Pengantar
Silogisme merupakan sebuah teori logika yang menjadi dasar bagi pengembangan teori-
teori logika di masa modern. Teori silogisme dikembangkan oleh Aristoteles (384-322 SM) lewat
bukunya Organon. Dalam makna yang luas, silogisme adalah suatu wacana dengan pengambilan
kesimpulan di dalamnya (Ivlev and Ivleva, 2017). Dalam arti yang ketat, silogisme dimaknai sebagai
sebuah himpunan yang mengandung dua proposisi kategorik terdiri dari tiga terma berbeda, satu
muncul pada kedua proposisi kategorik tersebut, dan dua muncul hanya pada salah satu proposisi
(Uckelman, 2020). Kedua proposisi dengan pola silogisme ini akan menghasilkan kesimpulan.
Kadang kala, kedua proposisi bersama dengan kesimpulannya disebut sebagai silogisme pula.
Proposisi pertama disebut premis mayor dan proposisi kedua disebut premis minor.
Proposisi kategorik adalah sebuah pernyataan yang memiliki satu dari empat
Perhatikan bahwa pada keempat proposisi, selalu ada frasa sambung. A memiliki frasa
“milik setiap”, E memiliki frasa sambung “bukan milik”, I memiliki “milik sebagian”, dan O
memiliki “bukan milik sebagian”. Frasa sambung ini disebut sebagai kopula. Kopula merupakan
katakanlah ketiga terma tersebut adalah P, M, dan S. Satu dari tiga terma ini berada pada kedua
proposisi. Artinya, ia harus ada pada premis mayor dan juga premis minor. Misalkan M kita
tetapkan sebagai terma yang harus ada pada kedua proposisi, P hanya ada di premis mayor, dan S
hanya ada di premis minor. Maka pada premis mayor kita memiliki pasangan M dan P dan pada
premis minor kita memiliki pasangan M dan S. Kedua terma pada setiap premis dihubungkan oleh
Urutan dari M dan P dapat dikombinasikan, begitu juga urutan dari M dan S. Artinya, ada
dua bentuk premis mayor yaitu M-P dan P-M. Begitu pula, ada dua bentuk premis minor, yaitu M-
S dan S-M. Dengan cara ini, kita memiliki empat bentuk dasar silogisme.
Kita ingat bahwa penghubung antara M dengan P maupun M dengan S adalah kopula
dan ada empat jenis kopula, A, E, I, dan O. Sebagai contoh, jika kita memakai A sebagai kopula
pada premis mayor Bentuk I dan premis minor Bentuk I, kita mendapatkan mode: premis mayor
MAP, premis minor MAS. Kita juga bisa menggunakan kopula E untuk premis minor menjadi
MES. Sehingga hasilnya adalah premis mayor MAP, premis minor MES. Ada empat kemungkinan
bentuk premis mayor pada Bentuk I karena ada empat pilihan kopula. Begitu pula, ada empat
kemungkinan bentuk premis minor. Akibatnya, Bentuk I memiliki 4 x 4 = 16 variasi. Karena ada
empat bentuk silogisme, maka otomatis kita memiliki 16 x 4 = 64 bentuk. Tetapi silogisme tidak
hanya mengandung premis mayor dan minor. Kesimpulan juga perlu ditarik dari premis mayor
dan minor. Kesimpulan ini pastilah P – S karena M telah dieliminasi pada premis mayor dan minor.
Jika tidak, akan terjadi kembali pengulangan dan tidak dapat ditarik kesimpulan. P – S dapat
dihubungkan dengan empat jenis kopula di atas. Akibatnya, kita memiliki 64 x 4 = 256 variasi.
Silogisme tidak dapat bernilai benar atau salah karena benar atau salah adalah nilai yang
tersimpan di dalam argumen. Silogisme hanya dapat dinilai berdasarkan valid atau tidak valid. Suatu
silogisme dikatakan valid jika mustahil bagi premis untuk benar dan kesimpulan salah tanpa peduli
terma kategorematik apapun yang digunakan (Uckelman, 2020). Validitas ini disebut validitas
formal, yaitu validitas yang tergantung pada bentuk argumen. Ia dibedakan dari validitas material,
yaitu validitas yang tergantung pada isi atau masalah dari argumen. Validitas material lah yang
dimaksudkan benar dan salah dalam artian isi atau nilai yang tersimpan di dalam argumen.
Mode yang valid tergolong langka. Berikut ini kita ambil secara acak bentuk dan kopula.
Misal secara acak kita mengambil Bentuk IV dengan kopula I, E, A. Kita mendapatkan mode
Kemudian kita ambil contoh terma. Katakanlah terma P adalah berwarna hitam, M adalah
Premis mayor di atas benar karena ada anjing yang berwarna hitam, premis minor benar
juga karena anjing tidak mendengkur. Tetapi kesimpulan bahwa semua hewan berwarna hitam
mendengkur salah karena anjing hewan yang tidak mendengkur dan sebagian anjing adalah hewan
berwarna hitam. Hal ini bermakna bahwa mode di atas tidak valid.
Faktanya, dari 256 mode, hanya ada 24 (9,38%) mode yang tergolong valid secara formal.
Salah satu bentuk mode yang valid yang dekat dengan contoh di atas adalah dengan mengganti
kopula pada premis minor dengan A dan kesimpulan dengan I, sehingga diperoleh: premis mayor
Pada contoh awal kita anggap anjing tidak mendengkur sementara sekarang kita anggap
premis minor benar bahwa semua anjing mendengkur. Masalah apakah anjing benar-benar
mendengkur atau tidak adalah masalah validitas material, tetapi secara formal, premis minor dapat
dianggap benar. Jika memang benar bahwa semua anjing mendengkur dan anjing sebagian
berwarna hitam, maka kesimpulannya adalah hewan berwarna hitam sebagian mendengkur.
Para filsuf abad pertengahan memberikan nama mode yang valid sesuai dengan kopula
yang menyusun moda silogisme tersebut agar mudah diingat. Teks tertua yang menyebutkan nama-
nama moda silogisme yang valid adalah karya William of Sherwood (1190-1249) berjudul
Introduction to Logic. Ia dikembangkan lebih lanjut oleh Peter dari Spanyol (sekitar abad ke-13)
(Corcoran, Novotny and Tracy, 2018). Walau begitu, mnemonik yang dituliskannya bukan
bersumber dari dirinya tapi berasal dari waktu yang lebih tua lagi. Mari kita bahas satu per satu
Bentuk I
Bentuk I memiliki susunan P-M, M-S, P-S. Ada enam mode yang valid secara formal
dalam Bentuk I. Berdasarkan kopulanya, keenam mode ini adalah AAA, EAE, AII, EIO, AAI, dan
EAO. Para filsuf abad pertengahan kemudian memberikan konsonan pada pasangan kopula ini
agar lebih mudah diingat. AAA menjadi Barbara, EAE menjadi Celarent, AII menjadi Darii, EIO
menjadi Ferio, AAI menjadi Barbari, dan EAO menjadi Celaront. Kita juga dapat menggunakan
konsonan apapun sesuka kita. Misalnya AAA menjadi Sahara, EAE menjadi Serane, dan
sebagainya. Tetapi agar konsisten lebih baik kita mengikuti apa yang sudah ada dalam literatur
Barbara
Barbara adalah mode silogisme bentuk I dengan kopula AAA. Bentuk lengkapnya adalah:
premis mayor PAM, premis minor MAS, kesimpulan PAS, contoh sebagai berikut:
- Premis mayor: PAM: semua kelompok profesional bertemu dua kali sehari
- Premis minor: MAS: semua pertemuan yang berlangung dua kali sehari membahas rumah
sakit
Celarent
Celarent adalah mode silogisme bentuk I dengan kopula EAE. Contoh (Manne et al.,
2020):
- Premis mayor: PEM: tidak ada analisis RNA-seq yang menunjukkan ekspresi mRNA
- Premis minor: MAS: semua ekspresi mRNA ACE2 dapat dideteksi oleh platelet normal
Darii
Darii adalah mode silogisme bentuk I dengan kopula AII. Contoh :
- Premis mayor: PAM: semua molekul yang ditemukan ilmuan mampu memadamkan
- Premis minor: MIS: sebagian reaksi polimerasi yang padam mematikan bagi virus SARS-
CoV-2
- Kesimpulan: PIS: sebagian molekul yang ditemukan ilmuan mematikan bagi virus SARS-
CoV-2
Ferio
Ferio adalah mode silogisme bentuk I dengan kopula EIO. Contoh :
- Premis mayor: PEM: tidak ada kata yang maknanya terisolasi dapat diingat
- Premis minor: MIS: sebagian kata yang dapat diingat adalah kata yang umum
- Kesimpulan: POS: sebagian kata yang maknanya terisolasi bukan kata yang umum
Barbari
Barbari adalah mode silogisme bentuk I dengan kopula AAI. Contoh (Ferrigno et al.,
2020)
- Premis mayor: PAM: semua manusia memiliki pola berpikir sama dengan monyet
- Premis minor: MAS: semua monyet dapat menyusun kata-kata, frase, atau simbol yang
- Kesimpulan: PIS: sebagian manusia dapat menyusun kata-kata, frase, atau simbol yang
Celaront
Celaront adalah mode silogisme bentuk I dengan kopula EAO. Contoh :
- Premis mayor: PEM: tidak ada nyamuk jantan yang menggigit manusia
- Premis minor: MAS: semua yang menggigit manusia adalah hewan berbahaya
Bentuk II memiliki susunan M-P, M-S, P-S. Ada enam mode yang valid secara formal
dalam Bentuk II. Berdasarkan kopulanya, keenam mode ini adalah EAE, AEE, EIO, AOO, EAO,
dan AEO, yang kemudian disebut Cesare, Camestres, Festino, Baroco, Cesaro, dan Camestrop.
Cesare
Cesare adalah mode silogisme bentuk II dengan kopula EAE. Contoh :
- Premis mayor: MEP: tidak ada cahaya yang terserap jaringan biologis
- Kesimpulan: PES: tidak ada jaringan biologis yang merupakan sistem pencitraan
Camestres
Camestres adalah mode silogisme bentuk II dengan kopula AEE. Contoh (Alemzadeh
et al., 2020):
- Premis mayor: MAP: semua standar emas diperlukan untuk mengembangkan terapi
- Premis minor: MES: tidak ada standar emas untuk menguji pelepasan obat dari permen
karet in vitro
- Kesimpulan: PES: tidak ada pengembangan terapi untuk pelepasan obat dari permen
karet in vitro
Festino
Festino adalah mode silogisme bentuk II dengan kopula EIO. Contoh :
- Premis mayor: MEP: tidak ada glioblastoma yang murni karena lingkungan
Baroco
Baroco adalah mode silogisme bentuk II dengan kopula AOO. Contoh :
- Premis minor: MOS: orang sebagian tidak sepakat dengan lokasi dan ukuran objek
Cesaro
Cesaro adalah mode silogisme bentuk II dengan kopula EAO. Contoh :
Camestrop
Camestrop adalah mode silogisme bentuk II dengan kopula AEO. Contoh :
- Premis mayor: MAP: semua otak dapat memproses informasi secara efisien
- Kesimpulan: POS: sebagian yang memproses informasi secara efisien tidak kosong
Bentuk III
Bentuk III memiliki susunan P-M, S-M, P-S. Ada enam mode yang valid secara formal
dalam Bentuk III. Berdasarkan kopulanya, keenam mode ini adalah AAI, IAI, AII, EAO, OAO,
dan EIO, yang kemudian disebut Darapti, Disamis, Datisi, Felapton, Bocardo, dan Ferison.
Darapti
Darapti adalah mode silogisme bentuk III dengan kopula AAI. Contoh :
- Premis mayor: PAM – semua wawancara kerja sektor teknologi mengukur kecemasan
terancam
Disamis
Disamis adalah mode silogisme bentuk III dengan kopula IAI. Contoh :
- Premis mayor: PIM – sebagian pemain video game berjudi secara online
- Premis minor: SAM – semua orang yang belum cukup umur mencari uang cepat dengan
- Kesimpulan: PIS – sebagian pemain video game adalah orang yang belum cukup umur
Datisi
Datisi adalah mode silogisme bentuk III dengan kopula AII. Contoh :
- Premis mayor: PAM: semua persepsi tentang makanan berlemak berasal dari variasi
genetik
- Kesimpulan: PIS : sebagian persepsi tentang makanan berlemak bersumber dari mutase
Felapton
Felapton adalah mode silogisme bentuk III dengan kopula EAO. Contoh :
- Premis mayor: PEM: tidak ada yang dapat diingat jika emosi tidak ada
- Premis minor: SAM: semua ketenangan menghilangkan emosi
Bocardo
Bocardo adalah mode silogisme bentuk III dengan kopula OAO. Contoh :
Ferison
Ferison adalah mode silogisme bentuk III dengan kopula EIO. Contoh :
- Premis mayor: PEM : tidak ada virus tanaman yang memiliki transmisi viral yang cepat
- Premis minor: SIM: sebagian varian Covid-19 memiliki transmisi viral yang cepat
Bentuk IV
Bentuk IV memiliki susunan M-P, S-M, P-S. Ada enam mode yang valid secara formal
dalam Bentuk IV. Berdasarkan kopulanya, keenam mode ini adalah AAI, AEE, IAI, EAO, EIO,
dan AEO, yang kemudian disebut Bramantip, Camenes, Dimaris, Fesapo, Fresison, dan Camenop.
Bramantip
Bramantip adalah mode silogisme bentuk IV dengan kopula AAI. Contoh (Pashkovski
et al., 2020):
- Premis mayor: MAP – semua manusia memiliki bingkai referensi bersama mengenai bau-
bauan
- Premis minor: SAM – semua aroma buah dan makanan dicium oleh manusia
- Kesimpulan: PIS – sebagian bingkai referensi bersama mengenai bau-bauan adalah aroma
Camenes
Camenes adalah mode silogisme bentuk IV dengan kopula AEE. Contoh :
hewan lainnya
- Premis minor: SEM – tidak ada pendekatan antroposentrik yang digunakan psikologi
komparatif
- Kesimpulan: PES – tidak ada perbandingan manusia dengan hewan lainnya menggunakan
pendekatan antroposentrik
Dimaris
Dimaris adalah mode silogisme bentuk IV dengan kopula IAI. Contoh (Wedenoja et al.,
2020):
- Premis minor: SAM – semua janin dengan gen human leukocyte antigen G (HLA-G)
mengalami preeklampsia
- Kesimpulan: PIS – sebanyak 5% kehamilan adalah janin dengan gen human leukocyte
antigen G (HLA-G)
Fesapo
Fesapo adalah mode silogisme bentuk IV dengan kopula EAO. Contoh (Yuan et al.,
2020):
- Premis mayor: MEP – tidak ada antibodi IGHV3-53 yang mengalami maturasi afinitas
- Kesimpulan: POS – sebagian antibodi yang mengalami maturasi afinitas tidak dibentuk
Fresison
Fresison adalah mode silogisme bentuk IV dengan kopula EIO. Contoh :
- Premis mayor: MEP – tidak ada filter khusus kaca mata yang dapat membantu tuna netra
melihat
- Premis minor: SIM – sebagian teknologi spektral canggih digunakan untuk filter khusus
kaca mata
- Kesimpulan: POS – sebagian tuna netra dapat melihat kembali tidak karena
Camenop
Camenop adalah mode silogisme bentuk IV dengan kopula AEO. Contoh (Song et al.,
2020):
- Premis mayor: MAP – semua kembar identik memiliki gen yang sama
- Premis minor: SEM – tidak lagi ada kesehatan jiwa yang prima bagi seorang yang ditinggal
- Kesimpulan: POS – sebagian orang yang memiliki gen yang sama dengan orang yang
yang dikembangkan oleh Aristoteles dalam bukunya Prior Analytics. Metode pembuktian ini
1. Mulai dengan sebuah daftar mode yang jelas valid (aksioma/ silogisme sempurna), lalu
3. Turunkan semua mode valid dari silogisme sempurna menggunakan transformasi ini,
Aristoteles, silogisme yang sempurna adalah yang tidak memerlukan apapun melebihi apa yang
dimilikinya untuk menjadi jelas. Menurut Aristoteles, dalam Bentuk I, Barbara, Celarent, Darii, dan
Ferio adalah silogisme sempurna. Keempat silogisme ini dapat dinyatakan sebagai aksioma untuk
Selanjutnya, perlu dibuat aturan transformasi. Ada banyak aturan transformasi dan
metode pembuktian yang dapat digunakan untuk membuktikan status validitas silogisme. Pembaca
Jumlah 24 mode sebenarnya terlalu banyak. Menurut, jumlah ini dapat direduksi menjadi
cukup 14 saja. Hal ini karena 10 mode yang ada dapat dianggap sama dengan 14 yang sudah ada
tersebut. Sebagai contoh, Cesare sebenarnya tidak berbeda dari Camestres. Pada Camestres, premis
mayor adalah MAP dan minor adalah MES. Pada cesare, premis mayor adalah MEP dan premis
minor adalah MAS. Keduanya dapat dibalik. Premis mayor pada Cesare adalah premis minor pada
Camestres. Sebagai contoh, ambil terma M adalah manusia, P adalah hewan, dan S adalah kuda
untuk Cemestres. Cemestres menjadi semua manusia adalah hewan dan tidak ada manusia yang
merupakan kuda. Sekarang ambil terma P adalah kuda, M adalah manusia, dan S adalah hewan.
Cesare menyatakan bahwa tidak ada manusia yang merupakan kuda dan semua manusia adalah
hewan. Hal ini dibolehkan karena aturannya hanya menyatakan bahwa setiap mode memiliki tiga
terma dengan dua diantaranya hanya terletak pada satu premis. Begitu pula, Datisi dan Disamis
Selain itu, Bentuk silogisme juga pada dasarnya hanya ada tiga, yaitu (1) bentuk dengan
terma tengah (M) subjek pada satu premis dan predikat pada premis lainnya (Bentuk I dan Bentuk
IV), (2) bentuk dengan terma tengah kedua-duanya menjadi subjek seperti pada bentuk II, dan (3)
bentuk dengan terma tengah kedua-duanya menjadi predikat seperti pada Bentuk III.
REFERENSI
Alemzadeh, K. et al. (2020) ‘Development of a Chewing Robot with Built-in Humanoid Jaws to
Simulate Mastication to Quantify Robotic Agents Release from Chewing Gums Compared
to Human Participants’, IEEE Transactions on Biomedical Engineering. doi:
10.1109/TBME.2020.3005863.
Corcoran, J., Novotny, D. and Tracy, K. (2018) ‘Deductions and Reductions Decoding Syllogistic
Mnemonics’, Entelekya Logico-Metaphysical Review, 2(1), pp. 5–39.
Ferrigno, S. et al. (2020) ‘Recursive sequence generation in monkeys , children , U . S . adults , and
native Amazonians’, Science Advances, 6(June), pp. 1–11.
Ivlev, V. and Ivleva, M. (2017) ‘Peculiarities of Aristotelian Scholastic Logic’, Advances in Social
Science, Education and Humanities Research, 124(Iccessh), pp. 91–95.
Manne, B. K. et al. (2020) ‘Platelet Gene Expression and Function in COVID-19 Patients’, Blood.
Pashkovski, S. et al. (2020) ‘Structure and flexibility in cortical representations of odour space’,
Nature.
Song, H. et al. (2020) ‘Risk of psychiatric disorders among the surviving twins after a co-twin loss’,
eLife, pp. 1–13.
Yuan, M. et al. (2020) ‘Structural Basis of a Shared Antibody Response to SARS-CoV-2’, Science.