Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir
dengan jelas , tajam dan terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif .
dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertip , jelas ,
serta tajam. Hal yang sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani
dengan salah satu cara untuk melahirkannya adalah silogisme. . Hal ini diperlukan karena
mengajarkan kita untuk dapat melihat konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan
yang apa bila di telaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self –
destructive.
Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi
atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau,
ada juga sebagian orang yang mengatakan atau menganggap percuma mempelajari seluk
beluk silogisme . Tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa
biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang saja yang dapat
mengungkapkan pikirannya dalam bentuk silogisme. Akan tetapi , proses pemikiran kita
menurut kenyataanya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga.
Misalnya ucapan “ Saya tidak senang kepada pegawai itu karena ia biasa datang terlambat ke
kantor “ Proses pemikiran tersebut haya bisa di uji dan di kaji apabila kita beberkan dalam
bentuk silogisme karena bentuk silogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi
terbuka .
Rumusan masalah:
Silogisme
1. Pengertian silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak
langsung yang klonklusinya ditarik dari premis yang disediakan serentak. Silogisme
merupakan proses penyimpulan dalam logika yang berangkat dari pangkal pikir yang
telah di ketahui untuk memperoleh pengetahuan baru. Yang penting kita ketahui dari
silogisme dan bentuk-bentuk inferensi atau penalaran dedduktif yang lain ialah bahwa
masalah kebenaran dan ketidakbenaran pada premis premis itu tidak pernah timbul,
karena premis premis yang selalu di ambil adalah yang benar.ini berarti bahwa
konklusi hanya mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk) tanpa
mempersoalkan kebenaran material (kebenaran isi). Oleh karena silogisme adalah
penarikan konklusi yang sifatnya deduktif, maka konklusinya tidak dapat mempunyai
sifat yang lebih umum daripada premisnya. Jadi silogisme merupakan penarikan
konklusi secara tak langsung, konklusi dari dua premis, tidak dari satu premis saja
sebaigaimana halnya pada penarikan konklusi secara langsung. Misalnya:
Semua manusia adalah mortal.
Semua raja adalah manusia.
Semua raja adalah mortal.
2. Ciri-ciri silogisme
Ciri ciri silogisme yang membedakan dari jenis penarikan konklusi lainnya
adalah:
a) Konklusi dalam silogisme ditarik dari dua premis premis yang serentak
disediakan, bukan dari salah satu premisnya saja. Konklusinya tidaklah
merupakan penjumlahan premis premis tetapi merupakan sesuatu yang
dapat diproleh bila kedua premis itu diletakkan serentak. Ciri ciri ini
membedakan silogisme dari bentuk bentuk penarikan konklusi langsung
dan bentuk bentuk penarikan tak langsung lainnya.
b) Konklusi dari suatu silogisme tidak dapat mempunyai sifat yang lebih
umum dari pada premis premisnya. Silogisme adalah suatu jenis penarikan
konklusi secara dedukti dan penarikan konklusi secara deduktif
Premis yang didalamnya terdapat term mayor dinamai “premis mayor”, dan
premis yang didalamnya terdapat term minor dinamai “premis minor” dalam
bentuk silogisme logika yang sesungguhnya, premis mayor diberikan mula
mula dan sudah itu diikuti oleh premis minor. Perlu diingat bahwa dalam
silogisme lambang “M” dipakai untuk menunjukkan term penengah, “ S”
menunjukkan term minor dan “P” untuk term mayor.
Secara garis besar sebuah silogisme terdiri atas tiga buah proposisi yaitu dua
buah proposis yang diberikan atau disajikan dan sebuah proposisi yang ditarik
dari kedua proposisi yang disajikan itu. Proposisi yang disajikan premis mayor
dan premis minor dan kesimpulan yang ditarik disebut konklusi
Predikat konklusi disebut term mayor
Subyek konklusi disebut term minor
M P
S M
S P
4. Jenis-jenis Silogisme
A atau tidak B
Nah, kalau A maka B
Kalau tidak A, toh B
Jadi B
Hukum-hukum dilema:
a.) Putusan disjungtif harus lengkap, menyebut semua kemungkinan.
Dilema dalam arti luas(yaitu dalam arti dimana orang dihadapkan pada suatu pilihan
yang sukar karen kedua alternatif mengandung konsekuensi yang tidak disukai),
sering di pergunakan sebagai tema dalam kesustaraan atau sandiwara.
Ada beberapa cara yang dapat kita pakai dalam mengatasi dilema yang kita hadapi :
Bila dilema yang kita hadapi tidak mengandung kemungkinan, maka dapat kita
atasi dengan mengemukakan dilema tandingan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi . Silogisme mengajarkan pada kita
merumuskan , menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya
dengan mudah , Dengan demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam . Ini diperlukan
karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang
telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang
apabila ditelaah lebih lanjut , sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau
kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi
atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau.
Akan tetapi kita generasi penerus , proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti
pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran
kita lebih terbuka tertib dan jelas