Anda di halaman 1dari 6

A.

Penalaran Langsung
Penalaran langsung adalah jenis penalaran yang premisnya hanya terdiri dari satu
keputusan, yang langsung digunakan untuk menarik konklusi. Yang termasuk dalam
penalaran langsung adalah :
1. Konversi
Konversi adalah jenis penalaran langsung yang memutar kedudukan subyek
menjadi predikat dan sebaliknya predikat menjadi subyek dalam sesuatu keputusan.
Dalam konversi, keputusan yang dikonversikan (convertend) dan hasil konversinya
(converse) kualitasnya tetap sama.
Misalnya :
Semua orang adalah makhluk hidup (convertend)
Jadi, Semua makhluk hidup adalah orang (converse)
Contoh diatas, S a P dikonversikan menjadi S a P pula, tetapi sedangkan dicek
dalam kenyataan ternyata tidak benar. Supaya menjadi benar, maka S a P
dikonversikan menjadi S i P, sehingga menjadi :
Semua orang adalah makhluk hidup (convertend)
Jadi, beberapa makhluk hidup adalah orang (converse)
Karena dalam konversi kualitas harus tetap sama, maka konversi hanya terjadi
pada S a P dengan dengan S a P, S a P dengan S i P, S e P dengan S e P, S e P dengan
S o P, S i P dengan S i P, dan S o P dengan S o P.
2. Inversi
Inversi adalah jenis penalaran langsung dari keputusan pangkal (invertend)
disimpulkan keputusan balik (inverse) yang subyeknya adalah penentang penuh dari
subyek pada keputusan semula.
Misalnya :
Semua seniman adalah pekerja
Jadi, bebrapa bukan seniman adalah bukan pekerja
3. Obversi
Obversi adalah jenis penalaran langsung dari suatu keputusan pangkal (obvertend)
disimpulkan suatu keputusan balik (obverse) yang searti di mana subyek tetap sama,
tetapi kualitas keputusan berubah dari afirmatif (mengiakan) menjadi negatif
(mengingkari) atau sebaliknya.
Misalnya :
Kera adalah binatang cerdik (obvertend)
Kera bukanlah binatang tak cerdik (obverse)
4. Kontraposisi
Kontraposisi adalah jenis penalaran langsung dengan jalan memutar kedudukan
subyek menjadi predikat dan sebaliknya, predikat menjadi subyek dalam suatu
keputusan, dan kemudian masing-masing subyek dan predikat itu dibalik menjadi
penentangnya.
Misalnya :
Mahasiswa yang rajin belajar lulus dalam ujian
Jadi, yang tak lulus dalam ujian adalah mahasiswa yang tak rajin belajar.

B. Silogisme
1. Macam Silogisme
Ada dua macam silogisme, yaitu :
 Silogisme kategoris adalah silogisme yang premis-premisnya berupa
keputusan kategoris (yaitu keputusan yang berisi hubungan antara subyek dan
predikat dengan tidak menggunakan syarat apa-apa).
Misalnya:
Semua pelajar membutuhkan alat tulis
Himawan adalah pelajar
Jadi, Himawan membutuhkan alat tulis
 Silogisme hipotetis adalah silogisme yang premis-premisnya merupakan
keputusan hipotetis (yaitu keputusan yang berisi hubungan antara subyek dan
predikatnya dengan menggunakan syarat tertentu).
Misalnya :
Jika lama tidak turun hujan, sawah menjadi kering
Jika sawah menjadi kering, padi tidak tumbuh
Jadi, jika lama tidak turun hujan, padi tidak tumbuh
2. Struktur Silogisme
Di dalam silogisme terdiri dari tiga buah keputusan. Dua keputusan yang
terdahulu disebut premis-premis, dan satu keputusan yang merupakan hasil penarikan
kesimpulan yang disebut konklusi. Terdapat tiga buah term di dalam silogisme, yaitu
term subyek (S), term predikat (P), dan term medium atau penengah (M).
Predikat dari konklusi disebut term mayor dan subyek dari konklusi disebut term
minor. Term mayor disebut premis mayor dan term minor disebut premis minor.
Term yang terdapat pada kedua keputusan disebut term medium atau penengah
(terminus medium).
3. Pola Silogisme
Pada dasarnya terdapat empat pola silogisme, dari empat pola tersebut dapat
berkembang menjadi 64 pola. Namun yang sesuai dengan ketentuan atau syarat
tinggal 19 pola.
Berikut keempat pola dasar tersebut yakni :
1. Term medium (penengah) menjadi subyek dalam premis mayor dan menjadi
predikat dalam premis minor atau disebut Sub-Pre.
Contoh :
Semua M adalah P
Semua S adalah M
Jadi, semua S adalah P
Rumus pola :
M P
S M
S P
2. Term medium (M) menjadi predikat dalam premis mayor dan premis minor
atau disebut Bis-Pre.
Contoh :
Semua P adalah M
Sebagian S tidak/bukan M
Jadi, sebagian S tidak/bukan P
Rumus pola :
P M
S M
S P
3. Term medium (M) menjadi subyek dalam premis mayor dan premis minor
atau disebut Bis-Sub.
Contoh :
Semua M adalah P
Semua M adalah S
Jadi, sebagian S adalah P
Rumus pola :
M P
M S
S P
4. Term medium menjadi predikat dalam premis mayor dan menjadi subyek
dalam premis minor atau disebut Pre-Sub.
Contoh :
Semua P adalah M
Semua M adalah S
Jadi, sebagian S adalah P
Rumus pola :
P M
M S
S P
4. Ketentuan atau Syarat Silogisme
 Jumlah term tidak boleh lebih dari tiga.
 Term penengah (M) tidak boleh terdapat dalam konklusi.
 Term penengah (M) setidak-tidaknya satu kali harus berdistribusi.
 Term S dan P dalam konklusi tidak boleh lebih buat atau lebih umum daripada
dalam premis.
 Keputusan di dalam premis bersifat afirmatif, maka konklusinya harus
afirmatif pula.
 Keputusan dalam premis tidak boleh bersifat negatif semua.
 Konklusi mengikuti keputusan yang lemah dalam premis.
 Keputusan dalam premis tidak boleh kedua-duanya partikular.
5. Ciri – Ciri Silogisme
 Konklusi dalam silogisme ditarik dari dua premis yang serentak disediakan
dan bukan dari salah satu premisnya saja.
 Konklusi dari suatu silogisme tidak dapat mempunyai sifat yang lebih umum
daripada premis-premisnya.
 Konklusi akan benar, bila dilengkapi dengan premis-premis yang benar.
C. Silogisme - Silogisme Non Standar
Berikut ini dikemukakan silogisme – silogisme yang non standar, yaitu silogisme
yang menyimpang dari silogisme standar tersebut.
1. Epikirema
Epikirema adalah salah satu silogisme non standar yang salah satu atau kedua
premisnya disertai dengan alasan, sebab atau keterangan.
Misalnya :
Semua arloji baik adalah arloji mahal, karena sukar pembuatannya
Arloji Seiko itu arloji baik, karena selalu tepat dan awet
Jadi, arloji Seiko itu arloji mahal.
2. Sorites
Sorites adalah salah satu silogisme non standar yang premis-premisnya bermata
rantai. Silogisme ini terdiri lebih dari tiga keputusan.
Misalnya :
A=B
B=C
C=D
D=E
A=E
3. Dilema
Dilema adalah salah satu silogisme non standar yang premis pertamanya berupa
gabungan dua keputusan bersyarat dan premis keduanya terdiri dari sebuah
keputusan, sedangkan kesimpulannya adalah suatu keputusan atau pendapat yang
berbentuk subyek predikat (kategoris) atau keputusan/pendapat.
Misalnya :
 Subyek – predikat pada kesimpulan
 Kesimpulan berupa keputusan pengetahuan
4. Entimema
Entimema adalah salah satu silogisme non standar yang tidak lengkap, yaitu
sebuah premisnya atau konklusinya tidak dinyatakan karena dianggap telah
dimengerti dengan sendirinya.
Yang dimaksud tidak lengkap disini adalah :
 Premis mayornya tidak dinyatakan
 Premis minornya tidak dinyatakan
 Konklusinya tidak dinyatakan
 Konklusi dan premis mayor atau minornya tidak dinyatakan

Sumber :
Dardiri, Achmad (1996).2016.Sekilas tentang Logika dan manfaatnya bagi mahasiswa.
Makalah disampaikan dalam Semiloka RKBM di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP
Yogyakarta, 16 Maret 1996.

Anda mungkin juga menyukai