Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SILOGISME,INDUKSI,DEDUKSI DAN ABDUKSI


Dosen Pengampu :Akhmad Fajarus Shadiq , M.Ag

Dibuat oleh:

Kurotul Aini
NPM: 2022000100083

Makalah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat

Program Studi Pendiikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Madura
2023

i
PEMBAHASAN

1. SILOGISME
A. Pengertian Silogisme
Silogisme merupakan paduan dua kata Yunani ,yakni sin, yang artinya
adalah” bersama”, dan logos, yang artinya” ilmu”. Dalam hal ini logos
ada dalam kesimpulan yang diturunkan dari premis-premis. Jadi dari
etimologi ini kita bisa mengartikan secara sederhana bahwa silogisme
merupakan hasil susunan dari tiga proposisi premis-remis yang
menghasilkan suatu pengetahuan atau kesimpulan. Proposisi pertama
disebut premis mayor, proposisi yang kedua disebut premis minor ,dan
proposisi yang ketiga disebut kesimpulan . Ketiga proposisi itu
dihubungkan satu sama lain dan hubungan itu menghasilkan
pengetahuan baru yang terdapat dalam kesimpulan . Dengan demikian
kita dapat menyatakan: silogisme adalah suatu bentuk argumentasi
yang bertitik tolak pada premis-premis, dan dari premis-premis itu
ditarik suatu kesimpulan.1
Premis mayor silogisme terdiri atas dua bentuk. Ada yang berbentuk
proposisi kategoris,
contoh :
semua manusia akan mati
Aristoteles adalah manusia
Aristoteles akan mati.
Ada juga berbentuk pengandaian ,yang disebut dengan proposisi
hipotesis, misalnya:
jika mahasiswa rajin belajar ia akan mendapat nilai yang bagus.
Ranto adalah mahasiswa yang rajin belajar.
Maka Ranto mendapatkan nilai yang bagus.

B. Jenis Jenis silogisme


1. Silogisme kategoris
a. Arti silogisme kategoris
silogisme kategoris merupakan argumen yang dirangkai dari sejumlah
proposisi kategoris. Pada umumnya silogisme kategoris memuat 3 term,
yakni term minor, yaitu term yang menjadi subjek dalam kesimpulan(s),
dan term mayor yaitu term yang menjadi predikat dalam kesimpulan (p),
dan term menengah yakni term yang menghubungkan premis mayor dan
premis minor (m) sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan.
Silogisme disebut kategori karena proposisinya kategoris, yakni
berupa pernyataan mengafirmasi atau menegasi. Proposisi kategoris hanya
terdiri dariterm subjek dan term predikat. Sejumlah proposisi kategoris
1
Kastin sihotang,Berfikir kritis:Kecakapan hidup di Era Digital (hal.135)

ii
disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengetahuan yang baru
atau kesimpulan. Jadi silogisme kategoris terdiri atas tiga proposisi
kategoris yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.2

Contoh:
Semua manusia membutuhkan kasih sayang. (Premis mayor)
Ana adalah manusia (premis minor)
Jadi ana membutuhkan kasih sayang (kesimpulan).

b.hukum silogisme kategoris


Walaupun silogisme kategoris terdiri dari sejumlah proposisi kategoris,
namun tidak semua proposisi kategoris merupakan silogisme kategoris. Kita
bisa saja mengurutkan tiga proposisi kategoris,tetapi antara satu proposisi
dengan proposisi yang lain tidak mempunyai hubungan sekuensialis..
Akibatnya kita tidak mungkin menarik kesimpulan yang logis dari ketiga
proposisi ,karena itu pula kita perlu mengetahui hukum-hukum silogisme
kategoris. .Hukum-hukum silogisme kategoris bersifat mutlak karena
penerapannya menentukan sahih tidaknya kesimpulan.
Karena silogisme kategoris berkaitan dengan proposisi, maka kita bisa
mengidentifikasi hukum-hukum silogisme kategoris dari term, kuantitas,
dan kualitas. Ketiga hal itu merupakan esensi dari silogisme kategoris.3
 Term
Ada tiga aturan yang harus ditaati terkait dengan term dalam silogisme
1. Term dalam silogisme hanya berjumlah 3 dan ketiga term harus univokal.
Contoh:
semua manusia membutuhkan cinta kasih.
Andi adalah manusia.
Jadi Andi membutuhkan cinta kasih.
jika kita menganalisa term dalam silogisme di atas maka kita dapat
mengidentifikasinya demikian, term -term yang ada dalam silogisme di atas
adalah "manusia", "membutuhkan cinta kasih ",dan "Andi". Term minornya
adalah Andi dan term mayornya adalah membutuhkan cinta kasih
sedangkan term menengahnya adalah manusia. Dari sisi jumlah term tidak
ada masalah, karena dalamnya hanya berjumlah 3 . Sehingga kesimpulannya
shahih ketika term itu juga bersifat univokal.
2.luas daerah dalam kesimpulan harus sama atau lebih kecil dengan terong
yang sama Dalam premis.
Tterm yang dimaksudkan dalam kesimpulan adalah term minor dan term
mayor.
Contoh:

2
Ibid hal.135
3
Ibid Hal 136

ii
Semua orang Indonesia suka makan nasi.
Faiz bukan orang Indonesia.
Jadi Faiz tidak suka makan nasi.
Jika kita analisa, Faiz adalah term minor (subjek dalam kesimpulan).
Luasnya adalah singular. Term yang sama dalam premis memiliki luas yang
sama dengan term dalam kesimpulan. Jadi dari sisi luas terml tidak ada
masalah, tetapi jika dilihat luas term mayor, dalam kesimpulan term
mayornya adalah suka makan nasi dan kualitasnya adalah negatif karena ada
kata tidak. Suka makan nasi berfungsi sebagai term predikat dalam
proposisi. kalau kita lihat tem yang sama dalam premis luasnya adalah
partikular, karena proposisinya afirmatif yakni suka makan nasi, sementara
di dalam kesimpulan luas term suka makan dasi adalah universal, karena
proposisinya negatif. Dengan demikian, luas term dalam kesimpulan lebih
besar daripada luas term yang sama Dalam premis. ini tidak dibenarkan
dengan kata lain silogisme ini menjadi tidak sahih.
Jadi untuk menerapkan prinsip ini kita beranjak dari term minor dan term
mayor, lalu kita bandingkan luasnya dengan term yang sama di dalam
premis. Kalau luas term dalam kesimpulan lebih kecil dari termyang sama
dalam premis maka ini tidak jadi masalah ini berarti hukum di atas ditaati.
3.term menengah harus sekurang-kurangnya sekali universal atau
terdistribusi.
Contoh:
pohon mangga berbuah banyak
rambutan berbuah banyak
jadi, rambutan adalah pohon mangga atau pohon mangga adalah rambutan.
jika kita identifikasi, term menengahnya yakni berbuah banyak. Kalau
dari sisi proposisi, berbuah banyak berfungsi sebagai term predikat, dan
kualitas proposisinya adalah afirmatif. Seperti yang dipelajari sebelumnya
tentang luas term predikat, jika proposisinya afirmatif, maka luas term
predikatnya adalah partikular. Mengacu pada rumusan ini maka kita
mengetahui bahwa luas term “berbuah banyak” adalah partikular, sementara
kedudukannya dalam silogisme adalah term menengah. Dengan demikian,
term menengah tidak ada yang universal. Ini menyebabkan kesimpulan”
rambutan adalah mangga atau mangga adalah rambutan” tidak valid.
 Kuantitas dan kualitas proposisi
Berkaitan dengan kuantitas dan kualitas proposisi ada tiga prinsip silogisme:
1. Jika kedua premis afirmatif maka kesimpulan harus berkualitas afirmatif.
Contoh:
semua mahasiswa dapat membaca
Agustina adalah mahasiswa
jadi Agustina dapat membaca.
2. Term menengah tidak boleh ada di dalam kesimpulan

i
Contoh:
orang yang baik adalah suka menolong
orang yang suka menolong sangat peka pada sesamanya
jadi orang yang suka menolong adalah orang yang baik.
Term menengah dalam silogisme di atas adalah” suka menolong” dan
term ini ada di kesimpulan. Hal ini tidak diperbolehkan karena kekeliruan
itu maka kesimpulan silogisme tidak valid.
Kuantitas
Kedua premis tidak boleh sama-sama particular.jika kedua premis partikular
maka tidak bisa ditarik kesimpulan.
Kualitas
Kedua premis tidak diperbolehkan sama-sama negatif. Jika kedua premis
negatif maka tidak dapat ditarik kesimpulan. Artinya term menengah gagal
menjalankan fungsinya sebagai mediator. kalau term menengah gagal
menjalankan fungsinya, maka kita tidak dapat membuat suatu pernyataan
mengenai kesesuaian atau ketidaksesuaian antara term minor dengan term
mayor dalam kesimpulan.4
Contoh:
Sony tidak menikahi Riyanti
orang yang menikahi Riyanti tidak kaya
jadi Sony tidak kaya.
Kesimpulannya tidak valid karena keduanya premis negatif.

2. Silogisme hipotesis
Selain silogisme kategoris ada juga silogisme hipotesis. Silogisme
hipotesis adalah silogisme yang dibangun dengan proposisi hipotesis.
Proposisi hipotesis dibentuk dengan kalimat berita yang term predikatnya
mengakui atau mengingkari term subjek dengan syarat. Proposisi ini
dibangun dengan menggunakan perangkat tertentu yakni: "jika..."Maka"dan
"......atau....". Tidak mungkin sekaligus...dan....".
Perangkat perangkat ini melahirkan 3 silogisme hipotesis, yakni; proposisi
kondisional, proposisi disjungtif dan proposisi konjungtif.5
 Silogisme kondisional
Silogisme kondisional terjadi ketika proposisinya kondisional. Proposisi
ini menggunakan perangkat"jika...Maka...". Dalam jenis silogisme ini
premis mayornya kondisional dan dari premis mayor conditional itu
dihasilkan sebuah kesimpulan. Ada 4 pola yang dihasilkan oleh premis
mayor conditional.
1. Jika a maka B
2. Jika a maka bukan B
4
Ibid Hal 139
5
Ibid Hal 144

v
3. Jika bukan a maka B
4. Jika bukan a maka bukan B
 Silogisme disjungtif
Silogisme disjungtif mempunyai premis proposisi destruktif. disini premis
mayor menawarkan dua kemungkinan, sedangkan premis minornya
mengingkari atau membenarkan salah satu dari dua kemungkinan itu, dan
kesimpulannya memilih kemungkinan lainnya. Rumusannya
adalah".....atau.....".
Contoh:
anggota dewan itu orang berpendidikan atau orang terkenal.
Anggota dewan itu bukan orang berpendidikan.
Jadi anggota dewan itu orang terkenal.
kesimpulan di atas sahih karena pengingkaran salah satu dari dua pilihan
yang mungkin sama-sama benar menepis ketidakpastian .
 Silogisme konjungtif
Silogisme konjungtif terjadi ketika argumen yang premis mayornya
berbentuk proposal konjungtif, sedangkan premis minor dan kesimpulannya
berbentuk proposisi kategoris. Silogisme ini menggunakan kata "....tidak
mungkin sekaligus ....dan....". Dalam silogisme konjungtif subjek dan
predikat kedua proposisi disatukan dan hasilnya adalah satu subjek dan 2
predikat di mana bersesuaian kedua predikat itu secara bersamaan pada
subjek yang diingkari.6
Contoh:
Ida tidak mungkin sekaligus berdri dan duduk
Ida berdiri.
Jadi ida duduk

2. INDUKSI
A. Pengertian Induksi
Dalam bahasa induksi disebut "inductio"(kata benda),"inducer"(kata
kerja), dari istilah tersebut dapat diketahui bahwa,"in"diartikan ke dalam
sedangkan"ducere"mempunyai arti memimpin.
Dengan demikian sejarah asal katanya induksi dapat diterapkan memimpin
pengertian yang khusus ke dalam pengertian yang umum atau ke ruang
umum. Dengan kata lain metode berpikir induksi atau induktif dari khusus
menuju umum.7
Seseorang berpikir tentang sesuatu dimulai dengan hal-hal yang khusus
dengan mengemukakan kenyataan-kenyataan, benda-benda, atau peristiwa-
peristiwa Yang tersendiri dari kehidupan praktis berdasarkan dan diperoleh
dari riset, kasus demi kasus, individu demi individu, dan pada akhirnya
6
Ibid Hal 146
7
Imam Jauhari,Azhari Yahya,Darmawan. 2020.”filsafat Ilmu” hal 89

v
orang tersebut dapat menyimpulkan secara umum tentang apa yang
dipikirkannya itu.
Contoh
Khusus: dipikirkan tentang:
a. Manusia sebagai subjek badan hukum
b. Badan hukum sebagai subjek hukum
Umum: subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban
Kesimpulan: semua subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban.
Dasar pola berfikir adalah obserfasi. Obserfasi adalah yang penting dalam
ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah diperoleh melalui obserfasi yang
dilakukan di lapangan. Pengetahuan obserfasi itulah kemudian menjadi
pengetahuan yang khusus. Obserfasi mendahului adanya induksi,demikian
menurut chalmers.
Contoh pemikiran induktif ialah;
Mahasiswa A mengendarai BMW ke kampus (khusus)
Mahasiswa B mengendarai mobil mercy ke kampus (khusus)
Mahasiswa C mengendarai mobil toyota ke kampus (khusus)
Semua mahasiswa mengendarai mobil ke kampus (umum)

Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari


berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan
yang bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman
atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Penalaran induksi adalah penalaran yang dilakukan terhadap gagasan-
gagasan atau peristiwa khusus yang kemudian dihubungkan melalui ciri
umum untuk merumuskan sebuah simpulan yang mencakup semua gagasan
tersebut. Penalaran induksi dapat dilakukan dengan generalisasi, analogi,
dan hubungan kausalitas.
a. Generalisasi
Generalisasi adalah penalaran induksi yang dilakukan dengan cara
menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai ciri tertentu untuk
memperoleh kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran ini umum
digunakan dalam mengembangkan paragraf induksi. Contoh Generalisasi
Pernyataan 1 : Jika dipanaskan, besi akan memuai
Pernyataan 2 : Jika dipanaskan, emas akan memuai
Pernyataan 3 : Jika dipanaskan, tembaga akan memuai
Kesimpulan : Jika dipanaskan, semua logam akan memuai
b. Analogi
Analogi adalah penalaran induksi dengan cara membandingkan dua hal
atau lebih yang memiliki kesamaan. Selanjutnya dirumuskan kesimpulan

v
berdasarkan kesamaan tersebut. Contoh Analogi
Pernyataan 1 : Rani rajin pergi ke perpustakaan untuk membaca buku.
Pernyataan 2 : Dian senang mengunjungi toko buku untuk membeli buku
bacaan. Kesimpulan : Sama seperti Rani, Dian juga rajin membaca buku.
c. Hubungan Kausal
Hubungan kausalitas adalah penalaran yang diperoleh dari peristiwa yang
memiliki hubungan sebab akibat. Penalaran kausal dapat dilakukan dengan
pola pengembangan paragraf sebab-akibat atau pola akibat-sebab.8
Contoh Sebab-Akibat
Sebab : David malas belajar dan sering bolos sekolah
Akibat : David tidak naik kelas
Kesimpulan : Karena malas belajar dan sering bolos sekolah, David tidak
naik kelas.

3. DEDUKSI
Dedksi (deduktif) berasal dari bahasa latin”deductio”(kata benda) dan
“deducere”(kata kerja). Kata tersebut terdiri atas “de” artinya turun,dan
“ducere” artinya memimpin.

Menurut asal katanya,deduksi adalah memimpin pengertian yang umum


ke pengertian yang khusus,berlawanan dengan induksi. Dengan kata lain
deduksi(deduktif) dari umum menuju spesifik. Atau pemikiran dimulai dari
hal yang umum kepada hal yang khusus.9

pendekatan deduksi adalah metode penalaran yang mengambil kesimpulan


dari umum ke khusus, berikut dalam
penggambaran silogismenya;
A adalah B
Jika
C adalah B
Maka C adalah A
Misalkan dalam konteks bahasa adalah
Manusia itu berakal
Jika Joko berakal
Maka Joko adalah manusia.
Deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis premis yang kebenarannya telah ditentukan (Suriasmumantri, 1982).
Bahwa jika premis
benar maka kesimpulan akan benar. Jika kesimpulan valid, maka premis
pasti benar

8
https://www.edutafsi.com/2016/07/jenis-jenis-penalaran-deduktif-dan-induktif.html?m=1
9
Imam Jauhari,azhari Yahya,Darmawan.20220 “Filsafat Ilmu” hal 90

v
(Ladyman, 2002).
Lalu bagaimana menjelaskan pemahaman deduksi “dari umum ke
khusus” ?, Pada
dasarnya perbedaan deduksi dan induksi memang terletak ada premis yang
dibangun. Jika
induksi berangkat dari khusus ke umum (kesimpulan yang mengacu pada
generalisasi),
maka deduksi berangkat dari umum ke khusus, yang artinya dalam deduksi
hipotesa adalah bagian yang mewakili generalisasi. Hipotesa yang general
ini menjadi semacam
landasan dalam menganalisa secara detail sebuah fenomena, yang pada
akhirnya hipotesa
semakin mudah dipahami.
Silogisme sebagai berikut ;
Sianida dapat membunuh manusia
Mirna terbunuh setelah meminum kopi bersianida
Mirna terbunuh karena sianid
khas dalam pendekatan deduksi adalah mampu membangun kesimpulan
yang nengerucut. Dalam pendekatan deduksi hipotesa semakin lama akan
semakin jelas jika
dilakukan penelitian lebih lanjut.10

4. ABDUKSI
Menurut donny gahral adian & herdito, abduksi adalah metode untuk
memilih argumentasi terbaik dari sekian banyak argumentasi yang mungkin.
Oleh sebab itu abduksi serng disebut dengan argumentasi menuju penjelasan
terbaik.

Ada 4 cara mendapatkan argumentasi terbaik,yakni;


 Kesederhanaan,yaitu jelaskan segala hal dengan bahasa yang ringan
dan tidak ada bantahan dari pihak lain.
 Koherensi,yaitu pilih penjelsan yang sesuai dengan apa yang
diyakini para ahli tentang dunia.
 Prediktabilitas,yaitu pilih penjelasan yang paling banyak
menghasilkan prediksi yang dapat disangkal atau diiyakan
 Komprehensi,yatu pilih penjelasan yang paling lengkap dan
meninggalkan sedikit sekali ketidak jelasan.11
Contoh dari penalaran abduktif adalah andai kita mengetahui bahwa
seseorang yang bernama bob selalu mengendarai mobilnya dengan
sangat cepat jika sedang mabuk,maka pada saat kita melihat bob

10
Bagong Suyanto,dkk “Metode Penelitian Sosial” edisi keiga Hal 8
11
https://www.markombur.com/2022/07/pengertian-penalaran-deduktif-induktif.html?m=1

i
mengendarai mobilnya dengan sangat cepat,maka kita berkesimpulan
bahwa bob sedang mabuk.

KESIMPULAN
Dalam melakukan penelitian atau menganalisis sesuatu,maka kita harus
menggunakan metode metode yg tepat. Diantaranya
silogisme,induksi,deduksi,dan abduksi.
Silogisme adalah adalah suatu bentuk argumentasi yang bertitik tolak pada
premis-premis, dan dari premis-premis itu ditarik suatu kesimpulan. Silogisme
dibagi 2. Yakni silogisme kategoris dan silogisme hipotetis.
Induksi adalah memimpin pengertian yang khusus ke dalam pengertian yang
umum atau ke ruang umum.
deduksi adalah memimpin pengertian yang umum ke pengertian yang
khusus,berlawanan dengan induksi.
Abduksi adalah metode untuk memilih argumentasi terbaik dari sekian banyak
argumentasi yang mungkin.

SARAN
Alhamdulillah makalah telah selesai,meski kami menyadari bahwa sangat jauh
dari kata sempurna. Oleh karenanya, kritikan dan saran yg membangun sangat
kami harapkan,agar dapat melengkapi kekurangan kekurangan kami.

x
Daftar Pustaka

Kastin sihotang,Berfikir kritis:Kecakapan hidup di Era Digital


Imam Jauhari,Azhari Yahya,Darmawan. 2020.”filsafat Ilmu”
https://www.edutafsi.com/2016/07/jenis-jenis-penalaran-deduktif-dan-
induktif.html?m=1
Bagong Suyanto,dkk “Metode Penelitian Sosial” edisi keiga
https://www.markombur.com/2022/07/pengertian-penalaran-deduktif-
induktif.html?m=1

x
x
1

Anda mungkin juga menyukai