Anda di halaman 1dari 9

Universitas Hasanuddin

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir
dengan jelas , tajam dan terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif .
dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertip , jelas ,
serta tajam. Hal yang sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani
dengan salah satu cara untuk melahirkannya adalah silogisme. . Hal ini diperlukan karena
mengajarkan kita untuk dapat melihat konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan
yang apa bila di telaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self –
destructive.

Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi
atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau,
ada juga sebagian orang yang mengatakan atau menganggap percuma mempelajari seluk
beluk silogisme . Tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa
biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang saja yang dapat
mengungkapkan pikirannya dalam bentuk silogisme. Akan tetapi , proses pemikiran kita
menurut kenyataanya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga.
Misalnya ucapan “ Saya tidak senang kepada pegawai itu karena ia biasa datang terlambat ke
kantor “ Proses pemikiran tersebut haya bisa di uji dan di kaji apabila kita beberkan dalam
bentuk silogisme karena bentuk silogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi
terbuka .

Rumusan masalah:

1. Apakah silogisme itu.?


2. Apa saja ciri-ciri dari silogisme.?
3. Bagaimana struktur dari silogisme itu.?
4. Apa saja jenis-jenis silogisme.?
5. Unsur-unsur apa saja yang ada dalam silogisme.?

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1


Universitas Hasanuddin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembahasan

Silogisme
1. Pengertian silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak
langsung yang klonklusinya ditarik dari premis yang disediakan serentak. Silogisme
merupakan proses penyimpulan dalam logika yang berangkat dari pangkal pikir yang
telah di ketahui untuk memperoleh pengetahuan baru. Yang penting kita ketahui dari
silogisme dan bentuk-bentuk inferensi atau penalaran dedduktif yang lain ialah bahwa
masalah kebenaran dan ketidakbenaran pada premis premis itu tidak pernah timbul,
karena premis premis yang selalu di ambil adalah yang benar.ini berarti bahwa
konklusi hanya mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk) tanpa
mempersoalkan kebenaran material (kebenaran isi). Oleh karena silogisme adalah
penarikan konklusi yang sifatnya deduktif, maka konklusinya tidak dapat mempunyai
sifat yang lebih umum daripada premisnya. Jadi silogisme merupakan penarikan
konklusi secara tak langsung, konklusi dari dua premis, tidak dari satu premis saja
sebaigaimana halnya pada penarikan konklusi secara langsung. Misalnya:
Semua manusia adalah mortal.
Semua raja adalah manusia.
Semua raja adalah mortal.

2. Ciri-ciri silogisme
Ciri ciri silogisme yang membedakan dari jenis penarikan konklusi lainnya
adalah:
a) Konklusi dalam silogisme ditarik dari dua premis premis yang serentak
disediakan, bukan dari salah satu premisnya saja. Konklusinya tidaklah
merupakan penjumlahan premis premis tetapi merupakan sesuatu yang
dapat diproleh bila kedua premis itu diletakkan serentak. Ciri ciri ini
membedakan silogisme dari bentuk bentuk penarikan konklusi langsung
dan bentuk bentuk penarikan tak langsung lainnya.
b) Konklusi dari suatu silogisme tidak dapat mempunyai sifat yang lebih
umum dari pada premis premisnya. Silogisme adalah suatu jenis penarikan
konklusi secara dedukti dan penarikan konklusi secara deduktif

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1


Universitas Hasanuddin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
konklusinya tidak ada yang lebih umum dari premis premis yang di
sediakan.
c) Konklusinya benar, bila dilengkapi dengan premis-premis yang benar
suatu hal yang penting, pada silogisme dan pada bentuk inferensi deduktif
yang lain, persoalan kebenaran dan ketidakbenaran pada premis-premis tak
pernah timbul, karena premis-premis selalu diambil yang benar, akibatnya
konklusi sudah dilengkapi dengan hal-hal yang benar. Dengan kata lain,
silogisme tinggal mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk)
dan tidak lagi mempersoalkan kebenaran material (kebenaran isinya)
3. Struktur silogisme
Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu dua buah proposisi yang diberikan
dan sebuah proposisi yang ditarik dari dua buah proposisi yang diberikan itu.
Proposisi yang ditarik itu dinamai “konklusi” dan dua buah proposisi yang
diberikan itu dinamai “premis”. Silogisme hanya mempunyai tiga term, karena
masing masing term itu terdapat dua kali. Tiga term ini memiliki nama nama
tertentu. Yang pertama predikat konklusi dinamai “term mayor”, subyek
konklusi dinamai “term minor” dan term yang sama sama terdapat pada kedua
proposisi itu disebut “term penengah”.

Premis yang didalamnya terdapat term mayor dinamai “premis mayor”, dan
premis yang didalamnya terdapat term minor dinamai “premis minor” dalam
bentuk silogisme logika yang sesungguhnya, premis mayor diberikan mula
mula dan sudah itu diikuti oleh premis minor. Perlu diingat bahwa dalam
silogisme lambang “M” dipakai untuk menunjukkan term penengah, “ S”
menunjukkan term minor dan “P” untuk term mayor.

Secara garis besar sebuah silogisme terdiri atas tiga buah proposisi yaitu dua
buah proposis yang diberikan atau disajikan dan sebuah proposisi yang ditarik
dari kedua proposisi yang disajikan itu. Proposisi yang disajikan premis mayor
dan premis minor dan kesimpulan yang ditarik disebut konklusi
Predikat konklusi disebut term mayor
Subyek konklusi disebut term minor

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1


Universitas Hasanuddin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kemudian yang menjadi pangkalan umum disini adalah proposisi pertama
sebagai pernyataan universal yang ditandai dengan kuatifier semua untuk menegaskan adanya
sifat yang berlaku bagi manusia secara menyeluruh. Pangkalan khusunya adalah proposisi
kedua, meskipun ia merupakan pernyataan universal ia berada dibawah aturan pernyataan
pertama sehingga dapat kita membuat atau menarik kesimpulan. Pangkalan umum dan
pangkalan khusus disebut premis (mukadima), sedangkan proposisi yang dihasilkan dari
sintesis kedua premisnya disebut kesimpulan (konklusi), dan term yang menghubungkan
kedua premis disebut term penengah (midle term). Premis yang termnya menjadi predikat
pada konklusi disebut premis mayor. Dikatakan demikian, karena predikat hampir selalu
lebih luas dari pada subyeknya.

Jadi, dalam bentuk silogisme perlu di perhatikan

1. Premis mayor disajikan terlebih dahulu dari pada premis minor


2. Term penengah dilambangkan dengan M (midle term)
3. Term mayor dilambangkan dengan T (predikat)
4. Term minor dilambangkan dengan subyek

Contoh: semua manusia akan mati (premis mayor)

Plato adalah manusia (premis minor)

Plato akan mati (konklusi), manusia adalah term penengah

Contoh lebih jelasnya

Semua tanaman membuthkan air (premis mayor)

M P

Aksia adalah tanaman (premis minor)

S M

Aksia membutuhkan air (konklusi)

S P

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1


Universitas Hasanuddin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Jenis-jenis Silogisme

Bagan dibawah ini menggambarkan jenis-jenis:

Silogisme dapat dibagi atas silogisme murni dan silogisme campuran


berdasarkan unsur-unsur proposisinya. Silogisme murni dapat dibagi atas silogisme
murni kategoris, silogisme murni hipotesis dan silogisme murni disjungtif
berdasarkan proposisi-proposisi pembentuknya.

Silogisme campuran dibagi pula atas tiga jenis :

a) Kategoris Hipotesis. Dalam silogisme ini premis mayor hipotesis, premis


minor kategoris dan konklusi kategoris.
b) Kategoris Disjungtif. Dalam silogisme ini premis mayor disjungtif, premis
minor kategoris dan konklusi kategoris.
c) Dilema. Dalam dilema, premis mayor hipotesis, premis minor disjungtif
dan konklusi kategoris atau disjungtif.
1) Silogisme Kategoris

Silogisme standar adalah silogisme kategoris. Silogisme kategoris terdiri atas


proposisi-proposisi kategoris. Jadi silogisme kategoris adalah struktur suatu
deduksi berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-
masing bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa
syarat).keputusan kategoris dibedakan dalam dua hal :

a. Silogisme kategoris tunggal, karena terdiri atas dua premis

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1


Universitas Hasanuddin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
b. Silogisme kategoris tersusun, karen lebih dari dua premis
2) Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis ialah silogisme yang premis mayornya adalah proposisi
hipotesis. Proposisi hipotesis adalah proposisi yang terdiri atas bagian-bagian
yang satu sama lainnya memiliki hubungan yang bersifat saling bergantung,
bertentangan atau memiliki kesamaan. Silogisme hipotesis adalah silogisme yang
terdiri atas satu atau lebih premis yang berupa keputusan hipotesis, di bedakan
atas :
- Kondisional ialah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan
kondisiona.l di tandai dengan: jika... maka...
- Disjungtif ialah silogisme yang premis mayornya terdiri dari keputusan
disjungtif. di tandai dengan: atau... atau...
- Konjungtif ialah silogisme yang mempunyai premis mayor yang berbentuk
proposisi konjungtif, sementara premis minor dan kesimpulannya berupa
proposisi kategoris, konjungtif di tandai dengan: tidak sekaligus... dan...
3) Di lema
Dilema semacam pembuktian, yang di dalamnya terdiri dari dua atau lebih
putusan disjungtif untuk di tarik kesimpulan yang sama, atau di buktikan bahwa
dari masing-masing kemungkinan harus di tarik kesimpulan yang tidak di
kehendaki.
Di lema merupakan kombinasi dari berbagai bentuk silogisme. Premis mayor
terdiri dri sebuah putusan disjungtif. Dalam premis mayor di ambil keputusan
yang sama dari kedua alternatif. Karena kerapkali sukar untuk mengemukakan
disjungtif yang tajam (disjungtif dalam arti sempit), maka arti “dilema” yang
didalamnya kita harus memilih antara dua kemungkinan yang kedua-duanya
mempunyai konsekuensi yang tidak enak, sehingga pilihan menjadi sukar. Bagan
dilema: bentuknya dapat bermacam-macam. Bentuk pokonya sebagai berikut:

A atau tidak B
Nah, kalau A maka B
Kalau tidak A, toh B
Jadi B

Hukum-hukum dilema:
a.) Putusan disjungtif harus lengkap, menyebut semua kemungkinan.

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1


Universitas Hasanuddin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
b.) Konsekuensinya harus sah.
c.) Kesimpulan lain tidak mungkin ( tak boleh dapat di “retorsi” atau di balik)

Dilema dalam arti luas(yaitu dalam arti dimana orang dihadapkan pada suatu pilihan
yang sukar karen kedua alternatif mengandung konsekuensi yang tidak disukai),
sering di pergunakan sebagai tema dalam kesustaraan atau sandiwara.

Ada beberapa cara yang dapat kita pakai dalam mengatasi dilema yang kita hadapi :

a. Dengan meniliti alternatif yang di kemukakan.


Mungkin skali alternatif pada permasalahan yang di ketengahkan tidak sekedar
dinyatakan, tetapi lebih dari itu,
b. Dengan kontra dilema

Bila dilema yang kita hadapi tidak mengandung kemungkinan, maka dapat kita
atasi dengan mengemukakan dilema tandingan.

c. Dengan memilih alternatif yang paling ringan


Pada dasarnya tidak ada dilema yang menampilkan alternatif yang benar-benar
sama beratnya. Dalam dilema serupa kita hanya dapat memilih alternatif yang
paling ringan.
5. Unsur-unsur silogisme
Proposisi-proposisi silogisme baku haruslah berbentuk proposisi baku. Silogisme standar
harus mempunyai tiga dan hanya tiga proposisi. Dua di antara tiga proposisi adalah premis
dan yang lainnya adalah kesimpulan. Kedua premis dan kesimpulan memiliki tiga term dan
hanya tiga term. Semua term muncul dua kali di proposisi berbeda. Dalam silogisme di atas,
ketiga term dimaksud adalah manusia, makhluk fana, dan Sokrates. Setiap term muncul dua
kali: term Sokrates muncul pada kesimpulan dan premis kedua; makhluk fana muncul di
kesimpulan dan premis pertama; dan manusia muncul pada kedua premis. Setiap term
bukan hanya muncul dua kali tetapi juga memiliki makna yang sama setiap kali muncul.
Ketika dalam dua kali kemunculannyasebuah term memiliki makna yang sama, maka term
tersebut dikatakan memiliki makna univokal. Sebagai contoh, “makhluk fana” dalam
kesimpulan dan premis haruslah memiliki makna univokal. Karena itu, sebuah silogisme
merupakan argumen yang memilki dua premis dan sebuah kesimpulan dimana term subyek
dalam kesimpulan merupakan term yang ada di dalam salah satu premis, term predikat
dalam kesimpulan merupakan term yang ada dalam premis yang lain dan term ketiga hanya

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1


Universitas Hasanuddin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
terdapat dalam kedua premis. Term ketiga tidak boleh muncul dalam kesimpulan. Silogisme
yang memenuhi semua persyaratan di atas merupakan silogisme baku/standar.

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1


Universitas Hasanuddin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

PENUTUP

KESIMPULAN

Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi . Silogisme mengajarkan pada kita
merumuskan , menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya
dengan mudah , Dengan demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam . Ini diperlukan
karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang
telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang
apabila ditelaah lebih lanjut , sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau
kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi
atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau.
Akan tetapi kita generasi penerus , proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti
pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran
kita lebih terbuka tertib dan jelas

Dasar-Dasar Logika (Silogisme) Page 1

Anda mungkin juga menyukai