Anda di halaman 1dari 1

Sistem Kepartaian

pada Masa Awal Kemerdekaan hingga Masa Demokrasi Liberal

Pada masa awal kemerdekaan pemerintah Republik Indonesia membutuhkan lembaga parlemen yang
berfungsi sebagai perwakilan rakyat. Keberadaan parlemen tidak dapat dipisahkan dari partai politik.
Oleh karena itu, salah satu hasil sidang PPKI pada 22 Agustus 1945 menyatakan pemerintah Indonesia
akan membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai ini diharapkan mampu menjadi wadah persatuan
pembinaan berpolitik bagi rakyat Indonesia.
Dalam perkembangannya, Presiden Soekarno berusaha menetapkan PNI sebagai partai negara
(staatspartij). Presiden Soekarno juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam keanggotaan PNI. Pengaruh
tersebut ditandai dengan adanya konsep Marhaenis dalam PNI. Rencana Presiden Soekarno menjadikan PNI
sebagai partai negara akhirnya mendapat kritik dan penolakan dari berbagai pihak karena menimbulkan
kesan partai tunggal. Reaksi penolakan tersebut diwujudkan pada 31 Agustus 1945 dengan membatalkan
pembentukan PNI sebagai partai negara.
BP-KNIP kemudian mengusulkan kepada pemerintah agar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
rakyat untuk mendirikan partai politik. Berdasarkan usul tersebut, pada 3 November 1945 Wakil Presiden
Mohammad Hatta mengeluarkan maklumat tentang pembentukan partai politik. Untuk mengetahui nama-
nama partai politik yang terbentuk pada masa awal kemerdekaan, perhatikan tabel berikut.
Tabel Partai-Partai baru setelah Dikeluarkannya Maklumat 3 November 1945
No. Nama Partai Pemimpin Tanggal Berdiri
 1) Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) Dr. Sukirman Wiryosanjoyo 7 November 1945
 2) Partai Nasional Indonesia (PNI) Sidik Joyosukarto 29 Januari 1945
  3) Partai Sosialis Indonesia (PSI) Amir Syarifuddin 20 November 1945
 4) Partai Komunis Indonesia (PKI) Mr. Moh. Yusuf 7 November 1945
  5) Partai Buruh Indonesia (PBI) Nyono 8 November 1945
  6) Partai Rakyat Jelata (PRJ) Sutan Dewanis 8 November 1945
  7) Partai Kristen Indonesia (Parkindo) Ds. Probowinoto 10 November 1945
  8) Partai Rakyat Sosialis (PRS) Sutan Sjahrir 20 November 1945
  9) Persatuan Marhaen Indonesia (Permai) J.B. Assa 17 Desember 1945
10) Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI) I.J. Kasimo 8 Desember 1945
Sumber: Wilopo 70 Tahun, Gunung Agung, 1979

Memasuki masa Demokrasi Liberal, sistem kepartaian yang diterapkan pemerintah Indonesia adalah
sistem multipartai. Menurut Mohammad Hatta, sistem multipartai bertujuan memudahkan dalam mengukur
kekuatan perjuangan dan memudahkan dalam meminta pertanggungjawaban kepada pemimpin-pemimpin
barisan perjuangan. Akan tetapi, kenyataannya partai-partai tersebut cenderung memperjuangkan kepentingan
golongan dibandingkan kepentingan nasional.
Dalam perkembangannya, partai politik pada masa Demokrasi Liberal saling bersaing, mencari kesalahan,
dan menjatuhkan. Partai-partai politik yang tidak memegang jabatan dalam kabinet dan parlemen menjadi
partai oposisi yang berusaha menjatuhkan partai politik yang sedang memerintah. Kondisi inilah yang
menyebabkan sering terjadi pergantian kabinet pada masa Demokrasi Liberal. Kabinet tidak berumur panjang
sehingga program kabinet tidak dapat berjalan sebagaimana semestinya. Kondisi ini berdampak pada terjadinya
instabilitas dalam berbagai bidang seperti politik, keamanan, ekonomi, dan sosial.

Anda mungkin juga menyukai