PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum pemilihan umum lahir dari konsepsi dan gagasan besar
Demokrasi yang berarti merujuk John Locke dan Rousseau, keterjaminan
kebebasan, keadilan dan kesetaraan bagi individu dalam segala bidang. Dalam
demokrasi, ada nilai-nilai partisipatif dan kedaulatan yang dijunjung tinggi dan
harus dijalankan oleh warga negara dan instrumen negara baik pada level
legislatif, yudikatif maupun eksekutif. Hubungan antara warga negara dan negara
meskipun masih berjarak namun dapat difasilitasi oleh berbagai lembaga dan
elemen masyarakat karena adanya kebebasan bagi semua pihak untuk ikut serta
secara aktif dalam pembangunan nasional baik pembangunan politik maupun
bidang-bidang lainnya. Masyarakat diberikan ruang untuk berperan aktif dan
menjadi bagian dari proses demokrasi. Meskipun secara substansial, keikusertaan
mereka masih cenderung prosedural dan momentum.
Pemilihan umum merupakan salah satu bagian dari proses sekaligus hasil
dari sebuah sistem demokrasi. Meski demokrasi secara substansial dengan nilai-
nilai yang menjunjung tinggi keterbukaan, kebebasan dan hak asasi baru
sepenuhnya dijalakan pasca runtuhnya kekuasaan Orde Baru di bawah Presiden
Soeharto, Indonesia sendiri sebenarnya telah mengenal Pemilihan Umum pertama
sejak tahun 1955 hingga yang terakhir pada 2014 lalu. Pemilihan Umum yang
pertama dilaksanakan pada masa OrdeBaru ketika Presiden Soekarno menjabat
dengan keikutsertaan empat partai besar yakni PNI, NU, PKI dan Masjumi serta
beberapa partai kecil lainnya seperti Partai Katholik, Parkindo dan PSII.24 Setelah
masa Pemilu Orde Lama, Pemilu selanjutnya diadakan pada tahun 1971 ketika
Orde Baru dengan keiskusertaan sepuluh partai.25 Setelah serangkain pemilu
yang ‘dikuasai’ oleh Orde Baru dengan hanya mengizinkan tiga partai yakni PPP,
PDI dan Golkar. Fase reformasi membawa Indonesia pada Pemilu 1999, dimana
partai dikembalikan pada fungsi awalnya. Kemudian diadakan kembali pada 2004
dengan perkembangan pada pola pemilihan presiden yang dilakukan secara
langsung. Setelah pelaksanaan pemilu dengan sistem pemilihan presiden
langsung, maka pada tahun 2009, diadakan kembali sistem pemilu yang sama
dengan perbaikan pada beberapa kekurangan pada pemilu sebelumnya. Terakhir,
pemilu diadakan pada April 2014 untuk pemilihan legislatif pusat dan daerah dan
pada bulan Juli 2014 untuk pemilihan Presiden dengan berbagai perbaikan sebagai
hasil dari evaluasi terhadap pemilu sebelumnya termasuk pada 2009 yang ternyata
memendam banyak persoalan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pemilu di Indonesia dan Jumlah Peserta Partai
Politik di Indonesia Tahun 1955 – 2019 serta Hasil Pemilu di Indonesia
Tahun 1995 – 2014?
2. Bagaimana Dinamika Kontestasi Antar Partai Politik di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui dinamika kepemiluan di
Indonesia dari tahun 1995 – 2019 dengan melihat dari sejarah pemilu,
jumlah peserta partai politik dan hasil pemilu tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
JUMLAH JUMLAH
NO. PARTAI %
SUARA KURSI
1. Partai Katolik 603.740 1,10 3
Partai Syarikat Islam
2. 1.308.237 2,39 10
Indonesia (PSII)
3. Partai Nahdlatul Ulama 10.213.650 18,68 58
Partai Muslimin
4. 2.930.746 5,36 24
Indonesia (Parmusi)
5. Golongan Karya (Golkar) 34.348.673 62,82 236
Partai Kristen
6. 733.359 1,34 7
Indonesia (Parkindo)
Partai Musyawarah Rakyat
7. 48.126 0,08 0
Banyak (Murba)
8. Partai Nasional Indonesia (PNI) 3.793.266 6,93 20
9. Partai Islam (PERTI) 381.309 0,69 2
Partai Ikatan Pendukung
10. 338.403 0,61 0
Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
JUMLAH 54.669.509 100,00 360
Sampai Pemilu 1997 ini cara pembagian kursi yang digunakan tidak
berubah, masih menggunakan cara yang sama dengan Pemilu 1971, 1977, 1982,
1987, dan 1992. Pemungutan suara diselenggarakan tanggal 29 Mei 1997.
Hasilnya menunjukkan bahwa setelah pada Pemilu 1992 mengalami kemerosotan,
kali ini Golkar kembali merebut suara pendukungnnya. Perolehan suaranya
mencapai 74,51 persen, atau naik 6,41. Sedangkan perolehan kursinya meningkat
menjadi 325 kursi, atau bertambah 43 kursi dari hasil pemilu sebelumnya. PPP
juga menikmati hal yang sama, yaitu meningkat 5,43 persen. Begitu pula untuk
perolehan kursi. Pada Pemilu 1997 ini PPP meraih 89 kursi atau meningkat 27
kursi dibandingkan Pemilu 1992. Dukungan terhadap partai itu di Jawa sangat
besar. Sedangkan PDI, yang mengalami konflik internal dan terpecah antara PDI
Soerjadi dengan Megawati Soekarnoputri setahun menjelang pemilu, perolehan
suaranya merosot 11,84 persen, dan hanya mendapat 11 kursi, yang berarti
kehilangan 45 kursi di DPR dibandingkan Pemilu 1992. Berikut Tabel Peserta
Pemilu 1997 beserta Hasil Pemilu :
D. Pemilu 1999
Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21
Mei 1998 jabatan presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf
Habibie. Atas desakan publik, Pemilu yang baru atau dipercepat segera
dilaksanakan, sehinggahasil-hasil Pemilu 1997 segera diganti. Kemudian ternyata
bahwa Pemilu dilaksanakan pada 7 Juni 1999, atau 13 bulan. masa kekuasaan
Habibie. Pada saat itu untuk sebagian alasan diadakannya Pemilu adalah untuk
memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik, termasuk dunia
internasional, karena pemerintahan dan lembaga-lembaga lain yang merupakan
produk Pemilu 1997 sudah dianggap tidak dipercaya. Hal ini kemudian
dilanjutkan dengan penyelenggaraan Sidang Umum MPR untuk memilih presiden
dan wakil presiden yang baru. Ini berarti bahwa dengan pemilu dipercepat, yang
terjadi bukan hanya bakal digantinya keanggotaan DPR dan MPR sebelum selesai
masa kerjanya, tetapi Presiden Habibie sendiri memangkas masa jabatannya yang
seharusnya berlangsung sampai tahun 2003, suatu kebijakan dari seorang presiden
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebelum menyelenggarakan Pemilu yang
dipercepat itu, pemerintah mengajukan RUU tentang Partai Politik, RUU tentang
Pemilu dan RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Ketiga
draft UU ini disiapkan oleh sebuah tim Depdagri, yang disebut Tim 7, yang
diketuai oleh Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid (Rektor IIP Depdagri, Jakarta).
JUMLAH JUMLAH
NO. PARTAI % %
SUARA KURSI
1. Partai Indonesia Baru 192.712 0,18% 0 0,00%
Partai Kristen
2. 369.719 0,35% 0 0,00%
Nasional Indonesia
Partai Nasional
3. 377.137 0,36% 0 0,00%
Indonesia
Partai Aliansi
4. 85.838 0,08% 0 0,00%
Demokrat Indonesia
Partai Kebangkitan
5. 289.489 0,27% 0 0,00%
Muslim Indonesia
6. Partai Ummat Islam 269.309 0,25% 0 0,00%
Partai Kebangkitan
7. 300.064 0,28% 1 0,22%
Ummat
8. Partai Masyumi Baru 152.589 0,14% 0 0,00%
Partai Persatuan
9. 11.329.905 10,71% 58 12,55%
Pembangunan
Partai Syarikat Islam
10. 375.920 0,36% 1 0,22%
Indonesia
Partai Demokrasi
11. 35.689.073 33,74% 153 33,12%
Indonesia Perjuangan
12. Partai Abul Yatama 213.979 0,20% 0 0,00%
13. Partai Kebangsaan 104.385 0,10% 0 0,00%
Merdeka
Partai Demokrasi
14. 550.846 0,52% 5 1,08%
Kasih Bangsa
Partai Amanat
15. 7.528.956 7,12% 34 7,36%
Nasional
Partai Rakyat
16. 78.730 0,07% 0 0,00%
Demokratik
Partai Syarikat Islam
17. 152.820 0,14% 0 0,00%
Indonesia 1905
Partai Katolik
18. 216.675 0,20% 0 0,00%
Demokrat
19. Partai Pilihan Rakyat 40.517 0,04% 0 0,00%
Partai Rakyat
20. 54.790 0,05% 0 0,00%
Indonesia
Partai Politik Islam
21. 456.718 0,43% 1 0,22%
Indonesia Masyumi
22. Partai Bulan Bintang 2.049.708 1,94% 13 2,81%
Partai Solidaritas
23. Pekerja Seluruh 61.105 0,06% 0 0,00%
Indonesia
24. Partai Keadilan 1.436.565 1,36% 7 1,51%
Partai Nahdlatul
25. 679.179 0,64% 5 1,08%
Ummat
Partai Nasional
26. Indonesia – Front 365.176 0,35% 1 0,22%
Marhaenis
Partai Ikatan
Pendukung
27. 328.654 0,31% 1 0,22%
Kemerdekaan
Indonesia
28. Partai Republik 328.564 0,31% 0 0,00%
29. Partai Islam Demokrat 62.901 0,06% 0 0,00%
Partai Nasional
30. Indonesia – Massa 345.629 0,33% 1 0,22%
Marhaen
Partai Musyawarah
31. 62.006 0,06% 0 0,00%
Rakyat Banyak
Partai Demokrasi
32. 345.720 0,33% 2 0,43%
Indonesia
33. Partai Golongan Karya 23.741.749 22,44% 120 25,97%
34. Partai Persatuan 655.052 0,62% 1 0,22%
Partai Kebangkitan
35. 13.336.982 12,61% 51 11,03%
Bangsa
Partai Uni Demokrasi
36. 140.980 0,13% 0 0,00%
Indonesia
37. Partai Buruh Nasional 140.980 0,13% 0 0,00%
Partai Musyawarah
38. Kekeluargaan Gotong 204.204 0,19% 0 0,00%
Royong
39. Partai Daulat Rakyat 427.854 0,40% 2 0,43%
40. Partai Cinta Damai 168.087 0,16% 0 0,00%
Partai Keadilan dan
41. 1.065.686 1,01% 4 0,87%
Persatuan
Partai Solidaritas
42. 49.807 0,05% 0 0,00%
Pekerja
Partai Nasional
43. 149.136 0,14% 0 0,00%
Bangsa Indonesia
Partai Bhinneka
44. 364.291 0,34% 1 0,22%
Tunggal Ika Indonesia
Partai Solidaritas Uni
45. 180.167 0,17% 0 0,00%
Nasional Indonesia
Partai Nasional
46. 96.984 0,09% 0 0,00%
Demokrat
Partai Ummat
47. 49.839 0,05% 0 0,00%
Muslimin Indonesia
Partai Pekerja
48. 63.934 0,06% 0 0,00%
Indonesia
JUMLAH 105.786.661 100,00% 462 100,00%
E. Pemilu 2004
Pemilihan umum 2004 merupakan pemilihan umum ke sembilan yang
dilaksanakan Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Pemilihan umum 2004
merupakan pemilihan umum yang demokratis. Adapun dasar dilaksanakannya
pemilihan umum 2004 sendiri adalah UU RI No. 12 Tahun 2003 tentang
pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan DPRD serta UU RI No. 23 Tahun 2003
tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden.
JUMLAH JUMLAH
NO. PARTAI % % KETERANGAN
SUARA KURSI
Partai
1. Golongan 24.480.757 21,58% 128 23,27% Lolos
Karya
2. PDIP 21.026.629 18,53% 109 19,82% Lolos
Partai
3. Kebangkitan 11.989.564 10,57% 52 9,45% Lolos
Bangsa
Partai
4. Persatuan 9.248.764 8,15% 58 10,55% Lolos
Pembangunan
Partai
5. 8.455.225 7,45% 55* 10,00% Lolos
Demokrat
Partai
6. Keadilan 8.325.020 7,34% 45 8,18% Lolos
Sejahtera
Partai Amanat
7. 7.303.324 6,44% 53* 9,64% Lolos
Nasional
Partai Bulan
8. 2.970.487 2,62% 11 2,00% Lolos
Bintang
Partai Bintang
9. 2.764.998 2,44% 14* 2,55% Lolos
Reformasi
Partai Damai
10. 2.414.254 2,13% 13* 2,36% Lolos
Sejahtera
Partai Karya
11. 2.399.290 2,11% 2 0,36% Lolos
Peduli Bangsa
12. Partai 1.424.240 1,26% 1 0,18% Lolos
Keadilan dan
Persatuan
Indonesia
Partai
Persatuan
13. 1.313.654 1,16% 4* 0,73% Lolos
Demokrasi
Kebangsaan
Partai
Nasional
14. 1.230.455 1,08% 0* 0,00% Tidak lolos
Banteng
Kemerdekaan
Partai Patriot
15. 1.073.139 0,95% 0 0,00% Tidak lolos
Pancasila
Partai
Nasional
16. 923.159 0,81% 1 0,18% Lolos
Indonesia
Marhaenisme
Partai
Persatuan
17. Nahdlatul 895.610 0,79% 0 0,00% Tidak lolos
Ummah
Indonesia
18. Partai Pelopor 878.932 0,77% 3* 0,55% Lolos
Partai
Penegak
19. 855.811 0,75% 1 0,18% Lolos
Demokrasi
Indonesia
Partai
20. 842.541 0,74% 0 0,00% Tidak lolos
Merdeka
Partai Sarikat
21. 679.296 0,60% 0 0,00% Tidak lolos
Indonesia
Partai
Perhimpunan
22. 672.952 0,59% 0 0,00% Tidak lolos
Indonesia
Baru
Partai
23. Persatuan 657.916 0,58% 0 0,00% Tidak lolos
Daerah
Partai Buruh
24. Sosial 636.397 0,56% 0 0,00% Tidak lolos
Demokrat
Selain memilih wakil rakyat, Pemilihan umum 2004 merupakan salah satu
tonggak sejarah yang penting di Indonesia karena untuk pertama kalinya rakyat
Indonesia dapat memilih presiden dan wakil presiden secara langsung. Dimana
presiden dan wakil presiden dipilih setiap 5 tahun sekali melalui pemilihan umum
yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang
diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap
dan mandiri. Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 dikenal adanya paket
pemilihan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Pertama adalah
pemilihan dengan sistem seleksi awal (early selection) dari banyak kandidat
pasangan calon presiden dan wakil presiden. Jika 50 % dari sistem pertama ini
belum terpenuhi maka dilanjutkan dengan putaran kedua (second selection) yang
ditentukan dari pemilihan 2 pasang calon presiden dan wakil presiden dengan
peraih suara terbanyak.
Hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2004 putaran I telah
ditetapkan oleh KPU pada tanggal 26 Juli 2004. Dari penetapan tersebut
dipastikan bahwa Pemilu presiden dan wakilnya tidak bias diselesaikan dalam
satu putaran, karena tidak ada satu pasangan calon pun yang mampu
mengumpulkan lebih dari 50 % suara sah. Berdasarkan ketentuan yang ada di
dalam UU No. 23/2003 Tentang Pemilu presiden dan wakil presiden, khususnya
Pasal 67 ayat (1), apabila tidak ada pasangan calon yang memperoleh lebih dari
50% suara, pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua
dipilih kembali oleh rakyat secara langsung melalui Pemilu putaran kedua.
Berikut tabel Hasil Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Putaran I :
Wiranto
1. 26.286.788 22,15%
Salahuddin Wahid
Megawati Soekarnoputri
2. 31.569.104 26,61%
Hasyim Muzadi
Amien Rais
3. 17.392.931 14,66%
Siswono Yudo Husodo
Hamzah Haz
5. 3.569.861 3,01%
Agum Gumelar
Dari hasil pemungutan suara pemilihan presiden dan wakil presiden maka
ada 2 (dua) pasang calon yang akan masuk ke tahap 2 (dua) antara lain : Megawati
Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi serta Susilo Bambang Yudhoyono
dan Muhammad Jusuf Kalla. Pelaksanaan pemungutan suara tahap 2 (dua)
dilaksanakan pada tanggal 20 September 2004. Pada hari Senin 4 Oktober 2004,
Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan hasil Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden 2004 putaran II. Berikut tabel Hasil Pemilihan Presiden Dan Wakil
Presiden Putaran II :
F. Pemilu 2009
Pemilihan Legislatif
Sebanyak 34 partai mengikuti Pemilihan Umum di tahun 2009. Namun,
hanya sembilan partai saja yang mampu menduduki kursi parlemen. Pada Pemilu
2009 ini Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
kembali jadi presiden untuk periode keduanya. Pemilu ini digelar serentak pada 9
April 2009 untuk pemilihan legislatif, sedangkan untuk pemilihan presiden
dilangsungkan pada 8 Juli 2009. Mulanya Pemilu ini diikuti 34 parpol, namun
berdasarkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) menetapkan 4 parpol
lagi sebagai peserta Pemilu 2009. Empat partai yang belakangan adalah Partai
Merdeka, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, Partai Sarikat Indonesia,
dan Partai Buruh.
Tercatat dalam pemilu saat itu sebanyak 171 juta penduduk Indonesia
menggunakan hak suaranya. Namun hanya sekitar 121 juta pemilih saja yang
menggunakan suaranya, di mana tercatat 49 juta orang tidak menggunakan hak
pilihnya dan hanya 17 juta suara yang tidak sah dari 104 yang dinyatakan sah oleh
KPU. Sebanyak 560 kursi parlemen pun diperebutkan oleh partai-partai pemenang
pemilu. Di mana mayoritas kursi di isi oleh Partai Demokrat dengan 150 kursi,
disusul Partai Golkar sebanyak 107 kursi dan PDI Perjuangan dengan 95 kursi.
Pemilihan Umum Anggota DPR dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka
yang perhitungannya didasarkan pada sejumlah daerah pemilihan, dengan peserta
pemilu adalah partai politik. Pemilihan umum ini adalah yang pertama kalinya
dilakukan dengan penetapan calon terpilih berdasarkan perolehan suara terbanyak,
bukan berdasarkan nomor urut (pemilih memilih calon anggota DPR, bukan partai
politik).
* Karena adanya penerapan parliamentary threshold (PT), partai politik yang memperoleh suara dengan
persentase kurang dari 2,50% tidak berhak memperoleh kursi di DPR.
KPU berikut KPUD seluruh Indonesia menjadi termohon dan Bawaslu serta
pasangan SBY-Boediono menjadi pihak terkait. Sidang kedua perkara ini
digabungkan oleh MK karena melihat adanya kesamaan pokok perkara.
Persidangan terbuka dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu pada tanggal 4
Agustus 2009 (pemeriksaan perkara), 5 Agustus 2009 (mendengar keterangan
termohon, pihak terkait, keterangan saksi, dan pembuktian), dan 6-7
Agustus 2009 (pembuktian). Pada tanggal 12 Agustus 2009, majelis hakim
konstitusi membacakan putusannya, dimana dalam amar putusan menyatakan
bahwa permohonan ditolak seluruhnya. Putusan ini diambil secara bulat oleh
seluruh hakim konstitusi, tanpa dissenting opinion.
G. Pemilu 2014
Pemilihan Legislatif
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2014 (biasa disingkat Pemilu
Legislatif 2014) diselenggarakan pada 9 April 2014 untuk memilih 560
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 132 anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD
Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2014-2019.
Pemilihan ini dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014 serentak di seluruh wilayah
Indonesia. Namun untuk warga negara Indonesia di luar negeri, hari pemilihan
ditetapkan oleh panitia pemilihan setempat di masing-masing negara domisili
pemilih sebelum tanggal 9 April 2014. Pemilihan di luar negeri hanya terbatas
untuk anggota DPR di daerah pemilihan DKI Jakarta II, dan tidak ada pemilihan
anggota perwakilan daerah. Dalam undang-undang pemilihan umum terbaru yaitu
UU Nomor 8 Tahun Tahun 2012, ambang batas parlemen untuk DPR ditetapkan
sebesar 3,5%, naik dari Pemilu 2009 yang sebesar 2,5%
Pasangan calon terpilih adalah pasangan calon yang memperoleh suara lebih
dari 50% dari jumlah suara dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang
tersebar di lebih dari 50% jumlah provinsi di Indonesia. Dalam hal tidak ada
pasangan calon yang perolehan suaranya memenuhi persyaratan tersebut, 2
pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dipilih
kembali dalam pemilihan umum (putaran kedua). Dalam hal perolehan suara
terbanyak dengan jumlah yang sama diperoleh oleh 2 pasangan calon, kedua
pasangan calon tersebut dipilih kembali oleh rakyat dalam pemilihan umum.
Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan jumlah yang sama diperoleh oleh 3
pasangan calon atau lebih, penentuan peringkat pertama dan kedua dilakukan
berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara yang lebih luas secara
berjenjang. Dalam hal perolehan suara terbanyak kedua dengan jumlah yang sama
diperoleh oleh lebih dari 1 pasangan calon, penentuannya dilakukan berdasarkan
persebaran wilayah perolehan suara yang lebih luas secara berjenjang.
Prabowo Hatta
Partai Gerakan Indonesia Raya 62.576.444 46,85
Subianto Rajasa
Pada tanggal 22 Juli 2014, hari pengumuman hasil resmi oleh KPU,
Prabowo menyatakan menarik diri dari proses pemilihan umum setelah
sebelumnya menegaskan kemenangannya sejak hasil hitung cepat dirilis. Ia
mengatakan bahwa rakyat Indonesia "kehilangan hak-hak demokrasi" karena
"telah terjadi kecurangan masif dan sistematis", dan menyatakan bahwa ia dan
Hatta "menggunakan hak konstitusional kami yaitu menolak pelaksanaan Pilpres
2014 yang cacat hukum". Pidatonya yang disiarkan langsung berimplikasi bahwa
ia akan menggugat KPU ke Mahkamah Konstitusi. Beberapa laporan
memperdebatkan seputar apakah Prabowo mengundurkan diri dari proses pemilu
atau menolak hasil resminya saja.
Menurut Douglas Ramage dari Bower Asia Group Jakarta, legitimasi proses
pemilihan umum dipertanyakan untuk pertama kalinya sejak era reformasi dimulai
tahun 1998. Ramage menyatakan bahwa Indonesia sedang memasuki "wilayah tak
terjamah". Keabsahan penolakan Prabowo belum jelas karena apabila ia
menyatakan mundur, maka ia tidak lagi dianggap sebagai calon
presiden. Menurut The Jakarta Post, selisih suara sebesar 6,3 persen akan
menyulitkan Prabowo menggugat hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi. Menurut
Undang-Undang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Prabowo bisa
dipidana dengan kurungan penjara paling lama 6 tahun dan denda 100 miliar
rupiah karena mengundurkan diri.
Seusai pengumuman tersebut, nilai tukar rupiah Indonesia jatuh 0,3 persen,
dan JSX Composite jatuh 0,9 persen. Para pengamat menolak tuduhan kecurangan
yang dilemparkan Prabowo dan mengatakan bahwa pemilihan umum berlangsung
"adil dan bebas". Maswadi Rauf dari Universitas Indonesia menyatakan bahwa
"tidak ada tanda-tanda kecurangan" dan pengunduran Prabowo mencerminkan
"sikap asli kalangan elit yang tidak siap kalah". Hasil resmi memperlihatkan
kemenangan pasangan Jokowi - Jusuf Kalla, sekaligus mengkonfirmasi beberapa
lembaga yang mengadakan survei, exit poll, dan quick count, serta kelompok-
kelompok relawan yang membantu penghitungan real count dengan angka
kemenangan 53,15% dan Prabowo - Hatta Rajasa sebesar 46,85% Selain itu angka
golput tercatat sebesar 30,42%.
H. Pemilu 2019
Pemilihan Legislatif
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2019 (biasa disingkat Pemilu
Legislatif 2019) diselenggarakan pada 17 April 2019 untuk memilih 575
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 136 anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD
Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2019–2024.
Pemilu Legislatif tahun tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Pemilihan umum
Presiden Indonesia 2019
Partai
1 Kebangkitan PKB 80 575 355 220
Bangsa
Partai
Gerakan
2 Gerindra 79 569 360 209
Indonesia
Raya
Partai
Demokrasi
3 PDIP 80 573 358 215
Indonesia
Perjuangan
Partai
4 Golongan Golkar 80 574 357 217
Karya
Partai
5 Nasional NasDem 80 575 354 221
Demokrat
Partai
8 Keadilan PKS 80 533 321 212
Sejahtera
Partai
9 Persatuan Perindo 80 568 347 221
Indonesia
Partai
Persatuan
10 PPP 80 554 321 233
Pembanguna
n
Partai
11 Solidaritas PSI 80 574 300 274
Indonesia
Partai
12 Amanat PAN 80 575 356 219
Nasional
Partai Hati
13 Nurani Hanura 79 427 250 177
Rakyat
Partai Demokra
14 80 573 350 223
Demokrat t
Partai Bulan
19 PBB 80 382 228 154
Bintang
Pilpres 2019 tidak lepas dari dukungan partai politik sebagai alat
pendemokrasian di Indonesia. Menurut Miriam Budiarjo (darmawan, 2015:144)
partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasan ini memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat idil dan materil. Yang dimaksud dengan
sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau
mempertahankan penguasaan ialah sekelompok orang yang memiliki tujuan sama,
idiologi sama untuk menjadikan partai sebgai alat mencapai tujuannya yakni
kekuasaan. Partai pengusung pilpres yakni PDI-P dan Gerindra, ditahun lalu
mengusung calon pilpres yang sama pada tahun 2019 dengan partai yang sama.
Kedua partai ini mendapatkan koalisi pendukung untuk lolos di putaran pemilihan
calon presiden dan wakil presiden di masa 2019 mendatang. Peneliti berpendapat
bahwa partai pengusung dan partai koalisi yang bertarung mesti meletakan aktor
sebagai hal utama untuk meraih suara terbanyak memenangi pertarungan pilpres
2019 dimasa mendatang. PDIP mengusung bapak jokowi sebagai calon presiden
dan Gerindra mengusung ketua partai yakni bapak Prabowo sebagai calon
presiden. Popularitas aktor selain menunjang suara dari masyarakat juga
berpengaruh terhadap pamor-nya suatu partai. Pada tahun 2014 pilpres, PDI-P
nomor urut 2 mendapatkan total suara 53 % sementara partai Gerindra nomor urut
2 mendapatkan 47% dari total suara.