DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 :
Adisa Dewi Ghassani 07031281924107
Dewari Nandita Virginia 07031181924018
Fadia Salsabila 07031281924082
Jeremy Panjaitan 07031281924095
Muhammad Arif Setiawan 07031181924012
Rahmat Abdillah 07031181924009
Ratri Lintang Kinasih 07031281924086
Siti Aufa Haniah 07031281924109
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
2
Daftar isi
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Batasan dalam Silogisme ................................................................................. 5
2.2 Ciri-ciri Silogisme ............................................................................................ 5
2.3 Bentuik-bentuk Silogisme ................................................................................ 5
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui batasan-batasan dalam silogisme
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari silogisme
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk silogisme
4
BAB II
PEMBAHASAN
Silogisme adalah suatu bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak langsung yang
konklusinya ditarik dari premis yang disediakan serentak. Yang penting dari silogisme dan
bentuk-bentuk inferensi atau penalaran deduktif yang lain ialah bahwa masalah kebenaran
dan ketidakbenaran pada pemis-premis itu tidak pernah timbul, karena premis-premis yang
selalu diambil adalah yang benar. Ini berarti bahwa konklusi hanya mempersoalkan
kebenaran formal (kebenaran bentuk) tanpa mempersoalkan kebenaran material (kebenaran
isi). Oleh karena silogisme adalah penarikan konklusi yang sifatnya deduktif, maka
konklusinya tidak dapat memiliki sifat yang lebih umum daripada premisnya. Jadi
silogisme merupakan penarikan konklusi secara tak langsung, konklusi dari dua premis,
tidak dari satu premis saja sebagaimana halnya pada penarikan konklusi secara langsung.
5
Bentuk I
M–P
S-M
-----
S-P
Bentuk I adalah bentuk silogisme yang term tengahnya di dalam premis mayor
berkedudukan sebagai subyek dan di dalam premis minor berkedudukan sebagai predikat.
Bentuk II
P–M
S–M
------
S–P
Bentuk II adalah bentuk silogisme yang term tengahnya baik di dalam premis
mayor maupun di dalam premis minor berkedudukan sebagai predikat.
Bentuk III
M–P
M–S
------
S–P
Bentuk III adalah bentuk silogisme yang term tengahnya baik di dalam premis
mayor maupun minor berkedudukan sebagai subyek.
Bentuk IV
P–M
M–S
------
S–P
Bentuk IV adalah bentuk silogisme yang term tengahnya di dalam premis
mayornya berkedudukan sebagai predikat sedangkan di dalam premis minor berkedudukan
sebagai subyek.
Dari keempat bentuk diatas maka dapat juga kita lihat bahwa (1) term Tengah hanya
muncul di dalam premis-premis saja dan (2) kesimpulan selalu terdiri dari subyek dan
predikat.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Silogisme adalah suatu bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak langsung
yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan serentak. Yang penting dari
silogisme dan bentuk-bentuk inferensi atau penalaran deduktif yang lain ialah
bahwa masalah kebenaran dan ketidakbenaran pada pemis-premis itu tidak pernah
timbul, karena premis-premis yang selalu diambil adalah yang benar. Konklusi
dalam silogisme ditarik dari dua premis yang serentak disediakan, bukan dari salah
satu premisnya saja. Konklusinya tidaklah merupakan penjumlahan premis-premis
itu, tetapi merupakan sesuatu yang dapat diperoleh bila kedua premis itu diletakkan
serentak. Konklusi dari suatu silogisme tidak dapat mempunyai sifat yang lebih
umum daripada premis-premisnya. Silogisme hanya mempersoalkan kebenaran
formal, dan tidak lagi mempersoalkan kebenaran material. Silogisme sendiri
dibedakan menurut bentuknya berdasarkan kedudukan term tengah (M) di antara
proposisi-proposisi yang mewujudkan silogisme yang bersangkutan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Hadiman,Agus.(2017).BENTUK SILOGISME S - M S – P di
https://docplayer.info/47615992-Bentuk-silogisme-s-m-s-p.html (akses 30 Agustus 2019)