil thitung = 11,074

> ttabel = 1,997 dengan p = 0,000 < 0,05, yang disimpulkan bahwa

hipotesis diterima dengan kata lain bahwa terdapat hubungan antara

kecerdasan logis matematis dengan kemampuan komunikasi

matematis siswa. Hubungan tersebut signifikan dengan sumbangsi

prosentase koefisien determinasi sebesar 67,1%. Siswa yang memiliki

kemampuan berpkir logis tinggi cenderung mudah dalam memahami

dan memecahkan masalah matematika, sedangkan siswa yang

memiliki kemampuan berpikir logis sedang dan rendah

cenderungmengalami kesulitan dan susah memahami dan

memecahkan masalah matematika.


b. Rinawati (2021) pada jurnal penelitian yang berjudul “Analisis

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas VIII pada Materi

Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Kecerdasan Logis Matematis”,

menunjukkan bahwa terdapat kemampuan pemecahan masalah siswa

SMP pada materi bangun ruang sisi datar konten volume kubus dan

volume balok ditinjau dari kecerdasan logis matematis menunjukkan

hasil yang berbeda-beda pada setiap subjek.

c. Alfi (2019) pada jurnal penelitian yang berjudul “Analisis Kecerdasan

Logis Matematis Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa Kelas

VII-C MTSN 2 Tulungagung pada Materi Aljabar”, menunjukkan

bahwa kecerdasan logis matematis pada setiap tingkatan kemampuan

matematika siswa menunjukkan hasil yang berbeda yakni kecerdasan

logis matematis siswa pada materi aljabar berdasarkan tingkat

kemampuan matematika tinggi memenuhi semua indakator dari 6


(1)
(enam) indikator komponen kecerdaan logis matematis, yaitu:
(2) (3)
kemampuan abstraksi, kemampuan logika berpikir, pemahaman

yang spesifik, (4) kekuatan intuitif, (5) kemampuan menggunakan rumus

atau formula dengan baik, dan (6) kemampuan daya ingat atau imajinasi

berpikir matematika.

d. Asmal (2020) pada jurnal penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kecerdasan Logika Matematika Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa Kelas VII SMPN 30 Makassar”, menunjukkan bahwa

adapengaruh yang positif dan signifikan kecerdasan logis matematis


terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII SMPN 30

Makassar. Hal ini dibuktikan dengan uji hipotesis statistik

menggunakan analisis regresi diperoleh nilai Fhitung = 0,433 dan

Ftabel (5%) = 0,297 sehingga diambil keputusan bahwa H0 ditolak,

karena Fhitung ≥ Ftabel, dan kecerdasan logis matematis memberikan

kontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar

18,75%.

e. Nova (2019) pada jurnal penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kedisplinan, Rasa Percaya Diri, dan Kecerdasan Logis Matematis

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”, menunjukkan bahwa


(1)
Terdapat kontribusi kedisiplinan terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas X SMK Islam Hang Tuah Batam Tahun Pelajaran

2017/2018. Dengan persamaan regresi yang diperoleh adalah Ŷ =


(2)
15,413 + 0,190X1, Terdapat kontribusi rasa percaya diri terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas X SMK Islam Hang Tuah Batam

Tahun Pelajaran 2017/2018. Dengan persamaan regresi yang diperoleh

adalah Ŷ = 0,934 + 0,353X2, (3)


Terdapat kontribusi kecerdasan logis

matematis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMK Islam

Hang Tuah Batam Tahun Pelajaran 2017/2018. Dengan persamaan

regresi yang diperoleh adalah Ŷ = 21,950 + 0,543X3, (4)


Terdapat

kontribusi secara bersama-sama antara kedisiplinan, rasa percaya diri

dan kecerdasan logis matematis siswa terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas X SMK Islam Hang Tuah Batam Tahun


Pelajaran 2017/2018. Dengan persamaan regresi yang diperoleh adalah

Ŷ = −9,638 + 0,143X1 + 0,250X2 + 0,433X3.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 218 Pasar Minggu Jakarta

Selatan pada peserta didik kelas VII semester genap tahun pelajaran

2022/2023.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April 2023

hingga Mei 2023.

B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif di mana menggunakan

satu variabel dalam operasionalnya yaitu kecerdasan logika matematika

dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kecerdasan logika

matematika pada peserta didik terutama untuk menyelesaikan soal cerita

materi himpunan. Selain itu, penulis bisa mengetahui karakteristik dari data

tersebut. Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif,

karena data-data pada penelitian ini berupa bahasa tertulis atau lisan dari orang

dan pelaku yang dapat diamati di lapangan dengan lebih spesifik, transparan

dan mendalam.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan elemen benda, individu maupun organisme

sebagai sumber informasi yang diperlukan peneliti untuk mendapatkan data

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah 36 siswa kelas VII di SMPN

218 Pasar Minggu Jakarta Selatan dengan sampel secara purposive sampling.

Peneliti meminta pertimbangan serta saran dari pendidik dalam memilih

subjek, dengan alasan pendidik tersebut lebih paham terhadap keadaan

lingkungan kelas dan kondisi peserta didiknya.

D. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data yang

memiliki kredibilitas tinggi atau sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak

boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri

penelitian kualitatif deskriptif (sebagaimana telah dibahas pada materi

sebelumnya). Data dalam penelitian ini diperoleh 36 siswa kelas VII SMPN

218 Pasar Minggu Jakarta Selatan pada tahun ajaran 2022/2023 berupa:

1. Observasi

Yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

mengenai permasalahan yang tampak pada objek penelitian, keadaan

pendidik, keadaan peserta didik di SMPN 218 Pasar Minggu Jakarta

Selatan.

2. Tes
Yaitu melakukan tes kecerdasan logika matematika kepada peserta

didik SMPN 218 Pasar Minggu Jakarta Selatan melalui bentuk soal

cerita terutama pada materi himpunan.

3. Wawancara

Yaitu melakukan wawancara atau interview secara tatap muka

melalui tanya jawab tentang kecerdasan logika matematika pada saat

mengerjakan soal cerita materi himpunan antara peneliti dengan

peserta didik SMPN 218 Pasar Minggu Jakarta Selatan.

E. Teknik Analisis Data


Teknis analisis data merupakan proses dalam suatu penelitian yang

dilakukan setelah pengumpulan data, dengan cara menganalisis, mengolah,

mengorganisasi, dan menyusunnya, kemudian diambil simpulan dari hasil

keseluruhan penelitian tersebut. Teknik analisis data tentu memiliki tujuan

yang akan dicapai dalam penggunaannya pada suatu penelitian. Analisis data

merupakan tahapan yang penting dalam penelitian. Teknik analisis data ini

sangat erat kaitannya atau tergantung dengan desain penelitian dan masalah

yang telah ditentukan sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa teknik analisis data

hanya dapat dilakukan ketika poin-poin penelitian sudah terpenuhi, misalnya

pengumpulan data yang tepat yang disesuaikan dengan permasalahan pada

penelitian tertentu. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Pengumpulan Data
Yaitu melakukan pengumpulan data-data atau fakta-fakta yang

digunakan untuk bahan penelitian berupa hasil tes kecerdasan logika

matematika dan catatan hasil wawancara kepada siswa SMPN 218

Pasar Minggu Jakarta Selatan.

2. Reduksi Data

Merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

secara sedemikian rupa, sehingga dapat ditarik simpulan akhir atau

dipilih data yang relevan saja.

3. Paparan Data

Yaitu melakukan kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

hingga memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan

pengambilan tindakan. Data yang disajikan berupa hasil tes kecerdasan

logika matematika, hasil wawancara dan hasil analisis peneliti.

4. Konklusi ata verifikasi

Setelah ketiga proses awal terlaksana, maka akhirnya adalah

melihat hasil reduksi data dan paparan data sehingga bisa dibuat

kesimpulan yang baik. Simpulan tidak serta merta dijelaskan secara

umum, namun harus berdasarkan penelitian tersebut.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data


Teknik pemeriksaan keabsahan data merupakan data yang tidak berbeda

antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi

sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah


disajikan dapat dipertanggungjawabkan. Teknik ini sangat penting di dalam

penelitian kualitatif deskriptif karena untuk memperoleh tingkat kepercayaan

yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran dari hasil penelitian.

Keabsahan data ini lebih bersifat sejalan dengan proses penelitian

berlangsung. Teknik pemeriksaan keabsahan data ini meliputi uji kredibilitas,

uji transferabilitas, uji dependabilitas dan uji objektivitas.

a. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas ini merupakan uji di mana peneliti mencari dan

mengetahui tingkat kepercayaan terhadap data yang diteliti. Istilah

kredibilitas ini biasanya digunakan dengan kesaksian seseorang. Jadi,

orang yang dianggap benar terhadap suatu hal yang diperdebatkan

merupakan orang yang memiliki kredibilitas. Teknik pemeriksan

keabsahan data yang digunakan oleh peneliti yaitu triangulasi,

perpanjangan, pengamatan serta peningkatan ketekunan.

a) Triangulasi

Triangulasi merupakan metode yang digunakan untuk

membandingkan informasi dari sudut pandang teori yang

berbeda. Artinya adalah membandingkan apa yang dikatakan

orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara

pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,

membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang

berkaitan. Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik


dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda.

b) Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan

narasumber yang pernah ditemui maupun dengan yang baru.

Dengan perpanjangan pengamatan, hubungan peneliti dengan

nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab

(tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai

sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila

terbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran dalam

penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu

perilaku yang dipelajari.

c) Peningkatan ketekunan

Meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara

tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat

direkam secara pasti dan sistematis.

b. Uji Transferabilitas

Uji transferabilitas merupakan teknik untuk menguji validitas

eksternal di dalam penelitian kualitatif. Uji ini dapat menunjukkan

derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi

di mana sampel diambil. Oleh karena itu, dalam melakukan uji ini
peneliti harus menyusun penelitian secara rinci, jelas, sistematis dan

dapat dipercaya. Dengan demikian, para pembaca menjadi lebih

mudah untuk memahaminya isi dari penelitian tersebut.

c. Uji Depenbilitas

Uji depenbilitas ini dilakukan dengan cara audit terhadap

keseluruhan proses penelitian, sering terjadi di mana peneliti tidak

melakukan penelitian ke lapangan, tetapi dapat memberikan sebuah

data. Audit ini dilakukan oleh auditor independen atau pembimbing

aktivitas penelitian misalnya dengan melakuka review keseluruhan

hasil penelitian.

d. Uji Objektivitas

Uji objektivitas ini merupakan keilmuan berarti upaya-upaya untuk

menangkap sifat alamiah sebuah objek yang sedang diteliti atau

dipelajari dengan suatu cara di mana tidak tergantung pada fasilitas

appaun dari subjek yang menyelidikinya. Penelitian dikatakan objektif

apabila hasil penelitian telah disepakati banyak orang.


DAFTAR PUSTAKA

Aledya, V. (2019). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pada

Siswa. May, 0–7.

Amir, A. (2016). Penggunaan media gambar dalam pembelajaran

matematika. Jurnal eksakta, 2(1), 34-40.

Efendi, A., Fatimah, C., Parinata, D., & Ulfa, M. (2021). Pemahaman Gen

Z Terhadap Sejarah Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika

Universitas Lampung, 9(2), 116-126.

Faizah, F., Sujadi, I., & Setiawan, R. (2017). Proses Berpikir Siswa Kelas

VII E dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Materi Pecahan

Ditinjau dari Kecerdasan Logis-Matematis. Jurnal Pendidikan

Matematika dan Matematika Solusi, 1(4), 15-25.

Indriani, M. N., & Imanuel, I. (2018, February). Pembelajaran matematika

realistik dalam permainan edukasi berbasis keunggulan lokal untuk

membangun komunikasi matematis. In Prisma, Prosiding Seminar

Nasional Matematika (Vol. 1, pp. 256-262).

Irvaniyah, I., & Akbar, R. O. (2014). Analisis kecerdasan logis matematis

dan kecerdasan linguistik siswa berdasarkan jenis kelamin (studi kasus

pada siswa kelas XI IPA MA mafatihul huda). Eduma: Mathematics

Education Learning and Teaching, 3(1).

Jayantika, I. G. A. N. T., Ardana, I. M., & Sudiarta, P. I. G. P. (2013).

Kontribusi bakat numerik, kecerdasan spasial, dan kecerdasan logis

matematis terhadap prestasi belajar matematika siswa SD Negeri di


Kabupaten Buleleng. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika

Indonesia, 2(2).

Lestariningrum, A., & Handini, M. C. (2017). Analisis Pengembangan

Kecerdasan Logis Matematis Anak Usia 5-6 Tahun Menggunakan

Permainan Tradisional. Jurnal pendidikan usia dini, 11(2), 215-225.

Mahmudi, A. (2015). Pendekatan saintifik dalam pembelajaran

matematika. In Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan

Matematika Uny (Vol. 1, pp. 561-566).

Milsan, A. L., & Wewe, M. (2018). Hubungan antara kecerdasan logis

matematis dengan hasil belajar matematika. Journal of Education

Technology, 2(2), 65-99.

Nurhikmayati, I. (2019). Implementasi Steam Dalam Pembelajaran

Matematika. Jurnal Didactical Mathematics, 1(2), 41-50.

Pradestya, R., Imswatama, A., & Balkist, P. S. (2020). Analisis

kemampuan kognitif pada langkah-langkah pemecahan masalah

ditinjau dari kecerdasan logis-matematis. Symmetry: Pasundan Journal

of Research in Mathematics Learning and Education, 5(1), 73-92.

Relawati, R. (2021). Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis Terhadap

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP Negeri 23 Muaro

Jambi. Jurnal Math-UMB. Edu, 8(2).

Rinawati, R., & Ratu, N. (2021). Analisis kemampuan pemecahan masalah

siswa SMP kelas VIII pada materi bangun ruang sisi datar ditinjau dari
kecerdasan logis matematis. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan

Matematika, 5(2), 1223-1237.

Rostika, D., & Junita, H. (2017). Peningkatan kemampuan pemecahan

masalah siswa SD dalam pembelajaran matematika dengan model

diskursus multy representation (DMR). EduHumaniora| Jurnal

Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 9(1), 35-46.

Susanti, V. D. (2018). Analisis kemampuan kognitif dalam pemecahan

masalah berdasarkan kecerdasan logis-matematis. JMPM: Jurnal

Matematika dan Pendidikan Matematika, 3(1), 71-83.

Triwinarni, D., & Fauzi, M. (2017). Pengaruh Kecerdasan Logika

Matematika Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri

1 Pagar Air Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, 2, 16-29.

Wahyuningsih, E. (2019). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Problem Based Learning dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal

Pengembangan Pembelajaran Matematika, 1(2), 69-87.

Zahro, A. (2015). Pengaruh Kecerdasan Logis-Matematis Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTS Aswaja Tunggangri tahun

pelajaran 2014/2015.

Anda mungkin juga menyukai