Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SILOGISME
( Pengertian , bagian – bagian dan macam- macam silogisme.)

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmanirrahim

Assalamu alaikum warahmatullahi Wabarkatuh

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat allah swt. Yang telah melimpahkan
rahmat dan taufiq sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan
judul Silogisme

Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada nabi Muhammad saw. Yang telah
membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiyah yang penuh barakah ini

Kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan jasa dari berbagai pihak
dalam penyusunan makalah ini . Semoga allah membalasnya dengan balasan yang setimpal
dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan handai tolan
STAIN Khususnya

Billahitaufiq Wal -hidayah

BAB I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir
dengan jelas , tajam dan terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif .
dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertip , jelas ,
serta tajam. Hal yang sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani
dengan salah satu cara untuk melahirkannya adalah silogisme. . Hal ini diperlukan karena
mengajarkan kita untuk dapat melihat konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan
yang apa bila di telaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self –
destructive.

Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi
atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau,
ada juga sebagian orang yang mengatakan atau menganggap percuma mempelajari seluk
beluk silogisme . Tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa
biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang saja yang dapat
mengungkapkan pikirannya dalam bentuk silogisme. Akan tetapi , proses pemikiran kita
menurut kenyataanya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga.
Misalnya ucapan “ Saya tidak senang kepada pegawai itu karena ia biasa datang terlambat ke
kantor “ Proses pemikiran tersebut haya bisa di uji dan di kaji apabila kita beberkan dalam
bentuk silogisme karena bentuk silogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi
terbuka .

B. RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang masalah sebagai mana yang telah kami tulis diatas maka
maka perlu di susun suatu perumusan masalah , hal ini di maksudkan untuk tidak terjadinya
kesalah fahaman dan penafsiran antara penenulis dengan pembaca. Dengan demikian maka
perumusan masalah dalam makalah ini , penulis akan berpijak pada masalah yang telah di
uraikan di muka . Adapun perumusan masalah yang di jadikan ukuran dalam makalah ini
sebagai berikut,:

“ Apakah silogisme itu “

Dalam penulisan ini kami hanya terbatas pada Pengertian silogisme ,bagian – bagian
silogisme dan macam- macam silogisme.

C. TUJUAN

1. Penulisan makalah silogisme ini betujuan agar dapat mengetahui Pengertian silogisme
,bagian – bagian silogisme dan macam- macam silogisme.
2. Dengan adanya makalah ini di harapkan menjadi masukan dan tambahan ilmu pengetahuan
kepada para pembaca khususnya pada rekan STAIN Pamekasan serta pada generasi
penerus bangsa ini.

BAB I

SILOGISME

A. PENGERTIAN SILOGISME

Silogisme merupakan bagian yang paling akhir dari pembahasan logika formal dan dianggap
sebagian yang paling penting dalam ilmu logika . Dilihat dari bentuknya silogisme adalah
contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus
dari kesimpulan umum . hanya saja dalam teori silogisme kesimpulan terdahulu hanya terdiri
dari dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harus universal dan dalam dua
keputusan tersebut harus ada usur – unsur yang sama – sama dipunyai oleh kedua
keputusannnya

Jadi tegasnya yang di namakan dengan silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari
dua macam keputusan ( yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus
universal ) suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang
mendahuluinya [1]. Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di
susun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan . [2]Contoh

1, Semua makhluk mempuyai mata , ( Primis Mayor )

2. Si kacong adalah seorang mahluk ( Primis Minor )

3. Jadi Si kacong mempuyai mata . ( Kesimpulan )

Pada contoh diatas kita melihat adanya persamaan antara keputusan pertama dengan
keputusan kedua yakni sama – sam mahkluk dan salah satu dari keduanya universal (
Keputusan pertama ) oleh karena itu nilai kebenaran dari keputusan ketiga sama dengan nilai
kebenaran dua keputusan sebelumnya. Kesimpulan yang diambil bahwa Si kacong mempuyai
mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari
dua primis yang mendukungnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini harus
di kembalikan kepada kebenaran primis yang mendahuluinya.. Sekiranya kedua primis yang
mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang di tariknya juga
adalah benar.

Dengan demikian maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni
kebenaran primis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan .
Dan ketika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak di penuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara
deduktif, Argumentasi matematik seperti : a sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a
sama dengan c hal ini merupakan penalaran deduktif , Kesimpulan ang berupa pengetahuan
baru bahwa a sama dengan c pada haketnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti
yang sebenarnya , melainkan sekedar konsekwensi dari dua pengetahuan yang sudah kita
ketahui sebelumnya , yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c.[3]

B. Bagian Bagian Silogisme

Pada dasarnya silogisme mempuyai empat bagian

1. Bagian pertama adalah keputusan pertama , yang biasanya disebut premis mayor.
Premis mempuyai arti kalimat yang di jadikan dasar penarikan kesimpulan [4] , ada
juga yang mengatakan primes adalah kata- kata atau tulisan sebagai pendahulu untuk
menarik suatu kesimpulan [5] atau dapat juga diartikan sebagai pangkal pikiran .
Mayor artinya besar . Primis mayor artinya pangkal pikir yang mengandung term
mayor dari silogisme itu , dimana nantinya akan muncul menjadi predikat dalam
kongklusi ( kesimpulan )

Contoh : Semua makhluk mempuyai mata

2. Bagian kedua adalah keputusan kedua , yang umunya di sebut dengan premis
minor. Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor ( Kecil )
dari silogisme itu , dimana nantinya akan muncul menjadi subjek dalam kongklusi.

Contoh : Si kacong adalah seorang mahluk

3. Bagian ketiga adalah bagian – bagian yang sama dalam dua keputusan tersebut , yang
biasanya disebut medium atau term menengah ( middle term ) , Karena ia terdapat
pada kedua premis ( Mayor dan minor ) , maka bertindak sebagai penghubung (
medium ) antara keduanya , tetapi tidak muncul dalam kongklusi.
4. Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut kongklusi atau kesimpulan ,
adalah merupakan keputusan baru ( dari dua keputusan sebelumnya ) yang
mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor , juga benar dalam term minor
Artinya kalau miming benar., Semua makhluk mempuyai mata , maka Si kacong yang
menjadi bagian dari mahkluk adalah mempuyai mata

Si kacong mempuyai mata

C. Macam – macam silogisme.

Penyimpulan deduksi yang telah kita ketahui sekedarnya dapat kita laksanakan melalui teknik
– teknik , silogisme kategosik baik melaui bentuk standarnya maupun bukan , Silogisme
merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung di katakan demikian karena dalam silogisme
kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya di ambil secara sintetis dari dua
permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu , yang tidak terjadi dalam penyimpulan
Eduksi. Dan pada saat ini Silogisme terdiri dari silogisme katagorik ,silogisme hipotetik,
Silogisme disyungtif maupun melalui dilema. untuk lebih lanjut akan kami jelaskan berikut
ini ;

1. Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi


kategorik , Demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus
merupakan proposisi universal , sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa
proposisinya harus partikuler atau sinjuler, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi
ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya . Pangkalan khusus bisa
menyatakan permasalahan yang berbeda dari pangkalan umumnya , tapi bisa juga
merupakan kenyataan yang lebih khusus dari permasalahan umumnya dengan
demikian satu pangalan umum dan satu pangkalan khusus dapat di hubungkan
dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus di perhatikan kwalitas dan
kantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau natijah yang valid [6]

Sekarang kita praktekkan bagaimana dua permasalahan dapat menghasilkan


kesimpulan yang absah
Semua Manusia tidak lepas dari kesalahan

Semua cendekiawan adalah manusia

Pangkalan umum disini adalah proposisi pertama sebagai pernyataan universal yang
di tandai dengan kuantifier ‘ semua ‘ untuk menegaskan sifat yang berlaku bagi
manusia secara menyeluruh . Pangkalah khusussnya adalah proposisi kedua miskipun
ia juga merupakan pernyataan universal ia berada dibawah aturan pernyataan pertama
sehingga dapat kita simpulkan : semua cendikiawan tidak lepas dari kesalahan .

Bila pangkalan khususnya berupa proposisi singules prosedur penyimpulannya juga


sama segingga dari pernyataan :

Semua tanaman membutuhkan air ( Premis Mayor )

MP

Padi adalah tanaman ( Primis Minor )

SM

Padi membutuhkan air ( Konklusi )

SP

Keterangan :

S = Subyek; P = Predikat M. = Middle term.

Kode – kode serupa membantu kita dalam proses untuk menemukan kesimpulan
langkah pertama tandailah terlebih dahulu term – term yang sama pada kedua premis ,
dengan memberi garis bawah kemudia kita tuliskan huruf M . term lain pada premis
mayor pastilah P dan pada premis Minor pastilah S. kemudian tulislah konklusinya
dengan menulis secara lengkap term S dan P nya untuk menentukan mana perimis
manyor tidaklah sukar karena ia boleh dikatakan selalu di sebut pada awal bangunan
silogisme , term menengah tidak boleh kita sebut atau kita tulis dalam konklusi .
begitulah dasar dalam memperoleh konklusi . namun demikinan kita perlu
memperhatikan patokan – patokan lain agar di dapat kesimpulan yang apsah dan
benar.

2. Silogisme Hipotetik : Adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi


hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan
atau mengingkari terem antecindent atau terem konsecwen premis mayornya .
Sebenarnya silogisme hipotetik tidk memiliki premis mayor maupun primis minor
karena kita ketahui premis mayor itu mengandung terem predikat pada konklusi ,
sedangkan primis minor itu mengandung term subyek pada konklusi .

Pada silogisme hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh
premis mayornya, mungkin bagian anteseden dan mungkin pula bagian
konsekuensinya tergantung oleh bagian yang diakui atau di pungkiri oleh premis
minornya. Kita menggunakan istilah itu secara analog , karena premis pertama
mengandung permasalahan yang lebuh umum , maka kita sebut primis mayor , bukan
karena ia mengandung term mayor. Kita menggunakan premis minor , bukan karena
ia mengandung term minor , tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus[7]

Macam tipe silogisme hipotetik

a) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:

Jika hujan , saya naik becak

Sekarang Hujan .

Jadi saya naik becak.

b) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya ,


seperti :

Bila hujan , bumi akan basah

Sekarang bumi telah basah .

Jadi hujan telah turun


c) Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari antecendent , seperti :

Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa , maka kegelisahan akan


timbul .

Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa ,

Jadi kegelisahan tidak akan timbul

d) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian


konsekwensinya , seperti:

Bila mahasiswa turun kejalanan , pihak penguasa akan gelisah

Pihak penguasa tidak gelisah

Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan

3. Silogisme disjungtif : adalah silogisme dimana premis mayor maupun minornya ,


baik salah satu maupun keduanya , merupakan keputusan disjunctive[8] atau ada
juga yang mengatakan bahwa silogisme disjungtif adalah silogisme yang primis
mayornya berbentuk proposisi disjungtive Contoh :

 Kamu atau saya yang pergi

 Kamu tidak pergi

 Maka sayalah yang pergi

Silogisme disjungtive mempunyai dua buah corak diantaranya : [9]

a) Akuilah satu bagian disjungtif pada premis minor, dan tolaklah lainnya pada
kesimpulan . misalnya :

 Planet kita ini diam atau berputar.

 Karena berputar, jadi bukanlah diam.


Corak ini di sebut modus ponendo tolles.

b) Tolaklah satu bagian disjungsi pada premis minor , dan akuilah yang lainnya pada
kesimpulan . Misalnya :

 Planet bumi kita ini diam atau berputar

 Planit bumi kita ini tidak diam

 Jadi . planet bumi kita ini berputar.

Corak ini disebut modus tolledo ponens.

N.B. Silogisme disjungtif bisa diplangkan ke silogisme kondisional . Misalnya :

 Apabila kamu tidak pergi, sayalah yang pergi .

 Kami tidak pergi .

 Maka sayalah yang pergi.

Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe[10] yaitu
:

a) Primis minornya mengingkari salah satu alternative, konklusinya adalah mengakui


alternative yang lain, seperti :

 Ia berada diluar atau di dalam

 Ternyata tidak berada di luar.

 Jadi ia berada di dalam.

 Ia berada di luar atau di dalam

 Ternyata tidak berada di dalam

 Jadi ia berada di luar.


b) Premis minor mengakui salah satu alternative, kesimpulannya adalah mengingkari
alternative yang lain, seperti:

 Budi di masjid atau di sekolah

 Ia berada di masjid.

 Jadi ia tidak berada di sekolah.

 Budi di masjid atau di sekolah

 Ia berada di sekolah .

 Jadi ia tidak berada di masjid.

4. Silogisme Konjungtif adalah silogisme yang premis mayornya berbentuk suatu


proporsi konjungtif. Silogisme konjungtif hanya mempunyai sebuah corak, yakni:
akuilah satu bagian di premis minor, dan tolaklah yang lain di kesimpulan .
Misalnya :

 Tidak ada orang yang membaca dan tidur dalam waktu yang bersamaan .

 Sartono tidur .

 Maka ia tidak membaca

Nb. Silogisme konjungtif dapat di kembalikan ke bentuk silogisme kondisional,


Misalnya ;

 Andaikata Sartono tidur, ia tidak membaca.

 Sartono tidur

 Maka ia tidak membaca.

5. Dilema , menurut Mundari dalam bukunya yang berjudul logika ia mengartikan


Dilema adalah argumerntasi , bentuknya merupakan campuran antara silogisme
hipotetik dan silogisme disyungtif . Hal ini terjadi karena premis mayornya terdiri
dari dua proposisi hipotetik dan premis minornya satu proposisi disjungtif .
Konklusinya, berupa proposisi disyungtif , tetapi bisa proposisi kategorika. Dalam
dilema , terkandung konsekuensi yang kedua kemungkinannya sama berat . Adapun
konklusi yang diambil selalu tidak menyenangkan . Dalam debat, dilemma
dipergunakan sebagai alat pemojok , sehingga alternatif apapun yang dipilih , lawan
bicara selalu dalam situasi tidak menyenangkan . [11]

Suatu contoh lkasik tentang dilemma adalah ucapan seorang ibu yang membujuk
anaknya agar tidak terjun dalam dunia politik , sebagai brikut;

 Jika engkau berbuat adil manusia akan membencimu . Jika engkau berbuat
tidak adil tuhan akan membencimu . Sedangkan engkau harus bersikap adil
atau tidak adil . Berbuat adil ataupun tidak engkau akan dibenci.

 Apabila para mahasiswa suka belajar , maka motivasi menggiatkan belajar


tidak berguna . Sedangkan bila mahasiswa malas belajar motivasi itu tidak
membawa hasil . Karena itu motivasi menggiatkan belajar itu tidak
bermanfaat atau tidak membawa hasil.

Pada kedua contoh tersebut , konklusi berupa proposisi disjungtif , Contoh pertama
adalah dilemma bentuk baku , kedua bentuk non baku.

Sekarang kita ambil contoh dilema yang konklusinya merupakan keputusan


kategorika.

 Jika Budi kalah dalam perkara ini , ia harus membayarku berdasarkan


keputusan pengadilan . Bila ia menang ia juga harus membayarku
berdasarkan perjanjian . Ia mungkin kalah dan mungkin pula menang .
Karena itu ia harus tetap harus membayar kepadaku.

 Setiap orang yang saleh membutuhkan rahmat supaya tekun dalam kebaikan .

Setiap pendusta membutuhkan rahmat supaya dapat ditobatkan.

Dan setiap manusia itu saleh atau pendusta.

Maka setiap manusia membutuhkan rahmat.


Dilema dalam arti lebih luas adalah situasi ( bukan argumentasi ) dimana kita harus
memilih dua alternative yang kedua – duanya mempuyai konsekwensi yang tidak
diingi, sehingga sulit menentukan pilihan. [12]

Aturan – aturan dilema dan Cara Mengatasi Dilema

1. Aturan – aturan dilema :

 Disjungsi harus utuh . Masing – masing bagian harus betul – betul selesai, sehingga
tidak ada kemungkinan lain . Apabila terdapat kemungkinan lain , hal akan
merupakan jalan keluar. Tutuplah jalan keluar tersebut . Waspadalah untuk tidak
tergelincir kedalam sofisme, yakni pemikiran yang nampaknya betul , tetapi
sesungguhnya salah.

 Consequent haruslah sah disimpulkan dari masing – masing bagian.

 Kesimpulan yang ditarik dari masing – masing bagian , haruslah merupakan satu
satunya kesimpulan yang mungkin diambil . Jika tidak , maka lawan kita akan
sanggup mengambil kesimpulan yang berlawanan dengan kesimpulan kita.

2. Cara Mengatasi Dilema

Ada beberpa cara yang dapat kita pakai dalam mengatasi dilemma yang kita hadapi.

a. Dengan meneliti kausalitas premis mayor . Sering benar terjadi dalam dilema
terdapat hubungan kausalitas tidak benar yang dinyatakan dalam premis
mayornya. Dalam contoh diatas dikemukakan bahwa motivasi peningkatan
belajar tidak berguna atau tidak membawa hasil . konklusi tidak benar , karena
di tarik dari premis mayor yang mempuyai hubungan kausalitas tidak benar .
Tidak semua mahasiswa yang tidak suka belajar mempuyai sebab yang sama .
Dari sekian mahasiswa yang tidak suka belajar , bisa disebabkan kurang
kesadaran , sehingga motiovasi sangat berguna bagi mereka. Untuk mengatasi
dilemma model ini kita tinggal menyatakan bahwa premis tidak mempuyai
dasar kebenaran yang kuat.
b. Dengan meneliti alternative yang di kemukakan. Mengapa, karena mungkin sekali
alternative pada permasalahan yang diketegahkan tidak sekedar dinyatakan ,
tetapi lebih dari itu . Pada masa lalu seorang pemimpin sering berkata :
Pilihlah Sukarno atau biarlah Negara ini hancur. Benarkan hanya Sukarno
yang bisa menyelamatkan Negara ini ? Apakah tidak ada orang lain nyang bisa
menggantinya ? Tentu saja ada , sehingga alternatifnya lebih dari dua.

c. Dengan contra dilemma.. Bila dilema yang kita hadapi tidak mengandung
kemungkinan , maka dapat kita atasi dengan mengemukakan dilemma
tandingan . Banyak sekali dilema yang di hadapi orang kepada kita merupakan
alat pemojok yang sebenarnya tidak mempuyai kekuatan , maka dilema itu
dapat dinyatakan dalam bentuk lain yang mempuyai konklusi berlainan
dengan penampilan semula. Sebagai contoh adalah pendapat orang yang
menyatakan bahwa hidup ini adalah penderitaan , hendak memaksakan
keyakinan itu dengan mengajukan dilemma kepad kita sebagai berikut:

Bila kita bekerja maka kita didak bisa menyenangkan diri kita. Bila kita tidak
bekerja , kita tidak dapat uang . Jadi bekerja atau tidak bekerja , kita dalam
keadaan tidak menyenangkan

Dilema itu dpat kita jawab dengan kontra dilemma sebagai berikut:

Bila kita bekerja, kita mendapat uang . Bila kita tidak bekerja kita dapat
meyenangkan diri kita . Jadi bekerja atau tidak , selalu menyenangkan kita.

d. Dengan memilih alternative yang paling ringan . Bila dilema yang kita hadapi
tidak mungkin kita atasi dengan teknik diatas , maka jalan terakhir adalah
memilih alternatif yang paling ringan . Pada dasarnya tidak ada dilema yang
menampilkan alternatif yang benar- benar sama beratnya. Dalam dilema
serupa dibawah ini kita hanya dapat memilih alternative yang paling ringan .
contoh

 Apabila tuan masih tercatat sebagai pegawai negeri , maka tuan tidak
bisa menduduki jabatan tertinggi pada PT “ Buana Jaya “ ini .
Untuk menduduki jabatan tinggi pada PT ini maka anda harus rela
melepaskan status tuan sebagai pegawai negeri . Sementara itu
anda berat melepas pekerjaan sebagai pegawai negeri , sedangkan
bila tidak menjabat pimpinan pendapatan anda di PT itu tetap
sedikit.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi . Silogisme mengajarkan pada kita
merumuskan , menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya
dengan mudah , Dengan demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam . Ini diperlukan
karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang
telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang
apabila ditelaah lebih lanjut , sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau
kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi
atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau.
Akan tetapi kita generasi penerus , proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti
pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran
kita lebih terbuka tertib dan jelas.

CATATAN PUSTAKA

1. Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof , Langkah – langkah berpikir logis , cet 2 ( CV Bumi Jaya
nyalaran Pamekasan 2001 )

2. Jujun s. suria sumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, pustaka sinar harapan ,
Jakarta,2003 )

3. Tim media , Kamus lengkap bahasa Indonesia media senter ,

4. Pius A partanto Dahlan Al Barry , Kamus Ilmiyah popular , ( Arkola Surabaya, 1994 )

5. Mondiri H. Drs, Logika ( PT Raja Gravindo Persada Jakarta , 1994) ,


6. W. Poespoprodjo, Dr, Sh, SS Phd, LPh Logika scientivika pengantar dialektika dan ilmu (
pustaka gravika 1999 )

[1]Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof , Langkah – langkah berpikir logis , cet 2 ( CV Bumi Jaya
nyalaran Pamekasan 2001 ) 70

[2] Jujuns. suria sumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, pustaka sinar harapan ,
Jakarta,2003 ) 49

[3] Ibid 49

[4]Tim media , Kamus lengkap bahasa Indonesia media senter , 427

[5] Pius A partanto Dahlan Al Barry , Kamus Ilmiyah popular , ( Arkola Surabaya, 1994 ) 621

[6] Mondiri H. Drs, Logika ( PT Raja Gravindo Persada Jakarta , 1994) , 100

[7] Ibid. Mundari., 130

[8] Ibid. Sunardji, 80

[9]W. Poespoprodjo, Dr, Sh, SS Phd, LPh Logika scientivika pengantar dialektika dan ilmu (
pustaka gravika 1999 ) 222.

[10] Ibid , Mundari ,135

[11] Ibid , Mundari ,138

[12] Ibib , Mundari ,140

Anda mungkin juga menyukai